BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat di seluruh dunia. Di Indonesia, sepakbola bukan hanya dipandang sebagai salah satu cabang olahraga, melainkan juga sebagai sarana hiburan, dan sarana untuk berprestasi. Hartono (2012, hlm. 1) menyatakan bahwa: Sepakbola merupakan olahraga yang dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Bukti ilmiah yang bisa didapat adalah adanya permainan sepakbola di Cina sekitar abad ke II pada masa pemerintahan Dinasti Han dimana mereka melatih tentaranya menggunakan tsu-chu sebagai sarana latihan fisik, yaitu latihan menendang bola kulit dan memasukkanya ke dalam jaring yang diikatkan pada batang bambu. Luxbacher (2004, hlm. 1) mengemukakan bahwa: ''Soccer is one of most famous sport around the world, more than 200 million people played soccer a years and more than 20 million games every years". Seperti yang dikemukakan oleh Luxbacher diatas dapat diartikan bahwa sepakbola merupakan olahraga yang paling terkenal di dunia, lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia memainkannya dan lebih dari 20 juta permainan sepakbola terjadi setiap tahunnya. Euforia ini juga berlangsung di Indonesia, sepakbola menjadi salah satu cabang olahraga yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari antusiasme masyarakat Indonesia terhadap sepakbola, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa semua begitu antusias ketika membahas tentang sepakbola karena sepakbola merupakan olahraga permainan yang sangat menarik, dapat dimainkan oleh semua golongan umur, dan tidak terbatas oleh jenis kelamin. Oleh karena itu secara teknis sepakbola dapat diartikan sebagai cabang olahraga beregu yang dimainkan oleh sebelas orang pemain dalam satu grup yang bekerjasama untuk bisa memasukkan bola ke gawang lawan dan mencegah masuknya bola ke gawang kita. Kosasih (1991, hlm. 103) yang menyatakan bahwa: 1
Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang terdiri dari dua regu dengan setaip regu minimal 7 orang pemain, maksimal 11 orang pemain yang berada di lapangan. Bola dimainkan oleh seluruh tubuh kecuali dengan tangan (kecuali penjaga gawang) dengan dibatasi oleh aturan-aturan tertentu, yang bertujuan untuk memasukan bola sebanyak mungkin ke gawang lawan dan menjaga gawang sendiri dari serangan lawan. Adapun Sucipto (2007, hlm. 7) berpendapat bahwa : Sepakbola adalah permainan beregu, masing-masing regu terdiri atas sebelas orang pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan lenganya di daerah tendangan hukumanya. Seiring dengan perkembangan zaman, maka bertambah pula fungsi dan manfaat dari sepakbola, selain untuk olahraga, hiburan dan prestasi, olahraga sepakbola juga dapat dijadikan sebagai sarana bisnis dan berkarir. Banyaknya kompetisi dan event sepakbola yang diselenggarakan menjadikan profesi sebagai pemain sepakbola professional sangat diminati oleh masyarakat. Pertumbuhan tim-tim sepakbola di Indonesia juga semakin pesat seiring dengan penyelenggaraan berbagai event dan kompetisi sepakbola baik di tingkat lokal, daerah, nasional dan internasional. Dalam upaya untuk meningkatkan prestasi tim sepakbola, maka diselenggarakan banyak latihan-latihan guna meningkatkan kemampuan atlet sepakbola. Adapun beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi atlet menurut Alderman (dalam Sucipto, 2007 hlm. 30) adalah : (1) faktor kondisi fisik yang meliputi sistem kardiovaskulerrespiratori, daya tahan, kekuatan, kecepatan, power, koordinasi, kelentukan dan kelincahan, dan sebagainya; (2) faktor ketrampilan meliputi koordinasi gerak, keindahan gerak, waktu reaksi, dan sebagainya; (3) faktor pembawaan fisik seperti segi-segi antrophometrik antara lain tinggi dan berat badan, panjang lengan, tungkai, lebar bahu, kemampuan gerak, dan lain sebagainya dan (4) faktor psikologi dan tingkahlaku meliputi motif-motif berprestasi, intelegensi, aktualisasi diri, kemandirian, agresivitas, emosi, percaya diri, motivasi, semangat, rasa tanggungjawab, rasa sosial, hasrat ingin menang dan sebagainya.
Permainan atau pertandingan sepakbola juga tidak dapat dilepaskan dari tingkat kebugaran jasmani dan aspek psikhis yang mendasarinya. Oleh karena itu kondisi fisik seorang atlet merupakan salah satu syarat untuk meningkatkan prestasi olahraga, hal ini diperkuat dengan pendapat Harsono (1988, hlm. 153) yang mengemukakan bahwa: prestasi olahraga dapat dicapai dengan kondisi fisik atlet yang prima. Harsono (1988, hlm. 176) juga mengungkapkan beberapa komponen dari kondisi fisik yaitu: (1) kekuatan (strength), adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan, kekuatan bertumpu pada daya tahan otot yang mengacu kepada suatu kelompok otot yang mampu untuk melakukan kontraksi yang berturut-turut (misalnya push up atau sit up), atau mampu mempertahankan suatu kontraksi statis untuk waktu yang lama (misalnya menggantung pada rekstok, menahan suatu beban dengan lengan lurus ke samping untuk waktu yang lama); (2) daya tahan (endurance) adalah keadaan atau kondisi tubuh yang dapat berlatih untuk waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan latihan tersebut. (3) kecepatan (speed), kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkatsingkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya; (4) fleksibilitas (flexibility), kemampuan melakukan gerakan persendian seluas-luasnya dan keelastisitasan otot-otot di sekitar persendian. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik pemain sepakbola dapat meningkat apabila dilatih secara maksimal, terarah dan berulang-ulang. Hal ini sejalan dengan pendapat Harsono (1988, hlm. 226) yang mengemukakan bahwa: Setiap komponen kondisi fisik tersebut haruslah dilatih seoptimal mungkin agar kelak dapat memberikan sumbangan bagi prestasi yang optimal dalam cabang olahraganya. Oleh karena itu dapat diartikan bahwa kondisi fisik yang prima dari seorang atlet akan memberikan dampak positif terhadap tim yang dibelanya. Pentingnya kondisi fisik bagi prestasi tim sepakbola membuat para pelatih sepakbola mengembangkan berbagai metode kepelatihan untuk
meningkatkan kondisi fisik atlet. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk melatih kondisi fisik atlet adalah dengan metode circuit training. Circuit training adalah sistem latihan yang diperkenalkan oleh Morgan dan Adamson pada tahun 1953 yang berisi program pelatihan secara menyeluruh dan dapat memperbaiki secara serempak fitness keseluruhan dari tubuh, yaitu komponen-komponen power, daya tahan, kecepatan, fleksibilitas, mobilitas, dan komponen-komponen fisik lainnya. Metode circuit training juga dikemukakan oleh Scholich dalam Ireland (2008, hlm. 2) yaitu : "Circuit training is a method of fitness training that is designed to develop general, all-round physical and cardiovascular fitness". Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa latihan sirkuit adalah salah satu metode untuk menjaga kebugaran yang di rancang untuk mengembangkan komponen kondisi fisik dan ketahanan jantung secara menyeluruh. Circuit training juga dapat menjadi kunci efektivitas dalam metode latihan fisik karena bentuk-bentuk latihan circuit training biasanya adalah kombinasi dari semua unsur fisik. Latihan-latihannya dapat berupa lari naik-turun tangga, lari kesamping, kebelakang, melempar bola, memukul bola dengan raket, melompat-lompat, berbagai weight training dan sebagainya. Adapun bentuk-bentuk latihannya biasanya dibentuk dalam suatu lingkaran oleh karena itu metode ini disebut dengan circuit training. Dengan sedikit kecerdikan dan kreativitas, pelatih akan dapat mendisain suatu sirkuit yang paling cocok untuk cabang olahraganya. Circuit training didasarkan pada asumsi bahwa seorang atlet akan dapat mengembangkan kekuatannya, daya tahan, kelincahan, total fitnessnya dengan jalan melakukan sebanyak mungkin pekerjaan dalam suatu jangka waktu tertentu atau melakukan suatu jumlah pekerjaan atau latihan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Pekan Olahraga Daerah (PORDA) adalah kegiatan empat tahunan yang selalu diselenggarakan oleh setiap daerah untuk mempersiapkan kegiatan Pekan Olahraga Nasional (PON) di tingkat nasional. Salah satu cabang olahraga yang dilaksanakan pada pekan olahraga daerah adalah
cabang olahraga sepakbola. Salah satu tim sepakbola yang dipersiapkan untuk mengikuti PORDA ke XII di Kota Bekasi tahun 2014 adalah tim sepakbola Kota Bandung. Tim PORDA Kota Bandung ditargetkan untuk mempertahankan gelar juara seperti yang telah dicapai pada PORDA ke XI di Kabupaten Bandung tahun 2010. Oleh karena itu tim sepakbola PORDA Kota Bandung memerlukan kondisi fisik yang prima agar dapat mencapai target mempertahankan gelar juara. Pelatihan kondisi fisik sangat diperlukan untuk meningkatkan kondisi fisik pemain karena kondisi fisik merupakan salah satu komponen yang sangat berpengaruh terhadap prestasi sepakbola. Berdasarkan pentingnya kondisi fisik dalam pencapaian prestasi olahraga tim sepakbola PORDA Kota Bandung, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh penerapan latihan circuit training terhadap peningkatan kondisi fisik pemain sepakbola pada tim PORDA Kota Bandung. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penerapan pola latihan circuit training terhadap peningkatan kondisi fisik pemain sepakbola pada tim PORDA Kota Bandung. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah pengaruh penerapan pola latihan circuit training terhadap peningkatan kondisi fisik pemain sepakbola pada tim PORDA Kota Bandung? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah di kemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan pola latihan circuit training terhadap peningkatan kondisi fisik atlet tim sepakbola PORDA Kota Bandung. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dalam pembuatan program latihan fisik tim
sepakbola PORDA Kota Bandung dan seluruh tim sepakbola pada umumnya. D. Batasan Masalah Penelitian Dalam melakukan penlitian penulis perlu membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak terlalu luas dan lebih terarah pada tujuan yang ingin dicapai. Adapun ruang lingkup penelitian ini terbatas pada hal hal sebagai berikut : 1. Pelatihan kondisi fisik dengan metode circuit training dilakukan selama dua bulan pada tim sepakbola PORDA Kota Bandung. 2. Kondisi fisik yang diujikan adalah kekuatan (strength), kelincahan (agility), kecepatan (speed), fleksibilitas (fleksibility) dan daya tahan (endurance). E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangsih keilmuam dan informasi dalam proses pembinaan prestasi olahraga sepakbola dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi para pelatih maupun pemain untuk menerapkan pola latihan circuit training untuk meningkatkan kondisi fisik karena pada dasarnya kondisi fisik merupakan komponen yang sangat penting bagi penampilan seorang atlet dalam suatu pertandingan. 2. Manfaat Praktis Hasil Penelitian a. Bagi pelatih tim sepakbola PORDA Kota Bandung, diperoleh profil kondisi fisik atlet dan diperoleh masukan berupa pola latihan circuit training yang tepat untuk dapat meningkatkan kondisi fisik atlet. b. Bagi pelatih tim sepakbola pada umumnya, diperoleh pola latihan yang baru yang dapat dijadikan sebagai alternative pola pelatihan kondisi fisik.
c. Bagi atlet sepakbola, diperoleh pola latihan yang tepat untuk meningkatkan kondisi fisiknya. d. Bagi manajemen dan pengurus tim sepakbola, diperoleh keuntungan karena meningkatnya kondisi fisik tim akan meningkatkan prestasi tim sepakbola. F. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi terdiri atas lima bab, yaitu: 1. BAB I Pendahuluan: latar belakang penelitian, perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penelitian. 2. BAB II Kajian Pustaka: sepakbola, kondisi fisik dalam sepak bola, metode pelatihan kondisi fisik, circuit training 3. BAB III Metode penelitian: a. Definisi operasional b. Lokasi dan tempat penelitian c. Populasi dan sampel penelitian d. Instrumen penelitian e. Prosedur Penelitian f. Hipotesis Penelitian g. Pengolahan data penelitian 4. BAB IV Hasil penelitian dan Pembahasan a. Pengolahan dan analisis data b. Pembahasan c. Temuan Penelitian 5. BAB V Kesimpulan dan Saran 6. DAFTAR PUSTAKA