HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR DENGAN INFLASI DI INDONESIA ( )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi atau keterbukaan hubungan perekonomian antar negara

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka

SKRIPSI. Kausalitas Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi. di Indonesia Tahun

PROPOSAL. KAUSALITAS ANTARA TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK UMUM TERHADAP JUMLAH UANG BEREDAR di INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan perekonomian dalam suatu negara dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Inflasi

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua negara baik negara maju maupun negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB V PENUTUP. penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR DENGAN TINGKAT BUNGA SBI DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. telah memberikan kontribusi yang besar terhadap menurunnya laju inflasi dan

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan meningkatnya tingkat kemiskinan. suatu negara. Gambar 1.1 dibawah ini menunjukkan tingkat inflasi yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua

JUNIAR HENDRO NUGROHO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu Negara berkembang di kawasan Asia. Salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

PENGARUH KURS DOLLAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM DI BEI. (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Go Public Di BEI) Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

Jurnal Ekonomi, Manajemen danakuntansi, Vol 1 no, 1 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB I PENDAHULUAN. menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada umumnya negara berkembang di dunia mengalami keadaan

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. yang melambat ditandai dengan meningkatnya angka inflasi dan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal berdirinya sebuah negara, pertumbuhan ekonomi. merupakan permasalahan umum yang terjadi dalam jangka panjang oleh

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG KARTAL RIIL DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

DAN INVESTASI DI INDONESIA TAHUN

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan daya saing masyarakatnya juga sangat menentukan arah

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa uang merupakan bagian yang tidak. terpisahkan dalam kehidupan masyarakat dan perekonomian suatu negara

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi dan era pasar bebas akan menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang salah satunya sebagai negara yang berkembang masih mengalami ketertinggalan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. penggerak kegiatan perekonomian. Kegiatan lembaga-lembaga keuangan. perekonomian suatu negara. (Siamat,2004).

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. obligasi serta indikator makroekonomi (Fatmawati & Beik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

ANALISIS PENGARUH KURS VALAS, LAJU INFLASI DAN SUKU BUNGA DEPOSITO TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (STUDI EMPIRIS DI BURSA EFEK INDONESIA)

ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita akan selalu mengalami kenaikan. Adanya resesi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap kestabilan kegiatan perekonomian. Di negara seperti indonesia sering

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya Undang-Undang No. 23 tahun 1999, kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada

TUJUAN KEBIJAKAN MONETER

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup tinggi sehingga perubahan dalam harga BBM secara otomatis

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilihan gaya hidup seseorang. Sayangnya banyak di antara

BAB V PEMBAHASAN. Dimana uji tersebut menggunakan uji-t yang dilakukan untuk membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lalu-lintas modal, dan neraca lalu-lintas moneter. perdagangan dan neraca jasa. Terdapat tiga pokok persoalan dalam neraca

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, tujuan tersebut dikenal dengan nama trilogi pembangunan yaitu. pendapatan nasional maupun pendapatan per kapita.

Transkripsi:

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR DENGAN INFLASI DI INDONESIA (1991-2005) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Jenjang Strata I pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: NISFATUN NAFIAH B 300 030 109 ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVESITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua Negara di dunia, khususnya Negara-negara ASEAN. Apabila inflasi tidak ditekan dapat menyebabkan bertambahnya tingkat pengangguran, sedangkan tingkat pengangguran adalah salah satu symbol dari rendahnya produksi nasional yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu Negara (Maknun, 1995:97). Sejak tahun 1993 Indonesia mengalami fluktuasi harga yang beragam. Tingkat inflasi tertinggi yang dialami Indonesia terjadi pada tahun 1998 dan 2005 sebesar 77,6% dan 17,11%. Tabel I Tingkat Inflasi di Indonsia Tahun 1993 2005 Tahun Inflasi JUB Tahun Inflasi JUB 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 9,77 9,24 8,65 6,47 11,05 77,63 1,92 440.318,00 639.039,00 802.544,00 1.030.494,00 1.292.136,00 2.143.394,00 2.517.230,00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 9,35 12,55 10,03 5,06 6,40 17,11 2.774.267,00 3.190.409,00 3.423.588,64 3.638.905,00 3.930.746,00 4.448.105,00 Sumber: Badan Pusat Statistik, berbagai edisi Tingginya laju inflasi tersebut berakibat pada iklim yang tidak kondusif terhadap investasi. Para investor takut menanamkan modalnya di Indonesia dan para investor dalam negeri melarikan modalnya ke luar negeri 1

2 karena tidak adanya stabilitas harga dan akibat selanjutnya adalah terhambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia (Khalwaty, 2000:3). Setiap pembangunan ekonomi baru akan terlaksana jika diikuti oleh inflasi, namun apabila inflasi terlalu tinggi justru akan menghambat pembangunan ekonomi (Suryana, 1999:114). Pembangunan ekonomi nasional kita memerlukan inflasi yang rendah atau stabilitas harga. Karena secara makro stabilitas harga memberi semacam garansi dan sekaligus merupakan representasi bagi stabilitas ekonomi, terutama dalam memberi iklim yang kondusif terhadap investasi. Sedangkan yang dipandang dari sudut mikro, inflasi rendah juga memberikan kepastian dan rasa aman bagi keputusan portofolio dan pemegang uang tunai (cash) (Khlawaty, 2000:2). Inflasi yang tinggi praktis menggerogoti nilai mata uang sehingga orang akan cenderung lebih sedikit memegang uang, seperti yang terjadi pada tahun 1998 dimana inflasi Indonesia mencapai 80%. Sejak tahun 1984 sampai dengan 1997 laju inflasi Indonsia berada pada tingkat wajar dan konstan yaitu pada posisi satu digit. Sejak krisis moneter yang terjadi secara berkepanjangan yang akhirnya menyebabkan terjadinya krisis ekonomi yang mengakibatkan laju inflasi Indonesia menjadi sedemikian tinggi yaitu dalam posisi dua digit (Arifin, 1998:7). Hartoyo dalam Logika Ekonomi, Harapan Masyarakat dan Kebijakan Pemerintah (Sadli, 1995:231) mengatakan bahwa tingkat inflasi tidak perlu dipatok dibawah dua digit. Angka inflasi sebesar 12,15% sekalipun tidak akan jadi masalah apabila masih diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang

3 tinggi dan dukungan diversifikasi strategis pembangunan. Yang perlu diwaspadai adalah lonjakan inflasi yang terlalu tinggi dan tidak diimbangi oleh pemerataan ekonomi sehingga memperluas proses kemiskinan. Banyak pendapat mengatakan bahwa inflasi di Indonesia lebih didominasi oleh penyebab non ekonomis, tapi banyak pula yang mengatakan bahwa penyebab inflasi adalah factor ekonomis. Walaupun terkadang factor non ekonomis memberikan pengaruh yang signifikan bagi perubahanperubahan indikator ekonomi, namun dalam tulisan ini faktor non ekonomis dieliminir dan diasumsikan tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada tingkat inflasi. Fenomena inflasi di Indonesia sendiri memunculkan banyak pendapat mengenai sumber dan penyebab inflasi serta aspek kausalitasnya. Di satu sisi terdapat kelompok yang mengatakan inflasi di Indonesia dipicu oleh jumlah uang beredar yang terlampau besar dan di sisi lain ada yang berpendapat bahwa inflasi di Indonesia disebabkan karena ketergantungan Indonesia terhadap barang-barang impor. Sisi kausalitas inflasi muncul karena inflasi itu tidak hanya merupakan akibat dari factor ekonomi namun juga dapat menyebabkan perubahan faktor ekonomi yang lain (Rahutami, 2001:10-11). Bila inflasi yang diasumsikan sebagai kenaikan harga-harga secara tajam dan berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama tidak segera dikendalikan, akan mengakibatkan stagnasi yaitu suatu keadaan dimana pertumbuhan ekonomi berlangsung lambat atau bahkan berhenti. Keadaan tersebut jika tidak dikendalikan akan berubah menjadi resesi yaitu

4 suatu keadaan dimana terjadi penurunan kegiatan ekonomi suatu negara secara terus-menerus dan berturut-turut (Khalwaty, 2000:7-9). Dalam upaya mengerem laju inflasi di Indonesia yang terjadi sejak tahun 1998 pemerintah sejak orde baru telah mengambil suatu kebijakan moneter melalui kebijakan uang ketat lewat instrument suku bunga. Dengan menaikkan tingkat suku bunga diharapkan permintaan kredit akan berkurang dan keinginan masyarakat untuk menyimpan uang di bank meningkat, sehingga jumlah uang beredar akan berkurang dan tingkat inflasi akan menurun. Dampak kebijaksanaan tersebut tidak dapat segera terlihat karena memerlukan tenggang waktu (time lag) (Sukendar, 2000: 170). Menurut Sirajuddin Ahmad (1998) tenggang antara perubahan uang beredar dan perubahan tingkat inflasi adalah dua kuartal. Pertambahan jumlah uang beredar pada kuartal pertama akan meningkatkan laju inflasi pada kuartal ketiga, hal itu mengindikasikan adanya hubungan kausalitas antara jumlah uang beredar dan inflasi. Orang awam cenderung berpendapat bahwa tambahan jumlah uang beredar menyebabkan kenaikan inflasi. Dengan perkataan lain tambahan jumlah uang beredar merupakan penyebab kenaikan inflasi bukan sebaliknya, kenaikan inflasi menyebabkan penambahan jumlah uang beredar. Pendapat umum tersebut nampaknya didasari atas dugaan kausalitas yang paling memungkinkan yang terjadi antar kedua variable tersebut. Pendapat itu juga sesuai dengan pandangan kaum monetaris yang menyatakan bahwa inflasi disebabkan oleh ekspansi moneter yaitu kelebihan penawaran

5 uang dan permintaan agregat masyarakat. Pandangan ini sesuai dengan teori konvensional yang mengatakan apabila permintaan agregat terus bertambah sedangkan kapasitas untuk memproduksi barang-barang telah mencapai tingkat maksimum, yang berarti bahwa penawaran tidak bertambah lagi, maka inflasi akan terjadi (Suryana, 1999:114). Sebenarnya, tambahan jumlah uang beredar menyebabkan inflasi bukanlah satu-satunya kemungkinan yang terjadi. Arah kausalitas dapat juga terjadi sebaliknya yaitu kenaikan inflasi menyebabkan penambahan jumlah uang beredar, atau terjadi saling mempengaruhi antara jumlah uang beredar dan inflasi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: Bagaimana poal dan arah kausalitas jumlah uang beredar dan inflasi di Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka panjang. C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pola atau arah kausalitas antara jumlah uang beredar dan inflasi di Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

6 D. Metode Penelitian 1. Alat dan Model Analisis Alat analisis yang digunakan adalah uji kausalitas model koreksi kesalahan. Spesifikasi model yang digunakan adalah sebagai berikut: DLMR t = α + γ 1 DINFR t + γ 2 INFR t-1 + γ 3 ECTO1 + u t (1) DINFR t = β + ψ 2 LMR t-1 + ψ 3 ECTO2 + e t (2) di mana : D MR INFR DM t = Deferensiasi = Jumlah Uang Beredar (dalam arti sempit) = Tingkat Inflasi = M t M t-1 ; (t-1) adalah kelambanan waktu satu tahun sebelumnya α, β = Parameter L γ 1, γ 2, γ 3 ψ 1, ψ 2, ψ 3 u t, u t ECTO1 ECTO2 = Logaritma = Koefisien = Koefisien = Variabel Pengganggu = INFR t-1 LMR t-1, error correction term = LMR t-1 INFR t-1, error correction term Persamaan pertama (1) merupakan persamaan untuk menguji hipotesis laju inflasi mempengaruhi jumlah uang beredar sedang persamaan kedua (2) adalah untuk menguji hipotesis jumlah uang beredar mempengaruhi laju inflasi.

7 2. Data Data yang digunakan adalah data sekunder jumlah uang beredar (dalam arti sempit) dan inflasi Indonesia, yang diambil dari indicator ekonomi yang diterbitkan oleh BPS dan Bank Indonesia dalam beberapa edisi serta literature lain yang mendukung dalam penulisan ini. E. Sistematika Penulisan berikut : Penelitian ini dibagi menjadi lima bab dengan urutan penulisan sebagai BAB I. PENDAHULUAN Dalam Bab I ini diuraikan mengenai Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II. LANDASAN TEORI Pada Bab ini berisi teori-teori yang mendukung penelitian ini yaitu mengenai teori inflasi dan teori jumlah uang beredar, penelitian sebelumnya dan hipotesis. BAB III. METODE PENELITIAN Bab ini meliputi Alat dan Model Analisis, Data dan Sekunder Data. BAB IV. ANALISIS DATA Bab IV ini secara rinci menguraikan tentang Gambaran Umum dan Analisis Data. BAB V. SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi simpulan dari serangkaian pembahasan skripsi serta saran-saran.