BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH ANTARA JAMA AH HALAQOH SHALAT KHUSYUK DAN BUKAN JAMA AH HALAQOH SHALAT KHUSYUK DI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ayat di atas bermakna bahwa setiap manusia yang tunduk kepada Allah

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Program Bimbingan Keagamaan Islam dalam Coping Stress Narapidana

Qana ah dan Tasamuh. Aspek Akhlak

BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM DAN FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT BIMBINGAN AGAMA ISLAM BAGI PARA LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. hidup dengan optimal tanpa memiliki emosi, karena emosi merupakan salah satu

SALAM PADA TUHAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN. prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan

Bulan Penuh Rahmat itu Telah Meninggalkan Kita. Written by Mudjia Rahardjo Friday, 15 November :41 -

BAB IV ANALISIS TERHADAP TERAPI RUQYAH PADA PENDERITA GANGGUAN JIN

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa

Kejayaan Umat Dalam Berhijrah. Dr. Tajuddin Pogo, Lc.MH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi sekarang ini melakukan tindakan kekerasan merupakan hal yang

PROPOSAL KEGIATAN PERINGATAN ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW SMP NEGERI 14 DEPOK H / 2007 M

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

MAKNA ISRO MI ROJ DAN HIKMAH SHOLAT

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

BAB V PENUTUP. metode kualitatif dengan pendekatan metode study kasus yang menyajikan

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA ACARA PERINGATAN ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW 1435 H / 2014 H TANGGAL 20 JUNI 2014

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di

DAFTAR TERJEMAH No Halaman BAB Terjemah

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Data. Setelah data hasil penelitian disajikan, dapat diuraikan sebagai sebagai. berikut:

Khutbah Pertama Maasyirol Muslimin yang dirahmati Allah

malam bentangkan gelap, ia berdiri menyesali diri karena takut tiada tara menjadi teman kesedihan pada siang hari

Motivasi Agar Istiqomah

BAB IV ANALISIS. ersepsi Ulama terhadap Akhlak Remaja di Desa Sungai Lulut Kecamatan

Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan urusan kami (tidak ada contohnya) maka (amalan tersebut) tertolak (Riwayat Muslim)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), hlm

Takwa dan Keutamaannya

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali macam-macam shalat yang diperintakan oleh Allah SWT melalui

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan kemampuan membaca dan perkembangan dimensi afektif anak

BAB IV ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Metode SEFT Total Solution dalam Menangani Trauma Remaja Korban Perkosaan

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

BAB I PENDAHULUAN. Qur an sendiri menganjurkan supaya manusia memperdalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dengan melaksanakan shalat,

Marhaban Yaa Ramadhan 1434 H

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

Sucikan Diri Benahi Hati

HUBUNGAN ANTARA KEKHUSYUKAN SHALAT DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA UMS SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku (Al Baqarah : 43)

Bismillahirrahmanirrahim

Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada (Al-Hajj: 46).

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam perspektif Al-Qur an merupakan wujud dari. penyesuaian diri dengan pengalaman hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KISI KISI SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS UTS GENAP KELAS VII (TUJUH) (untuk memperkaya wawasan WAJIB BACA BUKU PAKET)

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah

Kekhususan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Tidak Dimiliki Oleh Umatnya

Bab 4 Belajar Mendirikan Shalat Berlatih Akhlak Mulia Membangun Kesejahteraan Umat

Khutbah Jum'at. Isra' Mi'raj. Bersama Dakwah 1

MENGGAPAI KHUSYU. Publication : 1439 H_2017 M

Pendidikan Agama Islam

Standar Kompetensi : 7. Memahami tatacara Puasa Wajib dan Puasa Sunat

DAFTAR TERJEMAH No. BAB Hal Terjemah

Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah sajalah hati akan menjadi tenteram (QS Ar Ra d : 28).

Lailatul Qadar. Rasulullah SAW Mencontohkan beberapa amal khusus terkait Lailatul Qadar ini, di antaranya:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Perasaan tenang dan tentram merupakan keinginan yang ada dalam diri setiap

PENGAJIAN AKBAR DALAM RANGKA MEMPERINGATI ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW DI MASJID AGUNG KOTA BLITAR TAHUN 2012 / 1433 H

MENDIDIK ANAK DENGAN NASEHAT. Muzdalifah M Rahman* 1

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN SEBELUM UJI COBA. 1. Skala Tawakal ( I ) 2. Skala Adversity Quotient ( II )

( ). BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut atau biasa disebut dengan lanjut usia (lansia) merupakan tahap

Menyambut Keagungan Ramadhan. Written by Friday, 06 August :30

Nasehat Bagi Orang Yang Melalaikan Shalat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

Khutbah Jum'at. Sebelum Ramadhan Pergi. Bersama Dakwah 1

BAB 2 ISLAM DAN SYARIAH ISLAM OLEH : SUNARYO,SE, C.MM. Islam dan Syariah Islam - Sunaryo, SE, C.MM

BAB I PENDAHULUAN. 2001), hlm. 42. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

BUPATI PADANG LAWAS SAMBUTAN BUPATI PADANG LAWAS PADA ACARA PERINGATAN ISRA MI RAJ 1437 H DI KABUPATEN PADANG LAWAS KAMIS, 26 MEI 2016

KARAKTER PEMIMPIN DALAM ISLAM. HM. Khoir Hari Moekti

Mutiara Introspeksi Diri

[ Indonesia Indonesian

Renungan Pergantian Tahun

Oleh : Saktiyono B. Purwoko, M.Psi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan keragu-raguan, ataupun kecemasan. Misalnya ketika seseorang diminta

BAB I PENDAHULUAN. Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan

BAB IV ANALISIS PENANGANAN KLEPTOMANIA DENGAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM. Dalam kehidupan, yang namanya masalah besar maupun kecil harus di

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

REVIEW. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK. Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. agama. Minat terhadap agama pada remaja tampak dari aktivitas mereka dalam

HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI Dr. Yusuf Al-Qardhawi. Pertanyaan:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

Jika kamu mengikuti kebanyakan manusia di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. [Q.S. 6 : 116]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

Al-Ilmu, ILMU MENDAHULUI AMAL Pentingnya menggali ilmu sebagai awal pelaksanaan amalan Ibadah Dirangkum oleh : Yulia Dwi Indriani

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Allah berfirman. Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang bergejolak di dalam dada.

Merasakan Manisnya Keimanan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia pasti tidak pernah lepas dari berbagai macam permasalahan yang datang silih berganti, apalagi di jaman seperti sekarang ini permasalahan hidup yang dihadapi manusia semakin kompleks dan rumit. Meskipun dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS), hidup menjadi lebih enak, lebih mudah dan praktis atau sering disebut dengan jaman instant, namun disisi lain muncul pula dampak negatif yang tidak dapat dihindarkan, misalnya orang semakin permisif, pola konsumtif di mana-mana, persaingan semakin ketat, dan muncul pula masalah-masalah sosial. Masalah sosial (social problems) muncul sebagai penyakit modern yang menghantui setiap orang, masalah sosial tersebut dapat memunculkan gangguan kejiwaan seperti stres. Menghadapi permasalahan hidup yang berat dan datang silih berganti tidak selalu berujung membuat seseorang menjadi stres. Adanya semangat dari diri sendiri, apalagi dibantu dukungan dari keluarga dan lingkungan, maka permasalahan yang dihadapi akan terasa ringan, dan tidak membuat seseorang menjadi terpuruk berlarut-larut, apalagi putus asa. Jika seseorang sudah terlanjur salah dalam menyikapi persoalan, yang akhirnya menjerumuskannya sendiri ke jalan yang negatif, tapi dia segera sadar dan memperbaiki diri, maka dia akan mempunyai harapan dan kesempatan baru untuk menjadi manusia yang lebih 1

2 baik lagi. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Ar- Ra d: 11, yang artinya: Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaaan diri mereka sendiri. Ayat tersebut menjelaskan, kalau kita sudah mempunyai niat untuk berubah menjadi orang yang lebih baik, dan diiringi dengan perbuatan yang nyata, maka Allah akan memberikan pertolongan-nya. Banyak contoh kasus orang yang mengalami kegagalan hidup, namun akhirnya berhasil bangkit dan menjadi pribadi yang lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan dua contoh kasus berikut: Teddy, 40 tahun, asal Karangannyar mengaku dulu pernah terjerumus pada kehidupan yang kelam, bertahun-tahun hidupnya dihabiskan dengan mabukmabukan, mengkonsumsi narkoba, dan berjudi. Lama berselang akhirnya Teddy berfikir kalau manusia yang sudah rongsok masih bisa dibenahi dan bernilai asal ada kemauan untuk mengubahnya, lalu kemudian ia sadar kalau ia harus menata hidupnya. Tekadnya untuk berubah semakin kuat ketika mendapat ajakan dari temannya Sya ban untuk mengikuti pengajian, istrinya juga mendukung agar ia mau mengikuti ajakan temannya tersebut. Pengajian yang ia ikuti ibarat air yang mengaliri dahaga keimanannya dan membawa kesejukan. Apalagi sejak kecil hingga berusia separuh baya, ia mengaku sama sekali tidak pernah shalat, namun setelah mendapat siraman ruhani, ia sadar selama ini sudah melakukan banyak dosa, dan mengecewakan keluarga serta masyarakat dengan ulah buruknya. Semua kejadian kelam tersebut hanya menjadi kenangan, karena sekarang Teddy sudah lebih religius dalam menjalani kehidupan sehari-hari (Solopos, Jum at 12 Agustus 2011, hal.x). Kasus lain yaitu: Tantowi, asal Solo yang mendapat hidayah dari Allah SWT, setelah mengalami koma selama 12 hari dikarenakan over dosis obatobatan terlarang. Nyaris meninggal dunia setelah hilang kesadaran selama 12 hari, membuatnya sadar kalau Allah masih memberi kesempatan untuk memperbaiki hidupnya. Tantowi sebelumya hidup di dunia hitam karena terjerumus pergaulan teman-teman yang lebih tua. Sejak peralihan SD ke SMP, ia akrab mabuk-mabukan dan menjadi pecandu narkoba hingga obat-obatan yang cukup berat seperti jenis putaw dan heroin. Kehidupan kelam itu telah berlalu karena Tantowi sadar setelah selamat dari maut akibat overdosis. Beruntung ketika itu seorang sahabatnya, Sugeng mengajaknya ikut pengajian At-Taubah, setelah itu ia kembali menemukan semangat untuk mengubah hidupnya, ia juga merasa diterima oleh lingkungannya. Sejak saat itu, ia mulai mendekatkan diri kepada Allah SWT, shalat lima waktu, dan mengikuti kajian keislaman. Setelah

3 bertobat, ia mengaku hidupnya lebih nyaman dan tenteram (Solopos, Jum at 05 Agustus 2011, hal.x). Membaca kutipan dua contoh kasus di atas, harusnya kita menyadari kalau setiap cobaan hidup pasti ada jalan keluarnya, asal kita tidak putus asa. Agar semua problem kehidupan yang dihadapi tidak menimbulkan stres, maka seseorang perlu mempunyai ketahanan psikologis (psychological hardiness) atau sekumpulan trait individu yang dapat membantu dalam mengelola stres yang dialami. Penelitian tentang ketahanan psikologis terutama adalah kontribusi dari Suzane Kobasa dan koleganya yang menyelidiki para eksekutif bisnis yang memiliki ketahanan terhadap penyakit meski mereka mengalami beban stres yang berat. Menurut Kobasa, Maddi, & Kahn tiga perangai utama yang membedakan ketahanan psikologis para eksekutif tersebut, yaitu: (1) komitmen yang tinggi. Para eksekutif tangguh ini yakin sekali pada apa yang mereka lakukan dan melibatkan diri sepenuhnya terhadap pekerjaan dan situasi kerja. Mereka tidak pernah mencoba untuk menjauhkan diri dari situasi dan pekerjaan mereka. (2) Tantangan yang tinggi. Para eksekutif yang tangguh percaya perubahan merupakan suatu hal yang normal, mereka tidak terpaku pada kondisi stabil saja, tapi tertantang untuk mengatasi atau melakukan perubahan. (3) Pengendalian yang kuat terhadap hidup. Para eksekutif yang tangguh percaya dan bertindak dengan keyakinan bahwa diri mereka sendirilah yang menentukan reward dan punishment yang mereka terima dalam hidup ini (Nevid dkk, 2005). Secara psikologis orang yang ketahanan psikologisnya tinggi cenderung lebih efektif dalam mengatasi stres dengan menggunakan pendekatan coping yang berfokus pada masalah secara aktif (Williams dkk, dalam Nevid dkk 2005).

4 Mereka juga menunjukkan gejala fisik yang lebih sedikit, juga tingkat depresi yang lebih rendah dalam menghadapi stres daripada orang-orang yang ketahanan psikologisnya rendah (Ouellete & DiPlacido, 2001; Pengilly & Thomas, 2000). Kobasa menunjukkan bahwa orang yang ketahanan psikologisnya tinggi lebih baik dalam menangani stres karena mereka menganggap diri mereka sebagai orang yang memilih situasi stres itu sendiri. Mereka menganggap stresor yang mereka hadapi membuat kehidupan lebih menarik dan menantang, bukan sematamata membebani mereka dengan tekanan-tekanan tambahan. Jadi pengendalian adalah faktor kunci dalam ketahanan psikologis. Hadjam (2004) menyebutkan kepribadian tangguh mengacu pada kemampuan individu untuk bertahan dalam menghadapi stres tanpa mengakibatkan gangguan yang berarti. Lebih lanjut dikatakan bahwa kepribadian tangguh sangat berperan dalam menentukan tingkah laku penyesuaian individu dalam menghadapi stres. Kegagalan dalam memunculkan kepribadian tangguh dapat mendesak individu untuk melakukan tindakan-tindakan negatif. Jika seseorang beriman kepada Tuhan, maka ia tidak akan melakukan tindakan yang dilarang oleh Allah SWT, ia akan membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah SWT, yaitu dengan selalu beribadah, salah satu ibadah yang bisa dilakukan adalah ibadah shalat, seperti yang telah dikemukakan dalam Q.S. Al Ankabut: 45 bahwa sholat itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Pada dasarnya untuk mengubah karakter atau pribadi seseorang harus dilakukan dengan latihan dan usaha secara kontinu terus menerus setiap hari. Sangat tidak mungkin merubah dan membentuk pribadi dan karakter seseorang

5 dalam tempo singkat hanya sekali latihan atau training saja. Shalat khusyuk mempunyai keunggulan ini, karena shalat dilakukan umat Islam secara rutin setiap hari. Shalat yang dilakukan dengan tepat dan benar dapat mengubah pribadi dan karakter seseorang dari karakter yang buruk menjadi karakter yang baik dan positif (Z.A. Fadhil, 2010). Salah satu faktor kepribadian tangguh menurut Allport adalah memiliki filsafat hidup, yaitu adanya latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang memberikan tujuan dan arti, yaitu melalui agama. Hal tersebut sejalan dengan William James (Haryanto, 2002) yang berpendapat bahwa terapi yang terbaik bagi keresahan jiwa adalah keimanan kepada Tuhan. Keimanan kepada Tuhan adalah salah satu kekuatan yang harus dipenuhi untuk membimbing seseorang dalam hidup ini. Selanjutnya dijelaskan bahwa antara manusia dan Tuhan terdapat suatu ikatan yang tidak putus. Individu yang benarbenar religius akan terlindung dari keresahan dan selalu terjaga keseimbangannya. Ahli lain yaitu Toynbee (Haryanto, 2002) melihat bahwa krisis yang dialami oleh orang-orang Eropa pada jaman modern ini disebabkan oleh adanya kemiskinan spiritual, dan jalan penyembuhannya adalah kembali kepada agama, akal manusia harus bekerjasama dengan iman kepada Maha Pencipta. Ditambahkan oleh Nasr (Haryanto, 2002) bahwa manusia sangat membutuhkan agama, tanpa agama dia belum menjadi manusia utuh. Setelah manusia dipisahkan dari agama, ia menjadi gelisah, tidak tenang dan mulai membuat atau menciptakan agama-agama semu (pseudo-religion).

6 Salah satu ritual keagamaan yang rutin dilakukan umat islam adalah mendirikan shalat lima waktu. Shalat dalam agama islam adalah ibadah yang luhur sejak dahulu kala dan mempunyai kedudukan yang penting sehingga tidak dapat ditandingi oleh ibadah yang lain (HZ. Syarafuddin, dkk. 2007). Shalat merupakan tiang agama, Rasulullah SAW bersabda: shalat itu tiang agama, barang siapa mendirikan shalat, sesungguhnya ia telah mendirikan agama dan barang siapa meruntuhkan shalat, sesungguhnya ia telah meruntuhkan agama (HR. Bukhari dari Umar ra). Sebagai umat Islam, telah ditegaskan bahwa agama (tauhid) merupakan kebutuhan yang sifatnya alamiah (fitri/fitrah) dalam diri manusia (Muthahhari; Shihab, 2000). Perintah shalat diperoleh secara langsung dari Allah SWT, yaitu pada saat Nabi Muhammad SAW menjalankan Isra Mi raj. Diakui oleh Shihab (2000) bahwa shalat merupakan inti dari peristiwa Isra Mi raj, hal ini dikarenakan shalat pada hakekatnya merupakan kebutuhan mutlak untuk mewujudkan manusia seutuhnya. Ditambahkan bahwa shalat merupakan kebutuhan akal pikiran dan jiwa manusia, serta merupakan kebutuhan untuk mewujudkan masyarakat yang diharapkan oleh manusia seutuhnya. Makna khusyuk adalah ketundukan, kelembutan dan ketenangan hati, dan apabila hati merasakan kekhusyukan tersebut maka anggota badanpun mengikutinya, sebab anggota badan ini mengikuti perintah hati. Dari Nu man bin Basyir ra bahwa Nabi saw bersabda: Ketahuilah sesungguhnya di dalam badan ini terdapat segumpal daging yang apabila dia baik maka baiklah seluruh jasad dan apabila rusak maka rusaklah seluruh bagaian jasad, ketahuilah bahwa itulah hati. Oleh karena itulah Nabi saw berkata di dalam shalat beliau: Pendengaran, pengelihatan, otak, tulang dan uratku khusyu kepadaku.

7 Mas adi (2002) mendefinisikan kekhusyukan shalat yakni melaksanakan shalat secara ikhlas dan penuh kesadaran akan kehadiran diri kita dihadapan Zat yang kita sembah, yaitu Allah SWT. Ada dua ciri yang harus dipenuhi dalam shalat khusyuk, yaitu dzikrullah (mengingat Allah) dan tuma ninah (tenang). Allah SWT yang memerintahkan shalat sejak awal telah memformat tujuan shalat untuk berdzikir (ingat) kepada-nya atau menumbuhkan kesadaran akan kehadiran-nya. Tujuan shalat sebagai sarana untuk dzikrullah (mengingat Allah) ditegaskan oleh Allah sendiri ketika berdialog dengan Nabi Musa as., Sesungguhnya Aku ini adalah Tuhanmu, maka lepaslah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu sedang berada di lembah yang suci. Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkan apa yang segera diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk berdzikir kepada-ku. Lebih lanjut Mas adi (2002) menambahkan bahwa dzikir kepada Allah merupakan kata kunci dari tujuan shalat, sedangkan shalat merupakan panglima tertinggi amal perbuatan dan sebagai barometer keberagamaan. Orang yang berdzikir (ingat) atau selalu dalam kesadaran bahwa Allah Maha Mengetahui, tidak hanya apa yang kita kerjakan, bahkan Allah juga mengetahui hiruk pikuk dalam hati kita, tidak mungkin ia berani berbuat dusta, dosa, dan maksiat. Ciri selanjutnya yang harus dipenuhi dalam shalat khusyuk adalah tuma ninah (tenang), seperti yang dikemukakan Sangkan (2006) bahwa tuma ninah adalah sebuah syarat mencapai kekhusyukan dalam shalat. Hal tersebut sesuai dengan yang tertuang dalam hadits Kalau kamu berdiri ketika sholat, maka berdirilah dengan tuma ninah. Kalau kamu ruku, ruku lah dengan tuma ninah,... Kemudian berbuatlah demikian dalam setiap sholatmu. (HR. Bukhary, Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah).

8 Dalam menjalani kehidupan, pastinya tidak pernah lepas dari adanya suatu permasalahan, terkadang manusia merasa bimbang dan bahkan putus asa ketika menghadapi permasalahan yang rumit. Namun dengan shalat manusia akan diberi jalan keluar atas segala problem hidup yang dihadapinya. Ibnul Qoyyim berkata: Allah menggantungkan kemenangan orang-orang yang shalat dengan kekhusyu an mereka dalam menjalankan ibadah shalat, maka hal ini menunjukkan bahwa orang yang tidak khusyu dalam menjalankan ibadah shalat maka dia tidak termasuk orang yang beruntung dan seandainya dia mengharapkan pahalanya niscaya dirinya teramsuk orang-orang yang beruntung. Khusyuk dalam shalat merupakan hal yang sangat didambakan seluruh umat muslim di dunia, dengan shalat yang khusyuk maka hati dan fikiran menjadi nyaman, tentram, bahagia, hidup selalu optimis, terhindar dari perasaan duka, kecewa, cemas, jengkel, tertekan, dan stress berkepanjangan. Sekarang banyak orang yang mengikuti halaqoh shalat khusyuk. Jama ah halaqoh shalat khusyuk di Surakarta hanya ada satu, yaitu di Masjid Raya Fatimah. Kegiatan halaqoh tersebut dilaksanakan setiap hari senin malam, yang diisi dengan tadarus Al- Qur an, shalat berjama ah, ceramah, pengajian, tanya jawab, dan diskusi, sedangkan tujuannya sendiri yaitu untuk mendapatkan khusyuk di dalam shalat. Ibu S (48 tahun) yang merupakan koordinator jama ah putri halaqoh shalat khusyuk menuturkan bahwa setelah mengikuti halaqoh, beliau lebih memahami tentang makna bersyukur kepada Allah SWT, yaitu apapun masalah yang dihadapi, bersyukur kepada Allah adalah solusinya. Sebelum mengikuti halaqoh, beliau bercerita dulu sering mengeluh ketika mendapatkan cobaan, contohnya ketika mendapat haid, beliau pasti merasa tidak enak badan, yaitu selalu pusing,

9 mual, bahkan muntah-muntah. Karena tidak tahan dengan sakit fisik yang dialaminya, maka dulu beliau sering kali mengeluh, dan cepat menjadi emosi. Namun sekarang beliau memahami bahwa cobaan pun harus tetap disyukuri, karena itu adalah pemberian Allah. Sekarang beliau mengaku sudah tidak lagi merasakan sakit fisik ketika mendapat haid, namun karena adanya perubahan hormonal, beliau mengaku terkadang masih belum bisa mengendalikan dirinya, namun tidak separah yang dulu. Ibu K (60 tahun) yang merupakan anggota dari jama ah halaqoh shalat khusyuk menuturkan sekarang beliau lebih pasrah dalam menghadapi cobaan hidup. Beliau bercerita kalau dulu pernah merasa kecewa karena ada peristiwa tertentu yang menyebabkan beliau kehilangan materi yang cukup banyak, namun setelah mengikuti halaqoh ini beliau mampu melupakan kekecewaannya tersebut dan menjadi lebih bersabar dalam menghadapi masalah. Tidak jauh beda seperti penuturan Ibu N.R (37 tahun) yang merupakan anggota dari jama ah halaqoh shalat khusyuk yang mengatakan bahwa dulunya beliau mempunyai fikiran negatif atas cobaan yang diberikan oleh Allah SWT, sehingga beliau sering mengeluh ketika diberi cobaan. Pada suatu hari ketika sedang mengikuti kajian halaqoh, beliau tersentak hatinya saat ustad berkata seseorang yang sering mengeluh itu tanda-tanda orang yang tidak beriman. Setelah mendengar kajian tersebut, sekarang beliau menyadari bahwa setiap cobaan pasti ada hikmahnya yang baik, sehingga setiap kali ingin mengeluh beliau selalu beristiqfar.

10 Berdasarkan uraian di atas, maka upaya yang dilakukan jama ah halaqoh shalat khusyuk untuk meningkatkan kepribadian tangguhnya, dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya: syukur, sabar, menerima, pasrah, berfikir positif, dan beristiqfar. Melaksanakan shalat dengan khusyuk segala persoalan yang dihadapi dan menghimpit seseorang serta yang menekan akan teratasi, jiwa menjadi tenang dan cerah kembali (Darajat, dalam Haryanto 2002). Alasan dalam penelitian ini memilih jama ah halaqoh shalat khusyuk karena shalat merupakan media untuk berserah diri kepada Allah SWT, melalui shalat khusyuk, maka Allah akan memberikan pertolongan kepada umatnya. Semakin berserah diri kepada Allah SWT maka akan menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi segala permasalahan. Oleh sebab itu penulis merumuskan pertanyaan penelitian yaitu, apakah ada hubungan antara kekhusyukan shalat dengan kepribadian tangguh? Berdasarkan rumusan masalah tersebut peneliti tertarik untuk menguji lebih lanjut dan ingin melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara Kekhusyukan Shalat dengan Kepribadian Tangguh pada Jama ah Halaqoh Shalat Khusyuk.

11 B. Tujuan Penelitian Berdasar latar belakang yang telah diuraikan di atas maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti melalui penelitian ini yaitu antara lain: 1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kekhusyukan shalat dengan kepribadian tangguh. 2. Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara kekhusyukan shalat seseorang terhadap kepribadian tangguh. 3. Untuk mengetahui pengaruh kekhusyukan shalat seseorang terhadap kepribadian tangguh. C. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk subjek penelitian yaitu jama ah halaqoh shalat khusyuk, diharapkan dapat memiliki kepribadian tangguh dengan selalu melakukan shalat khusyuk, sesuai yang diajarkan pada kegiatan halaqoh shalat khusyuk. 2. Bagi masyarakat muslim yang menjalankan shalat diharapkan bila selama ini shalatnya belum khusyuk, dapat segera memperbaiki shalatnya, karena banyak manfaat yang bisa didapat dari shalat khusyuk. 3. Bagi ilmuan psikologi diharapkan penelitian ini memberikan wacana pengetahuan di bidang psikologi pada khususnya yang berkaitan dengan hubungan antara kekhusyukan shalat dengan kepribadian tangguh.

12 4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan teoritis dan dapat digunakan sebagai pijakan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya, jika menggunakan tema yang sama.