BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

BAB IV. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Remisi Kepada Pelaku Tindak Pidana. Korupsi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara menjamin atas ketertiban dan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

ANALISIS HUKUM PEMBERIAN REMISI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA Oleh: M. Fahmi Al Amruzi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengganggu ketenangan pemilik barang. Perbuatan merusak barang milik. sebagai orang yang dirugikan dalam tindak pidana tersebut.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG MENURUT UU NO. 12 TENTANG PEMASYARAKATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.

BAB IV. Hakim adalah organ pengadilan yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Negara yang merdeka untuk meyelenggarakan peradilan guna

BAB IV. A. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukuman Kumulatif. Dari Seluruh Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim, menunjukkan bahwa

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

BAB III ANALISIS. hukum positif dan hukum Islam, dalam bab ini akan dianalisis pandangan dari kedua

Assalamu alaikum wr. wb.

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KONSEP TINDAK PIDANA ISLAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV. Islam juga berlaku bagi tindak pidana yang dilakukan oleh penduduk da>r alsala>m

BAB I PENDAHULUAN. atau terjepit maka sangat dimungkinkan niat dan kesempatan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 1992, h Said Agil al-munawar, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi

BAB III PEMAAFAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KEADAAN MABUK. A. Alasan Obyektif Pemaafan bagi Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

Tindak pidana perampasan kemerdekaan orang lain atas dasar. keduanya, diantaranya persamaan-persamaan itu adalah sebagai berikut:

PEMIDANAAN SERTA POLITIK HUKUM PIDANA DALAM KUHP/RKUHP DAN PERBANDINGAN DENGAN ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

SKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS. (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta)

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II PEMIDANAAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS PERCOBAAN MELAKUKAN PELANGGARAN DAN KEJAHATAN YANG TIDAK DIKENAI SANKSI

BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PENELANTARAN ORANG DALAM LINGKUP RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF FIQH JINAYAH DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004.

BAB IV ANALISIS PEMIDANAAN ORANG TUA ATAU WALI DARI PECANDU NARKOTIKA DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM PIDANA DAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS ASPEK PIDANA DALAM PASAL 2 UU NO. 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

BAB III REMISI BAGI TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PP NO 99 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PP NO 32 TAHUN 1999 TENTANG

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Penipuan yang. Berkedok Lowongan Pekerjaan (Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjamin, melindungi dan menjaga kemaslahatan kemaslahatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TENTANG PELAKSANAAN TINDAKAN KHUSUS TERHADAP KAPAL PERIKANAN BERBENDERA

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HUKUM HAKIM DAN FIQIH JINAYAH DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NO:164/PID.B/ 2013/PN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat satu

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III PENCURIAN DALAM HUKUM PIDANA. A. Pengertian Pidana, Hukum Pidana, dan Bentuk-bentuk Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum, bukan

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

BAB IV. Sehingga, tidak bisa disamakan dengan sistem-sistem lainnya. Begitu juga

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, tetapi dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

HUKUM PIDANA DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN PERBANDINGANNYA DENGAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengadilan Negeri Mojokerto yang terletak di Kota Mojokerto Provinsi

I. PENDAHULUAN. prinsip hukum acara pidana yang mengatakan peradilan dilakukan secara

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI BANYUWANGI TERHADAP TINDAK PIDANA PENANGKAPAN IKAN DENGAN POTASIUM CIANIDA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MEDAN NOMOR : 67/PID.SUS/2015/PT.MDN DALAM PERKARA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PAMEKASAN TENTANG HUKUMAN AKIBAT CAROK MASAL (CONCURSUS) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang yang melakukan kejahatan atau dapat juga disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

WELCOME MATA PELAJARAN : MADRASAH ALIYAH ASSHIDDIQIYAH FIQIH. Kelas : XI (Sebelas), Semster : Ganjil Tahun Pelajaran : 2012/2013

BAB IV. A. Sanksi hukum terhadap tindak pidana bagi orang tua atau wali dari. pecandu narkotika yang belum cukup umur menurut pasal 86 Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum perundang-undangan, baik hukum Islam maupun hukum

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum ada tiga unsur seseorang dianggap telah melakukan

Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG REMISI

BAB II KETENTUAN TENTANG JARIMAH DAN MALPRAKTEK MEDIS. Jarimah (tindak pidana) berasal dari kata ( م ) yang berarti

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ingin meningkatkan pencapaian di berbagai sektor. Peningkatan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu ketentraman umum serta tindakan melawan perundang-undangan.

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak akan pernah sembuh. Berbagai fakta dan kenyataan yang diungkapkan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fockema Andreae, kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III TINJAUAN FIQH JINAYAH TERHADAPPERCOBAAN KEJAHATAN

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAKAN MENGEMIS DI MUKA UMUM. A. Analisis terhadap Sanksi Hukum Bagi Pengemis Menurut Pasal 504

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

BAB IV ANALISIS FIKIH MURAFA AT TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PENCURIAN HELM TOD YANG DIKENAKAN PASAL 362

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam kehidupan bermasyarakat yang berisi mengenai perintah-perintah

BAB IV ANALISIS SANKSI PIDANA TERHADAPPUTUSAN PENGADILAN. NEGERI SEMARANG NO.162/Pid.B/2011/PN. Smg TENTANG SEDIAAN FARMASI YANG TIDAK BERIZIN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan yang disertai dengan rumah penjara secara berangsurangsur dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan konsep rehabilitasi sosial, agar narapidana menyadari kesalahannya dan tidak kembali melakukan tindak pidana serta dapat kembali menjadi warga masyarakat yang baik. Sejak tahun 1964 sistem pemidanaan bagi narapidana ini telah berubah dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan. Dalam pasal 14 ayat (l) Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan menjelaskan tentang hak-hak bagi narapidana salah satunya adalah hak mendapatkan remisi (pengurangan masa pidana). Setiap tahun narapidana diberikan pengurangan masa pidana (remisi) oleh pemerintah. Pengurangan masa pidana itu diberikan pada hari kemerdekaan dan hari raya keagamaan yang dianut oleh narapidana. Namun sebagian masyarakat merasa remisi tersebut tidak pantas diberikan khususnya kepada narapidana luar biasa seperti narapidana tindak pidana korupsi, terorisme dan narkoba. Menurut Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999, remisi adalah pengurangan masa pidana yang diberikan kepada narapidana dan anak pidana yang berkelakuan baik selama menjalani pidana. Pemberian remisi bagi narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi dan kejahatan terhadap keamanan negara serta kejahatan terhadap hak asasi manusia yang berat ini perlu disesuaikan dengan dinamika dan rasa keadilan masyarakat. Salah satu contoh yang menarik adalah pemberian remisi kepada Aulia Pohan narapidana tindak pidana korupsi mantan Deputi Gubernur BI ini resmi ditahan oleh penyidik KPK tanggal 27 November 2008. Kemudian 1

2 oleh Pengadilan Tipikor divonis penjara 4 tahun 6 bulan. Selanjutnya di tingkat banding oleh Pengadilan Tinggi dikurangi lagi menjadi 4 tahun. Akhirnya pada tingkat kasasi dikurangi lagi menjadi 3 tahun dan denda 200 juta. Selain itu juga Aulia Pohan diberikan remisi umum pada tanggal 17 Agustus 2010 sebesar 3 bulan.1 Memang dalam peraturan pemerintah telah diatur tentang pemberian remisi, tetapi dengan pemberian remisi tersebut telah menciderai rasa keadilan masyarakat, karena kejahatan yang dilakukan oleh Aulia Pohan tersebut dampaknya sangat merugikan negara, yang pada akhirnya masyarakatlah yang harus menanggung akibatnya. Masyarakat berharap koruptor itu diberikan hukuman yang seberat-beratnya tetapi pada kenyataannya hukuman yang mereka dapatkan itu tidak sebanding dengan kejahatan yang dilakukan, dan cenderung ringan terlebih lagi dengan adanya pemberian remisi yang akan mempercepat narapidana itu keluar dari penjara. Pemberian remisi telah diatur oleh Undang-Undang, dalam memperoleh remisi narapidana harus memenuhi beberapa persyaratan yang pada intinya mentaati peraturan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan dan berkelakuan baik dan telah menjalani hukuman lebih dari enam bulan, agar dapat memperoleh remisi selama dalam Lembaga Permasyarakatan. Pemberian remisi bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan diatur dalam beberapa Peraturan Perundang-undangan antara lain: UndangUndang No. 12. Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Keputusan Presiden No. 174 Tahun 1999 tentang Remisi, serta Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Dengan adanya berbagai peraturan tersebut, diharapkan pemerintah selalu memperhatikan dan mempertimbangkan dengan benar dalam 1 http://m.mediaindonesia.com/index.php/read/2012/08/24/342947/70/13/ruang_transaks ipe mberian Remisi akses 15 Oktober 2015.

3 memutuskan pemberian remisi, serta harus mengikuti aturan-aturan yang telah diatur oleh perundang- undangan yang ada. Dalam pemberian remisi, pihak yang berwenang tentunya mengetahui perilaku atau perbuatan narapidana selama menjalani pidana sebagai acuan pemberian remisi yang sesuai dengan perilaku dan tindakan selama berada di Lembaga Pemasyarakatan dan tujuan pemidanaan itu sendiri. Namun kenyataannya Peraturan Pemerintah tentang pemberian remisi belum berjalan secara optimal. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya narapidana yang telah bebas, kemudian melakukan tindak kriminal lagi. Islam datang antara lain bertujuan untuk menegakkan keadilan bagi masyarakat yang akan memberikan rasa aman bagi seluruh umat manusia. Pada dasarnya syari at Islam bukan syari'at yang regional, melainkan universal diturunkan untuk seluruh dunia, bukan hanya sebagian umat saja.2 Oleh karena itu, wacana keilmuan hukum pidana Islam masih terus dikembangkan agar substansi hukum tersebut bisa sesuai dengan perkembangan zaman dengan berbagai permasalahan yang semakin beranekaragam. Menurut Asy-Syatibi yang dikutip oleh Musthafa Kamal Pasha, peraturan yang ada dalam syari at Islam dimaksudkan untuk melindungi hak-hak dari seluruh makhluk dan tujuannya agar tidak melampaui terhadap salah satu dari tiga perkara yaitu kebutuhan pokok, kebutuhan biasa dan kebutuhan kesempurnaan.3 Hukum yang ditegakkan Islam mempunyai dua aspek, preventif (pencegahan) dan edukatif (pendidikan). Dengan diterapkan dua spek tersebut akan dihasilkan satu aspek kemaslahatan (positif) yang akan membawa perilaku manusia sesuai dengan tujuan agama.4 2 A. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1967. Hlm. 105 Musthafa Kamal Pasha, Fikih Islam, Citra Karya Mandiri, Yogyakarta 2002. Hlm. 2 4 Makhruz Munajat, Fiqih Jinayah Norma-Norma Hukum Pidana Islam, Syari ah Press, Yogyakarta, 2008. Hlm. 109-110 3

4 Pengurangan menjalani pidana (remisi) di Indonesia ini adalah masalah yang perlu mendapat perhatian, karena pengurangan menjalani masa hukuman tersebut pada satu sisi menyangkut hak manusia yang semestinya dijunjung tinggi agar tercipta keadilan bagi masyarakat tetapi pada sisi lain dengan diberikannya remisi tersebut, apakah akan dapat memberi efek jera bagi pelaku tindak pidana tersebut, khususnya bagi terpidana korupsi, narkoba maupun teroris agar tidak mengulangi perbuatannya lagi. Tetapi pada kenyataannya tindak pidana korupsi, narkoba maupun teroris ini tetap saja masih banyak terjadi, karena para pelaku nya telah mengetahui apabila mereka dipidana maka akan mendapatkan remisi. Seharusnya dalam hal ini pemerintah harus lebih selektif lagi dalam memberikan remisi, khususnya bagi tindak pidana extra ordinary crime/kejahatan luar biasa. Sehingga dengan pemberian hukuman, akan memberikan efek jera bagi pelaku tindak pidana tersebut dan supaya tidak mengulangi lagi dikemudian hari. Salah satu pidana yang dijatuhkan oleh hakim yaitu pidana penjara. Maksud dari pidana penjara bagi terpidana adalah supaya mereka tidak mengulangi perbuatannya lagi, karena pidana penjara memberikan penderitaanyang sangat berat baginya. Narapidana akan kehilangan kemerdekaannya namun mereka tetap masih bisa berhubungan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan. Namun hal ini menimbulkan dehumanisasi pelaku tindak pidana dan pada akhirnya menimbulkan kerugian bagi narapidana yang terlalu lama di dalam lembaga pemasyarakatan, berupa ketidak seimbangan narapidana tersebut untuk melanjutkan kehidupannya secara produktif di masyarakat.5 Maksud dijatuh kannya pidana penjara adalah, bahwa dengan pidana itu dapat dilakukan pembinaan sedemikian rupa sehingga setelah terpidana selesai menjalani pidananya, diharapkan akan menjadi orang yang lebih 5 Niniek Suparni, Eksitensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakata, 1996. Hlm. 40

5 baik. Untuk pelaksanaan pembinaan tersebut diperlukan waktu yang cukup, selain itu program pembinaan dan metode pembinaan yang ada akan tergantung pada waktu yang tersedia, sehinga akan mempengaruhi hasil dari pembinaan. Namun waktu yang singkat dalam pidana jangka pendek akan menghambat pencapaian tujuan tersebut.6 Remisi merupakan salah satu kebijakan yang diterapkan bagi narapidana yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Persyaratan ini menyangkut tingkah laku berdasarkan penilaian dari Tim Pengamat Pemasyarakatan, disamping para narapidana lebih dahulu memenuhi persyaratan-persyaratan yang didasarkan atas lamanya pidana yang telah dijalankan. Tujuan pokok hukuman dalam hukum pidana Islam adalah untuk menciptakan kemaslahatan manusia dan menjaga mereka dari hal-hal yang kurang baik karena Islam itu sebagai rahmatan lil' alami, untuk memberi petunjuk dan pelajaran serta pendidikan kepada manusia. Hal ini untuk memperbaiki individu serta menjaga masyarakat dari hal-hal yang tidak baik. Islam keadilan datang antara lain bertujuan untuk menegakkan bagi masyarakat yang akan memberikan rasa aman bagi seluruh umat manusia. Pada dasarnya syari at Islam bukan syari'at yang regional, melainkan universal diturunkan untuk seluruh dunia, bukan hanya sebagian umat saja.7 Oleh karena itu, wacana keilmuan hukum pidana Islam masih terus dikembangkan agar substansi hukum tersebut bisa sesuai dengan perkembangan zaman dengan berbagai permasalahan yang semakin beranekaragam. Menurut Asy-Syatibi yang dikutip oleh Musthafa Kamal Pasha, peraturan yang ada dalam syari at Islam dimaksudkan untuk melindungi hak-hak dari seluruh makhluk dan tujuannya agar tidak melampauiterhadap 6 7 Ibid.. Hlm. 45 Ahmad Hanafi, Op. Cit. Hlm. 105

6 salah satu dari tiga perkara yaitu kebutuhan pokok, kebutuhan biasa dan kebutuhan kesempurnaan.8 Hukum yang ditegakkan Islam mempunyai dua aspek, preventif (pencegahan) dan edukatif (pendidikan). Dengan diterapkan dua spek tersebut akan dihasilkan satu aspek kemaslahatan (positif) yang akan membawa perilaku manusia sesuai dengan tujuan agama.9 Pengurangan menjalani pidana (remisi) di Indonesia ini adalah masalah yang perlu mendapat perhatian, karena pengurangan menjalani masa hukuman tersebut pada satu sisi menyangkut hak manusia yang semestinya dijunjung tinggi agar tercipta keadilan bagi masyarakat tetapi pada sisi lain dengan diberikannya remisi tersebut, apakah akan dapat memberi efek jera bagi pelaku tindak pidana tersebut, khususnya bagi terpidana korupsi, narkoba maupun teroris agar tidak mengulangi perbuatannya lagi. Tetapi pada kenyataannya tindak pidana korupsi, narkoba maupun teroris ini tetap saja masih banyak terjadi, karena para pelaku nya telah mengetahui apabila mereka dipidana maka akan mendapatkan remisi. Seharusnya dalam hal ini pemerintah harus lebih selektif lagi dalam memberikan remisi, khususnya bagi tindak pidana extra ordinary crime/kejahatan luar biasa. Sehingga dengan pemberian hukuman, akan memberikan efek jera bagi pelaku tindak pidana tersebut dan supaya tidak mengulangi lagi dikemudian hari. Salah satu pidana yang dijatuhkan oleh hakim yaitu pidana penjara. Maksud dari pidana penjara bagi terpidana adalah supaya mereka tidak mengulangi perbuatannya lagi, karena penderitaanyang sangat berat baginya. pidana penjara Narapidana akan memberikan kehilangan kemerdekaannya namun mereka tetap masih bisa berhubungan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan. Namun hal ini menimbulkan dehumanisasi pelaku tindak pidana dan pada akhirnya menimbulkan kerugian 8 Musthafa Kamal Pasha, Fikih Islam, Citra Karya Mandiri, Yogyakarta, 2002. Hlm. 2 Makhruz Munajat, Fiqih Jinayah Norma-Norma Hukum Pidana Islam, Syari ah Press, Yogyakarta, 2008. Hlm. 109-110 9

7 bagi narapidana yang terlalu lama di dalam lembaga pemasyarakatan,berupa ketidakseimbangan narapidana tersebut untuk melanjutkan kehidupannya secara produktif di masyarakat.10 Maksud dijatuhkannya pidana penjara adalah, bahwa dengan pidana itu dapat dilakukan pembinaan sedemikian rupa sehingga setelah terpidana selesai menjalani pidananya, diharapkan akan menjadi orang yang lebih baik. Untuk pelaksanaan pembinaan tersebut diperlukan waktu yang cukup, selain itu program pembinaan dan metode pembinaan yang ada akan tergantung pada waktu yang tersedia, sehinga akan mempengaruhi hasil dari pembinaan. Namun waktu yang singkat dalam pidana jangka pendek akan menghambat pencapaian tujuan tersebut. 11 Remisi merupakan salah satu kebijakan yang diterapkan bagi narapidana yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Persyaratan ini menyangkut tingkah laku berdasarkan penilaian dari Tim Pengamat Pemasyarakatan, disamping para narapidana lebih dahulu memenuhi persyaratan-persyaratan yang didasarkan atas lamanya pidana yang telah dijalankan. Tujuan pokok hukuman dalam hukum pidana Islam adalah untuk menciptakan kemaslahatan manusia dan menjaga mereka dari hal-hal yang kurang baik karena Islam itu sebagai rahmatan lil' alami, untuk memberi petunjuk dan pelajaran serta pendidikan kepada manusia. Hal ini untuk memperbaiki individu serta menjaga masyarakat dari hal-hal yang tidak baik. Didalam hukum pidana Islam juga dikenal dengan adanya gugurnya hukuman karena sebab tertentu. Gugurnya hukuman disini adalah tidak dapat dilaksanakannya hukuman-hukuman yang telah dijatuhkan atau diputuskan oleh hakim, berhubung tempat ( badan atau bagiannya ) untuk melaksanakan hukuman sudah tidak ada lagi, atau waktu untuk melaksanakannya sudah lewat. Adapun sebab-sebab gugurnya hukuman tersebut salah satunya adalah 10 Niniek Suparni, Eksitensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakata, 1996. Hlm. 40 11 Ibid. Hlm.45

8 adanya pengampunan.12 Kasus pembunuhanpun, hukum Islam mengenal asas pemaafan sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam penggalan surat Al Baqarah 178 yang berbunyi : Artinya :.Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik. (QS. Al Baqarah 178). Allah telah menetapkan hukuman bagi pelaku pembunuhan untuk mendapatkan hukuman mati, akan tetapi apabila pelaku pembunuhan beritikad baik dan mendapatkan maaf dari keluarga korban, maka hukumannya diringankan sesuai dengan kesepakatan antara pelaku pembunuhan dengan ahli waris yang dilakukan dengan niat baik. Apabila di antara kedua belah pihak melanggar kesepakatan, maka azab Allah sangat pedih untuknya. Diantara pembagian Jarīmah (tindak pidana) yang penting adalah pembagian yang ditinjau dari segi hukumannya. Jarimah dari segi hukumannya tersebut terbagi pada tiga bagian, yaitu jarimah hudud, jarimah qishash dan diyāt, serta jarimah ta'zir. Jarimah hudud dalam hukumannya telah ditentukan dengan ketentuan hukum yang terdapat dalam al-qur'an dan as-sunnah. Ciri dari jarimah hudud ini adalah : 1. Hukumannya tertentu dan terbatas, dalam arti bahwa hukuman tersebut ditentukan oleh syara' dan tidak terbatas minimal dan maksimal. 2. Hukuman tersebut merupakan hak Allah semata-mata, jika ada hak manusia di samping hak Allah, maka hak Allah lah yang lebih dominan.13 12 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Huum Pidana Islam Fiqh Jinayah, Sinar Grafika, Jakarta, 2006. Hlm. 173. 13 Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2005. Hlm. 55

9 Jarimah hudud ini antara lain yaitu jarimah zina, jarimah qazaf, jarimah syurb al-khamr, jarimah pencurian, jarimah hirabah, jarimah riddah, dan jarimah pemberontaknn. Jarimah hudud ini hukumannya telah ditentukan dengan ketentuan hukum yang terdapat dalam al-qur'an dan assunnah. Tetapi pada jarimah ini apabila pelaku telah bertaubat dan menyesali perbuatannya maka hapuslah hukumannya meskipun telah melakukan jarīmah yang selesai.14 Dalam jarimah qishash diyat harus didasarkan pada bukti yang otentik dan diadakan pemeriksaan yang teliti. Karena pada jarīmah ini menyangkut dengan hak asasi manusia maka hukuman tersebut bisa dimaafkan oleh korban atau keluarganya. Sedang dalam jarimah ta'zir adalah hukuman ini bersifat pendidikan atas perbuatan dosa yang hukumannya belum ditetapkan oleh syara'. 15 Maka jarimah ta'zir adalah jarimah disertakan kepada hakim yang hukumannya atau penguasa. Hakim diberi kewenangan untuk menjatuhkan hukuman bagi pelaku jarimah ta'zir. Di sinilah persamaan antara pemberian remisi dalam hukum positif dengan hukuman ta zir, dimana pemerintah diberikan kewenangan dalam hal pemberian pengurangan hukuman. Di sinilah persamaan antara pemberian remisi dalam hukum positif dengan hukuman tā zir, di mana pemerintah diberikan kewenangan dalam hal pemberian pengurangan hukuman. Berkaitan dengan remisi, unsur utama yang menjadi pertimbangan adalah unsur kemaslahatan. Kemaslahatan merupakan salah satu pokok penetapan syari at Islam. Hal ini sesuai dengan qaidah fiqih: Berangkat dari latar belakang yang telah Penulis paparkan, maka terlihat jelas sebuah permasalahan di dalam hukum Islam maupun hukum positif, kemudian penulis mencoba menganalisis dalam bentuk karya ilmiah yang disusun dalam bentuk skripsi yang berjudul Pemberian Remisi Terhadap 14 Makrus Munajat, Fiqh Jinayah, Norma-Norma Hukum Pidana Islam, Syari ah Press, Yogyakarta, 2008. Hlm. 47 15 Al-Mawardi, al-ahkam al-sultaniyah, Dar al-fikr, Beirut, 1989. VI. Hlm. 197.

10 Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Dalam Perspektif Hukum Positif Dan Hukum Pidana Islam B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka agar dapat menjelaskan permasalahan serta dapat mencapai tujuan sesuai yang dikaji, perlu adanya suatu perumusan masalah. Adapun rumusan pokok masalahnya adalah: 1. Bagaimana perspektif hukum positif tentang pemberian remisi terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan? 2. Bagaimana perspektif hukum pidana Islam tentang pemberian remisi terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan? 3. Bagaimana perbandingan pandangan hukum positif dan hukum pidana Islam terhadap pemberian remisi? C. Tujuan Penelitian Dalam penulisan skripsi ini penulis bertujuan untuk mengembangkan Ilmu Pengetahuan baik secara teoritis dan secara praktis, juga diharapkan mampu memberikan alternative pemecahan masalah. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai perspektif hukum positif tentang pemberian remisi terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan. 2. Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai perspektif hukum pidana Islam tentang pemberian remisi terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan. 3. Untuk mengetahui perbandingan pandangan hukum positif dan hukum Islam terhadap pemberian remisi. D. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan di atas, diharapkan hasil penelitian ini akan memperoleh manfaat dan kegunaan sebagai berikut :

11 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan baru mengenai pemberian remisi bagi pelaku pembunuhan baik dari sudut pandang hukum pidana Islam maupun hukum pidana di Indonesia. 2. Menjadikan sumber inspirasi dalam rangka memberikan kontribusi ilmiah mengenai masalah pemberian remisi bagi pelaku pembunuhan, sejalan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Dan memperkaya ilmu pengetahuan khususnya mengenai masalah remisi bagi masyarakat awam umumnya yang kurang begitu jelas tentang pemberian remisi. E. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagian awal Dalam bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman nota persetujuan pembimbing, halama pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, abstraksi, halaman daftar isi. 2. Bagian Isi Bagian isi ini terdiri dari beberapa bab, yaitu : Bab I : Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II : Kajian Pustaka Bab ini berisi tentang landasan teori tentang hukum pidana Islam dan hukum pidana positif. Bab III : Metode Penelitian Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian dan pendekatan penelitian, fokus penelitian, subyek dan obyek penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

12 Bab IV : Hasil Penelitian Dan Pembahasan Dalam bab ini akan menguraikan hasil penelitian yang telah penelitian lakukan, yaitu tentang gambaran umum objek penelitian, deskripsi data penelitian, analisis data dan pembahasan hasil penelitian serta implikasi penelitian. Bab V : Penutup Bab ini menjelaskan tentang simpulan dari permasalahan yang ada dalam penelitian ini, saran-saran dan penutup. 3. Bagian Akhir Dalam bagian ini berisi tentang daftar pustaka, daftar riwayat pendidikan, dan lampiran-lampiran.