BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PENUNJUKKAN WALI NIKAH DALAM PERKAWINAN MUALLAF

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah salah satu sunnatullah yang berlaku pada semua. mahluk Tuhan, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

MUALLAF DAN WALI DALAM HUKUM ISLAM

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 0051/Pdt.P/PA.Gs/2010 TENTANG WALI ADLAL KARENA PERCERAIAN KEDUA ORANG TUA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB III KASUS PENUNJUKKAN WALI NIKAH DLAM PERKAWINAN MUALLAF DI KUA NEGARA KABUPATEN JEMBRANA BALI

BAB I PENDAHULUAN. mempelai perempuan dalam suatu akad nikah. 1. jumlah rukun pernikahan. Namum perbedaan tersebut bukanlah dalam hal

PROSES AKAD NIKAH. Publication : 1437 H_2016 M. Disalin dar Majalah As-Sunnah_Baituna Ed.10 Thn.XIX_1437H/2016M

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB 13 SALAT JAMAK DAN QASAR

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SYAFI I TENTANG TATA CARA RUJUK SERTA RELEVANSINYA TERHADAP PERATURAN MENTERI AGAMA NO.

BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

FATWA TARJIH: HUKUM NIKAH SIRRI

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM TENTANG MANIPULASI AKTA NIKAH DALAM PERKAWINAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

و ك ان ر ب ك ق د ي ر ا{ ٥٤ { Islam. 3 Allah swt berfirman dalam QS. Al-Furqa>n (25) ayat 54: BAB II

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN WALI HAKIM OLEH KEPALA KUA DIWEK JOMBANG TANPA UPAYA MENGHADIRKAN WALI NASAB

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PENOLAKAN PERMOHONAN WALI HAKIM OLEH KEPALA KUA KECAMATAN NGETOS

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAHARUAN AKAD NIKAH SEBAGAI SYARAT RUJUK

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM MENETAPKAN WALI ADHAL DALAM PERKAWINAN BAGI PARA PIHAK DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A PADANG

Seorang Bapak Tidak Boleh Memaksa Putrinya Menikah

BAB V PENUTUP. dapat dijerat dengan pasal-pasal : (1) Pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum

BAB IV PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN. mensyariatkan perkawinan sebagai realisasi kemaslahatan primer, yaitu

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI LEGEN. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Agama Tentang Praktek

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG PENAMBAHAN UANG SEWA TAMBAK DI DESA GISIK CEMANDI KEC. SEDATI KAB.

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. Alamat : Jl. AES Nasution Gang Samudin Rt 11 Rw 02

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI HUKUM TENTANG KEJAHATAN TERHDAP ASAL-USUL PERNIKHAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

Hukum Poligami. Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahullah- Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

SIAPAKAH MAHRAMMU? 1

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB I PENDAHULUAN. Semua manusia dan makhluk lainnya diciptakan oleh Allah swt. saling

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna,

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Munakahat (Studi di Kecamatan Sebangau Kuala Kabupaten Pulang Pisau). Hasil

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Hukum Banyak Bergerak dalam Shalat

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB DAN TENTANG STATUS WALI DALAM PERKAWINAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-

NIKAH MUT AH. Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, setelah :

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

BAB I PENDAHULUAN. boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya 1. Diakui secara ijma

BAB I PENDAHULUAN. membatasi hak dan kewajiban antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. wali menempati kedudukan yang sangat penting dalam pernikahan. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

AD{AL DENGAN ALASAN CALON SUAMI SEORANG MUALLAF DAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HIBAH DALAM KEADAAN SAKIT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

KEWARISAN SAUDARA KANDUNG LAKI-LAKI/ SAUDARA SEBAPAK LAKI-LAKI BERSAMA ANAK PEREMPUAN TUNGGAL

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KAFA'AH SEBAGAI LATAR BELAKANG WALI MENGGUNAKAN HAK IJBA<R-NYA

BAB II TABUNGAN ZAKAT AL-WADI< AH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT AHMAD HASSAN TENTANG SAHNYA WANITA MENIKAH TANPA WALI

UNTUK KALANGAN SENDIRI

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB V PEMBAHASAN. pemaparan data sebagai hasil penelitian melalui wawancara langsung dengan para

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

BERULANGKALI WALINYA MENOLAK ORANG YANG MEMINANG, APAKAH BOLEH WANITA MENIKAH SENDIRI?

BAB I PENDAHULUAN. perceraian. Selanjutnya persoalan yang terjadi di Indonesia telah diatur bahwa

MAHRAM. Pertanyaan: Jawaban:

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB IV. berdasarkan kepada firman Allah yang termaktub dalam al Qur'an dan sunnah

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB II KERANGKA TEORI. laki-laki dan seorang perempuan karena ikatan suami isteri, dan membatasi hak

BAB IV ANALISIS TERHADAP METODE IJAB QABUL PADA MASYARAKAT SUKU SAMIN

JABATAN PELAJARAN TERENGGANU SUMATIF 2 SIJIL PELAJARAN MALAYSIA 2013 PENDIDIKAN ISLAM

Transkripsi:

58 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PENUNJUKKAN WALI NIKAH DALAM PERKAWINAN MUALLAF Dalam hukum Islam sudah dijelaskan, bahwa untuk melaksanakan perkawinan yang sah harus terdapat rukun dan syarat yang didalamnya yaitu seorang wali dan beragama Islam, dan ayah berhak untuk menjadi wali atas anaknya yang akan menikah. Akan tetapi permasalahanya disini walinya tidak bisa menjadi wali karena non muslim, yang pada akhirnya memakai wali hakim dan ustad. Keberadaan seorang wali dalam akad nikah adalah suatu yang mesti dan tidak sah akad perkawinan yang tidak dilakukan oleh wali. Prosedur penunjukkan wali nikah dalam perkawinan muallaf terhadap wali hakim: 1. Permohonan wali hakim karena wali nasab tidak ada dan tidak memenuhi syarat. a. Membuat laporan kepada pencatat nikah dan rujuk b. Pihak KUA melakukan wawancara langsung dengan yang bersangkutan (mempelai wanita dan mempelai laki-laki) mengenai perihal dari pihak wali nikah keluarga yang muallaf tersebut. c. Pihak KUA memeriksa surat pernyataan diri masuk Islam dari kepala desa setempat, sehingga muallaf tersebut mengikrarkan keislamannya di KUA Negara 58

59 d. Wanita muallaf tersebut menulis surat pernyataan tahkim wali yang ditujukan kepada pihak KUA e. Menyerahakan foto copy KTP dan akta kelahiran f. Menyerahkan foto copy ijasah dan foto copy KK (kartu keluarga) g. Menyerahkan foto copy KTP orang tua (ayah dan ibu) h. Memeriksa data-data dari pihak mempelai akan kebenaran data tersebut Dari prosedur wali hakim yang dijelaskan di atas memang semua KUA seperti itu dan tidak ada permasalahan tentang adanya wali hakim tersebut. Yang dilakukan KUA Negara Kabupaten Jembrana Bali ini adalah menerima kasus penunjukkan wali hakim dalam perkawinan muallaf tentang tidak adanya wali nasab karena non muslim. Jadi tanpa hadirnya wali dalam sebuah perkawinan dari mempelai wanita itu tidak sah. Nabi SAW telah bersabda sebagai berikut: ع ن ع ا ي ش ة ر ض ي ا الله ع ن ه ا ع ن ا ل ن ب ي ص لى االله ع ليه و س ل م قا ل : لا ن ع د ل (رواه ا حمد والبيهقى) كاح ا لا ب و ل ي و ش اه د ي Dari Aisyah r.a., Nabi SAW., beliau bersabda, tidak sah nikah, melainkan dengan wali dan dua orang saksi yang adil. (H.R.Ahmad dan Baihaqi) 1 Dan hal ini juga sudah dijelaskan pada hadist shahih yang diriwayatkan Imam Tirmidzi dari Aisyah RA. Sebagai berikut: 1 Ibnu Mas ud dan Zainal Abidin, Edisi Lengkap Fiqih Mazhab Syafi I buku 2, Muamalah, Munakahat, Jinayah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007), 270.

60 ع ف ن ن عا ي ش ة ا ن ر سو ل ا الله د خ ل ب ف ا ن كا ح ها با طل و س ل م قا ل ا ي ع لي ه ها ف ل ها ا ل م ه ر و ل ي م ن لا و ل ي ل ه (رواه التر مذي) ما ا م ر ا ة ن ك م ب ما ا س ت ح ل ح ن ت ف ر ب غ ي ر ا ذ ن ج ها ف ا ن و ل ي ها ف ن كا ح ها با طل ا ش ت ج روا فال س ل طا ن Setiap wanita yang melangsungkan perkawinan tanpa seizin walinya, maka pernikahannya batal, batal, batal. Jika suami telah menggaulinya, maka ia berhak memperoleh mahar. Jika para wali berselisih (bertengkar), maka pemerintah (hakim) adalah menjadi wali bagi orang yang tidak memiliki wali. 2 Hadist di atas menjelaskan nikahnya batal sebanyak tiga kali, batalnya nikah seorang wanita bila ia mengawinkan dirinya sendiri, sehingga wali merupakan syarat bagi sahnya suatu pernikahan yang hal ini menurut mazhab Syafi I dan mazhab Malik. Jumhur ulama seperti Imam Malik, Imam Syafi I mengatakan bahwa wali itu adalah ahli waris diambil dari garis ayah, bukan dari garis ibu. Imam Syafi I mengatakan tertib wali sebagai berikut: 1. Ayah 2. Kakek 3. Saudara laki-laki sekandung 4. Saudara laki-laki seayah 5. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung 6. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah 7. Paman sekandung (saudara laki-laki dari ayah) 2 Hamdan Rasyid, M.A. Fiqih Indonesia, (Jakarta: PT AL Mawardin Rima, 2003)

61 Menurut syafi i pernikahan seorang perempuan tidak sah kecuali pernikahan oleh wali aqrab (dekat) kalau tidak ada wali aqrab (dekat) maka dinikahkan oleh ab ad (jauh), kalau tidak ada maka diuraikan oleh Penguasa dalam hal ini hakim. 3 Di Indonesia penetapan wali hakim diatur Peraturan Menteri Agama Rebublik Indonesia nomor 30 tahun 2005 tentang wali hakim pasal 2: 1. Bagi calon mempelai wnita yang akan menikah di wilayah Indonesia atau di luar negeri/ di luar teritoral Indonesia, tidak mempunyai wali nasab yang berhak atau wali nasabnya tidak memenuhi syarat, atau mafqud, atau berhalangan, atau adhal, maka pernikahannya dilangsungkan oleh hakim. 2. Khusus untuk menyatakan adhal nya wali sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan putusan Pengadilan Agama / Mahkamah Syar iyah yang meliwayahi tempat tinggal calon mempelai wanita. Dan kemudian dijelaskan di Kompilasi Hukum Islam yang mengatur tentang wali hakim untuk bertindak sebagai wali dalam pasal 23 ayat 1 yang berbunyi: 1. Wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah apabila wali nasab tidak ada atau tidak mungkin menghadirkan atau tidak diketahui tempat tinggalnya atau gaib atau adlal / enggan. 4 Jadi bisa dipahami bahwa sebagaimana Peraturan Menteri Agama Rebublik Indonesia nomor 30 tahun 2005 tentang wali hakim, dalam menentukan wali nasab dari mempelai wanita tidak memenuhi syarat, atau mafqud atau berhalangan, atau adlal, maka perkawinannya dilangsungkan oleh wali hakim. Begitu juga dalam Kompilasi Hukum Islam bahwa wali nasab tidak ada atau tidak memenuhi syarat, maka pihak KUA akan menyerahkan kasus penunjukkan wali kepada wali hakim. Dengan kasus perkawinan muallaf di pulau Bali yang menikah dengan laki-laki muslim sehingga dalam melaksanakan 3 Al Hamdani, Rislah nikah, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta PT Rajawali, 2011 ), 112. 4 Ibid, 145.

( 62 perkawinannya tanpa adanya wali nasab dan pihak keluarganya yang bisa menjadi wali nikahnya itu. Tidak dapat menjadi wali nikah dikarenakan tidak memenuhi syarat dalam perkawinan apa yang telah dijelaskan dalam buku-buku fiqih dan Kompilasi Hukum Islam dan Peraturan Menteri Agama Rebublik Indonesia nomor 30 tahun 2005. sebagaimana yang tercantum di dalam surat Imran ayat 28. «!$# š ÏΒ } øšn=sù š Ï9 sœ ö yèø tƒ tβuρ t ÏΖÏΒ σßϑø9$# Èβρߊ ÏΒ u!$ušï9 ρr& t Í Ï s3ø9$# tβθãζïβ σßϑø9$# É Ï Gtƒ ω > ó x«îû Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah. 5 Tidak semua perkawinan wanita muallaf yang menjadi wali nikahnya melakukan penunjukkan kepada hakim, tetapi ada wanita muallaf yang melakukan penujukkan wali nikahnya kepada ustad. Jika wanita muallaf Berpedoman pada hadist di bawah ini, dapat kita pahami bahwa pada dasarnya pernikahan yang tidak ada walinya sama sekali, maka walinya adalah Sultan (hakim). : ع ن اب ن ع با س ر ض ي االله ع ن ه م ا قا ل : قا ل ر س و ل االله ص لى االله ع لي ه و س لم بو ل ي لا ن كاح ا لا م ر ش د ا و س ل طا ن ) رواه لطبرانى) 54. 5 Departemen Agama, Al Qur an dan Terjemaanya, (Jakarta: CV Penerbit J-ART, 2005),

63 Dari Ibnu Abbas r.a, ia berkata, Rasulullah SAW., bersabda, tidak sah nikah, melainkan dengan wali yang cerdas atau Sultan. (H.R. Tabrani). 6 Bahwa nikah jika yang berhak menjadi wali adalah non muslim, maka menurut jumhur fuqaha proses akad nikahnya dapat dilakukan oleh wali nasab (dari pihak keluarga) yang muslim dan mau atau bisa menjadi wali (urutan wali antar madzab tidak sama, tetapi yang asasi adalah ayah, kakek, ke atas, saudara kandung, saudara seayah dan paman, saudara ayah), jika tidak ditemukan saudara yang muslim maka yang berhak menjadi wali adalah hakim, dalam hal ini adalah Penghulu. Sedangkan menurut fuqaha Hanafi untuk sahnya pernikahan memang tidak diharuskan keberadaan wali. Jadi andai walinya non muslim, maka calon mempelai wanita dapat melakukan penunjukkan siapa saja dapat mewakilinya. 7 Adapun proses yang melatar belakangi wanita muallaf melakukan dan calon suaminya itu penunjukkan wali nikah kepada hakim karena wanita muallaf tersebut wali nasabnya tidak berhak dan tidak ada pihak keluarga yang bisa mengantikan kedudukan walinya, sehingga wanita muallaf tersebut membuat surat tahkim wali yang ditujukan kepada penghulu/ pihak KUA Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Bali. tahkim wali agar dalam pelaksanaan perkawinannya tidak dipersulit oleh pihak manapun itulah prosedur 6 Ibnu Mas ud dan Zainal Abidin, Edisi Lengkap Fiqih Mazhab Syafi I Buku 2, Muamalah, Munakahat, Jinayah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007 ), 271. 7 Ahmad Zahro, Fiqih Kontemporer, (UNIPDU Press, 2012), 116-117.

64 wanita muallaf yamg menggunakan wali hakim. Di Kecamatan Negara tidak semua wanita muallaf melakukan penunjukkan wali nikahnya bertahkim wali kepada hakim tetapi ada yang penunjukkan walinya kepada seorang ustad, setiap orang mempunyai pola pikir yang berbeda-beda dalam memandang segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini, ada wanita muallaf dan calon suaminya itu, yang menggunakan wali hakim dari pihak KUA dan ada pula wanita muallaf yang menggunakan wali ustad yang telah membimbingnya mememuk islam, ia berpikir bakwa ustad itu lah yang berhak menjadi wali atas perkawinanya. Sudah dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam yang terdapat pada pasal 71 huruf e, perkawinan itu dapat dibatalkan apabila: perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan oleh wali yang tidak berhak. Sehingga suatu perkawinan dapat dibatalkan apabila dilaksanakan oleh wali yang tidak berhak, tetapi wanita muallaf dan calon suaminya melakukan penunjukkan kepada ustad yang telah membimbingnya masuk Islam supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diiginkan dan terjerumus kepada perzinahan. Untuk memberikan pemahaman kepada umat Islam tentang sah atau tidaknya pernikahan yang dilangsungkan oleh wali hakim, maka MUI provinsi DKI Jakarta memfatwakan tentang pengangkatan wali hakim sebagai berikut: 1. Bahwa pernikahan yang sah menurut syariah Islam, adalah pernikahan yang dilaksanakan berdasarkan syariat Islam dengan memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun pernikahan yang disebutkan dalam kitab-kitab fiqih;

65 2. Bahwa suatu pernikahan harus dihadiri oleh wali dan kedua orang saksi laki-laki yang adil, jika yang memungkinkan yang menjadi wali pernikahan adalah wali nasab. 3. Jika wali nasab menolak untuk menikahkan anak gadisnya dengan laki-laki yang kafa> ah atau tidak bisa menghadiri pernikahan karena bertempat tinggal di luar negeri atau luar daerah atau karena sebab lain, maka untuk mempermudah dan memperlancar pelaksanaan pernikahan, mempelai wanita dapat menunjuk wali hakim dari kalangan pengawai Kantor Urusan Agama. Hal ini didasarkan pada hadist shahih yang diriwayatkan Imam Tirmidzi dari Aisyah RA. Sebagai berikut: ن ع ب ا طل عا ي ف ن فال س ل طا ن ش ة ا ن كا ح ها با طل ر سو ل ا الله ف ا ن ع لي ه د خ ل و س ل م قا ل ا ي ب ها ف ل ها ا ل م ه ر و ل ي م ن لا و ل ي ل ه (رواه التر مذي) ح ما ا م ر ا ة ن ك ب ما ا س ت ح ل ت م ب غ ي ر ا ذ ن ف ر ن و ل ي ها ف ن كا ح ها ج روا ا ش ت ج ها ف ا ن Setiap wanita yang melangsungkan perkawinan tanpa seizin walinya, maka pernikahannya batal, batal, batal. Jika suami telah menggaulinya, maka ia berhak memperoleh mahar. Jika para wali berselisih (bertengkar), maka pemerintah adalah menjadi wali bagi orang yang tidak memiliki wali. 4. Jika wali hakim dari kalangan Pengawai Kantor Urusan Agama (KUA) yang ditunjuk oleh pemerintah mempersulit pelaksanaan pernikahan atau menuntut honor yang memberatkan orang yang hendak melangsungkan pernikahan, atau memperlambat pelaksanaan tugasnya melebihi batas

66 waktu yang wajar sehingga menimbulkan kegelisahan bagi orang yang bersangkutan, maka mempelai wanita boleh menunjuk Wali Muhakkam dari tokoh masyarakat atau ulama setempat. 5. Sepanjang masih ada wali hakim dari kalangan pengawai Kantor Urusan Agama (KUA) yang ditunjuk oleh pemerintah, maka mempelai wanita tidak boleh wali muhakkam dari tokoh masyarakat atau ulama setempat. Sebab jika hal itu diperbolehkan, maka akan terbuka pintu terjadinya perkawinan di bawah tangan yamg tidak tercatat, sehingga mengakibatkan kesulitan perlindungan hukum bagi kedua mempelai dan anak-anak keturunan meraka. 8 Dengan fatwa yang diberikan MUI provinsi DKI Jakarta kepada umat Islam, bahwa suatu pernikahan sah apabila dilaksanakan menurut agama Islam dengan memenuhi syarat dan rukunya, selagi masih ada wali hakim dari kalangan KUA yang ditunjuk oleh pemerintah, maka mempelai wanita dan mempelai laki-laki tidak boleh menunjuk wali muhakkam atau ustad, jika hal itu terjadi akan mengakibatkan kesulitan perlindungan hukum bagi kedua mempelai dan keturunan mereka, karena dikawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan mengarah kepada perzinahan sehingga wanita muallaf dan calon suaminya menunjuk wali nikahnya kepada ustad. Yang akan lebih banyak kemaslahatannya dibandingkan kemudaratannya bagi kedua mempelai tesebut. 8 Hamdan Rasyid, Fiqih Indonesia, (Jakarta: PT Al Mawardin Rima, 2003).

67 Wali hakim dapat dibenarkan menjadi wali dari sebuah akad nikah jika dalam kondisi-kondisi berikut; a. Tidak ada wali nasab. b. Tidak cukup syarat-syarat pada wali aqrab atau wali ab ad. c. Wali aqrab gaib atau bepergian dalam perjalanan sejauh-jauhnya 92,5 km atau 2 hari perjalanan. d. Wali aqrab dipenjara dan tidak dapat ditemuai. e. Wali aqrabnya adlal. f. Wali aqrabnya berbelit-belit (memepersulit). g. Wali aqrabnya sedang ih}ra>m. h. wali aqrabnya sendiri yang akan menikah dan wanita akan dinikahkan. gila, tetapi sudah dewasa dan wali mujbir tidak ada. 9 itulah yang dilakukan wanita muallaf dalam wali nikahnya. Begitu juga dengan wali tahkim, dapat bertindak sebagai wali tahkim apabila: 1. Wali nasab tidak ada i. Wali nasab gaib, atau bepergian sejauh dua hari agar perjalanan, serta tidak ada wakilnya disitu dan j. Tidak ada Qadi atau pegawai pencatat nikah, talak, dan rujuk (NTR). Padahal masa ada yang lebih berhak menjadi wali nikahnya wanita muallaf 9 Timah Dan Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap, 97-98.

68 itu, tetapi masih ada yang bertahkim atau melakukan penunjukkan wali nikah kepada seorang ustad. Sudah dijelaskan secara jelas dan terperinci oleh Jumhur ulama seperti Imam Malik, Tsauri, Laits dan Syafi i berpendapat bahwa wali dalam pernikahan adalah ahli waris, tetapi bukan paman dari ibu, bibi dari ibu, saudara seibu dan keluarga Dzawil Arham, Syafi i berkata Nikah seorang wanita tidak dapat dilakukan, kecuali dengan persyaratan wali qarib (dekat). Jika ia tidak ada, dengan wali jauh. Dan jika ia tidak ada dengan hakim. 10 Hakim dapat menjadi wali bagi perempuan (muallaf) yang tidak memiliki wali wali tersebut. Islam menuntut adanya kesepakatan wali demi kepentingan perempuan itu sendiri, agar dia tidak ditipu orang lain. Perempuan biasanya emosional dan mudah ditipu oleh laki-laki dengan rayuan-rayuan gombal dan janjijanji palsu. Karena itu, kesepakatan wali bertujuan menambah kehati-hatian agar perempuan itu tidak menjadi korban laki-laki penipu atau fasik. Jadi jangan sembarangan dalam memilih wali untuk pernikahan kita, karena perkawinan yang kita lakukan untuk kepentingan dunia dan akhirat, bukan hanya untuk kesengan di dunia saja. Pertimbangan hukum yang digunakan oleh wanita muallaf dan calon suaminya itu dalam wali nikahnya dilimpahkan kepada hakim karena sesuai dengan syariat Islam dan Kompilasi Hukum Islam yang telah ditentukan, berbeda dengan wanita muallaf yang mengunakan seorang ustad untuk menjadi 10 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 7, (Bandung: PT Alma arif, 1981)

69 wali nikah dalam perkawinannya, mereka ikut pada mazhab Hanafi yang boleh calon mempelai wanita dapat melakukan penunjukkan siapa saja dapat mewakilinya. Sebenarnya perkawinan wanita muallaf yang menggunakan wali seorang ustad sah saja, tetapi di Indonesia pada umumnya umat Islam menganut mazhab Syafi i yang menganggap wali adalah salah satu rukun dan syarat untuk sahnya nikah dan ini juga dijelaskan pada Kompilasi Hukum Islam pada pasal 20 (ayat 2) yaitu wali nikah terdiri dari: 1.wali nasab dan wali hakim. Tetapi masih saja yang tidak memakai wali yang telah ditentukan oleh Kompilasi Hukum Islam tersebut. wanita manapun atau yang terjadi pada wanita muallaf (mbk Nur ) tidak dibolehkan menggunakan wali selain yang telah dijelaskan oleh Kompilasi hukum Islam pasal 20 ayat 2 itu. Wali merupakan syarat untuk sahnya nikah, sudah lama menjadi bahan perdebatan diantara para Paqih (ahli ilmu fiqih), sejak lahirnya mahzab Syafi i yang didirikan oleh Imam Idris as Syafi i, Mazhab Hanafi yang didirikan oleh Imam Abu Hanifah, perbedaan pendapat itu bukanlah perselisihan pendapat. Hal itu terjadi karena di Indonesia pada umumnya umat Islam menganut mazhab Syafi i yang menganggap wali adalah salah satu rukun dan syarat untuk sahnya nikah. 11 Dilihat dari pendapat ulama dan hadist-hadist yang telah dijelaskan, maka melihat kasus dalam pembahasan ini, bahwa mbk Nur adalah wanita 11 Mohd Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 214.

70 muallaf yang tidak mempunyai wali nasab karena non muslim, sehingga mbk Nur tidak mengikuti mazhab Syafi i yang pada umumnya di Indonesia mengikuti mazhab Syafi i, pernikahannya mbk Nur sah menurut hukum Islam, tetapi tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh hukum Islam dan Undang-Undang yang telah berlaku di Indonesia.