PENINGKATAN KEKERASAN MATERIAL GYPSUM SETELAH MENCAPAI SUHU / TEMPERATUR PENGERINGAN

dokumen-dokumen yang mirip
GYPSUM SEBAGAI MATERIAL ALTERNATIF UNTUK MEMBUAT CETAKAN PLASTIK INJEKSI

DWI HANDOKO. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Pontiana, Jl. Ahmad Yani Pontianak

Pengaruh Penambahan Barium Karbonat Pada Media Karburasi Terhadap Karakteristik Kekerasan Lapisan Karburasi Baja Karbon Rendah

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

PENGARUH WAKTU TAHAN PROSES PACK CARBURIZING

Oleh : Hafni. Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Padang. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn

Jurnal Teknik Mesin, Volume 6, Nomor 1, Tahun

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN LOGAM TERHADAP KEKERASAN PADA BAHAN ALUMINIUM BEKAS

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

ANALISA PENGGUNAAN TEMPURUNG KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN BAHAN PISAU TIMBANGAN MEJA DENGAN PROSES PACK CARBURIZING

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

PERLAKUAN PACK CARBURIZING PADA BAJA KARBON RENDAH SEBAGAI MATERIAL ALTRENATIF UNTUK PISAU POTONG PADA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA.

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

KARAKTERISASI BAJA ARMOUR HASIL PROSES QUENCHING DAN TEMPERING

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

PERUBAHAN HARGA TEGANGAN TARIK YIELD MATERIAL BAJA KARBON RENDAH SETELAH MELALUI PROSES PACK CARBURIZING

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

Diajukan Sebagai Syarat Menempuh Tugas Akhir. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Disusun Oleh : WIDI SURYANA

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING

NASKAH PUBLIKASI. Disusun : YOGI KUNCORO NIM : D

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

PROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

PEMBUATAN MODEL PRODUK PALU PLASTIK DARI BAHAN DAUR ULANG PLASTIK PP, PET, DAN HDPE

Gambar 4. Pemodelan terjadinya proses difusi: (a) Secara Interstisi, (b) Secara Substitusi (Budinski dan Budinski, 1999: 303).

PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP STRUKTUR MIKRO LOGAM ST 60

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

1. MENGAPA PENGETAHUAN BAHAN DIPERLUKAN. Tergantung dari penugasan yang diterima, tapi seorang sarjana teknik industri

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

STUDI KOMPARASI HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS MATERIAL RING PISTON BARU DAN BEKAS

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

SIDIK GUNRATMONO NIM : D

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia teknik dikenal empat jenis material, yaitu : logam,

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

PENGARUH MEDIA KAPUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK POROS S45C

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

ANALISA PROSES SPRAY QUENCHING PADA PLAT BAJA KARBON SEDANG

PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN TERHADAP POROSITAS PADA CETAKAN LOGAM DENGAN BAHAN ALUMINIUM BEKAS

ANALISA PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP NILAI KEKERASAN BAJA AISI 1050 DENGAN METODE PACK CARBURIZING

PENGARUH PERBEDAAN KEDALAMAN POTONG PADA PROSES BUBUT DAN PERLAKUAN PANAS NORMALIZING TERHADAP PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAJA KARBON MENENGAH (HQ 760)

Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: ISSN

PENGARUH KARBURISASI PADAT DENGAN KATALISATOR CANGKANG KERANG DARAH (CaCO2) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN KEASUHAN BAJA St 37

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA KARBON RENDAH (ST41) DENGAN METODE PACK CARBIRIZING

PENGARUH TEMPERATUR DAN HOLDING TIME DENGAN PENDINGIN YAMACOOLANT TERHADAP BAJA ASSAB 760

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBONISASI DENGAN BAHAN ARANG KAYU BK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan logam dalam pembuatan alat alat dan sarana. Untuk memenuhi kebutuhan ini, diperlukan upaya pengembangan

PENGARUH TEMPERING PADA BAJA St 37 YANG MENGALAMI KARBURASI DENGAN BAHAN PADAT TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356.

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

TINGKAT KETELITIAN PADA REDESIGN ALAT UJI IMPAK TERHADAP SKALA LABORATORIUM METALURGI FISIK Agus Suyatno 1), Suriansyah S 2) ABSTRAK

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

CYBER-TECHN. VOL 11 NO 02 (2017) ISSN

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

PENINGKATAN KEKUATAN TARIK PLASTIK PET DAUR ULANG DENGAN CARA MENAMBAHKAN SERAT KAWAT BAJA

: MES 313 (2 SKS TEORI + 1 SKS PRAKTIK)

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

Gugun Gumilar Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma Depok. Abstraksi

Korosi Suatu Material 2014

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROSES MANUFACTURING

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI ARANG TEMPURUNG KELAPA DAN PROSES PACK CARBURIZING PADA BAJA KARBON RENDAH DI TINJAU DARI STRUKTUR MIKRO

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (ST) Pada Program Studi Teknik Mesin UN PGRI Kediri OLEH :

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

STUDI PENINGKATAN SIFAT MEKANIS SPROKET IMITASI SUPRA 125 DENGAN SISTIM PACK KARBURISING

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PISAU HAMMER MILL PADA MESIN PENGGILING JAGUNG PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA CABANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pisau egrek masalah yang sering dijumpai yaitu umur yang singkat yang. mengakibatkan cepat patah dan mata pisau yang cepat habis.

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES PUTER DENGAN PENGADUK DAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

1 Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung lunak (soft cly) 2 Abu sekam padi diperoleh dari pembakaran sekam padi.

Transkripsi:

PENINGKATAN KEKERASAN MATERIAL GYPSUM SETELAH MENCAPAI SUHU / TEMPERATUR PENGERINGAN Bambang Kuswanto Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH., Tembalang, Kotak Pos 6199, Semarang 50329 Telp. 7473417, 7499585, 7499586 (Hunting), Fax. 7472396 Abstrak Material gypsum (Ca So4 2H2O) adalah salah satu material pengganti logam/ baja yang dapat dipertimbangkan untuk pembuatan cetakan plastik. Gypsum termasuk dalam kelompok jenis material keramik cements. Material cements umumnya digunakan dengan cara dicampur air (H2O). Semakin banyak air yang dimasukkan kedalam bubuk gypsum, semakin kuat daya resapnya, tetapi kekuatan maupun kekerasan cetakan gypsum semakin lemah atau rapuh. Perlakuan panas untuk mencapai kondisi kering dari material gypsum pada suhu/ temperatur 150º C, akan berdampak pula pada perubahan harga kekerasannya. Pada penelitian ini telah terjadi perubahan kekerasan sebelum dan sesudah dikeringkan, dengan harga rata-rata kekerasan meningkat berkisar 90 % Kata kunci : gypsum, suhu pengeringan, harga kekerasan 1. Pendahuluan Nilai impor plastik dan barang dari plastik di Sumatera Utara pada semester I tahun 2012, naik secara signifikan dari periode sama tahun lalu (2011) yaitu mencapai 107,449 juta dolar AS. Sementara pada periode sama tahun (2011) nilai impor golongan barang itu masih 55,99 juta dolar AS. Suatu lonjakan kenaikan yang mencapai 92% dari tahun lalu. Tercatat impor terbanyak berasal dari negara China. (Medan, 21.8.2011, ANTARA). Produk plastik mulai dari piring, gelas hingga mainan anakanak cukup laku di pasar. Selain karena harganya murah, bentuknya semakin lama semakin unik dengan warna-warna cerah. Di pasar produk plastik yang lebih laku adalah buatan negara China, karena selain lebih menarik dengan warna dan bentuk yang lucu juga karena harganya lebih murah dibandingkan produk asal negara lain seperti Malaysia dan Thailand. Bentuk dari suatu produk dengan bahan baku plastik, ditentukan oleh cetakan yang digunakan. Selama ini umumnya cetakan plastik dibuat dari bahan logam, melalui pengerjaan pemesinan dan sebagian lainnya dilanjutkan dengan perlakuan panas. Perlakuan panas untuk proses pengerasan dilakukan agar tingkat kekerasan bahannya mencapai harga tertentu. Proses panjang inilah disamping bahan baku (raw materials) yang sudah mahal, dilanjutkan proses pembentukan dan pengerasan bahan yang tidak murah menjadikan harga cetakan plastik menjadi mahal. Masalah ini menjadi kendala terutama oleh perusahaan produk plastik kelompok industri kecil. Oleh sebab itu perlu dicarikan material/ bahan lain sebagai alternatif untuk pembuatan cetakan plastik. Material gypsum (Ca So4 2H2O) adalah salah satu material pengganti untuk pembuatan cetakan plastik yang dapat dipertimbangkan. Gypsum termasuk dalam kelompok jenis material keramik cements. Material cements umumnya digunakan dengan cara dicampur air (H2O). Jumlah air sangat berpengaruh dalam campuran ini, dan akan membentuk padatan lunak seperti tanah liat dengan tingkat kelembekan seperti yang dikehendaki. Produk dari material gypsum sampai saat ini banyak dijumpai dalam berbagai bentuk untuk memenuhi keperluan arsitektur. Salah satu penggunaan material gysum ini adalah cetakan yang banyak digunakan di produk keramik, untuk membuat bentuk yang sama dan berulang-ulang. Satu cetakan bisa membuat bentuk keramik yang sama sampai 300 kali. Ada bermacam-macam gypsum dengan tingkat kekerasan yang berbeda. Semakin banyak air 12

yang dimasukkan kedalam bubuk gypsum, semakin kuat daya resapnya, tetapi kekuatan atau kekerasan cetakan gypsum semakin lemah atau rapuh. Sementara itu untuk mengeringkan cetakan gypsum, yang paling baik adalah dipanaskan dengan sinar matahari. Kalau tidak memungkinkan bisa dipanasi dalam dapur pemanas. Pemanasan menggunakan dapur pemanas ini memerlukan waktu lebih cepat asal tidak melebihi panas 150º C. (keramik 88, 2009). Panas dalam dapur pemanas sebesar 150º C selanjutnya digunakan rujukan untuk suhu/temperatur pengeringan. Perlakuan panas untuk mencapai kondisi kering dari material gypsum pada suhu/ temperatur 150º C ini, akan berdampak pula pada perubahan harga kekerasannya. Material/ bahan gypsum agar dapat digunakan sebagai cetakan plastik disamping memiliki permukaan yang halus, tetapi juga harus keras. Kekerasan permukaan cetakan plastik salah satunya dimaksudkan agar ukuran produk tidak cepat berubah. Perubahan ukuran produk tersebut salah satunya disebabkan oleh keausan yang terjadi pada permukaan cetakan. Oleh sebab itu harga kekerasan permukaan cetakan plastik dari material/ bahan gypsum penting untuk diketahui/ terukur. Perubahan kekerasan dan dampaknya terhadap material gypsum perlu untuk diketahui, mengingat kemungkinan material ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk membuatan cetakan plastik. Sementara itu manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah, menemukan material baku pembuatan cetakan plastik alternatif selain material logam (baja). Karena material gypsum selain murah, juga kemampuan untuk dibentuk tinggi. Pembentukan cetakan dari material gypsum tidak memerlukan proses pemesinan yang kadang cukup rumit seperti material logam (baja). Perbandingan gypsum dan air untuk membuat cetakan disarankan menggunakan perbandingan: gypsum 1,3 Kg dan air 1 Liter. Sementara itu untuk membuat model dapat digunakan perbandingan gypsum 1,5 Kg dan air 1 Liter (keramik88, 2009). Perbandingan ini akan menghasilkan kekerasan awal pada cetakan. Sementara itu penelitian yang terkait dengan pengeringan produk dimulai dari kondisi gypsum cair hingga kering dan mengeras. Sebagai material yang termasuk dalam kelompok keramik, pada dasarnya gypsum juga memungkinkan untuk dilakukan perlakuan panas. Perlakuan panas (heat treatment) pada keramik pada umumnya dilakukan melalui tiga tahap yakni, pengeringan, sentering dan vitrivikasi (Elly Rosman dan Kadjo Heru sulistyo, 2002). Pengeringan adalah bertujuan menghilangkan kadar air dari bodi keramik sebelum dipanaskan pada suhu tinggi. Sentering adalah proses dimana partikel kecil terikat bersama melalui diffusi keadaan padat. Sedangkan vitrivikasi ialah fasa gelas yang terkandung dalam bentuk keramik, menjadikan medium reaksi dimana diffusi terjadi pada suhu lebih rendah dari pada suhu keramik. Penelitian tahap ini memberlakukan material gypsum dengan perlakuan panas (heat treatment} pada tahap pengeringan. Dengan demikian penelitian ini dilakukan hanya pada suhu pengeringan (150º C) untuk material gypsum murni. 2. Metoda penelitian Penelitian menggunakan metode eksperimen di dalam laboratorium, semua percobaan dibatasi hanya menggunakan material murni gypsum ditambah air, belum memasukan unsur penambah apapun. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan karakteristik sifat material gypsum terhadap perlakuan panas. Pembuatan benda uji (speciment) penelitian memperhatikan pertimbangan sebagai berikut: Benda uji percobaan (speciment) menggunakan material gypsum murni tanpa bahan campuran lain, bersama air dicampur untuk mendapatkan campuran yang dapat dicetak. Komposisi campuran antara material gypsum dengan air, menggunakan perbandingan 1,5 Kg gypsum dan 1 Liter air. (keramik88, 2009). 13

Sebagian dari sejumlah speciment yang digunakan dalam penelitian ini seperti terlihat pada gambar berikut, Gambar 1. Speciment penelitian Pengeluaran/ pelepasan gypsum yang telah terbentuk sebagai cetakan plastik (mould) dari rangka cetakannya, dilakukan setelah masa pengeringan natural berlangsung. Pengeringan natural ini dilakukan dengan cara didiamkan pada udara terbuka selama 24 Jam. Selanjutnya dilakukan pemanasan dalam dapur pemanas dengan suhu/ temperatur pengeringan paksa (150º C). Pemanasan dilakukan secara perlahan-lahan sampai temperatur ruangan dapur menunjukkan 150º C. Setelah itu dilakukan penahanan di suhu tersebut sebelum dikeluarkan dan didinginkan di udara terbuka lingkungan laboratorium. Proses pengeringan tersebut dapat digambar sebagai berikut: Gambar 2. Proses Pengeringan Material Gypsum 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Hasil Penelitian Masing-masing kelompok sampel di ambil delapan (8) untuk yang berbentuk cetakan plastik (mould) dan batang. Selanjutnya masing-masing kelompok dilakukan peng kodean sebagai berikut: kelompok I diberi kode A, kelompok II diberi kode B dan kelompok III diberi kode C. Hasil test uji kekerasan bahan/ material termadap speciment yang sudah melalui proses pengeringan selama 24 jam diperoleh sebagai berikut, (a). Benda uji kode A diperoleh harga kekerasan bahan [HB] berturut turut: 9,0; 12,0 ; 10,3 ; 10,9 ; 11,5 ; 12,0 ; 12,0 ; dan 12,0. Selanjutnya akan diperoleh harga rata-rata A = 89,7 [HB]. N A = 8, dan M A = 11,2 [HB] (b). Benda uji kode B diperoleh harga kekerasan bahan [HB] berturut turut: 10,3 ; 12,0 ; 12,0 ; 10,3 ; 11,5 ; 12,0 ; 11,5 ; dan 11,5. Selanjutnya akan diperoleh harga rata-rata B = 91,1 [HB], N B = 8, dan M B = 11,38 [HB] (c). Benda uji kode C diperoleh harga kekerasan bahan [HB] berturut turut: 10,3 ; 11,5 ; 12,0 ; 11,5 ; 10,9 ; 12,0 ; 10,3 ; dan 10,3. Selanjutnya diperoleh harga ratarata C = 88,8 [HB], N C = 8, dan M C = 11,1 [HB] Hasil uji tes kekerasan bahan/ material ke tiga kelompok sampel menunjukkan hasil yang hampir sama berkisar pada nilai 11 [ HB] dengan perbedaan dibelakang koma yang tidak terlalu besar. Setelah dilakukan perlakuan panas pada suhu/ temperatur pengeringan khususnya untuk kelompok benda uji dengan kode A diperoleh harga sebagai berikut : 21,3; 20,0; 20,0; 21,3; 22,5; 22,5; 21,3; dan 21,3. Selanjutnya diperoleh harga rata-rata A = 170,2 [HB], N A = 8, dan M A = 21,275 [HB] 3.2 Pembahasan Untuk mengetahui fenomena perubahan harga kekerasan dari material gypsum setelah dilakukan pembentukan menjadi cetakan plastik (mould), dilakukan pada kelompok speciment dengan kode A. Peertimbangan ini berdasarkan pada kecukupan sampel yang dapat menggambarkan terjadinya perubahan. Setelah dilakukan percobaan pada kelompok 14

speciment dengan kode A sebelum dan sesudah dilakukan pengeringan suhu/ temperatur 150 º C dapat digambarkan sebagai berikut Gambar 5. Perbedaan harga kekerasan rata-rata Gambar 3. Perbandingan sebelum dan sesudah suhu pengeringan : 150 º C Setiap speciment telah terjadi peningkatan harga kekerasan material yang cukup signifikan. Hal ini nampak pada gambar selanjutnya yang menggambarkan peningkatan harga kekerasan pada masingmasing speciment. Gambar 4. Perbedaan kekerasan speciment sebelum dan sesudah pengeringan Berikutnya harga rata-rata kekerasan pada kelompok speciment telah terjadi perubahan yang menunjukan kenaikan dari sebelum dan sesudah dilakukan pengeringan. Hasil perhitungan dari perbedaan harga kekerasan tersebut diperoleh hasil yang mendekati 90 % atau tepatnya 89,9 % 4. Kesimpulan Pembahasan hasil penelitian berupa data percobaan tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: (1). Cetakan plastik injeksi menggunakan bahan baku (raw materials) gypsum cukup mudah cara pembuatannya. (2). Cetakan plastik dari gypsum dapat dilepas dari rangka cetaknya, sekurang kurangnya setelah 24 jam dengan pendinginan natural (udara terbuka) dari waktu pembuatannya. (3). Pengeringan dapat pula dilakukan dengan bantuan sinar matahari, dapat pula dilakukan di dalam dapur pemanas dengan suhu/ temperatur 150º C (4). Terjadi perubahan kekerasan sebelum dan sesudah dikeringkan, dengan harga ratarata kekerasan meningkat berkisar 90 % 5. Daftar Pustaka Alois Schonmetz, et al, 1985. Pengetahuan Bahan Dalam Pengerjaan Logam (Alih bahasa: Eddy D. Hardjapamekas), Bandung : Angkasa. Amstead B.H, et al, 1992. Teknologi Mekanik (Alih bahasa: Sriati Djaprie), Jakarta : Erlangga, Edisi Ke tiga, Jilid 2. Elly Rosman, Kamidjo Herusulistyo, Penelitian Awal Pembuatan Material Tahan Panas sebagai Bahan Alternatif untuk Nosel, Majalah LAPAN Vol. 4, No 1 Januari-Maret 2002. 15

Malau, V, 1999. Pengetahuan Bahan Teknik dan manufactur, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma. Sudarsono, et al. 2003. Pengaruh Temperatur dan waktu Tahan Karburasi Padat Terhadap Kekerasan Permukaan Baja AISI SAE 1522. Institut Sains & Teknologi AKPRIND. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi. Syamsuir, 2003. Pengaruh Karburasi terhadap Kekerasan Baja DIN 15 CrN 10 (MS 7210) Thesis, U G M. Yogyakarta. Van Vlack, L.H, 2004. Elemen Elemen Ilmu dan Rekayasa Material, (Alih bahasa: Sriati Djaprie), Jakarta, Erlangga William D. Callister, Jr. 2007. Materials Science and Engineering, John willey & Sons, Inc, New York.., Membuat Cetakan Gypsum, outhor: keramik 88, March 25 th 2009 16