BAB II TEORI DASAR GELOMBANG BERJALAN DAN PEMBUMIAN (PENTANAHAN)

dokumen-dokumen yang mirip
Vol.3 No1. Januari

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH

KONTAK PEMUTUS DAYA PADA TEGANGAN PEMULIHAN DALAM MELINDUNGI JARINGAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

DAFTAR ISI SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3

SIMULASI DAN ANALISIS PENGARUH TEGANGAN LEBIH IMPULS PADA BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merencanakan suatu sistem pengaman (Proteksi) yang ada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

Hendri Kijoyo Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Insttut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri

BAB II SALURAN DISTRIBUSI

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas dan kehandalan yang tinggi. Akan tetapi pada kenyataanya terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

STUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM PROTEKSI RELAY

II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB I PENDAHULUAN. Westinghouse yang terdahulu, menguji transformator-transformator di

Studi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 20 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP

BAB II LANDASAN TEORI

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009

RELE. Klasifikasi Rele

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

EVALUASI KERJA AUTO RECLOSE RELAY TERHADAP PMT APLIKASI AUTO RECLOSE RELAY PADA TRANSMISI 150 KV MANINJAU PADANG LUAR

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

BAB IV PERHITUNGAN DAN PETUNJUK UMUM UNTUK PEMILIHAN PENGENAL ARRESTER

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

SISTEM PENTANAHAN PADA GARDU INDUK

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

PROTEKSI SISTEM TRANSMISI TERHADAP GANGGUAN TANAH. Oleh : Fitrizawati ABSTRACT

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Rangkaian seri RLC

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd.

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

STUDI SETTINGAN DISTANCE RELAY PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV DI GI PAYAKUMBUH MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB I PENDAHULUAN. dari tiga fasor yang sama besarnya, berbeda fasa satu dengan yang lain 120 0, hasil

Makalah Seminar Tugas Akhir. Judul

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. lebih impuls yang disebabkan oleh adanya operasi hubung-buka (switching. ketahanan peralatan dalam memikul tegangan lebih impuls.

PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

Pemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

1. Proteksi Generator

BAB III. Transformator

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

Penentuan Nilai Impedansi Pembumian Elektroda Batang Tunggal Berdasarkan Karakteristik Response Impuls

Tes Surja untuk Mendeteksi Kerusakan Belitan pada Motor Induksi Tegangan Rendah

BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR. Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. diaplikasikan dalam dunia industri dan juga dalam rumah tangga. Motor ini

STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI

TUGAS AKHIR PENGARUH IMPEDANSI SURJA PEMBUMIAN MENARA TRANSMISI TERHADAP TEGANGAN LENGAN MENARA WINDY ROLAND TOBING NIM :

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi listrik untuk keperluan manusia akan semakin meningkat

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis

LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979.

Gangguan pada Sistem Distribusi Daya. (Faults)

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik

Transkripsi:

BAB II TEORI DASAR GELOMBANG BERJALAN DAN PEMBUMIAN (PENTANAHAN) 2.1 Gelombang Berjalan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih dalam 1930-an. Persoalan gelombang berjalan ini sangat sukar, sehingga harus diadakan banyak penyederhanaan supaya dapat dipergunakan untuk keperluan teknik. Pada saat ini gelombang berjalan telah diselidiki pada : a. Kawat Tunggal b. Kawat Majemuk c. Kecepatan mejemuk dari gelombang berjalan Bagian terbesar dari suatu mengenai gangguan pada sistem ialah teori gelombang berjalan, yaitu mengenai sumber gelombang, karakteristik serta keadaan pada titik peralihan dari transmisi. 2.2 Sumber-Sumber Gelombang Berjalan Sampai saat ini sebab-sebab dari gelombang berjalan yang di ketahui ialah : a. Sambaran kilat secara langsung pada kawat fasa b. Sambaran kilat tidak langsung pada kawat fasa (Induksi)

c. Operasi hubung (Switching Operation) d. Gangguan-gangguan pada sistem oleh berbagai kesalahan e. Tegangan steady state Semua macam sebab-sebab ini menimbulkan surja (surge) pada kawat fasa disebabkan oleh kelebihan energi secara tiba-tiba pada kawat. Energi ini merambat pada kawat fasa, sama halnya seperti kita melemparkan batu pada air yang tenang pada sebuah kolam. Energi yang merambat ini terdiri dari arus dan tegangan. Kecepatan merambat gelombang berjalan tergantung dari konstantakonstanta kawat fasa. Pada kawat hantaran udara, kecepatan merambat ini kirakira 1000ft/µ sec, jadi sama dengan kecepatan cahaya. Pada kabel tanah kira-kira 500 ft/ µ sec. Dengan sendirinya segala macam diskontinuitas pada transmisi tidak mempunyai efek pada gelombang, sebelum gelombang mencapainya. Tetapi bila gelombang mencapai titik peralihan, terjadi perubahan gelombang sehingga terdapat sedikit perbedaan dengan gelombang semula. Kecepatan Merambat Apabila suatu gelombang energi listrik merambat sepanjang kawat fasa dengan konstanta L dan C, maka gelombang tegangan dengan arus merambat dengan kecepatan yang sama. Kedua besaran ini dihubungkan oleh suatu factor proposional yaitu karakteristik fasa itu.

Gambar 2.1 Kawat Transmisi dengan batere Bila gelombang tegangan E sampai pada titik a, maka arus yang bersamaan dari tegangan itu akan mengisi kapasitor C pada tegangan E. Muatan yang dibutuhkan untuk menaikan tegangan pada satu satuan panjang sama dengan CE. Bila kecepatan merambat gelombang itu v cm/detik, maka jumlah muatan yang dibutuhkan untuk mengisi kawat sepanjang v cm tiap detik sama dengan C E v. Muatan ini diberikan oleh arus uniform yang mengalir pada kawat, dan memberikan muatan C E v dalam satu detik dibutuhkan arus sebesar : I = C E v......................................... (2.1) Bila gelombang itu merambat sejauh x cm, maka energi elektrostatik pada bagian ini (x cm) ialah: Wc = ½ C x E 2..................................... (2.2)

Bila L sama dengan induktansi kawat per cm, maka dalam waktu yang sama, energi elektromagnetik pada kawat sepanjang x itu : W L = ½ L x I 2..................................... (2.3) Dimana : Wc W L C L E I = Energi elektrostatik = Energi elektromagnetik = Kapasitor = Induktansi = Tegangan batere = Arus yang mengantar pada kawat fasa 2.3 Spesifikasi dari Gelombang Spesifikasi dari suatu gelombang berjalan : a. Tegangan puncak (Crest) dari gelombang, E (KV), yaitu amplitude maksimun dari gelombang. b. Muka gelombang (Front), t 1 (mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai puncak. c. Ekor gelombang (Tail) yaitu bagian kebelakang puncak. Panjang gelombang (Lenght) t 2 (mikrodetik) yaitu waktu dari permulaan sampai titik 50% E pada tail. d. Polaritas (Polarity) yaitu polaritas dari gelombang positif atau negative. Suatu gelombang berjalan (surja) dinyatakan sebagai berikut : E, t 1 x t 2

Jadi suatu gelombang dengan polaritas positif, crest = 1000 KV, front 3 mikrodetik, dan panjang 21 mikrodetrik dinyatakan sebagai : + 1000, 3 x 21. 2.4 Dasar Pembumian Tujuan pembumian pada dasarnya adalah : - Ditujukan pada titik netral dan pembumian umum, dimaksudkan untuk mengurangi besar tegangan lebih surja dan mengontrol besarnya arus hubungan singkat. - Pada sistem yang besar yang tidak dibumikan, arus gangguan itu relatif besar ( > 5 A ) sehingga busur listrik yang timbul tidak dapat padam sendiri, hal ini akan menyebabkan gejala Arching Ground. Pada sistem yang dibumikan gejala tersebut hampir tidak ada. - Untuk membatasi tegangan-tegangan pada fasa-fasa yang tidak terganggu (sehat). Pada sistem-sistem dibawah 115 KV banyak dipakai pembumian dengan Peterson Coil. Terutama di Eropa pembumian dengan Peterson Coil itu telah dimulai sejak tahun 1990, sedangkan Amerika Serikat baru dimulai sejak 1930-an. Pada sistem yang tegangannya lebih besar (115 KV keatas) ada kecenderungan dengan pembumian tanpa impedansi (Solid Grounding) atau (Effective Grounding). Yang dimaksud dengan Effective Grounding adalah pembumian dimana perbandingan antara reaktansi urutan positif lebih kecil atau sama dengan tiga,

dan perbandingan tahanan urutan nol dan reaktansi urutan positif lebih kecil atau sama dengan satu (X 0 /X 1 3;X 1 1) 2.5 Sistem yang tidak dibumikan (ditanahkan) Untuk sistem yang titik netralnya tidak ditanahkan, adanya hubung singkat harus dilihat dari arus pemuat urutan-nol. Dengan menggunakan trafo arus urutannol digerakkan rele arah hubung singkat-tanah (ground fault relay), bila arus pemuatnya cukup besar. Pada umumnya, karena sukar mengetahui hubung singkat pada sistem ini, maka Sistem ini telah banyak di tinggalkan orang karena tidak sesuai dengan kondisi-kondisi yang diinginkan 2.6 Sistem pembumian dengan tahanan Rele deteksi hubung singkat tanah yang digunakan untuk sistem ini adalah rele tegangan urutan nol, rele arus lebih tanah dan rele arah tanah (ground fault relay) kedua rele terakhir ini harus mempunyai kepekaan yang tinggi dan harus dapat bekerja dengan daya (arus) yang rendah, karena tahanan yang tinggi dan adanya tahanan titik hubung singkat membatasi besarnya arus hubung singkat. 2.7 Sistem pembumian dengan Gulungan Petersen Sistem ini baik sekali guna menanggulangi hubung-singkat satu fasa ke tanah yang sifatnya sementara karena dapat mematikan busur api yang disebabkan

oleh hubung singkat itu. Tetapi untuk hubung singkat yang tetap (permanent) sukar sekali melihat adanya hubung singkat itu dari arus urutan nol yang mengalir. 2.8 Rele gangguan tanah (Ground fault relay) Rele gangguan tanah akan berhasil dengan baik, tergantung dari besarnya arus gangguan ke tanah. Sistem yang netralnya di bumikan dengan reaktansi. Pada umumnya arus gangguan tanah besarnya berada pada batas-batas (25%-100%) dari arus gangguan 3 fasa. Sistem yang dibumikan dengan tahanan, arus gangguan tanah besarnya 10%-25% dari gangguan 3 fasa. Untuk sistem yang dibumikan melalui tahanan yang besar atau melalui gulungan Peterson akan mempunyai arus gangguan kebumi yang sangat kecil. Khusus untuk gulungan Peterson biasanya dilengkapi dengan alat untuk menghubung langsung titik netral ke bumi pada waktu terjadinya gangguan yang permanent, dengan tujuan untuk memperbesar arus gangguan ke bumi dengan demikian rele tanah yang konvesional dapat bekerja.