BAB I PENDAHULUAN. Pada awal abad ke-7 M kawasan Asia Barat Daya terbagi menjadi 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.

tidak langsung, mereka mengakui Utsman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar Padiansyah Ali Utsman 4 B.

BAB I PENDAHULUAN. Jika ditanya mengenai Kerajaan Arab Saudi pada saat ini maka penulis

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SEJARAH ISLAM AHMADIN

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adnan Hidayat, 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. Bab I Pendahuluan. 10. Bab II Pengertian Manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama ah Salaf.. 19

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian yang akan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

A. Deskripsi Mata Kuliah:

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

S I L A B U S. Pengalaman Belajar. Jenis Penilaian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah Islam, awal abad 19 dikenal sebagai permulaan periode

KISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN

`BAB I A. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

STRATEGI DAN METODE DAKWAH MUHAMMAD IBN ABDUL WAHAB. Akhmad Sukardi (Dosen Jurusan Dakwah STAIN Kendari)

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

Assalamu alaikum Wr Wb. Turki Usmani. Oleh : Anggraini Dwi Ikhwani

DINAMIKA POLITIK ISLAM SEMENANJUNG ARAB M (Pengaruh Berdirinya Kerajaan Arab Saudi Modern Terhadap Praktik Keagamaan di Tanah Suci)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB V PENUTUP. Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari

KELAS BIMBINGAN MENENGAH PEPERIKSAAN PERTENGAHAN TAHUN 2015 SEJARAH ISLAM KBM 3

Kemunduran Islam Akhir dari Abbasiyah Genghis Khan/Jengis Khan Mongolian Ratanya kota Bagdad Jatuhnya jazirah arab Mesir, Aint Jalut 1260 M

BAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

REVISI MAKALAH. PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA ABBASIYAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

PERADABAN ISLAM MASA TURKI UTSMANI ( M) Oleh : SAEPUL ANWAR

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sangat pantas dijadikan referensi nomor wahid sepanjang masa. bahkan setan pun tak ingin berpapasan dengannya di jalan.

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB III METODE PENELITIAN. Skripsi ini berjudul Perbandingan Pemikiran Musso dan Dipa Nusantara

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs.

BAB I PENDAHULUAN. lama sekitar 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah SAW di

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH IBTIDAIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Oleh: ENCEP SUPRIATNA

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada permulaan abad ke-20, Indonesia menghadapi tantangan modernisasi

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di masyarakat Indonesia terdapat kelompok-kelompok

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Bab ini merupakan penjelasan tentang metodologi penelitian yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemilihan umum melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke

KERUNTUHAN KEKHALIFAHAN TURKI UTSMANI TAHUN 1924 SKRIPSI

KISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Imam Ahmad bin Hanbal merupakan salah satu dari tokoh madzab dalam Agama

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada

Etos Hijrah. Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-7 M kawasan Asia Barat Daya terbagi menjadi 2 lingkungan kekuasaan besar, yaitu bagian timur dikuasai oleh kerajaan Persia Baru (Sasanidia) dan bagian Barat berada dibawah pengaruh kerajaan Romawi Barat (Bizantium) (Iskandar, 2000: 17). Kedua kerajaan tersebut sering berperang untuk memperebutkan wilayah bulan sabit yang subur (The Fertile Crecent). Di wilayah selatan wilayah Asia Barat Daya, yaitu jazirah Arabia yang kering, tandus dan tidak menarik bagi kerajaan Persia dan Bizantium lahir agama Islam yang dibawa Muhammad SAW. Setelah Muhammad SAW wafat, dalam waktu singkat (kurang dari satu abad) para penggantinya mampu mengembangkan pengaruh agama dan kekuasaan Islam melalui penaklukan sampai ke daerah yang sebelumnya diduduki kekaisaran Persia dan Bizantium (Iriyadi, 2007: 57). Perluasan dan penaklukan tersebut, bukan saja mengukuhkan supremasi politik Islam, namun juga mendorong percampuran kebudayaan sehingga memunculkan bid ah-bid ah dalam Islam seperti: filsafat; teologi; dan tasawuf. Tiga dekade pasca Muhammad SAW wafat, untuk pertama kalinya umat Islam terpecah secara politis. Perpecahan tersebut terjadi pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, di mana umat terpecah menjadi tiga golongan besar yaitu Syi ah Ali, Syi ah Muawiyah dan Khawarij (Nasution, 2006: 78). Syi ah Ali pada 1

perkembangan selanjutnya berevolusi menjadi golongan Syi ah yang secara teologis berbeda dari umat Islam pada umumnya (Armstrong, 2004: 219-220). Sedangkan kelompok Muawiyah akan melebur dengan golongan Sunni yang pada perkembangannya menjadi aliran mayoritas dalam umat Islam. Khawarij hanya berkembang beberapa abad sebelum punah sama sekali. Perkembangan Islam yang pesat mendorong percampuran kebudayaan antara Islam dengan kebudayaan-kebudayaan daerah taklukan seperti: kebudayaan India; kebudayaan Persia; dan kebudayaan Yunani (Syalabi, 2003: vii). Percampuran itu kemudian mewarnai tradisi intelektual Islam, termasuk terhadap golongan-golongan yang ada. Pada perkembangan selanjutnya, terjadilah pergulatan dalam masalah teologi dan filsafat yang digulirkan oleh kelompokkelompok tersebut. Sampai abad 13 M, masing-masing golongan yang mampu bertahan, mengembangkan pemikiran baku yang terkristalisasi (Esposito, 1984: viii). Masalah-masalah yang sebelumnya tidak ada bermunculan dengan pesat. Munculnya sufisme yang menyimpang; suasana politik Islam yang semakin jauh dari prinsip egitarianisme Islam; aqidah yang menyimpang; bid ah; khurafat; tarekat-tarekat kebathinan; tertutupnya pintu ijtihad; dan taqlid adalah masalahmasalah yang dihadapi oleh umat Islam terutama golongan Sunni (Armstrong, 2002: 124). Selain itu terjadi perang salib pada abad ke 10 M, dan sekaligus juga dampak sesudahnya. Menyusul dalam abad 13 M pasukan Mongol melakukan perusakan besar-besaran terhadap peradaban Islam yang telah berdiri selama 2

beberapa abad. Meski kemudian banyak orang Mongol yang memeluk Islam, mereka juga membawa masalah baru dengan membawa serta juga kebudayaannya yang diakulturasikan dengan Islam (Armstrong, 2002: 124). Permasalahan diatas memberikan andil dalam kemerosotan dan kemunduran dunia Islam menjelang abad ke 12 M dan 13 M, terutama terhadap golongan Sunni. Pada abad ke 13 M, ketika ortodoksi Sunni mengalami ancaman itu, munculah seorang pembaharu dari mahzab Hambali, yaitu Ibnu Taimiyah. Ibnu Taimiyah diakui sebagai tokoh ortodoksi Sunni besar pada zaman klasik. Lahir di Haran, daerah timur laut Anatolia pada tahun 1263 M. Ketika berusia tujuh tahun bangsa Mongol menyerang kota Haran yang menyebabkan penduduknya termasuk Ibnu Taimiyah harus hijrah ke Damaskus di Syria (Khan, 1983: 10). Ibnu Taimiyah berasal dari keluarga Ulama penganut mazhab Hambali. Kakeknya, Abdus Salam adalah seorang pemuka agama terkenal di Baghdad (ibukota Abbasiah). Ayahnya Abdul Halim adalah kepala sekolah Hadis terkemuka di Damaskus (Jamal, 2003: 203). Ibnu Taimiyah dikenal dengan orang yang kuat ingatan; cerdas; pemikirannya tajam; intuisinya kuat; cakap berpidato pandai berdebat; penuh keberanian dan ketekunan, ia mempunyai segala syarat sebagai seorang pribadi yang luar biasa (Jindan, 1994: 23). Dalam umur yang masih muda Ibnu Taimiyah sudah hafal Alquran dan Sunnah sebelum umur 20 tahun ia sudah menjadi seorang mufti mazhab Hambali (Husnuddu at, 1996: 67). Selain sebagai mufti ia juga menduduki berbagai jabatan penting, seperti sebagai hakim dan panglima perang. Perkembangan politik di Syria memaksanya untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan Mongol, yang 3

menurutnya meskipun sudah masuk Islam tetapi mereka masih mengajarkan ajaran pagannya, oleh karenanya mereka masih ingkar dan kafir (Armstrong, 2004:124). Ibnu Taimiyah dalam berbagai kesempatan sering melontarkan berbagai ide dan gagasan yang bertolak belakang dengan masyarkat awam dan penguasa yang menurutnya sudah jauh dari nilai Islam yang diajarkan oleh Muhammad SAW (Khan, 1983: 17). Ia berusaha untuk menyelesaikan permasalahan kaum muslimin dengan menyerukan kembali kepada Alquran dan Sunnah ; dibukanya pintu ijtihad serta diharamkannya taqlid kepada ulama (Salahuddin, 2000: 17). Ia menekankan kepada kaum Muslimin untuk kembali kepada Islam yang sebenarnya, yaitu Islam yang diajarkan oleh Muhammad SAW, para sahabat, tabi in dan tabi it-tabi in atau tiga generasi awal dalam Islam yang dikatakan oleh nabi sebagai generasi terbaik. Ia sangat keras dalam konsep syariat. Ibnu Taimiyah menentang semua perdebatan teologis di masanya dan memilih membentuk teori teologinya yang tradisional. Ia menentang terhadap ajaran Syi ah; tasawuf; dan filsafat yang menurutnya telah merusak kaum Muslimin dengan praktek-prakteknya yang tidak sesuai ajaran Islam. Karena pendapatpendapatnya tentang masalah teologis bertentangan dengan pemerintahan Mamluk dan ia juga mengkritik pemerintah melaksanakan praktek-praktek yang bertentangan dengan hukum Islam, Ibnu Taimiyah dipenjara dan mengakhiri hidupnya ditempat itu pada tahun 1328 M (Armstrong, 2002: 124). Pengaruh pemikiran Ibnu Taimiyah pada masanya hanya terbatas pada murid-murid terdekatnya saja dan tidak meluas sampai menjadi suatu gerakan. 4

Pengaruhnya tersebut termanisfestasikan menjadi suatu gerakan justru beberapa abad sesudahnya yaitu oleh Muhammad bin Abdul Wahhab dengan gerakannya yang dikenal dengan gerakan Wahhabiyah di Najd, Arabia (Rahman 2003: 194). Muhammad bin Abdul Wahhab, lahir di Uyaina Najd tahun 1703 M. Ayah dan kakeknya adalah ulama mazhab Hambali. Muhammad bin Abdul Wahhab melakukan pengembaraan untuk belajar tentang ajaran Islam di Madinah, Basrah, Baghdad, Hamadan dan kota lainnya. Dalam perjalanan ia sempat belajar filsafat dan sufi. Meskipun ia pernah menjadi pengikut sufi, ia tetap taat terhadap mazhab Hambali. Setelah menamatkan studinya Muhammad bin Abdul Wahhab kembali ke Uyaina dan menyebarkan ajarannya (Kücükcan.: 1995 http://www.sunnah.org/audio/onwahhabis.htm). Pada saat Muhammad bin Abdul Wahhab kembali ke Uyainah kesultanan Turki Utsmani yang berpengaruh di Arabia waktu itu sedang mengalami kemunduran (Armstrong, 2002:159). Kemunduran tersebut menyebakan krisis sosial, religius, dan politis. Menurut Muhammad bin Abdul Wahhab krisis yang terjadi disebabkan oleh pengamalan ajaran Islam yang tidak murni seperti yang diajarkan Muhammad SAW (Kücükcan. 1995: http://www.sunnah.org/audio/onwahhabis.htm). Ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam murni dianggap legal oleh pemerintah Turki Utsmani. Oleh karenanya Muhhamad bin Abdul Wahhab melakuakan penentangan terhadap kesultanan Turki Utsmani. Dengan tujuan memurnikan ajaran Islam dan melepaskan diri dari pengaruh Turki Utsmani, Muhhamad bin Abdul Wahhab melakukan suatu 5

gerakan yang disebut Wahhabiyah (dinisbatkan kepada nama belakangnya). Dengan bantuan Muhhamad bin Su ud (penguasa Arabia Tengah) Muhammad bin Abdul Wahhab memobilisasi masa untuk menyerang kota-kota yang disinyalir melakukan bid ah dan khurafat. Pada akhir abad ke 18 M menjelang kematiannya pada 1792 M kekuasaannya hampir meliputi seluruh Jazirah Arab meskipun akhirnya bisa ditumpas oleh pada 1818 M oleh Muhammad Ali Pasya (Maryam, 2004: 304-305). Gerakan Wahhabiyah yang dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab pada prinsipnya merupakan inspirasi dari paham Ibnu Taimiyah, yaitu untuk memurnikan ajaran Islam (Kücükcan. 1995: http://www.sunnah.org/audio/onwahhabis.htm). Pemikirannya sangat dipengaruhi oleh Ibnu Taimiyah (Jindan: 1994: 133). Menurut Jalaludin Rahmat, Muhammad bin Abdul Wahhab sendiri bukan seorang pemikir, tetapi ia adalah seorang pembaharu yang mengaku pengikut Hambali dan pelaksana paham Ibnu Taimiyah (Salahuddin, 2000: 18). Muhammad bin Abdul Wahhab sendiri menyebut dirinya dengan murid Ibnu Taimiyah (asy-syak ah, 1994: 393). Seperti halnya Ibnu Taimiyah, Muhammad bin Abdul Wahhab mencela kaum mutakalimin, filosof, dan sufisme (Salahuddin, 2000: 17). Muhammad bin Abdul Wahhab juga memandang umat Islam jauh dari syariat serta melakukan praktek-praktek bid ah dan syirik sebagai situasi jahiliah sebelum Muhammad SAW. Berdasarkan paparan diatas, penulis merasa tertarik untuk menuliskan pengaruh Ibnu Taimiyah yang kaitanya terhadap gerakan Wahhabiyah dengan alasan: 6

Pertama, terdapat permasalahan yaitu, mengapa gerakan Wahhabiyah yang didirikan pada abad ke 18 M terpengaruh oleh pemikiran Ibnu Taimiyah, padahal dalam jangka waktu yang lama Ibnu Taimiyah, hanya memperoleh pengikut dan pengaruh yang kecil (Black, 2006: 297). Kedua, pengaruh yang paling besar dari Ibnu Taimiyah adalah terhadap gerakan Wahhabiyah, yang merupakan pelopor dari gerakan pembaharuan Islam pra-modern (Rahman, 2003: 282) bahkan,--karena mempengaruhi gerakan Wahhabiyah-- Ibnu Taimiyah disebut sebagai bapak fundamentalisme Islam pada zaman modern (Salahuddin, 2000: 17). Ketiga, sudah banyak kajian yang dilakukan tentang pemikiran Ibnu Taimiyah dengan tinjauan berbagai aspeknya. Namun, belum ada penelitianpenelitian yang membahas mengenai pengaruh pemikiran Ibnu Taimiyah terhadap gerakan Wahhabiyah. Seperti kajian yang dilakukan oleh al-alim (2006), Jindan (1994), dan Khan (1983). Al-Alim (2006), telah memberikan penjelasan menarik tentang pandangan Ibnu Taimiyah mengenai Aqidah Islam dengan judul bukunya Aqidah Islam menurut Ibnu Taimiyah. Namun, al-alim (2006) hanya menguraikan pemikiran Ibnu Taimiyah dalam aspek aqidah saja, tanpa memberikan penjelasan pengaruh yang ditimbulkan oleh pemikiran Ibnu Taimiyah dalam bidang aqidah tersebut. Selanjutanya kajian yang dilakukan oleh Jindan (1994) berjudul Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah. Secara keseluruhan, kajian ini mengupas pemikiran Ibnu Taimiyah tetang syariat dan politik. Kesimpulan kajian Jindan ini adalah kaitan antara teori Ibnu Taimiyah tentang pemerintahan Islam 7

dengan sistem pemerintahan pada masa modern. Namun, Jindan (1994) hanya membahas pemikiran Ibnu Taimiyah dalam aspek tertentu saja, yaitu dalam aspek politik dan syariat. Selain itu meski Jindan (1994) sedikit mengulas tentang pengaruh pemikiran Ibnu Taimiyah terhadap gerakan Wahhabiyah dalam epilog buku, Jindan hanya menguraikan inti-intinya saja tanpa mengelaborasi lebih dalam. Kajian berikutnya dilakukan oleh khan (1983) yang berjudul Pemikiran Politik Ibnu Taimiyah. Khan telah memberikan penjelasan menarik tentang pemikiran Ibnu Taimiyah mengenai politik. Meskipun kajian ini lengkap dan jelas akan tetapi dalam kajian ini tidak terdapat penjelasan tentang pengaruh pemikiran Ibnu Taimiyah terhadap gerakan Wahhabiyah. Keempat, banyak yang melakukan kajian mengenai gerakan Wahhabiyah yang dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab, seperti yang dilakukan oleh Subhan (2007); Baz (1999); dan Kücükcan (1995). Akan tetapi penulis tidak menemukan yang memfokuskan kajian tentang gerakan Wahhabiyah dipengaruhi oleh pemikiran Ibnu Taimiyah. Kajian yang dilakuakan oleh Subhan (2007), misalnya, yang berjudul Syaikh Muhhamad bin Abdul Wahhab dan Ajarannya. Subhan (2007) membahas mengenai biografi serta ajaran atau pemikiran dari Muhhamad bin Abdul Wahhab. Namun, dalam kajian ini tidak terdapat penjelasan lengkap tentang pengaruh pemikiran Ibnu Taimiyah terhadap gerakan Wahhabiyah. Selanjutnya kajian yang dilakukan oleh Baz (1999) yang berjudul Imam Muhammad Bin Abdul Wahhab; Dakwah dan Jejak Perjuangannya. Baz (1999) 8

membahas mengenai dakwah dan jejak perjuangan dari Muhammad bin Abdul Wahhab. Serta seperti juga kajian Subhan (2007) dalam kajian ini juga tidak terdapat penjelasan lengkap tentang pengaruh pemikiran Ibnu Taimiyah terhadap gerakan Wahhabiyah. Berikutnya kajian yang dilakukan oleh Kücükcan (1995) yang berjudul Some Reflections on the Wahhabiyah. Kajian ini berisi mengenai pengenalan gerakan Wahhabiyah; penjelasan gerakan Wahhabiyah secara umum; implikasi pandangan Ibnu Taimiyah terhadap gerakan Wahhabiyah, keterlibatan gerakan Wahhabiyah dalam politik; hubungan Wahhabi dengan Khilafah Turki dan Kerajaan Saudi Arabia; dan perkembangan dari gerakan Wahhabiyah pada masa modern. Meskipun dalam kajian ini terdapat pembahasan tentang implikasi pandangan Ibnu Taimiyah terhadap gerakan Wahhabiyah, Kücükcan (1995) hanya membahas poin-poin penting sehingga pembahasanya cenderung singkat. Berangkat dari uraian dan alasan-alasan diatas menarik bagi penulis untuk mengkaji lebih dalam mengenai pengaruh pemikiran Ibnu Taimiyah terhadap gerakan Wahhabiyah. Maka penulis mencoba merumuskannya dalam sebuah judul: Pengaruh Pemikiran Ibnu Taimiyah (1263-1328 M) Terhadap Gerakan Wahhabiyah (1703-1792 M). Untuk mendapatkan gambaran jelas tentang judul diatas, penulis akan memberikan penjelasan dari beberapa istilah berikut: Pertama, istilah Pengaruh, Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Alwi, 2002: 849). Pengaruh dalam judul skripsi ini dimaksudkan pada daya dari pikiran- 9

pikiran Ibnu Taimiyah yang mendorong pada watak, kepercayaan dan perbuatan gerakan Wahhabiyah di daratan Arabia. Kedua, istilah Pemikiran, menurut Bagus (1996:793) dalam Kamus Filsafat, bahwa pemikiran menunjuk baik pada proses kegiatan mental maupun hasilnya, interpretasinya tergantung pada pandangan seseorang berkaitan dengan metafisika universal (hal-hal universal), dan epistemologi. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pemikiran adalah sebagai proses, cara dan perbuatan memikir (Alwi, 2002: 873). Pemikiran yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah proses, cara dan kegiatan berfikir dari Ibnu Taimiyah seorang pembaharu Islam abad ke 13 M yang mempengaruhi gerakan Wahhabiyah. Ketiga, tokoh dalam judul skripsi ini, Ibnu Taimiyah (1263-1328 M) adalah seorang pembaharu Islam abad ke 12 M. Ia berusaha untuk menyelesaikan permasalahan ummat Islam Sunni abad ke 12 M dengan menyerukan kembali kepada Alquran dan Sunnah ; dibukanya pintu ijtihad serta diharamkannya taqlid kepada ulama (Salahuddin, 2000: 17). Ibnu Taimiyah menginginkan pemurnian ajaran Islam sesuai yang diajarkan Muhammad S.A.W. dan tiga generasi awal dalam Islam yang disebut sebagai golongan Salaf. Keempat, istilah Gerakan Wahhabiyah adalah suatu gerakan politik keagamaan yang didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab di Nejd pada abad ke 18 M. Gerakan ini bertujuan untuk memurnikan ajaran Islam sesuai yang diajarkan Muhammad SAW. dan tiga generasi awal dalam Islam yang dikatakan oleh nabi sebagai generasi terbaik. Istilah Wahhabiyah diberikan oleh para 10

penulis, guru dan diplomat Eropa. Para pengikut gerakan Wahhabiyah sendiri menyebut mereka dengan sebutan Muwahhidin (Jindan, 1994:133). Kelima, tahun di akhir judul skripsi ini, 1703-1792 M adalah tahun lahir dan wafatnya Muhhamad bin Abdul Wahhab, pendiri gerakan Wahhabiyah. 1.2. Rumusan dan Batasan Masalah Dalam penulisan proposal skripsi ini rumusan masalah yang utama dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pengaruh pemikiran Ibnu Taimiyah terhadap gerakan Wahhabiyah? Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian ini, maka rumusan masalah tersebut disusun ke dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai batasan masalah, yaitu: 1. Bagaimana latar belakang sosio-historis menjelang kelahiran Ibnu Taimiyah? 2. Siapakah Ibnu Taimiyah dan bagaimana pemikirannya? 3. Bagaimana sejarah kehidupan dan Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab? 4. Bagaimana Pengaruh pemikiran Ibnu Taimiyah terhadap Muhammad bin Abdul Wahhab? 1.3. Tujuan Penelitian Dalam penelitian skripsi ini berdasarkan rumusan dan batasan masalah di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 11

1. Menjelaskan latar belakang sosio-historis menjelang kelahiran Ibnu Taimiyah. 2. Mengetahui biografi Ibnu Taimiyah dan menjelaskan pemikirannya. 3. Menjelaskan sejarah kehidupan dan pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab. 4. Menjelaskan Pengaruh pemikiran Ibnu Taimiyah terhadap Muhammad bin Abdul Wahhab. 1.4. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, yaitu suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan peristiwa dimasa lampau. Metode Historis yang memiliki pengertian sebagai bagaimana mengetahui sejarah, menyiratkan adanya beberapa langkah prosedural yang harus ditempuh untuk bisa mengetahui dan merekonstruksi sebuah peristiwa sejarah (Sjamsuddin, 1996: 63). Penulis menggunakan metode tersebut karena data-data mengenai Ibnu Taimiyah, baik sebagai individu; pemikiran; keadaan zamannya; dan pengaruhnya terhadap gerakan Wahhabiyah berasal dari masal lalu. Adapun metode historis sebagaimana didefinisikan oleh Gottschalk (1986: 32) bahwa metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau dan hasilnya berupa rekonstruksi imajinatif atau historiografi. Adapun langkah-langkah yang digunakan penulis dalam metode penelitian guna 12

penulisan skripsi ini adalah seperti yang dikemukakan oleh Ismaun (2005: 48-50) antara lain: Pertama heuristik, yaitu tahap mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang dianggap relevan dengan topik yang dipilih. Cara yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan sumber; buku-buku; dan artikel-artikel yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji. Sumber penelitian sejarah terbagi menjadi tiga yaitu sumber benda; sumber tertulis; dan sumber lisan. Topik yang penulis pilih berbentuk studi literatur sehingga sumber yang dimaksud adalah sumber tertulis. Kedua kritik, yaitu memilah atau menyaring keotentikan sumber-sumber yang telah ditemukan. Pada tahap ini penulis melakukan pengkajian mendalam terhadap sumber-sumber sejarah yang telah didapatkan dengan cara mengkritik dan menganalisis materi dari berbagai litelatur atau buku-buku agar penulis menemukan kebenaran sumber dari sumber-sumber yang diteliti secara kritis. Ketiga interpretasi, yaitu memaknai atau memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh dengan cara menghubungkan satu sama lainnya. Pada tahapan ini penulis mencoba menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian, yaitu menginterpretasikan hasil dari kritik dan analisis sumber tersebut. Keempat historiografi, yaitu tahap akhir dalam penulisan sejarah pada tahapan ini penulis menyusun dan membahas fakta-fakta yang ditemukan sehingga menjadi satu kesatuan sejarah yang tersusun dalam bentuk karya tulis. Serta menuliskan hasil penelitian tersebut dengan semenarik dan sejelas mungkin. 13

Teknik penulisan skripsi yang penulis gunakan adalah sistem Harvard. Sistem ini digunakan karena disesuaikan dengan penggunaan sistem yang lazim dipakai akademisi Universitas Pendidikan Indonesia dalam penulisan karya ilmiah. Buku yang diterbitkan UPI (2003) yang berjudul Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi) adalah sumber rujukan kenapa sistem Harvard ini dipergunakan. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut. Bab I, yaitu bagian pendahuluan yang memuat latar belakang masalah; rumusan masalah dan batasan masalah yaitu bagian-bagian mendasar yang menjadi pokok pikiran; tujuan penulisan; metode penelitian dan teknik penulisan; serta sistematika penulisan. Bab II, tinjauan kepustakaan atau kajian pustaka, pada bab ini dipaparkan analisis dari penelitian penelitian sebelumnya yang membahas tenatang topik serupa. Bab III, merupakan uraian metodologi penelitian, yaitu mendeskripsikan langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis dalam menyusun penelitian ini, sejak persiapan sampai akhir. Bab IV, adalah pembahasan yang akan penulis bagi menjadi empat bagian yaitu: satu latar belakang sosio-historis menjelang kelahiran Ibnu Taimiyah; dua biografi dan pemikiran Ibnu Taimiyah; tiga sejarah kehidupan dan pemikiran 14

Muhammad bin Abdul Wahhab; dan empat analisis mengenai keterkaitan antara pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Ibnu Taimiyah. Bab V, ini adalah bagian akhir. Di dalamnya terdapat kesimpulan secara menyeluruh dari bab-bab sebelumnya. 15