Jurnal Einstein 3 (1) (2015): Jurnal Einstein. Available online

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): 1-7. Jurnal Einstein. Available online

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton memiliki berat jenis yang cukup besar (± 2,2 ton/m 3 ), oleh sebab itu. biaya konstruksi yang semakin besar pula.

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak dikembangkan dalam

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis. Penentuan Bahan Material. Pengujian Bahan Material. Sesuai. Mix Desain. Sesuai. Pembuatan Benda Uji

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus, agregat kasar,

PEMANFAATAN LIMBAH KERAMIK SEBAGAI AGREGAT KASAR DALAM ADUKAN BETON

BAB 3 METODE PENELITIAN

COMPRESSIVE STRENGTH AND ELASTIC MODULUS OF CONCRETE BY ADDING STYROFOAM (STYROCON)

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON

Campuran Beton terhadap Kuat Tekan

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR KUARSA SEBAGAI SUBSTITUSI SEMEN PADA SIFAT MEKANIK BETON RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. penyusunnya yang mudah di dapat, dan juga tahan lama. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis yang lebih ringan dari

BAB 3 METODOLOGI. Bagan alir ini menjelaskan langkah apa saja yang dilakukan untuk membuat

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

BAB I PENDAHULUAN. serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Campuran bahan-bahan

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB IV METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI AGREGAT YANG BERASAL DARI BEBERAPA TEMPAT DI SULAWESI UTARA

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA

PENGUJIAN KUAT TARIK BELAH DENGAN VARIASI KUAT TEKAN BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perancangan maupun inovasi material yang digunakan. konstruksi juga selalu dikembangkan. Beton ringan atau lightweight concrete

DAFTAR ISI. BAB III LANDASAN TEORI Beton Serat Beton Biasa Material Penyusun Beton A. Semen Portland

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON BERDASARKAN URUTAN PENCAMPURAN MATERIAL PENYUSUN BETON DENGAN ADUKAN MANUAL. Abstract:

BAB V HASIL PEMBAHASAN

SPLITTING AND MODULUS RUPTURE TENSION STRENGTH OF CONCRETE BY ADDING STYROFOAM

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

STUDI PENGARUH FAKTOR AIR SEMEN TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON RINGAN DENGAN SERAT KAWAT

STUDI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS COPPER SLAG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

MODEL SAMBUNGAN DINDING PANEL DENGAN AGREGAT PECAHAN GENTENG

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidrasi dan menghasilkan suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

PENGARUH VARIASI SUHU PADA PERAWATAN ELEVATED TEMPERATURE TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON

Analisis Pemakaian Abu Vulkanik Gunung Merapi untuk Mengurangi Pemakaian Semen pada Campuran Beton Mutu Kelas II

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

material lokal kecuali semen dan baja tulangan. Pembuatan benda uji, pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia konstruksi bangunan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR BETON

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

PENGARUH PEMANFAATAN SERAT KELAPA TERHADAP KINERJA BETON MUTU TINGGI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa batu kerikil dan agregat halus yang berupa pasir yang kemudian

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

DEGRADASI MEKANIK BETON NORMAL PASCA BAKAR

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

PENAMBAHAN LIMBAH PADAT PABRIK GULA (BLOTONG) SEBAGAI PENGGANTI SEMEN PADA CAMPURAN BETON

PENGARUH PENAMBAHAN GLENIUM ACE 8590 TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON RINGAN DENGAN AGREGAT KASAR BATU APUNG

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

PEMAKAIAN VARIASI BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA DAN VARIASI ABU ARANG BRIKET PADA KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

PENGARUH VARIASI SUHU TERHADAP KUAT TEKAN BETON

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan

TINJAUAN KUAT LENTUR RANGKAIAN DINDING PANEL DENGAN PERKUATAN TULANGAN BAMBU YANG MENGGUNAKAN AGREGAT PECAHAN GENTENG

KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN

PENGARUH JUMLAH SEMEN DAN FAS TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN AGREGAT YANG BERASAL DARI SUNGAI

Transkripsi:

Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 15-22 Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein PENGARUH PENAMBAHAN STYROFOAM DENGAN PELARUT TOLUENA TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON RINGAN Nenni simamora dan Mukti Hamza Harahap* Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan, Indonesia Diterima Oktober 2014; Disetujui November 2014; Dipublikasikan Februari 2015 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan styrofoam dengan pelarut toluena terhadap kuat tekan dan modulus elastisitas beton ringan.penelitian ini dilakukan di Laboratorium teknik sipil USU mulai dari bulan Januari sampai dengan Februari. Metode pembuatan yang dilakukan adalah beton dibuat berbentuk silinder 15 x 30 cm. Campuran beton yang digunakan mengacu pada beton mutu rendah K175 dengan semen : pasir : kerikil adalah 1 : 2 : 3 dengan FAS 0,5. Pada penelitian ini dibuat variasi komposisi styrofoam sebesar 0%, 12%, 14%, 16%, 18% dan 20% dengan pelarut toluena dari berat kerikil yang digunakan. Setelah beton berumur 24 jam cetakan dibuka dan diberi nomor kode sesuai yang diinginkan dan dirawat dalam bak air. Setelah melalui masa perendaman 28 hari kemudian beton diuji dengan metode uji kuat tekan, dan modulus elastisitas. Dari hasil pengujian diperoleh sifat mekanik yaitu kuat tekan beton minimumnya yaitu pada penambahan styrofoam 20% dengan yaitu 16,6 MPa, sedangkan kuat tekan beton maksimum pada penambahan styrofoam 12% dengan yaitu 23,1 MPa. Dari hasil pengujian modulus elastisitas diperoleh yaitu peningkatan maksimum terjadi pada beton dengan penambahan styrofoam 20 % yaitu sebesar 4672 MPa,atau meningkat sebesar 21,2309 % dari beton dengan styrofoam 0%.Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kuat tekannya maka modulus elastisitasnya juga semakin besar. Kata Kunci:Styrofoam, Kuat Tekan, Modulus Elastisitas. How to Cite:Nenni simamora dan M.H. Harahap, (2015) Pengaruh Penambahan Styrofoam Dengan Pelarut Toluena Terhadap Kuat Tekan Dan Modulus Elastisitas Be ton Ringan,Jurnal Einsten Prodi Fisika FMIPA Unimed,1 (5): 15-22. *Corresponding author: E-mail: nenisimamora93@yahoo.com p-issn : I2338 1981 e-issn : 2407-747X 15

Nenni simamora dan M.H. Harahap, Pengaruh Penambahan Styrofoam Dengan Pelarut Toluena Terhadap Kuat Tekan Dan Modulus Elastisitas Beto n Ringan PENDAHULUAN Pemakaian beton dalam bidang konstruksi dewasa ini memang sering kali dijumpai. Beton diminati karena mempunyai banyak kelebihan dibandingkan bahan yang lain. Berat jenis beton merupakan salah satu unsur yang diperhitungkan karena sangat berpengaruh terhadap perhitungan pembebanan struktur. Beton yang mempunyai berat jenis rendah sering disebut dengan beton ringan.beton ringan pada dasarnya memiliki campuran sama dengan beton normal pada umumnya namun agregat kasar yang menempati 60% dari seluruh komponen, direduksi berat jenisnya. Pembuatan beton ringan juga dapat dilakukan dengan pencampuran additive yang menghasilkan rongga udara setelah bercampur dengan semen atau menghilangkan agregat halus dalam beton sehingga membentuk rongga di dalam beton (Murdock and Brook, 1991).Berdasarkan SNI-03-2847-2002 massa jenis beton normal berkisar antara 2200-2500 kg/m 3 sedangkan beton ringan tidak lebih 1900 kg/m 3.Keuntungan dari beton ringan antara lain : memiliki nilai tahanan panasyang baik, memiliki tahanan suara (peredaman) yang baik, tahan api transportasi mudah dan dapat mengurangi kebutuhan bekisting dan perancah sedangkan kelemahan beton ringan adalah nilai kuat tekanbeton, sehingga sangat tidak dianjurkan penggunaan untuk beton dengan tujuan struktural. Salah satu material alternatif untuk mengurangi berat beton dengan menggunakan expanded polystyrene atau biasa disebut styrofoam. Butiran expandend polystyrene (EPS) memiliki massa jenis 16-27 kg/m 3 dimana saat dicampur dengan beton akan menghasilkan massa jenis beton antara 1700-2000 kg/m 3 (Zaher Kuhail, 2001). Polystyrene memiliki massa jenis sampai1050 kg/m 3, kuat tarik sampai 40 MN/m 2,modulus lentur sampai 3 GN/m 2, 16 modulusgeser sampai 0,99 GN/m 2, angka poisson0,33 (Crawford, 1998). Selain ringan styrofoam juga memilikikemampuan menyerap air yang sangat kecil(kedap air). Penggunaan styrofoam dalambeton dapat dianggap sebagai rongga udara.namun keuntungan menggunakan styrofoamdibandingkan menggunakan ronggaudara dalam beton berongga adalahstyrofoam mempunyai kekuatan tarik. Pada penelitian yang dilakukan oleh Denria Sitindaon (2014) dengan judul Pengaruh Penambahan Styrofoam Pada Pembuatan Beton Ringan Menggunakan Pasir Merah Labuhan Batu Selatan.Penambahanstyrofoam ke dalam campuran beton tidak berarti membuat styrofoam menjadi berikatan dengan semen karena styrofoam itu sendiri bersifat nonpolar. Jadi styrofoam hanya terperangkap di dalam campuran beton yang akhirnya menghasilkan ruang di dalam beton yang membuat beton menjadi lebih ringan.sehingga peneliti ingin melakukan penelitian tentang beton ringan dengan penambahan styrofoam yang telah dilarutkan dengan bahan pelarut toluena terhadap kuat tekan dan modulus elastisitas,penambahan tersebut berfungsi membuat styrofoam menjadi berikatan dengan semen. Toluena adalah hidrokarbon aromatik yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri dan sebagai pelarut. Penggunaan industri terbesar toluena adalah dalam produksi benzena, bahan kimia yang digunakan untuk membuat plastik dan serat sintetis. Toluena juga digunakan untuk meningkatkan oktan bensin. Ada tiga jenis berdasarkan kemurnian toluena yang tersedia di pasar: TDI (diisosianat toluena) grade kemurnian lebih dari 99%; nitrasi grade (98,5-100%), disebut demikian karena banyak digunakan untuk membuat nitrotoluene, tapi sekarang digunakan sebagai pelarut dan HAD (hidrodealkilasi)/tdp (toluena

Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 15-22 disproporsionasi) tanaman; dan kelas komersial (96%) untuk campuran bensin dan bahan baku HAD. Untuk mengetahui sifat-sifat dan kemampuan suatu material maka dalam penelitian ini dilakukan pengujian, yaitu pengujian kuat tekan dan modulus elastisitas.besarnya tekanan beton ditentukan oleh pengaturan dari perbandingan semen, agregat kasar dan halus, air dan berbagai jenis campuran. Perbandingan dari air terhadap semen merupakan faktor utama didalam penentuan kekuatan beton. Semakin rendah perbandingan air-semen, semakin tinggi kekuatan tekan. Suatu jumlah tertentu air diperlukan untuk memberikan aksi kimiawi di dalam pengerasan beton, kelebihan air meningkatkan kemampuan pengerjaan akan tetapi menurunkan kekuatan (Wang dalam Suseno,dkk, 2008). Modulus elastisitas yang besar menunjukan kemampuan beton menahan beban yang besar dengan kondisi regangan yang terjadi kecil. Pengujian ini menggunakan mesin uji kuat tekan (Compression Testing Machine) dan alat ukur regangan dial (extensometer). METODE PENELITIAN Pembuatan Benda Uji Pada proses penelitian pembuatan sampel dilakukan di Laboratorium teknik sipil USU pada bulan Januari Februari 2015. Benda uji yang digunakan dalam penelitian kuat tekan dan modulus elastisitas adalah benda uji silinder (15 x 30) cm. Proporsi campuran beton yang digunakan mengacu pada beton mutu rendah K175 dengan semen : pasir : kerikil adalah 1 : 2 : 3 dengan FAS 0,5. Pada penelitian ini dibuat variasi komposisi styrofoam sebesar 0%, 12%, 14%, 16%, 18% dan 20% dengan pelarut toluena dari berat kerikil yang digunakan. Langkah-langkah pembuatan benda uji adalah sebagai berikut: alatalat yang akan digunakan dibersihkan 17 terlebuh dahulu, kemudian bahan-bahan yang akan digunakan dipersiapkan sesuai dengan ketentuan dan ditimbang sesuai dengan proporsi yang sudah direncanakan. Selanjutnya siapkan molen yang bagian dalamnya sudah dilembabkan dan pencampuran siap dimulai. Mula-mula tuangkan batu pecah, pasir, semen, dan styrofoam yang telah dilarutkan dengan pelarut toluena. Apabila bahan tersebut sudah tercampur merata kemudian dilanjutkan dengan penbambahan air. Setelah tercampur merata, adukan beton dituangkan kedalam talam, setelah beton berumur 24 jam cetakan dibuka dan dirawat dalam bak air. Setelah melalui masa perendaman 28 hari kemudian beton diuji dengan metode uji kuat tekan, dan modulus elastisitas. Pengujian Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas Untuk mengetahui besarnya tekanan dari beton, alat yang digunakan untuk menguji besarnya tekanan adalah Compression Testing Machine (CTM). Prosedur pengujian tekanan : meletakkan benda uji pada meja penekanan, memeriksa manometer yangakan digunakan, memutar jarum merahnya sehingga berimpit dengan jarum hitam pada skala nol, menghidupkan mesin penggeraknya dan handle di stel pada posisi penekanan secara perlahan-lahan, mengamati pergerakan jarum manometer tadi, pada saat jarum penunjuk skala beban tidak naik lagi atau bertambah, maka skala yang ditunjukkan oleh jarum tersebut sebagai beban maksimum yang dapat dipikul oleh benda tersebut. Untuk pengujian modulus elastisitas ini menggunakan mesin uji kuat tekan (Compression Testing Machine) dan alat ukur regangan dial (extensometer). Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut: menimbang berat, tinggi dan diameter benda uji, memasang alat Compressormeter pada posisi nol

Tekanan (MPa) Nenni simamora dan M.H. Harahap, Pengaruh Penambahan Styrofoam Dengan Pelarut Toluena Terhadap Kuat Tekan Dan Modulus Elastisitas Beto n Ringan kemudianmeletakkanbenda uji pada mesin uji kuat tekan, pengujian dilakukan dengan beban pada kecepatan yang konstan dan beban bertambah secara kontinyu setiap 50 kn, untuk pengambilan data, dengan cara mencatat besar perubahan panjang untuk setiap penambahan tekanan sebesar 50 kn yang dapat dibaca dari alat compressormeter dan extensometer. Menghitung regangan (ε) yang terjadi, perhitungan modulus elastisitas beton yang digunakan adalah modulus chord. HASIL DAN PEMBAHASAN Tekanan Beton Pengujian tekanan beton dilakukan untuk melihat apakah beton memiliki kekuatan yang memenuhi persyaratan yang direncanakan. Tekanan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur saat dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin penekan.pengujian tekanan beton dilakukan setelah beton berumur 28 hari sejak pengecoran. Besarnya tekanan beton dipengaruhi oleh komposisi bahan pembentuknya, dan lekatan pasta semen dengan agregat. Bentuk sampel uji pada penelitian ini adalah berbentuk silinder dengan ukuran 15cm 30cm. Tekanan beton adalah salah satu sifat dari beton yang paling umum diuji, apabila tekanannya baik maka sifat beton lainnya pada umumnya akan mengikuti baik.hasil pengujian tekanan beton untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 1. Tekanan Beton Benda Uji Kode Benda Uji Tekan an (MPa) Tanpa Styrofoam A 23,3 Styrofoam 12 % dengan B 23,1 Styrofoam 14 % dengan C 21,8 Styrofoam 16% dengan D 20,7 Styrofoam 18 % dengan Styrofoam 20 % dengan E 19,9 F 16,6 Selanjutnya data pada Tabel 1. dilakukan analisis regresi sehingga diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Gambar 4.2. 30 25 20 15 10 5 0 y = -0,2692x + 24,489 0 10 20 30 Styrofoam % Gambar 1. Grafik Hubungan Penambahan Styrofoam Dengan Pelarut Toluena Terhadap Besarnya Tekanan Beton Dari hasil pengujian diperoleh kuat tekan berturut-turut untuk penambahan styrofoam12%,14%, 16%, 18%, 20% dengan adalah 23,1 MPa, 21,8 MPa, 20,7 MPa, 19,9 MPa dan 16,6 MPa. Dari data tersebut diperoleh tekanan maksimum pada penambahan styrofoam 12% dengan yaitu 23,1 MPa dan tekanan minimumnya yaitu pada penambahan styrofoam 20% dengan yaitu 16,6 MPa. Dari penelitian sebelumnya (Sitindaon,2014) terbentuknya rongga di dalam beton styrofoam ialah karena secara proses, penambahan styrofoam ke dalam campuran beton tidak berarti membuat styrofoam menjadi berikatan dengan semen karena styrofoam itu sendiri bersifat nonpolar. Jadi styrofoam hanya terperangkap di dalam campuran beton yang akhirnya menghasilkan ruang di dalam beton yang membuat beton menjadi lebih ringan. P (MPa) Linear (P (MPa)) 18

Tegangan (MPa) Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 15-22 Namun walaupun pada dasarnya styrofoam tidak berikatan dengan semen, bukan tidak mungkin untuk membuat styrofoam berikatan dengan material pembentuk beton. Sehingga peneliti menggunakan salah satu caranya yaitu dengan menambahkan bahan pelarut toluena dengan styrofoam. Bahan pelarut toluena tergolong surfaktan sebagai pengontrol jumlah udara di dalam beton. Butiran Styrofoam yang bersifat hidrofobik, sedangkan surfaktan (toluena) adalah wetting agents (pelarut) yang dapat menurunkan tegangan permukaan dari suatu liquida, memudahkan penyebaran, dan menurunkan tegangan antarmuka. Oleh karena itu sifat surfaktan toluena yang bersifat liphophylic bergumpal menjadi satu dengan butiran styrofoam dan yang bersifat hidrophylic bersatu dengan campuran pasta beton. Hal ini menyebabkan pemurunan tegangan antarmuka sehingga persebaran styrofoam pada pasta campuran lebih tersebar merata. Hal tersebut menyebabkan bahwa toluena dapat menyatu dengan styrofoam karena bersifat liphophylic dan tidak memisahkan diri dengan air karena tidak bermuatan. Oleh karena itu penyebaran styrofoam pada pasta beton lebih merata. Dari gambar 4.2. diperoleh tekanan pada beton tanpa styrofoam yaitu 23,3 MPa dan tekanan maksimum dengan penambahan pelarut toluena pada styrofoam yaitu styrofoam 12% sebesar 23,1 MPa disebabkan karena styrofoam dengan pelarut toluena (Styrofoam bersurfaktan) juga berpengaruh terhadap kuat tekan, penambahan surfaktan pelarut toluena yang melapisi styrofoam juga memberikan pengaruh terhadap penambahan kuat tekan beton. Kuat tekan yang bertambah terjadi oleh karena pengaruh dari surfaktan yang mengikat styrofoam, sehingga butiran styrofoam menjadi lebih keras. Semakin 19 bertambahnya kuat tekan beton maka semakin bertambah juga berat jenisnya. Tekanan beton akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton tersebut. Kecepatan bertambahnya kekuatan beton sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni faktor air semen dan suhu perawatan. Semakin tinggi faktor air semen semakin lambat kenaikan kekuatan betonnya dan semakin tinggi suhu perawatan semakin cepat kenaikan kekuatan yang terjadi pada beton tersebut. Modulus Elastisitas Beton Modulus elastisitas merupakan suatu ukuran nilai yang menunjukkan kekakuan dan ketahanan beton untuk menahan deformasi (perubahan bentuk). Hal ini membantu untuk menganalisa perkembangan tegangan regangan pada elemen struktur yang sederhana dan untuk menemukan analisa tegangan regangan. Modulus elastisitas ditentukan dari hubungan antara tegangan-regangan beton pada daerah elastis.dari hasil pengujian tegangan regangan diolah dengan menggunakan Microsoft Excel sehingga akan diperoleh hubungan teganganregangan pada setiap benda uji. Hasil pengolahan data menggunakan analisis regresi dengan menggunakan program Microsoft Excel didapat grafik teganganregangan dan persamaan regresi. Sebagai contoh Gambar 4.1. untuk penambahan styrofoam 12% dengan (sampel B). 25 20 15 10 5 0 y = 3818,3x - 0,0978 0 0,002 0,004 0,006 Regangan

Modulus Elastisitas (MPa) Nenni simamora dan M.H. Harahap, Pengaruh Penambahan Styrofoam Dengan Pelarut Toluena Terhadap Kuat Tekan Dan Modulus Elastisitas Beto n Ringan Gambar 2.. Grafik Hubungan Tegangan- Regangan Styrofoam 12% Dengan Pelarut Toluena (Sampel B) Hasil keseluruhan sampel untuk persamaan regresi fungsi teganganregangan seperti tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Persamaan Regresi Fungsi Tegangan-Regangan Beton No Kode Benda Uji Regresi 1 A Y= 3853,8x 0,7834 2 B Y= 3818,3x 0,0978 3 C Y= 3731,6x 0,6517 4 D Y= 3627,6x + 1,3262 5 E Y= 3914,9x + 1,1956 6 F Y= 4672x + 0,4764 Selanjutnya dari persamaan regresi linier seperti terlihat pada Tabel 2. dapat dihitung nilai modulus elastisitas. Hasil perhitungan modulus elastisitas beton selanjutnya disajikan dalam Tabel 3. berikut : Tabel 3. Data Hasil Analisis Perhitungan Modulus Elastisitas Beton No Kode Benda Uji Ec (MPa) 1 A 3853,8 2 B 3818,3 3 C 3731,6 4 D 3627,6 5 E 3914,9 6 F 4672 Dari Tabel 3. dapat digambar hubungan modulus elastisitas dengan penambahan % styrofoam, disajikan pada Gambar 3. 5000 4000 3000 2000 1000 0 0 10 20 30 Styrofoam (%) y = 20,141x + 3667,8 Ec (MP Linear (MPa)) toluena terhadap besarnya modulus elastisitas beton Dari Gambar 3. dapat diketahui pengaruh penambahanpenambahan styrofoam dengan pelarut toluena pada beton ringan terhadap modulus elastisitas. Nilai modulus elastisitas meningkat seiring dengan penambahan styrofoam dengan pelarut toluena. Peningkatan maksimum terjadi pada beton dengan kadar styrofoam 20%. Nilai modulus elestisitas beton pada berbagai variasi kadar styrofoam adalah: 0 % = 3853,8 MPa 12 % = 3818,3 MPa 14 % = 3731,6 MPa 16 % = 3627,6 MPa 18 % = 3914,9 MPa 20 % = 4672 MPa Nilai modulus elastisitas meningkat seiring dengan penambahan styrofoam dengan pelarut toluena. Peningkatan maksimum terjadi pada beton dengan penambahan styrofoam 20 % yaitu sebesar 4672 MPa atau meningkat sebesar 21,2309 % dari beton dengan styrofoam 0%. Modulus elastisitas beton tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah kuat tekan beton. Makin tinggi kuat tekannya maka modulus elastisitasnya juga makin besar, dimana perubahan panjang yang terjadi akibat pembebanan tekan akan semakin kecil. Penambahan styrofoam secara umum akan meningkatkan kuat tekan beton. Dengan demikian maka modulus elastisitasnya juga akan meningkat. Gambar 3. Grafik hubungan penambahan styrofoam dengan pelarut 20

Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 15-22 KESIMPULAN Dari penelitian mengenai pengaruh penambahan styrofoam dengan pelarut toluena terhadap kuat tekan dan modulus elastisitas beton ringan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan sifat mekanik yang diperoleh dari pengujian beton, dapat disimpulkan bahwa bahan pelarut toluena tergolong surfaktan sebagai pengontrol jumlah udara di dalam beton. Butiran styrofoam yang bersifat hidrofobik, sedangkan surfaktan (toluena) adalah wetting agents (pelarut) yang menyebabkan pemurunan tegangan antarmuka sehingga persebaran styrofoam pada pasta campuran lebih tersebar merata dan dapat memperbaiki sifat daya ikat pada beton. 2. Dari keseluruhan sampel komposisi terbaik diperoleh pada penambahan styrofoam 12% dengan pelarut toluena dengan tekanan 23,1 MPa disebabkan karena styrofoam dengan pelarut toluena (styrofoam bersurfaktan) juga berpengaruh terhadap kuat tekan, penambahan surfaktan pelarut toluena yang melapisi styrofoam juga memberikan pengaruh terhadap penambahan kuat tekan beton. Kuat tekan yang bertambah terjadi oleh karena pengaruh dari surfaktan yang mengikat styrofoam, sehingga butiran styrofoam menjadi lebih keras. Semakin bertambahnya kuat tekan beton maka semakin bertambah juga berat jenisnya. 3. Nilai modulus elastisitas meningkat seiring dengan penambahan styrofoam dengan pelarut toluena. Peningkatan 21 maksimum terjadi pada beton dengan penambahan styrofoam 20 % yaitu sebesar 4672 MPa atau meningkat sebesar 21,2309 % dari beton dengan styrofoam 0%. 4. Modulus elastisitas yang tinggi menunjukkan kemampuan beton untuk menahan suatu beban yang besar dengan kondisi regangan yang kecil. Semakin tinggi nilai dari kuat tekan beton itu maka akan semakin tinggi pula nilai Modulus Elastisitasnya. SARAN Dari penelitian yang telah dilakukan dengan mengacu pada hasil penelitian yang diperoleh, maka ada beberapa saran yang dikemukakan oleh penulis diantaranya 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut bagaimana pengaruh banyaknya konsentrasi bahan pelarut toluena pada styrofoam terhadap sifat beton. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk karakterisasi ikatan senyawa kimia antara toluena dan styrofoam pada beton. 3. Perlu dilakukan penelitian optimasi penambahan variasi komposisi styrofoam untuk mendapatkan nilai yang optimal. DAFTAR PUSTAKA Crawford, R.J., (1998), Plastic Engginering, Third Edition, John Wiley & Sons Inc, Singapura. Murdock, L.J. dan Brook,K.M., (1991), Bahan dan Praktek Beton, Erlangga, Jakarta. Sitindaon, D., (2014), Pengaruh Penambahan Styrofoampada Pembuatan Beton Ringan Menggunakan Pasir Merah Labuhan Batu Selatan, Skripsi,

Nenni simamora dan M.H. Harahap, Pengaruh Penambahan Styrofoam Dengan Pelarut Toluena Terhadap Kuat Tekan Dan Modulus Elastisitas Beto n Ringan FMIPA, Universitas Negeri Medan, Medan. Suseno,H,Wahyuni,E. dan Hariono, B., (2008), Pengaruh Variasi ProporsiCampuran dan Penambahan Superplasticizer Terhadap Slump, Berat Isi dan Kuat Tekan Beton Ringan Struktural Beragregat Batuan Andesit Piroksin, Jurnal Rekayasa Sipil Vol. 2 No.3. Kuhail, Z., (2001), Polysytyrene Lightweight Concrete, Gaza, Palestina. 22