BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadi inti dari pengajaran Bahasa Indonesia secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mewujudkan potensi yang dimilikinya. Tirtarahardja

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 memuat peran penting bahasa sebagai wahana untuk

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. membaca yang baik akan menunjang keberhasilan hal-hal yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kemampuan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi peserta didik. Guru harus mampu menjadi wadah dalam

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki tujuan

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dan saling mengisi (Tarigan, 2013:1). Setiap keterampilan, erat. semakin cerah dan jelas pula jalan pemikiranya.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra secara sungguh-sungguh. Salah satu karya sastra adalah puisi.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik dalam kehidupan pendidikan maupun masyarakat. Keterampilan menulis perlu diperhatikan karena merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan tersebut akan mendapatkan informasi ataupun pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa (Indonesia) merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

TEKS WAWANCARA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk

PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Pembelajaran dan pendidikan merupakan sarana yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, gagasan atau perasaan seseorang. Bahasa terdiri atas beberapa kata yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang turut menentukan pencapaian tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatkanya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi siswa dalam bidang-bidang tertentu. Penguasaan keterampilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa kelas X. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang saat ini berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. kompetensinya yaitu mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui. kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan atau kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidupnya. Mengingat pentingnya kedudukan dan fungsi Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh : EKA ROHMAWATI A

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran pokok di setiap jenjang pendidikan di Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Dalam standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan kurikulum yang masih berlaku di sebagian sekolah di Indonesia saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA dan sederajat terdiri dari dua komponen yaitu komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi empat keterampilan yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam penerapannya keempat keterampilan tersebut saling berkaitan erat satu sama lain. Menurut Tarigan (2008:3) Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif, sehingga keterampilan ini harus dipelajari dan dilatih serta dibantu dengan aspek keterampilan lain menyimak, berbicara dan membaca. Pada dasarnya harus diakui bahwa keterampilan menulis merupakan kemampuan berbahasa yang paling sulit dari tiga keterampilan berbahasa lainnya yaitu menyimak, berbicara, dan membaca. 1

2 Nurgiantoro (2001:296) mengemukakan, Kemampuan menulis dibanding dengan tiga kemampuan berbahasa lainnya. (berbicara, menyimak, dan membaca)lebih sulit dikuasai, bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan di luar bahasa itu sendiri yang menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun isi harus terjalin sedemikian rupa, sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu. Dalam rangka mengantisipasi perubahan-perubahan global dan persaingan pasar bebas, serta tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi, khususnya teknologi informasi yang semakin hari semakin canggih, pemerataan layanan pendidikan perlu diarahkan pada pendidikan yang transparan, berkeadilan, dan demokratis. Hal tersebut harus dikondisikan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini, sekolah sebagai sebuah masyarakat kecil yang merupakan wahana pengembangan peserta didik, dituntut untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan. Dengan iklim penidikan yang demikian diharapkan mampu melahirkan peserta didik yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan berkarakter. Sehubungan dengan itu, saat ini pemerintah sedang menggalakkan kurikulum baru yang disebut dengan kurikulum 2013 di Indonesia, meskipun untuk saat ini masih sebagian sekolah saja yang menerapkan kurikulum baru tersebut. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dalam Kurikulum 2013 pembelajaran Bahasa Indonesia dikaitkan dengan mata pelajaran lainnya melalui pembelajaran berbasis teks. Dalam hal ini terdapat salah satu kompetensi yaitu Kemampuan Menulis Teks Prosedur Kompleks.

3 Teks prosedur kompleks merupakan salah satu materi yang terdapat di dalam kurikulum 2013. Menurut kurikulum, materi ini memang materi yang baru, namun dalam pengaplikasian di kehidupan sehari-hari ini bukanlah hal yang baru lagi, karena hampir setiap hari siswa melakukan suatu pekerjaan yang berhubungan dengan prosedur. Teks prosedur memiliki struktur yang simple yaitu adanya tujuan dan langkah-langkah. Teks prosedur kompleks merupakan teks yang berisi langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Langkah-langkah itu biasanya tidak dapat dibalik-balik, tetapi apabila teks prosedur mengandung langkah-langkah yang dapat dibalik-balik, teks tersebut disebut protokol. Di dalam teks prosedur kompleks terdapat pola kalimat imperatif. Kalimat imperatif dalam teks prosedur kompleks berfungsi untuk memberi perintah kepada pembaca untuk melakukan langkah-langkah sesuai dengan yang disarankan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Pernyataan Mohammad Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (dalam Depdikbud:2013: iii). Kurikulum 2013 menyadari peran penting bahasa sebagai wahana untuk mengekspresikan perasaaan dan pemikiran secara estetis dan logis. Pada suatu saat, bahasa tidak dituntut dapat mengekspresikan sesuatu dengan efisien karena ingin menyampaikannya dengan indah sehingga mampu menggugah perasaan penerimanya. Pada saat yang lain, bahasa dituntut efisien dalam menyampaikan gagasan secara objektif dan logis supaya dapat dicerna dengan mudah oleh penerimanya. Dua pendekatan mengekspresikan dua dimensi diri, perasaan dan pemikiran, melalui bahasa perlu diberikan berimbang. Pada dasarnya, banyak perubahan yang terjadi dalam Kurikulum 2013 jika dibandingkan dengan KTSP. Diantaranya, pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi

4 dasar sendiri, Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan, Bahasa Indonesia sejajar dengan mata pelajaran lain sementara pada Kurikulum 2013 mata pelajaran dirancang terkait satu sama lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas, Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge dan Bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran lain. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar, sementara di dalam Kurikulum 2013 sudah tidak terdapat standar kompetensi lagi, digantikan dengan kompetensi inti, dan masih banyak perubahan lainnya. Salah satu kunci sukses yang menentukan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 adalah kreativitas guru, karena guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya peserta didik dalam belajar. Kurikulum 2013 akan sulit dilaksanakan di berbagai daerah apabila sebagian besar guru belum siap. Wau (2013: 8) menyatakan bahwa sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar Pendidikan Nasional, seorang guru professional harus memiliki empat kompetensi. Keempat kompetensi tersebut adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial. Ketidaksiapan guru itu tidak hanya terkait urusan kompetensinya, tetapi berkaitan dengan masalah kreativitasnya, yang juga disebabkan oleh rumusan kurikulum yang lambat disosialisasikan oleh Pemerintah.

5 Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, antara lain ingin mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan materi ke pendidikan sebagai proses. Oleh karena itu, pembelajaran harus sebanyak mungkin melibatkan peserta didik, agar mereka mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah dalam kerangka inilah perlunya kreativitas guru, agar mereka mampu menjadi fasilitator dan mitra belajar bagi peserta didik. Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik tetapi harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Agar pembelajaran menjadi lebih mudah diterima siswa, maka diperlukan metode yang tepat guna. Dalam menggunakan metode yang tepat maka tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik. Namun selama ini metode ceramah selalu menjadi pilihan utama bagi para guru dalam proses pembelajaran. Dengan metode ceramah yang merupakan metode pembelajaran satu arah karena biasanya guru yang lebih aktif dalam memberikan penjelasan sementara siswa hanya mendengarkan saja apa yang disampaikan oleh guru sehingga siswa cenderung menjadi pasif. Siswa kurang dapat berekspresi karena semua informasi yang diperoleh hanya dari guru. Tidak ada dorongan untuk membuat para siswanya berpikir kritis untuk menemukan pemecahan masalahnya sendiri dan siswa harus menurut pada apa yang diajarkan oleh gurunya tanpa memikirkan bahwa mungkin saja apa yang diterangkan oleh gurunya itu belum tentu benar. Metode ceramah

6 ini menjadikan pembelajaran berpusat kepada guru, sementara yang sebaiknya terjadi adalah, pembelajaran berpusat kepada siswa. Menanggapi masalah di atas, memilih metode efektif dan inovatif terhadap pembelajaran menulis teks prosedur kompleks adalah langkah terbaik untuk memecahkan permasalahan tersebut. Berdasarkan beberapa hasil penelitian menurut Joice and Weil, 1986 (Dalam Wena, 2011:188) pada SMU khususnya di USA, strategi pembelajaran tuntas terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Di samping itu, strategi ini juga mampu meningkatkan kecepatan belajar siswa dalam proses pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran Belajar Tuntas (Mastery Learning) akan menciptakan peserta didik yang memiliki kemampuan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengecilkan perbedaan antara anak cerdas dengan anak yang tidak cerdas. Belajar tuntas menciptakan anak didik dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga di dalam kelas tidak terjadi anak cerdas akan mencapai semua tujuan pembelajaran sedangkan anak yang kurang cerdas akan mencapai sebagian tujuan pembelajaran atau tidak mencapai sama sekali tidak mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan memilih metode belajar tuntas (mastery learning) sebagai metode yang dianggap efektif terhadap kemampuan menerapkan kalimat imperatif dalam teks prosedur kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keberhasilan pembelajaran menerapkan kalimat imperatif dalam teks prosedur kompleks dengan menggunakan metode pembelajaran belajar tuntas (mastery learning). Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh metode

7 pembelajaran belajar tuntas tersebut maka sebagai metode pembanding dari penelitian ini adalah metode ceramah. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul Efektifitas Metode Pembelajaran Belajar Tuntas (Mastery Learning) terhadap Kemampuan Menerapkan Kalimat Imperatif dalam Teks Prosedur Kompleks oleh Siswa Kelas X SMA N 1 Kabanjahe Tahun Pembelajaran 2013/2014. B. Identifikasi Masalah Identifikasi malasalah adalah upaya untuk mengumpulkan persoalanpersoalan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti atau unsur-unsur yang mendukung masalah yang akan diteliti. Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diidentifikasi beberapa masalah penelitian yakni sebagai berikut : 1. Adanya pergantian kurikulum menjadi kurikulum 2013. 2. Banyak materi baru di dalam kurikulum 2013. 3. Teks prosedur kompleks merupakan salah satu materi baru yang terdapat di kurikulum 2013. 4. Belum semua guru siap dalam menerapkan/mengajarkan kurikulum 2013 kepada siswa-siswa. 5. Metode yang selama ini sering digunakan oleh guru cenderung metode ceramah yang membuat siswa menjadi pasif. C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya ruang lingkup masalah, keterbatasan waktu, keterbatasan dana, serta kemampuan peneliti maka diperlukan adanya

8 pembatasan masalah. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini membatasi cakupan masalah pada kemampuan siswa menerapkan kalimat imperatif dalam teks prosedur kompleks oleh siswa keas X dengan menerapkan metode pembelajaran belajar tuntas (mastery learning) dan akan dibandingkan dengan metode ceramah, penelitian ini juga dibatasi akan dilakukan di sekolah SMA Negeri 1 Kabanjahe Tahun Pembelajaran 2013/2014. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai beerikut: 1. Bagaimanakah kemampuan menerapkan kalimat imperatif dalam teks prosedur kompleks siswa kelas X SMA N 1 Kabanjahe Tahun Pembelajaran 2013/2014 dengan menerapkan metode pembelajaran Belajar Tuntas (Mastery Learning)? 2. Bagaimanakah kemampuan menerapkan kalimat imperatif dalam teks prosedur kompleks siswa kelas X SMA N 1 Kabanjahe Tahun Pembelajaran 2013/2014 dengan menerapkan metode pembelajaran Ceramah? 3. Apakah penerapan metode pembelajaran Belajar Tuntas (Mastery Learning) efektif terhadap kemampuan menerapkan kalimat imperatif dalam teks prosedur kompleks oleh siswa kelas X SMA N 1 Kabanjahe Tahun Pembelajaran 2013/2014?

9 E. Tujuan penelitian Kegiatan penelitian senantiasa berorientasi pada tujuan. Tanpa adanya tujuan yang jelas, kegiatan tidak akan terarah. Oleh sebab itu, maka penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui kemampuan menerapkan kalimat imperatif dalam teks prosedur kompleks siswa kelas X SMA Negeri 1 Kabanjahe Tahun Pembelajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode pembelajaran belajar tuntas (mastery learning). 2. Untuk mengetahui kemampuan menerapkan kalimat imperatif dalam teks prosedur kompleks siswa kelas X SMA Negeri 1 Kabanjahe Tahun Pembelajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah. 3. Untuk mengetahui apakah penggunaan metode pembelajaran belajar tuntas (mastery learning) lebih efektif terhadap kemampuan menerapkan kalimat imperatif dalam teks prosedur kompleks oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kabanjahe Tahun Pembelajaran 2013/2014 dibandingkan dengan penggunaan metode ceramah. F. Manfaat penelitian Manfaat hasil dari penelitian ini di harapkan berguna untuk berbagai pihak, baik secara teoritis maupun secara praktis, diantaranya sebagai berikut:

10 1. Secara teoritis Secara teoritis diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam upaya meningkatkan pembelajaran teks prosedur kompleks dalam kurikulum 2013 dan memberikan sumbangan pemikiran sebagai perkembangan dunia sastra Indonesia khususnya pada tataran pembelajaran bahasa Indonesia. 2. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada: a. Siswa Memperoleh pembelajaran yang lebih menarik, menyenangkan dan lebih dapat dimengerti. b. Guru Khususnya Guru Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai informasi pentingnya menerapkan teknik yang relevan dalam proses belajar mengajar dalam upanya meningkatkan prestasi belajar siswa c. Lembaga Dapat memberikan konstribusi kepada sekolah untuk berupaya dalam peningkatan mutu lulusannya dalam dengan jalan melengkapi sarana belajar dan meningkatkan profesionalisme guru dalam mendidik siswa d. Penyusun Memberikan pengalaman berpikir ilmiah melalui penyusunan dan penulisan Skripsi, sehingga dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan menambah wawasan dalam bidang pendidikan.