HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN CARA MEMERAH ASI PADA IBU MENYUSUI YANG BEKERJA DI DESA MATANG SEULIMENG KECAMATAN LANGSA BARAT KOTA LANGSA TAHUN 2016 RELATIONSHIP WITH KNOWLEDGE TO DAIRY BREASTFEEDING BREASTFEEDING WOMEN WHO WORK IN THE VILLAGE MATANG SEULIMENG WEST LANGSA CITY LANGSA 2016 Lina* *Prodi D III Keperawatan Langsa Poltekkes Kemenkes Aceh Email: usalina48@yahoo.com Abstrak: ASI Perah merupakan ASI yang sudah diperah kemudian disimpan dan diberikan sesuai kebutuhan bayi. Memerah ASI dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan. Manfaat ASI perah sama halnya dengan pemberian ASI secara langsung. Jenis penelitian ini bersifat survey Analitik dengan desain crossectional, sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden yang diambil dengan menggunakan cara total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden (100%) mayoritas responden melakukan memerah ASI dengan cara yang benar sebanyak 16 orang (53,3%). Hasil uji Chi-Square (Pearson Chi-Square) menghasilkan P value 0,000 (P<0,05). Hal ini menunjukkan secara statistik ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan cara perah ASI. Disarankan bagi petugas kesehatan terutama petugas kesehatan puskesmas Langsa Barat Kota Langsa dalam memberikan penyuluhan kesehatan tentang ASI perah dibarengi dengan demonstrasi langsung cara memerah ASI guna mendukung pemberian ASI eksklusif. Kata Kunci: Pengetahuan, Cara perah ASI, Ibu Menyusui Abstrac : ASI Milch is milk that has been milked then stored and given as a baby needs. Expressing milk required knowledge and skills. Benefits of breast milk as well as breastfeeding directly.this research is a survey analytic cross-sectional design, the sample in this study were 30 respondents drawn using total sampling. The results showed that out of 30 respondents (100%) the majority of respondents did express the milk in the right way as many as 16 people (53.3%). The results of Chi-square test (Pearson Chi-Square) generate P value of 0.000 (P <0.05). This shows a statistically significant relationship between mother's knowledge by means of dairy milk. Suggested for health workers, especially health care workers puskesmas West Langsa Langsa in providing health education on breast milk accompanied by a live demonstration of how to express the milk in order to support exclusive breastfeeding. Keywords: Knowledge, dairy How Breastfeeding, Breastfeeding 214
215 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2 Nopember 2016, 214-223 PENDAHULUAN Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya 1 ASI merupakan makanan utama bagi bayi yang sangat dibutuhkan olehnya. Tidak ada makanan lainnya yang mampu menyaingi kandungan gizinya. ASI mengandung protein, lemak, gula dan kalsium dengan kadar yang tepat. Dalam ASI juga terdapat zat-zat yang di sebut antibodi yang dapat melindungi bayi dari serangan penyakit selama ibu menyusui dan beberapa waktu sesudah itu. Bayi yang senantiasa mengonsumsi ASI jarang mengalami salesma dan infeksi saluran pernafasan bagian atas pada tahun pertama kelahiran, jika dibandingkan dengan bayi yang tidak mengonsumsinya. Pertumbuhan dan perkembangan bayi pun berlangsung dengan baik berkat ASI, selain itu ASI juga membantu perkembangan tulang rahang dan otot-otot pengunyah. 2 Pada masa modern seperti saat ini, sebagian ibu muda merasa enggan menyusui anak. Sebenarnya hal itu dilakukan oleh para ibu muda di Eropa dan Amerika pada awal abad ke-20. Tindakan ini menyebabkan anak mudah terserang penyakit, karena daya tahan tubuhnya lemah. Ternyata fenomena yang menunjukkan bahwa sebagian ibu muda tidak menyusui anaknya tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara berkembang, misalnya indonesia. 2 Para ibu yang aktif melakukan kegiatan komersial di sebagian kotakota besar, seperti bekerja dikantor, atau pabrik, menjalankan usaha pribadi sebagai tambahan penghasilan, serta berkecimpung dalam kegiatan sosial yang menyita banyak waktu dirumah, memilih untuk menggunakan susu tambahan lantaran dianggap lebih menguntungkan sehingga mereka tidak perlu memberikan ASI kepada anak dan menghabiskan banyak waktu di rumah bersama anak. 2 WHO (World Health Organisation), UNICEF, dan DEPKES
Hubungan Pengetahuan Dengan Cara Memerah Asi Pada Ibu Menyusui 216 RI melalui SK Menkes No. 450/ Men. Kes/ SK/ IV/ 2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya, demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI (MP ASI) dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih. 2 Menurut UNICEF, menyatakan bahwa 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahun bisa dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan sejak pertama setelah kelahirannya tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi (Prasetyono, 2012). Persentase pemberian ASI eksklusif di Indonesia sebesar (30,2%) tertinggi di Nusa Tenggara Barat, yaitu sebesar (52,9%) dan terendah di Papua Barat (21,7%). 3 Salah satu faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif adalah dari faktor internal dan eksternal. Faktor Internal yaitu kurangnya pengetahuan tentang pentingnya ASI dan faktor Eksternal yaitu ibu yang bekerja diluar rumah, ASI tidak keluar, dan mitos bahwa ASI mengandung nilai gizi yang rendah. Pada dasarnya ibu yang bekerja diluar rumah tetap bisa memberikan ASI Eksklusif dengan cara memerah ASI dan memberikan kepada bayi saat ibu bekerja. Cara memerah ASI juga dapat menyebabkan ibu tidak memberikan ASI dikarenakan ASI yang dihasilkan sedikit, selain itu ibu juga merasa sakit. Hal ini dikarenakan cara memerah ASI yang salah. ASI yang diperah mampu bertahan 6-8 jam di udara luar, 24 jam di dalam termos es yang berisi es batu, 48 jam dalam lemari es, serta 3 bulan dalam freezer. 2 Persentase bayi yang diberi ASI eksklusif baru mencapai (27%). Rendahnya cakupan ini banyak dipengaruhi oleh budaya memberikan makanan dan minuman terlalu dini kepada bayi baru lahir, akibat dari pengetahuan keluarga tentang ASI yang masih sangat minim. 4 Dari data yang diperoleh dari profil Dinas Kesehatan Kota Langsa Pada Tahun 2014, Jumlah Bayi yang diberikan ASI eksklusif adalah 1103 (34,7%) dari 3177 jumlah bayi yang
217 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2 Nopember 2016, 214-223 ada di Kota Langsa. Jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif di Puskesmas Langsa Barat adalah 261 bayi (43,5 %) dari 600 jumlah bayi yang ada di wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat. Jumlah bayi usia 2-6 bulan di desa Matang Seulimeng sebanyak 59 orang 5. Jumlah ibu bekerja yang memiliki bayi usia 2-6 sebayak 30 Orang. ASI Perah merupakan ASI yang sudah diperah kemudian disimpan dan diberikan sesuai kebutuhan bayi. Pemberian ASI perah dapat diberikan kepada bayi yang lahir prematur sehingga membantu cara mengisap yang belum optimal. Bahkan dapat pula diberikan ASI perah karena ibu perlu dirawat sehingga tidak memungkinkankan menyusui bayinya. Begitu pula dengan ibu yang sibuk dengan rutinitas yang mempersulit pemberian ASI secara langsung. 6 Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap 5 orang ibu menyusui yang bekerja di Puskesmas Langsa Barat, sebanyak 2 ibu (40%) yang memberikan atau menyediakan ASI perah selama ia bekerja, 2 ibu (40%) tidak memberikan atau menyediakan ASI perah selama ia bekerja,dan 1 ibu (20%) kadang menyediakan dan kadang tidak menyediakan ASI perah selama ia bekerja. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap 5 orang ibu menyusui di Desa Matang Seulimeng, sebanyak 2 ibu (40%) yang memberikan ASI perah dengan cara yang benar dan 3 ibu (60%) memberikan ASI perah dengan cara tidak yang benar. Dari tingkat pengetahuan, 3 ibu (60%) berpengetahuan kurang tentang carah memerah ASI, dan 2 ibu (40%) berpengetahuan baik. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan dengan cara memerah ASI pada ibu menyusui yang bekerja di desa matang Seulimeng kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah Survei Analitik dengan desain Cross sectional. Alat bantu penelitian ini adalah quesiner untuk pengetahuan dan lembar observasi untuk pelaksanan memerah ASI. Penelitian ini dilaksanakan di desa Matang Seulimeng kecamatan Langsa Barat Kota Langsa mulai tanggal 17 sampai dengan 24 Juli
Hubungan Pengetahuan Dengan Cara Memerah Asi Pada Ibu Menyusui 218 2016. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang bekerja memiliki bayi usia 2-6 bulan berjumlah 30 orang. perah ASI diperoleh dengan observasi langsung kepada ibu dengan menggunakan lembar observasi cara memerah ASI dengan menggunakan Data yang dikumpulkan adalah tangan dan pompa. Penelitian ini data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari responden melalui wawancara langsung menggunakan kuisioner yang berisi pertanyaan tentang ASI, ASI perah dan cara memerah ASI. Data mengenai Cara dilakukan peneliti dengan dibantu oleh enumerator. Analisis data menggunakan program pengolah data dengan uji statistik Chi-Square (X²) pada tingkat kepercayaan 90% dengan nilai α (alpha) atau (p<0,05)c. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Cara Memerah ASI oleh Ibu Menyusui yang Bekerja Tabel 1. Distribusi Frekuensi Cara Memerah ASI oleh Ibu Menyusui yang Bekerja di Desa Matang Seulimeng Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016. No Cara Memerah ASI Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Salah 14 46.7 2 Benar 16 53.3 Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer (diolah tahun 2016) Dari tabel 1 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden (100%) mayoritas responden melakukan perah ASI dengan tehnik benar sebanyak 16 orang (46,70%). Pengetahuan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu menyusui yang bekerja Tentang Cara Memerah ASI di Desa Matang Seulimeng Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016. No Pengetahuan Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Kurang 9 30,0 2 Baik 21 70,0 Jumlah 30 100 Sumber : Data Primer (Diolah Tahun 2016)
219 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2 Nopember 2016, 214-223 Dari tabel 2 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden (100%) mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 21 orang (70,0%) dan minoritas responden berpengetahuan kurang sebanyak 9 orang (30,0%). Analisis Bivariat Hubungan Pengetahuan dengan Cara Memerah ASI oleh Ibu Menyusui yang Bekerja Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan dengan Cara Memerah ASI Oleh Ibu Menyusui yang Bekerja di Desa Matang Seulimeng Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016. No Pengetahuan Cara Memerah ASI Salah Benar Jumlah F % F % F % 1 Kurang 7 77,8 2 22,2 9 100 2 Baik 7 33,3 14 66,7 21 100 Jumlah 14 16 30 100 Sumber : Data Primer (Diolah Tahun 2016) Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa secara proposional terlihat pada responden yang memerah ASI dengan tehnik yang benar sebahagian besar dimiliki oleh responden yang mempunyai pengetahuan baik sebnayak 6 (66,7%) orang dan responden yang memerah ASI dengan tehnik yang salah sebahagian besar dimiliki oleh responden yang mempunyai pengetahuan kurang 7 (77,8%) orang. Hasil uji Chi-Square (Pearson Chi-Square) pada derajat kepercayaan 90% menghasilkan P value 0,000 (P<0,05) dimana Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan secara P Value 0,046 statistik ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan cara memerah ASI. PEMBAHASAN Cara Memerah ASI oleh Ibu Menyusui yang Bekerja Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden (100%) mayoritas responden melakukan perah ASI dengan tehnik benar sebanyak 16 orang (46,70%). ASI merupakan makanan utama bagi bayi yang sangat dibutuhkan olehnya. Tidak ada makanan lainnya yang mampu menyaingi kandungan
Hubungan Pengetahuan Dengan Cara Memerah Asi Pada Ibu Menyusui 220 gizinya. ASI mengandung protein, lemak, gula dan kalsium dengan kadar yang tepat. Dalam ASI juga terdapat zat-zat yang di sebut antibodi yang dapat melindungi bayi dari serangan penyakit selama ibu menyusui dan beberapa waktu sesudah itu. 2 ASI Perah merupakan ASI yang sudah diperah kemudian disimpan dan diberikan sesuai kebutuhan bayi. Pemberian ASI perah dapat diberikan kepada bayi yang lahir prematur sehingga membantu cara mengisap yang belum optimal. Bahkan dapat pula diberikan ASI perah karena ibu perlu dirawat sehingga tidak memungkinkankan menyusui bayinya. Begitu pula dengan ibu yang sibuk dengan rutinitas yang mempersulit pemberian ASI secara langsung. 6 ASI Perah merupakan ASI yang sudah diperah kemudian disimpan dan diberikan sesuai kebutuhan bayi. Cara memerah ASI yang baik dan benar mempengaruhi pengeluaran ASI. Jika salah dalam memerah, ASI yang dihasilkan akan sedikit. Salah satu faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI adalah dari faktor internal dan eksternal. Faktor Internal yaitu kurangnya pengetahuan tentang pentingnya ASI dan faktor Eksternal yaitu ibu yang bekerja diluar rumah, ASI tidak keluar, dan mitos bahwa ASI mengandung nilai gizi yang rendah. Pada dasarnya ibu yang bekerja diluar rumah tetap bisa memberikan ASI dengan cara memerah ASI dan memberikan kepada bayi saat ibu bekerja. Cara memerah ASI juga dapat menyebabkan ibu tidak memberikan ASI dikarenakan ASI yang dihasilkan sedikit, selain itu ibu juga merasa sakit. Hal ini dikarenakan cara memerah ASI yang salah. 2 Peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan mempengaruhi prilaku seseorang, semakin baik pengetahuan seseorang maka akan semakin baik pula prilakunya, karena dengan adanya pengetahuan, seseorang akan berusaha mengaplikasikan pengetahuannya guna meningkatkan derajat kesehatan. Hubungan Pengetahuan Dengan Cara Memerah ASI oleh Ibu Menyusui yang Bekerja Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa secara proposional terlihat pada responden yang memerah ASI dengan tehnik yang benar sebahagian besar dimiliki oleh responden yang mempunyai pengetahuan baik sebnayak 6 (66,7%)
221 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2 Nopember 2016, 214-223 orang dan responden yang memerah ASI dengan tehnik yang salah sebahagian besar dimiliki oleh responden yang mempunyai pengetahuan kurang 7 (77,8%) orang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. 10 Menurut 11, tentang Hubungan pengetahuan dan sikap Tentang ASIP (Air Susu Ibu Perah) dengan praktik pemberian ASIP pada Ibu Bekerja di Kelurahan Tandang Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan praktik pemberian ASIP pada ibu. Hal ini sejalan dengan teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo menyatakan bahwa perilaku akan dipermudah apabila seseorang mempunyai sikap yang positif terhadap sesuatu yang akan dikerjakan. Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa biasanya dimulai dari ranah kognitif, dimana subjek tahu lebih dahulu akan adanya stimulus yangmenimbulkan pengetahuan baru. Pengetahuan tersebut akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap tertentu. Stimulus yang telah diketahui dan disadari tersebut akan menimbulkan respon yang lebih jauh lagi berupa tindakan. Penelitian 14, tentang Pelaksanaan ASI Perah oleh Ibu Menyusui yang Bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Mandi angin Kota Bukit Tinggi Tahun 2013 menunjukkan bahwa dari 30 responden didapat 7 responden (23,33%) yang melaksanakan ASI Perah, 23 responden (76,67%) yang tidak melaksanakan ASI Perah. Dari 7 responden yang melaksanakan ASI Perah hanya 3 responden (42,86%) dengan teknik yang baik dan 4 responden (57,14%) dengan teknik yang salah. Pelaksanaan memerah ASI dengan baik dan benar sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap, dikarenakan pengetahuan akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap tertentu. Stimulus yang telah diketahui dan disadari tersebut akan menimbulkan respon yang lebih jauh lagi berupa tindakan. Semakin baik
Hubungan Pengetahuan Dengan Cara Memerah Asi Pada Ibu Menyusui 222 respon batin dalam bentuk sikap tertentu maka semakin baiklah prilakunya dan sebaliknya semakin buruk batin dalam bentuk sikap maka akan semakin jelek pula prilakunya. Ibu tidak menyediakan ASI perah walaupun pengetahuan baik disebabkan oleh sikap mereka yang tidak mau direpotkan dalam penyiapan ASI perah sebelum bekerjaa dan sikap mereka menyatakan dengan minum susu formula anak mereka tetap sehat. KESIMPULAN Terdapat Hubungan yang Bermakna antara pengetahuan ibu menyusui bekerja dengan cara melakukan perah ASI dengan tehnik yang benar Hasil uji Chi-Square (Pearson Chi-Square) pada derajat kepercayaan 90% menghasilkan P value 0,000 (P<0,05). Cara memerah ASI dengan tehnik yang benar sebahagian besar dimiliki oleh ibu yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 6 (66,7%) orang dan ibu yang memerah ASI dengan tehnik yang salah sebahagian besar dimiliki oleh ibu yang mempunyai pengetahuan kurang 7 (77,8%) orang. Dari 30 orang ibu menyusui bekerja diketahui melakukan perah ASI dengan tehnik benar sebanyak 16 orang (53,3%). Dari 30 orang ibu menyusui bekerja diketahui berpengetahuan baik tentang ASI sebanyak 21 orang (70,0%) dan berpengetahuan kurang tentang ASI sebanyak 9 orang (30,0%). SARAN Bagi responden diharapkan untuk lebih meningkatkan pengetahuan dengan mencari informasi tentang ASI Perah agar tetap dapat memberikan ASI pada bayi meskipun ibu bekerja. Bagi Petugas Dinas Kesehatan Kota Langsa dan Puskesmas Langsa Barat diharapkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penyuluhan tentang ASI Perah dan cara memerah ASI guna mendukung program ASI eksklusif pada bayi. DAFTAR PUSTAKA 1. Sunartyo, N. (2008). Panduan Merawat bayi dan Balita. Yogyakarta: EGC. 2. Prasetyono, D. S, (2012). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogjakarta: DIVA Press. 3. Riskesdas, (2013). Riset Kesehatan Dasar. Diambil dari: http//:riskesdas_2013.c
223 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2 Nopember 2016, 214-223 4. Dinkes Aceh, (2012). Profil Kesehatan. Banda Aceh 5. Dinkes Langsa, (2014). Profil Kesehatan. Kota Langsa 6. Bidanku, (2012). ASI perah. Diambil dari: http//:asiperah_bidanku. 7. IDAI, (2013). Sukses Menyusui Saat Bekerja. Diambil dari: www.idai//02_sukses_menyusui_s aat_bekerja. 8. Surfiyana, H. (2013). Cara Pemberian ASI Perah. Diambil dari http://herdiantrisufriyana.com. 9. Khasan, Fauzi. (2013). Diambil dari: http://khasan- fauzi. blogspot. co.id/2013/04/normal-0-false-false false-en-us-x-none.html. 10. Notoatmodjo, S (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. 11. Wulandari, A. (2013). Hubungan pengetahuan dan sikap Tentang ASIP (Air Susu Ibu Perah) dengan praktik pemberian ASIP pada Ibu Bekerja di Kelurahan Tandang Kecamatan Tembalang Kota Semarang Diambil dari portatalgaruda.org /.org/article.php]. 12. Wahyuningsih, R. (2013). Faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan ASI Eksklusif. Diambil dari: https://retnotbs.wordpress.com/fakt or-faktor-yang-mempengaruhikegagalan-pemberian-asieksklusif/.diakses oleh Nurul Fadilla. Tanggal 23 Februari 2016. 14.00 Wib. 13. Betterwork Indonesia, (2013). Undang-Undang dan Peraturan Tentang Menyusui. Diambil dari:betterwork.org/.../20130201_l aw-and-regulation-on Breastfeeding_. 14. Putri,M.E.(2013).Diambildari:http:// ejurnal.stikesprimanusantara.ac.id/i ndex.php. 15. Muhammad, I. (2013). Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan. Medan: Cita pustaka Media Perintis. 16. Arikunto, (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta: Jakarta.