PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk maka kebutuhan penggunaan beton bertulang sebagai komponen utama dalam pembangunan perumahan akan semakin meningkat pula. Sehingga pemakaian beton berkembang cepat dan akan terus tumbuh sebagai faktor utama dalam bidang konstruksi. Beton merupakan bahan atau material struktur yang mempunyai kuat tekan yang cukup besar namun lemah terhadap tarik, maka dari itu, beton selalu dikombinasikan dengan baja yang memiliki kuat tarik yang cukup kuat. Salah satu bahan utama dari beton adalah tulangan baja. Tulangan baja ini dibentuk dan diproduksi menggunakan bahan mentah utamanya berupa bijih besi, yang ketersediaan di alam memiliki batas, dikarenakan unsur bahan mentah bijih besi ini merupakan bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui.. Peningkatan kebutuhan tulangan baja ini nantinya akan menimbulkan dampak negatif berupa semakin menipisnya ketersediaan material bijih besi tersebut, sehingga menjadi langka, yang tentunya ini akan berakibat memicu kenaikkan harga bijih besi menjadi semakin mahal. Semakin mahalnya harga tulangan baja ini akan sangat memberatkan bagi masyarakat terutama masyarakat golongan ekonomi lemah, dalam upaya mereka untuk memenuhi kebutuhan primernya, yaitu berupa perumahan yang layak huni. Oleh sebab itulah perlu diupayakan mencari alternatif baru pengganti tulangan baja pada beton. Adapun alternatif lain sebagai pengganti tulangan beton tersebut, diantaranya adalah bambu. Bambu merupakan produk hasil alam yang renewable yang dapat diperoleh dengan mudah, murah, mudah ditanam, pertumbuhan cepat, dapat mereduksi efek global warming serta memiliki kuat tarik tinggi (Setiyabudi, 2010). Penggunaan bambu sebagai tulangan tarik pengganti baja masih banyak diragukan banyak pihak. Hal ini dikarenakan lekatan antara bambu dan semen kurang baik. Menurut Liese (1980), bambu tanpa pengawetan hanya dapat 1
bertahan kurang dari 1 3 tahun jika langsung berhubungan dengan tanah dan tidak terlindung terhadap cuaca. Bambu yang terlindung terhadap cuaca dapat bertahan lebih dari 4 7 tahun. Tetapi untuk lingkungan yang ideal, sebagai rangka, bambu dapat bertahan lebih dari 10 15 tahun. Dengan demikian untuk bambu yang diawetkan akan dapat bertahan lebih dari 15 tahun. Untuk memperbaiki lekatan antara beton dan bambu ini, digunakan bambu pilinan (Lopez, 1996). Di dunia ini tersebar sekitar 1600 spesies bambu yang tersebar di daerah tropis dan sub tropis. Distribusi bambu adalah sebagai berikut: 67% di Asia, 3% di Afrika, dan 30% di America (Lopez, 2003). Dari sini dapat dilihat bahwa bambu mudah didapatkan di mana saja. Oleh sebab itu maka bambu bisa dikatakan material lokal. Kemampuan bambu sebagai elemen struktur sudah banyak terbukti. Banyak bangunan yang menggunakan bambu sebagai strukturnya, baik itu bangunan sederhana maupun bentang lebar. Masyarakat pun mungkin sudah mengetahui tentang kemampuan bambu sebagai struktur ini. Namun, belum banyak yang mengetahui tentang pemilihan bambu yang tepat sebagai struktur. Bambu tidak bisa sembarang digunakan sebagai struktur, selubung bangunan, maupun elemen estetika, karena jenis bambu yang berbeda memiliki kemampuan yang berbeda. Jenis bambu ada bermacam-macam. Setiap jenis mempunyai karakteristik dan ukuran yang berbeda. Satu karakteristik yang mencolok adalah ukuran jarak ruas bambu. Ukuran tersebut terdapat kemungkinan mempengaruhi kekuata bambu, dan kemungkinan penggunaanya pada bangunan yang berbeda. Dari informasi penelitian sebelumnya, penelitian Juniartha (2003) mengenai daya layan balok bertulangan tunggal dari bambu petung, dan Suastiningsih (2003) mengenai kapasitas lentur balok beton bertulangan rangkap bambu, belum diketahui perilaku keruntuhannya. Oleh karena itu perlu dilakukannya penelitian mengenai perilaku keruntuhan dari balok bertulangan tunggal bambu tali. Didalam penelitian ini menggunakan bambu tali yang berasal dari Desa Manggisari, Kabupaten Jembrana. 2
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas : 1. Bagaimana perilaku keruntuhan balok bertulangan tunggal dari bambu tali dengan variasi luas tulangan tarik? 2. Bagaimana hubungan kekuatan dan lendutan dari balok beton dengan tulangan bambu tali? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perilaku keruntuhan pada balok bertulangan bambu tali dengan variasi luas tulangan tarik. 2. Untuk mengetahui kekuatan dan lendutan dari balok beton dengan tulangan bambu tali. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ditemukan alternatif pengganti baja tulangan jika kelak nanti bahan ini tidak dapat diproduksi lagi. 2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan bambu sebagai alternatif pengganti tulangan baja dalam membangun struktur bangunan sederhana. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi ilmiah tentang penggunaan bambu sebagai pengganti baja tulangan. 1.5. Batasan Masalah Adapun batasan batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tulangan bambu yang digunakan berasal dari desa Manggisari. Bambu yang digunakan adalah bambu Tali berukuran 1,5 x 0,5 x 150 cm. 3
2. Bambu dikeringkan dengan cara dioven selama ± 1 minggu dengan suhu 40-50 derajat celcius kemudian divernis dengan tujuan agar kadar air dari bambu tidak berubah sebelum digunakan dalam beton. 3. Pengujian dilakukan pada umur 28 hari. 4. Jumlah benda uji yang akan diujikan sebanyak 12 buah dengan 9 buah benda uji balok bertulangan bambu dengan variasi jumlah tulangan tarik yang berbeda dan 3 buah benda uji balok dengan variasi jumlah tulangn tarik yang sama 5. Keawetan bambu dalam beton tidak diperhitungkan pada penelitian ini. 4