BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak bahasa diyakini sebagai sarana penting dalam memberikan informasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat terpenting dalam berkomunikasi bagi manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menarik minat pemerhati bahasa khususnya di bidang penerjemahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah sebuah kebutuhan manusia dan bisa dibilang yang utama,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa, akhir-akhir ini perkembangan media massa sangat pesat, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang

BAB I PENDAHULUAN. penerjemahan adalah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dewasa ini, kekurangmampuan manusia dalammenguasaibahasa yang ada dunia ini

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dengan bahasa, ketika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya pembagian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB II KONSEP PRONOMINA PERSONA DAN PENERJEMAHAN

ERIZA MUTAQIN A

BAB I PENDAHULUAN. bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42)

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya

BAB I PENDAHULUAN. wacana. Artinya, sebuah teks disebut wacana berkat adanya konteks.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL)

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Dengan kata lain, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini, telah banyak terdapat aneka ragam jenis medium

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain walaupun kita berbeda dibelahan bumi. Walaupun dibelahan. banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki potensi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kutu buku, bahkan kurang bergaul (Pikiran Rakyat, 7 November 2002).

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN. ini dapat terlaksana dengan bahasa sebagai media perantaranya. Bahasa dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara

BAB I PENDAHULUAN. Jenis interaksi antarmanusia sangat beragam. Salah satu contoh interaksi terjadi pada

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Humor merupakan suatu budaya yang bersifat universal. Humor adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

KONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER PERCAYA DIRI PADA FILM

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah dari penelitian, identifikasi masalah dari latar belakang yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN

Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551);

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak bahasa diyakini sebagai sarana penting dalam memberikan informasi dan berkomunikasi di antara masyarakat yang berbeda-beda, kehadiran kajian terjemahan juga dianggap sebagai suatu media yang tidak kalah pentingnya untuk diketahui. Selain itu, dewasa ini bahasa asing sangat penting untuk dipelajari mengingat dunia komunikasi semakin meluas dan banyak sumber informasi yang disajikan dalam bahasa asing. Salah satunya dapat dilihat melalui dunia perfilman. Dunia perfilman dari tahun ke tahun berkembang dengan pesat. Banyak film yang beredar di masyarakat, baik film lokal maupun film luar negeri, contohnya film dari Amerika, Inggris, India, Belanda, Cina, Korea, Jerman, dan lain sebagainya. Sehubungan dengan hal ini, di Indonesia terdapat undang-undang Penyiaran No.24 tahun 1997 pasal 33 ayat 6 yang menyatakan bahwa pada acara berbahasa asing untuk televisi dapat diberi narasi atau teks bahasa Indonesia. Peraturan ini menyebabkan banyak film berbahasa asing khusunya film berbahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, baik dengan disulihsuarakan maupun diberikan teks terjemahan yang tercantum di bagian bawah layar televisi maupun layar bioskop.

(Karlina, 2010:1). Maka melalui teks terjemahan ini, masyarakat Indonesia yang menonton film tersebut dapat mengerti arti ucapan-ucapan yang terdapat pada film. Penerjemahan yaitu pengubahan dari satu bahasa ke bahasa lain. Dalam penerjemahan dikenal dengan bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa) (Simatupang, 1999: 4). Menurut Karlina (2010:2) dalam skripsinya menyatakan bahwa bentuk terjemahan dari media audiovisual (layar kaca atau layar lebar) dikenal dengan sebutan subtitle atau sous-titre. Pembuatan subtitle sebuah film bukanlah pekerjaan yang mudah karena dibatasi oleh ruang dan waktu. Pertama dalam hal ruang, berarti teks terjemahan akan ditampilkan di layar dengan ruang yang jauh lebih sempit daripada buku dan novel atau roman. Sementara itu mengenai waktu, berarti terjemahan dalam bahasa Indonesia tersebut harus ditampilkan tepat pada saat dialog film diucapkan. Ketika aktor atau aktris mengucapkan sebuah dialog, teks terjemahan harus muncul pada saat yang bersamaan. Membuat subtitle (teks terjemahan) film yang ditayangkan di layar kaca ataupun layar lebar bukanlah pekerjaan mudah. Profesi ini tak sekedar mengalihbahasakan melainkan juga tengah menjembatani dua budaya yang berbeda. Dalam hal ini, seorang penerjemah harus paham terhadap film dan konteks yang akan diterjemahkan. Di samping itu, ada banyak aturan yang harus diperhatikan sehingga teks tidak mengurangi kenikmatan penonton menyaksikan sebuah tayangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Halliday dan Hassan dalam artikel Machali. Menurut Halliday dan Hassan, sebuah teks merupakan suatu kesatuan bahasa yang

dipergunakan, salah satunya sebagai sarana komunikasi, di mana makna teks tersebut diperoleh berdasarkan konteks baik konteks situasi maupun konteks budaya. Oleh sebab itu, ketika berhadapan dengan sebuah teks yang akan diterjemahkan, seorang penerjemah pertama-tama akan dikaitkan dengan pengolahan teks yang dimulai dengan identifikasi makna teks sumber (TSu), kemudian rekonstruksi konteks untuk menghasilkan makna yang berterima pada bahasa sasaran (BSa). Selanjutnya, sejak penerjemahan melibatkan bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa), seorang penerjemah sebelum menerjemahkan perlu mengetahui hakekat suatu bahasa. Salah satunya yang perlu diperhatikan oleh seorang penerjemah yaitu bahwa bahasa adalah kontekstual dimana prinsip kontekstual bahasa mengimplikasikan bahwa bahasa merealisasikan dan direalisasikan oleh konteks yang berada di luar bahasa tempat bahasa itu digunakan. Ada hubungan timbal balik antara teks dan konteks sosial (Halliday & Martin, 1993:22). Dengan kata lain, bahasa mengekspresikan konteks dan konteks juga mendeskripsikan bahasa. Konteks bahasa ini mengacu pada konteks budaya dan konteks situasi. Sehubungan dengan hal tersebut, Halliday dan Hasan (1985: 6) menambahkan bahasa adalah kontekstual karena pemahaman tentang bahasa terletak dalam kajian teks. Ada teks dan ada teks lain yang menyertainya: teks yang menyertai teks itu disebut konteks. Namun, pengertian mengenai hal yang menyertai teks itu meliputi tidak hanya yang dilisankan atau ditulis, tetapi juga meliputi kejadiankejadian yang nonverbal lainnya pada keseluruhan lingkungan teks itu, baik dari segi

medan wacana (field), pelibat wacana (tenor), maupun sarana yang digunakan (mode). Misalnya, bahasa yang digunakan oleh seorang dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan kepada mahasiswa di kampus berbeda dengan bahasa yang digunakannya pada saat ia berbelanja di pasar. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan konteks situasi tempat bahasa itu digunakan, pembicara dan lawan bicara seperti usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban dan sebagainya. Konteks situasi yang merujuk pada partisipan (pembicara dan lawan bicara) atau yang disebut dengan istilah tenor of discourse juga turut mempengaruhi bahasa yang digunakan dalam suatu percakapan atau interaksi. Sebaliknya bahasa yang digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang juga dapat menunjukkan peran dan status sosialnya dengan lawan bicara dalam suatu interaksi. Tenor (pelibat wacana) ini akan lebih akurat terlihat melalui percakapan atau wacana secara langsung. Salah satu bentuk wacana langsung adalah terwujud dalam dialog (percakapan) pada film baik film animasi, dokumenter, dan sebagainya. Penelitian ini akan memusatkan perhatian pada unsur tenor atau pelibat wacana dalam suatu film berbahasa Inggris yang berjudul Alice in Wonderland. Film ini sudah memiliki subtitle (teks terjemahan) dalam bahasa Indonesia. Adapun alasan pemilihan film ini yaitu semata-mata karena topik yang menjadi kajian dalam penelitian ini banyak dijumpai pada film tersebut. Kemudian, film tersebut juga

merupakan film baru yang cukup diminati di kalangan anak-anak, remaja, dan orang tua. Adanya kecenderungan perbedaan budaya Inggris dan Indonesia yang sangat berpengaruh di dalam penciptakan teks terjemahan yang berterima pada budaya Indonesia acapkali menjadi salah satu masalah dalam penerjemahan khususnya penerjemahan teks film yang memiliki beragam pelibat (pembicara & lawan bicara). Sehubungan dengan hal tersebut, menerjemahkan tenor of discourse (pelibat wacana) dengan benar dapat cukup menyulitkan. Hal ini tergantung pada apakah seseorang itu memandang tingkat formalitas tertentu sebagai hal yang benar dari sudut pandang budaya bahasa sumber (BSu) atau dari sudut pandang bahasa sasaran (BSa). Misalnya, seseorang anak remaja Amerika boleh menggunakan tenor yang sangat informal dengan orang tuanya dengan menggunakan nama depan dan bukan dengan panggilan ibu ataupun ayah. Namun, hal tersebut akan sangat tidak dapat diterima oleh kebanyakan kebudayaan lain misalnya Indonesia. Pada dasarnya, unsur pelibat atau tenor erat kaitannya dengan penggunaan pronomina. Dengan kata lain, untuk menganalisis tenor atau pelibat ataupun yang sering disebut dengan partisipan dapat dilakukan dengan memperhatikan penggunaan pronomina misalnya I, you, he/she, they her, them, kamu, dia, mereka dan sebagainya dalam suatu interaksi komunikasi. Penerjemahan tenor atau pelibat (yang kerap kali diwujudkan dalam penggunaan pronomina ini) dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia kurang mendapat perhatian khusus di dunia penerjemahan khususnya

dalam pembuatan teks terjemahan film. Dalam hal ini, peneliti menemukan sebuah fenomena bahwa seringkali unsur tenor yang dipakai dalam sebuah film menjadi bergeser ketika dialihkan ke bahasa lain. Misalnya, secara umum kita dapat mengatakan bahwa padanan I adalah saya, you adalah kamu, dan sebagainya. Akan tetapi, bila kita mencoba mencari padanannya dalam suatu konteks wacana keadaannya akan menjadi berbeda. Adapun penelitian awal yang sudah dilakukan peneliti terlihat melalui beberapa contoh percakapan yang dikutip melalui sumber data berikut ini: Adegan 1: 1.Konteks situasinya: Di sebuah rumah tepatnya di dalam ruang tamu, Charles Kingsleigh dan dua orang temannya sedang berbincangbincang. Kolega- 1 : Charles, you have finally lost your senses. This venture is impossible. (Charles, akhirnya kau kehilangan akalmu. Usulan bisnis ini mustahil) Charles : For some. Gentlemen, the only way to achieve the impossible is to believe possible. (Untuk beberapa orang. Satu-satunya cara mencapai hal mustahil adalah percaya bahwa itu mungkin.) Kolega- 2 : That kind of thinking could ruin you.

(Cara berpikir seperti itu dapat merugikanmu). Charles : I m willing to take that chance. Imagine trading posts in Rangoon, Bangkok, Jakarta... (Aku mau mengambil resiko itu. Bayangkan pos perdagangan di Rangoon, Bangkok, Jakarta...) Pada interaksi percakapan yang berlangsung di atas, percakapan tersebut berlangsung di antara Charles Kingsleigh dan dua orang teman kerjannya (kolega). Pelibat atau partisipan di sini adalah Charles, Kolega-1 dan Kolega-2 yang berperan sebagai teman-temannya. Status Charles dan teman-temannya dalam hal ini sama yakni menggambarkan hubungan seseorang dengan relasi kerjanya. Selain itu, percakapan ini juga berlangsung dalam situasi informal karena tempat pelaksanaanya yaitu di sebuah ruang tamu di rumah Charles. Walaupun percakapan itu berlangsung pada situasi informal, masih tetap ada unsur saling menghormati di dalamnya. Hal ini terlihat dengan jelas melalui panggilan gentlemen yang ditujukan oleh Charles kepada kedua teman bisnisnya. Yang menjadi masalah di sini adalah tenor yang digunakan pada bahasa sumber (BSu) tidak seluruhnya sepadan dengan yang terdapat dalam bahasa sasaran (BSa). Hal tersebut dapat dilihat dengan jelas melalui penggunaan sapaan gentlemen pada BSu yang tidak memiliki padanan pada BSa. Selain itu, partisipan dalam teks BSa seolah-olah lenyap karena penerjemah tidak mengalihkan pronomina penyapa gentlemen tersebut.

2.Konteks situasi: Saat Charles dan teman-temannya sedang berbincang-bincang, putri Charles yang bernama Alice Kingsleigh melewati ruang tamu dan memandang ayahnya (Charles). Ia takut karena mimpi buruk yang dialaminya malam itu. Kemudian, Charles menghentikan pembicaraan sementara waktu dan membawa Alice ke kamarnya. Lalu, komunikasi di antara Alice dan ayahnya Charles berlangsung di kamar Alice. Alice : I m falling down a dark hole, then I see strange creatures. (Aku jatuh ke lubang yang gelap, lalu aku melihat makhluk aneh). Charles : What kind of creatures? (Makhluk seperti apa?) Alice : Well, there s a dodo bird, a rabbit in waistcoat, a smiling cat. (Ada burung dodo, kelinci pakai jas, kucing yang tersenyum). Charles : I didn t know cats could smile. (Aku tak tahu kucing bisa tersenyum). Alice : Neither did I. And there s a blue caterpillar. (Aku juga tak tahu. Dan ada ulat bulu). Charles : Blue Caterpillar.

(Ulat bulu). Alice : Do you think I ve gone round the bend? (Menurutmu aku sudah gila?) Percakapan di atas berlangsung di antara Charles Kingsleigh dan putrinya yang bernama Alice. Hubungan atau peran yang mengikat mereka berdua adalah hubungan seorang ayah dan putrinya atau dapat dikatakan hubungan sedarah. Kemudian, hubungan di antara mereka juga sangat akrab karena sang ayah rela meninggalkan perbincangan bisnis dengan teman-temannya demi menenangkan putrinya Alice yang bermimpi buruk malam itu. Selain itu, dari percakapan yang tergambar di atas, dapat disimpulkan bahwa percakapan tersebut berlangsung pada situasi informal. Hal ini terlihat jelas melalui struktur kalimat atau bahasa yang digunakan. Akan tetapi, ada sedikit keganjilan yang ditemukan oleh penulis saat membaca terjemahan kalimat yang diujarkan oleh Alice kepada ayahnya yaitu Do you think I ve gone round the bend?. Pertanyaan ini dialihkan menjadi Menurutmu aku sudah gila? You pada BSu (Inggris) yang menjadi kata pengganti untuk sang ayah dialihkan menjadi kau dalam BSa (Indonesia). Di sini, kata tersebut tidak dialihkan menjadi ayah. Dalam hal ini, konteks budaya tidak ikut diperhatikan oleh penerjemah saat mengalihkan tenor tersebut. Melihat beberapa fenomena di atas, pemakaian unsur tenor atau pelibat dalam suatu bahasa terkait juga dengan budaya bahasa tersebut. Misalnya untuk

menerjemahkan you (bahasa Inggris) perlu dicermati apakah bentuk ini dapat dialihkan menjadi kau, engkau, kamu, Anda atau menjadi nama diri, pangkat, jabatan, dan sebagainya. Di samping itu, kajian penerjemahan yang meneliti tentang unsur tenor ini juga kurang mendapat perhatian khusus di bidang penerjemahan. Banyaknya unsur pelibat dalam TSu yang menjadi bergeser di dalam TSa seringkali terjadi, terutama dalam pembuatan subtitle (teks terjemahan) sebuah film. Di sini, padanan yang diberikan dalam TSa sering tidak sesuai dengan konteks yang berlaku di budaya BSa. Berangkat dari fenomena inilah penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian kajian wacana dan terjemahan yang menitikberatkan pada pelibat. 1.2 Perumusan Masalah Peneliti menetapkan empat rumusan masalah yang telah diteliti, antara lain: 1. Bagaimanakah peran dan status di antara para pelibat (tenor) yang terealisasi dalam teks sumber (TSu) film Alice in Wonderland? 2. Jenis-jenis pergeseran apa yang terjadi dalam teks sasaran (TSa) film Alice in Wonderland? 3. Jenis fungsi ujar apakah yang terdapat dalam teks sumber (TSu) dan sasaran (TSa) film Alice in Wonderland? 4. Bagaimanakah kesepadanan jenis fungsi ujar yang direalisasikan dalam modus pada teks sumber (TSu) dan teks sasaran (TSa)?

1.3 Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini diadakan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Memaparkan peran dan status para pelibat (tenor) yang terealisasi dalam teks sumber (TSu) film Alice in Wonderland 2. Memaparkan jenis-jenis pergeseran yang terjadi dalam teks sasaran (TSa) film Alice in Wonderland. 3. Memaparkan jenis fungsi ujar yang terdapat dalam teks sumber (TSu) dan sasaran (TSa) film Alice in Wonderland. 4. Memaparkan kesepadanan jenis fungsi ujar yang direalisasikan dalam modus pada teks sumber (TSu) dan teks sasaran (TSa). 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis: 1. Memperkaya kajian ilmiah penerjemahan dan khususnya bidang analisis wacana. 2. Sebagai bukti bahwa penerjemahan pelibat (tenor) dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, tetapi memerlukan ketelitian agar makna BSu dapat dialihkan ke dalam BSa dengan tepat dan berterima.

Manfaat Praktis: 1. Untuk memenuhi tugas akhir (tesis) pada sekolah Pascasarjana Linguistik USU konsentrasi Terjemahan. 2. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa dan peneliti yang ingin meneliti tetang penerjemahan khususnya melakukan penelitian dalam bidang analisis wacana. 1.5 Klarifikasi Makna Istilah Klarifikasi makna istilah ini dibuat untuk menghindari kesalahpahaman akan makna istilah-istilah penting yang digunakan dalam penelitian ini. 1. Penerjemahan adalah proses pengalihan pesan yang terdapat pada teks bahasa sumber (source language) dengan padanannya di dalam teks bahasa sasaran (target language). 2. Terjemahan adalah produk atau hasil penerjemahan. 3. Bahasa Sumber/BSu (Source Language) disebut juga bahasa asal atau bahasa asli yaitu bahasa yang dipergunakan oleh pengarang asal dalam mengungkapkan pesan, gagasan, atau keterangan pengarang bahasa asal itu tertuang. Dalam penelitian ini, yang menjadi bahasa sumber adalah bahasa Inggris.

4. Bahasa Sasaran/BSa (Target Language) adalah bahasa yg menjadi medium suatu amanat yang berasal dari bahasa sumber setelah melalui proses pengalihan. Bahasa sasaran (BSa) dalam penelitian ini adalah bahasa Indonesia. 5. Teks adalah bahasa yang fungsional. Maksud fungsional di sini berarti bahasalah yang melakukan pekerjaan yang sama dalam suatu konteks dan bukan kata-kata atau kalimat yang terisolir yang mungkin dituliskan seseorang di atas papan tulis. 6. Konteks adalah bagian dari suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna. Konteks juga dapat diartikan sebagai situasi yang ada hubungannya dengan suatu peristiwa. 7. Teks Sumber (TSu) adalah teks asli ataupun teks asal, teks sebelum diterjemahkan. TSu dalam penelitian ini adalah teks film dalam bahasa Inggris. 8. Teks Sasaran (TSa) adalah teks yang dihasilkan setelah melalui proses pengalihan (penerjemahan). Dalam penelitian ini, teks terjemahan dalam bahasa Indonesia yang menjadi teks sasaran (TSa). 9. Subtitle adalah teks terjemahan film yang tertulis di layar bagian bawah. 10.Bahasa Inggris adalah sebuah bahasa yang berasal dari Inggris, merupakan bahasa utama di Britania Raya (termasuk Inggris), Amerika Serikat, serta banyak negara lainnya. Teks yang diterjemahkan adalah teks bahasa Inggris dialek British (British English).

11.Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. 12.Pelibat adalah konteks situasi yang merujuk pada hakikat relasi antarpartisipan, termasuk pemahaman peran dan statusnya dalam konteks sosial dan lingual. Untuk menganalisis pelibat wacana ada tiga hal yang perlu diungkap; peran agen atau masyarakat, status sosial, dan jarak sosial. 13. Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan salah-satu media komunikasi massa audiovisual yang dibuat berdasarkan asas sinematografi yang direkam pada pitaseluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalamsegala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proseslainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengansistem proyeksi mekanik, elektronik, dan sistem lainnya.