BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

BAB I PENDAHULUAN. patut, dinyatakan sebagai penyalahgunaan hak. 1 Salah satu bidang hukum

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali )

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, ia memerlukan tangan ataupun

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT CITA DEWI COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembangunan ekonomi sebagai bagian

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN. (Studi Kasus di PT. Bank Danamon Tbk. DSP Cabang Tanjungpandan)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN BESARNYA SUKU BUNGA PINJAMAN DALAM SENGKETA HUTANG PIUTANG (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Guna

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oetarid Sadino, Pengatar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2005, hlm. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tentang perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman negara Indonesia telah banyak perkembangan yang begitu pesat, salah satunya adalah dalam bidang pembangunan ekonomi yang dimana sebagai bagian dari pembangunan nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pembangunan ekonomi ialah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur, dalam hal pembangunan di bidang ekonomi dimana pelakunya meliputi pemerintah maupun masyarakat sebagai orang-perseorangan dan badan hukum tentunya sangat membutuhkan jumlah dana yang sangat besar sehingga membutuhakan pinjaman atau penyedia dana yang diperoleh melalui perkreditan. Kegiatan pinjam-meminjam atau yang sering disebut dengan kredit sudah tidak asing lagi bagi kita para masyarakat perkotaan bahkan di zaman yang maju sekarang ini masyarakat pedesaan sudah mengenal tentang kredit, kredit pada umumnya mempunyai tujuan untuk mempelancar suatu kegiatan usaha, dengan disisi lain kredit juga meningkatkan fungsi pasar karena adanya peningkatan daya beli (social buying power). 1 Salah satu sarana yang biasa masyarakat ketahui tentang penyediaan dana adalah lembaga perbankan yang dimana setiap bank rata-rata menyediakan penyediaan dana atau disebut kredit, 1 Moh. Tjoekam, 1999, Perkreditan Bisnis Bank Komersial, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Hal. 5. 1

2 dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pada Pasal 1 Angka 11 menyebutkan pengertian kredit berbunyi: Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan pengertian pasal di atas menyatakan bahwa dalam suatu penyediaan dana atau kredit ada sebuah kesepakatan antara pihak bank dengan pihak lain atau dengan kata lain didahului dengan perjanjian kredit antara kedua belah pihak yang bersepakat, dalam perjanjian kredit hakikatnya adalah suatu peristiwa pinjam meminjam yang dimana telah diatur dalam KUHPer (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) Pasal 1754 yang berbunyi: Pinjam pakai habis adalah suatu perjanjian, yang menetukan pihak pertama menyerahkan sejumlah barang yang dapat habis terpakai kepada pihak kedua dengan syarat, bahwa pihak kedua itu akan mengembalikan barang sejenis kepada pihak pertama dalam jumlah dan keadaan yang sama. Mengenai dunia perkreditan ada kredit dalam arti umum yaitu pinjaman komersil (commercial loan) dan pinjaman konsumen (consumer s loan) yang di mana pinjaman komersial (commercial loan) adalah merupakan kredit yang diberikan kepada seseorang atau badan usaha, sehingga kredit ini mampu memperbaiki atau mengembangkan kinerja usaha debitur. Sedangkan pinjaman konsumen (consumer s loan) adalah merupakan kredit yang diberikan bukan untuk kegiatan usaha produktif tetapi untuk penggunaan yang bersifat konsumtif, namun mampu meningkatkan taraf hidup si peminjam. 2 2 Ibid, Hal. 11.

3 Pemberian kredit yang diberikan oleh lembaga penyedia dana atau bank kepada masyarakat tidak begitu saja diberikan dengan mudah, karena lembaga penyedia dana dalam pemberian kredit sangat berhati-hati dan melihat kemampuan debitur untuk melunasi atas kredit yang diajukan kepada lembaga tersebut, dalam hal ini lembaga penyedia dana menghindari para debiturdebitur yang berujung dengan tidak bisa membayar kreditnya ataupun sering kita dengar dengan kredit macet bahkan banyak kasus lembaga penyedia dana mengalami kerugian akibat debitur tidak bisa melunasi kredit yang telah diajukan kepada lembaga penyedia dana. Selanjutnya, dalam dunia perbankan biasanya lembaga penyedia dana yang paling awal dan mendasar untuk menganlisa terhadap debitur yang mengajukan kredit terkenal dengan 5C yaitu Character (Watak), Capital (Modal), Capacity (Kemampuan), Collateral (Jaminan), dan Condition of Economy (Kondisi Ekonomi), dengan awal itu apabila debitur telah memenuhi semua dari ketentuan awal biasanya lembaga penyedia dana lebih berani untuk memberikan kredit atau berlanjut ke proses selanjutnya dalam pemberian kredit yang berlaku di lembaga penyedia dana tersebut. 3 Pemberian kredit selain menggunakan prinsip 5C tersebut apabila lembaga penyedia dana akan memberikan kredit terhadap debitur salah satu hal yang penting adalah perlindungan (protection) berupa jaminan yang diberikan debitur guna untuk menjamin pelunasan suatu hutang apabila debitur tidak lagi sanggup melunasi setelah jangka waktu yang diperjanjikan atau debitur melakukan wanprestasi, sehingga guna dari jaminan adalah untuk menjamin pelunasan hutang debitur, 3 Sutarno, 2003, Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Bandung: CV. Alfabeta, Hal. 93.

4 dalam hal ini jaminan yang sering dijaminkan biasanya berupa benda tidak bergerak (tanah dan bangunan) dengan bentuk pengikatan atau pembebanan berupa hak tanggungan dari pihak debitur seperti yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan pada Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi: Hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditur-kreditur lain. Definisi di atas terdapat 3 (tiga) hal bahwa yang pertama adalah merupakan hak jaminan untuk pelunasan hutang, yang kedua dapat dibebankan pada hak atas tanah dengan atau tanpa benda diatasnya dan yang ketiga adalah menimbulkan kedudukan didahulukan daripada kreditur-kreditur lain. 4 Sementara itu, dalam perkreditan di lembaga penyediaan dana bentuk jaminan yang paling banyak adalah jaminan hak atas tanah baik dengan status hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha maupun hak guna pakai, banyak sekali kasus-kasus di lembaga-lembaga penyediaan dana yang telah memberikan kredit dengan prinsip dasar 5C sampai debitur memberikan jaminan yang biasanya jaminan tersebut nilainya lebih tinggi dari kreditnya masih banyak para debitur tidak bisa melunasi hutangnya, selain itu bahwa urgensi jaminan dalam pemberian kredit oleh lembaga penyediaan dana atau bank terlihat jelas dimana adanya jaminan tersebut bentuk antisipatif dari pihak 4 R. Subekti dan Johannes Gunawan, 1996, Jaminan-jaminan untuk Pemberian Kredit Termasuk Hak Tanggungan Menurut Hukum Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, Hal. 40.

5 bank untuk memperkecil resiko yang muncul akibat dari pemberian kredit, seperti kata lain debitur tidak bisa mengangsur angsuran atau biasa disebut kredit macet, hingga debitur melakukan wanprestasi dan secara perhitungan ekonomi lembaga tersebut mengalami kerugian, lembaga tersebut untuk menutupi kerugian atas hutang debitur yaitu melelang jaminan yang diberikan oleh debitur kepada kreditur yang dalam pelelangan, kreditur dan debitur dapat melelang jaminan tersebut sendiri maupun melalui lembaga hukum yaitu pengadilan atau lembaga penyelesaian kredit seperti KPKNL (Kantor pelayanan kekayaan Negara dan lelang). KPKNL merupakan kantor di bawah naungan Direktorat Jendral Kekayaan Negara yang di mana tugas utama KPKNL adalah pengurusan piutang negara, pengelolaan kekayaan negara, dan pelayanan lelang. Dengan demikian bahwa penulis merasa tertarik untuk meneliti sebuah peristiwa hukum yang dimana setelah debitur melakukan wanprestasi dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan apa yang dilakukan oleh pihak kreditur dan yang akan dituangkan dalam penulisan skripsi yang berjudul TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN (Studi Kasus Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kota Surakarta).

6 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Pembatasan dan perumusan masalah dalam suatu penelitian salah satu hal yang penting dan suatu rangkaian pelaksanaan penelitian ilmiah guna menghindari terjadinya penyimpangan terhadap pokok permasalahan dan agar penelitian ini hanya terfokus pada pokok permasalahan. Dengan demikian dapat dirumuskan pokok masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Kota Surakarta? 2. Masalah atau hambatan-hambatan apa sajakah yang timbul dalam penyelesaian wanprestasi dengan jaminan hak tanggungan melalui pelelangan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Kota Surakarta? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian adalah suatu hal yang harus dicapai dalam suatu aktivitas tertentu, sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka tujuan yang diinginkan penulis dalam penelitian ini yaitu: 1. Tujuan Subyektif a. Memberikan suatu sumbangan pemikiran-pemikiran dan mengembangkan ilmu di bidang Hukum Perdata dan Hukum acara Perdata.

7 b. Mengembangkan dan memperluas ilmu-ilmu hukum dalam teori maupun dalam praktek. 2. Tujuan Obyektif a. Mengetahui proses penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan yang di selesaikan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Kota Surakarta. b. Mengetahui hambatan apa saja yang timbul dalam proses penyelesaian wanprestasi dengan jaminan hak tanggungan melalui pelelangan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan lelang (KPKNL) Kota Surakarta. 3. Manfaat Teoritis a. Mengembangkan pengetahuan-pengetahuan di bidang hukum perdata dan acara perdata. b. Untuk melatih penulis dalam mengungkap suatu masalah dan untuk sebuah perbandingan antara teori yang diperoleh dengan praktek apakah sesuai ataupun berbeda. D. Kerangka Pemikiran Tindakan tidak memenuhi suatu kewajiban dalam suatu perjanjian disebut wanprestasi, bisa dikatakan sebuah tindakan wanprestasi apabila si berutang (DEBITUR) tidak melakukan apa yang dijanjikannya, debitur alpa atau lalai ataupun juga debitur ingkar janji dan debitur melanggar perjanjian

8 apabila debitur melakuakan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh dilakukannya. 5 Perbuatan wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang debitur dapat berupa empat macam: a. Tidak melakuakan apa yang disanggupi akan dilakukannya. b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang di janjiakan. c. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat. d. Melakuakan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. Terhadap tindakan wanprestasi debitur (si berutang atau debitur sebagai pihak yang wajib melakukan sesuatu), diancamkan beberapa sanksi atau hukuman yaitu: 6 a. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan singkat dinamakan ganti-rugi b. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian c. Peralihan resiko d. Membayar biaya perkara, apabila sampai diperkarakan di depan hakim. Tindakan wanprestasi juga diatur dalam KUHPerdata (Kitab Undang- Undang Hukum Perdata) pada Pasal 1238 yang menyatakan si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetepkan, 5 R. Subekti, 1996, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Intermasa, Hal. 45. 6 Ibid, Hal. 45.

9 bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. Sudah dapat dikatakan dengan secara pasti debitur melakukan wanprestasi dan harus mengganti kerugian yang dialami kreditur. Perjanjian kredit dalam KUHPerdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) tidak ada ketentuan yang baku tentang pengertian perjanjian kredit, perjanjian kredit ditemukan karena adanya suatu perjanjian yang berisikan suatu kredit antar pihak kreditur dengan debitur yang berbentuk akad perjanjian kredit yang dimana suatu akad perjanjian kredit tersbut saling diketahui isinya oleh kedua belah pihak dan saling sepakat atas pokok perjanjian kredit. 7 Dalam hal ini pengertian perjanjian kredit yang dikemukakan beberapa sarjana hukum berpendapat mirip dengan perjanjian pinjam uang yang diatur dalam KUHPerdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) Pasal 1754 yang menyatakan bahwa pinjam meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula, bahwa dari pernyataan pasal diatas bisa didefinisikan bahwa apabila debitur meminjam sejumlah uang tertentu kepada lembaga penyedia dana (kreditur) suatu saat debitur juga harus mengembalikan sejumlah dana yang di pinjam dari pihak Kreditur. 8 Wanprestasi dalam perjanjian kredit dimana sesorang debitur yang telah menyepakati sebuah akad perjanjian kredit dengan memberikan jaminan 7 Edy Putra Tje Aman, 1989, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, Yogyakarta: Liberty, Hal. 30. 8 Sutarno, Op.Cit., Hal. 96.

10 kepada kreditur yang biasanya jaminan tersebut nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kredit si debitur, akan tetapi tetap debitur tidak bisa menjalankan ataupun tidak menyanggupi dan memenuhi janji-janjinya yang telah tertuang di akad perkreditan tersebut. Dalam pembahasan kali ini jaminan yang dimaksud adalah jaminan yang di jaminkan dengan hak tanggungan (benda tidak bergerak) yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Penyelesaian terhadap kasus ini biasanya ada dua macam penyelesaian yaitu penyelamat kredit dan penyelesaian kredit, penyelamat kredit adalah suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui perundingan kembali antara kreditur dan debitur dengan memperingan syarat-syarat pengembalian kredit sehingga dengan memperingan syarat-syarat pengembalian kredit tersebut diharapkan debitur memiliki kemampuan kembali untuk meyelesaikan kredit tersebut, jadi tahap ini belum memanfaatkan lembaga hukum karena debitur masih berusaha memenuhi akad perjanjian kredit, apabila penyelesaian kredit adalah langkah penyelesaian kredit bermasalah dengan melalui lembaga hukum seperti pengadilan atau lembaga penyelesaian kredit seperti KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang) atau badan lainnya dikarenakan langkah yang pertama yaitu penyelamat kredit sudah tidak dimungkinkan kembali untuk dijalankan dari pihak debitur, dengan tujuan tahap penyelesaian kredit ini melalui lembaga hukum untuk menjual atau mengeksekusi benda jaminan. Dengan kedua hal ini perjanjian kredit yang

11 bermasalah bisa diseleikan dengan antara kedua belah pihak maupun dengan bantuan lembaga hukum apabila debitur telah melakukan wanprestasi. 9 E. Metode Penelitian Dalam metode penelitian ini dimana penulis ingin mengkaji bagaimana proses penyelesaian tindakan wanprestasi yang di lakukan debitur dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kota Surakarta, adapun merode-metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif, yang dimaksud dengan yuridis normatif ialah mengetahui suatu penyelesaian kasus ditinjau dari aspek hukum yang berlaku saat ini, selain itu juga melakukan sebuah penelitian secara langsung di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kota Surakarta untuk melihat secara langsung proses pelelangan. 2. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi penelitian ini yang digunakan adalah deskriptif, karena bermaksud untuk menggambarkan dengan jelas berbagi hal yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu penyelesaian tindakan wanprestasi dalam perjanjian kredit di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kota 9 Ibid., Hal. 265 dan 266

12 Surakarta beserta hambatan-hambatanya dalam eksekusi obyek jaminan debitur. 3. Jenis dan sumber Data a. Jenis Data 1) Data Primer Data primer yaitu data-data yang diperoleh berasal langsung dari sumber data, data ini diperoleh langsung dari lapangan yaitu berasal melalui hasil pengambilan data dan wawancara di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kota Surakarta. 2) Data Sekunder Data sekunder yaitu data-data yang di peroleh berasal dari bahan-bahan pustaka, yang meliputi tentang dokumen-dokumen tertulis bersumber dari peraturan yang berlaku ataupun hukum positif seperti KUHPerdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. 4. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah dengan teknik kepustakaan, wawancara dan mengetahui secara langsung proses pelelangan, dimana teknik kepustakan yaitu dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan serta mempelajari bahan-bahan berupa buku-buku, undang-undang, beserta format berbentuk data dari sumber yang benar di mana teknik kepustakaan ini untuk memenuhi data

13 sekunder, wawancara adalah pengumpulan suatu data dengan mempertanyakan sesuatu kepada sesorang yang memhami dalam kasus penelitian ini yaitu pihak pejabat lelang yang berada di Kantor Pelayanan kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Kota Surakarta serta mengetahui secara langsung bagaimana proses dalam pelelangan suatu obyek jaminan di balai pelelangan. Ketiga cara pengumpulan data tersebut guna untuk membuat penulis memperoleh gambaran yang jelas, lebih terperinci dan lebih mendalami tentang penelitian yang akan dideskriptifkan oleh penulis serta mengetahui praktek yang sebenarnya dalam lelang. 5. Metode Analisis Data Metode analisis data yang akan digunakan oleh penulis adalah analisis kualitatif, yaitu uraian data-data yang disusun secara runtun dalam bentuk kalimat yang teratur, logis dan tidak saling tumpang tindih dengan kalimat yang lain sehingga memudahkan pemahaman hasil analisis. Dalam hal ini bahwa setelah bahan-bahan diperoleh dan diterima, selanjutnya data yang diperoleh diperiksa kembali dan selanjutnya dilakukan analisis terhadap penerapan undang-undang yang berkaitan dengan penyelesaian tindakan wanprestasi dalam perjanjian kredit. Analisis data pada lazimnya melalui pendekatan kualitatif, menurut Soerjono Soekanto pendekatan kualitatif cara penelitian yang menghasilkan deskriptif analisis yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis

14 atau lisan dan juga pelakunya yang nyata diteliti dan dipelajari sebagi satu kesatuan. 10 F. Sistematika Skripsi Penelitian skripsi ini terdiri atas empat bab yang akan disusun secara sistematis, dimana antara bab saling berkaitan sehingga merupakan rangkaian yang mudah dipahami dan berkesinambungan antar yang satu dengan yang lain, sistematika penulisan ini akan digambarkan sebagai berikut: Bab I adalah Pendahuluan yang mana berisikan suatu gambaran secara singkat kesuluran isi penulisan karya ilmiah yang terdiri dari: Latar Belakang, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian, dan Sistematika Skripsi. Bab II adalah berisikan tentang Tinjauan Pustaka yang berisikan tentang tinjauan-tinjauan secara umum tentang apa saja yang menjadi dasar penulisan karya ilimah tersebut, dalam bab ini terdiri dari: Tinjauan Umum tentang Perjanjian, yang meliputi Pengertian Perjanjian, Asas-asas dalam Perjanjian, Syarat-syarat Sahnya Perjanjian, Subyek dan Obyek Perjanjian, Prestasi dan Wanprestasi, Macam-Macam Perjanjian dan, Berakhirnya Perjanjian. Selanjutnya sub kedua yaitu Tinjauan tentang Kredit dan Perjanjian Kredit, yang meliputi: Pengertian Kredit, Pengertian Perjanjian Kredit, Unsur- Unsur Kredit, Jenis Kredit, Tujuan dan Fungsi Kredit, Syarat-Syarat Kredit, Collateral atau Jaminan dalam Perjanjian Kredit. Kemudian sub bab selanjutnya yaitu Tinjauan tentang Hak Tanggungan, yang meliputi: Pengertian 10 Soerjono Soekanto, 2008, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia ( UI-Press ), Hal.5.

15 Hak Tanggungan, Ciri-Ciri Hak Tanggungan, Obyek Hak Tanggungan, Proses Pembebanan Hak Tanggungan dan Pendaftaran Hak Tanggungan, Hapusnya Hak Tanggungan, Eksekusi Hak Tanggungan, dan Eksekusi melalui KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang) Bab III adalah berisikan Hasil Penelitian dan Pembahasan yang berisikan tentang pembahasan data yang telah diperoleh dari penilitian dan telah di periksa kembali secara teliti selanjutnya di bahas dengan secara runtun dan sistemtis serta terdiri dari: KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang) Surakarta Selayang Pandang. Hasil Penelitian di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) dan Pembahasan yaitu mengenai Penyelesain Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Surakarta, kemudian Masalah atau Hambatan dalam Penyelesaian wanprestasi dengan jaminan hak tanggungan melalui pelelangan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Kota Surakarta. Bab IV berisikan tentang Penutup yang terdiri dari: Kesimpulan dan Saran.