BAB I PENDAHULUAN. Pinang (Areca catechu L.) atau jambe dalam Bahasa Sunda merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tingginya dapat mencapai 30 meter sesuai dengan kondisi lingkungan. Batang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Henny Natalya Sari, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari pengamatan kualitas sperma mencit (konsentrasi sperma,

ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riki Ahmad Taufik, 2014

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Ihsanurrozi, 2014). Tumbuhan ini tumbuh dan tersebar luas di wiliyah India,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranahta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan zat psikotropika dengan penggunaan yang paling luas.

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian berdasarkan kehadiran variabel adalah penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERKEMBANGAN EMBRIO PRAIMPLANTASI MENCIT

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

TINJAUAN PUSTAKA. hingga 30 m dan meruncing di bagian pucuk, ukuran melintang batang pokok 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan tanaman obat dan produk-produk alam yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 2001) dan menurut infomasi tahun 2007 laju pertumbuhan penduduk sudah

2014 PENGARUH EKSTRAK RIMPANG JAHE MERAH

Y PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Buah Pinang (Areca catechu) adalah semacam tumbuhan palem

SW PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adella Anfidina Putri, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air

BAB I. penting dari kondisi geografis Indonesia sebagai wilayah kepulauan adalah

BAB I PENDAHULUAN. saluran pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah terganggu dan jika

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami fluktuasi harga seiring menipisnya persediaan minyak dunia. Bila hal

I. PENDAHULUAN. tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi (Sugiri, 2009), yakni

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BAB II. MANFAAT TUMBUHAN PINANG (Areca catechu L.) DAN SISTEM. REPRODUKSI MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN

Tanaman Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma yang sering dapat ditemukan di sekitar rumah, keberadaannya sebagai gulma 1

BAB I PENDAHULUAN. penyakit periodontitis (Asmawati, 2011). Ciri khas dari keadaan periodontitis yaitu gingiva kehilangan

I. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah ,68 KM 2. menekan tingkat laju pertumbuhan penduduk adalah dengan menekan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makan tradisional ke pola makan yang tinggi lemak. 1, 2 Akibat konsumsi makan

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun. temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang menempati peringkat tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya

BAB I PENDAHULUAN. sangat digemari oleh masyarakat di dunia pada umumnya. Beberapa negara

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan penyakit yang umum dialami oleh masyarakat. Faktor

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. jika dihitung tanpa lemak, maka beratnya berkisar 16% dari berat badan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. tarik sendiri, seperti rasa yang lezat, aroma yang khas, serta warna dan bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. faktor seperti radiasi, senyawa kimia tertentu, dan virus. Faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

PRECONCEPTION ADVICE FOR MALE

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

POTENSI EKSTRAK DAUN DAN TANGKAI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) PADA PENURUNAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus muscullus)

benua Amerika yang beriklim tropis pada ketinggian m di atas permukaan laut (Faridah, 2007). Tanaman berduri ini termasuk dalam klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian yang

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instant seperti makanan cepat

BAB I PENDAHULUAN. Laporan World Health Organization (WHO) bahwa diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi oleh masyarakat indonesia dalam 10 tahun belakangan ini. Hal

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan khususnya untuk bahan obat-obatan (Susi et al., 2009). Sesuai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pinang (Areca catechu L.) atau jambe dalam Bahasa Sunda merupakan salah satu tumbuhan palma. Tumbuhan ini tersebar dari Afrika Timur, Semenanjung Arab, Tropikal Asia, Indonesia, dan Papua New Guinea (Staples & Bevacqua, 2006). Di Indonesia tumbuhan pinang tersebar di pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Sulawesi (Taman Nasional Alas Purwo, 2010). Biji buah pinang diketahui dikonsumsi oleh 5 sampai 10% populasi manusia di dunia (Boucher & Mannan, 2002; Staples & Bevaqua, 2006) dan merupakan bahan adiktif urutan keempat yang paling sering digunakan (Boucher & Mannan, 2002). Kebiasaan mengonsumsi biji pinang (Areca catechu L.) oleh sebagian masyarakat Indonesia telah dilakukan sejak lama. Mengunyah biji pinang dipercaya dapat menguatkan gigi, kebiasaan mengunyah daun sirih dengan campuran kapur sirih (Sunda: nyeupah) juga menggunakan biji pinang sebagai bahan tambahannya hingga menyebabkan warna merah pada gigi dan mulut. Selain sebagai obat penguat gigi, masyarakat pesisir pantai desa Assai dan Yoon-noni, yang didiami oleh suku Menyah, Arfak, Biak dan Serui (Papua) menggunakan biji pinang muda sebagai obat untuk mengecilkan rahim setelah melahirkan untuk kaum wanita dengan cara memasak buah pinang muda tersebut dan airnya diminum selama satu minggu (Kristina & Syahid, 2007). 1

2 Biji pinang telah banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk berbagai macam penyakit, akhir-akhir ini biji pinang muda digunakan sebagai campuran minuman kesehatan yang disebut jus pinang, seperti di daerah Aceh dan Sumatera Utara. Jus pinang dengan campuran madu, kuning telur, dan susu, dipercaya dapat menambah stamina kaum pria dan untuk anti ejakulasi dini, sehingga masyarakat meyakini jus pinang tersebut berdampak baik terhadap kualitas sperma yang dihasilkan, namun penelitian yang membuktikan kebenaran hal ini belum banyak dilakukan. Komposisi kimia dari pinang telah diketahui sejak abad ke-18 (Henry, 1949; Mathew, 1969; Mujumdar, 1979 dalam Awang, 1986). Dari sekian banyak kandungan kimia yang terdapat dalam pinang, hanya polyphenol dan alkaloid dari golongan piridin yang mendapat perhatian lebih. Arekolin (C 8 H 13 NO 2 ) merupakan alkaloid utama yang terdapat dalam biji pinang, selain arekolidin, arekain, guvakolin, guvasin, dan isoguvasin (Awang, 1986). Arekolin diketahui bersifat sitotoksik (racun terhadap sel) jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar (Meiyanto et al., 2008). Arekolin yang terkandung dalam biji pinang selain sering digunakan sebagai obat cacing juga dapat digunakan sebagai obat penenang, sehingga bersifat memabukkan bagi penggunanya (Grieve, 1995). Biji buah pinang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen sitotoksik yang dapat dikombinasikan dengan agen kemoterapi, sehingga mampu meningkatkan sensitivitas sel kanker. Tumbuhan pinang berpotensi antikanker karena memiliki efek antioksidan, dan antimutagenik (Meiyanto et al., 2008).

3 Penelitian yang dilakukan oleh Sinha & Rao (1985 dalam Er et al., 2006) menyebutkan bahwa arekolin memiliki kemampuan untuk mengubah morfofungsi gonad pada mencit jantan yang meliputi abnormalitas pada bentuk sperma serta ketidakteraturan sintesis DNA pada sel germinal dan sel-sel lainnya pada tubuh manusia. Berdasarkan fakta tersebut, kenyataannya arekolin yang merupakan kandungan alkaloid terbesar dalam biji pinang memiliki efek yang bertolak belakang dengan kepercayaan sebagian besar masyarakat terhadap kualitas sperma. Oleh karena itu penelitian mengenai pengaruh pemberian jus biji pinang terhadap kualitas sperma mencit dilakukan agar dapat diketahui bagaimana pengaruh jus biji pinang terhadap konsentrasi sperma (jumlah sperma/ml suspensi semen), motilitas sperma, dan abnormalitas sperma yang merupakan komponen yang menentukan kualitas sperma. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh pemberian jus biji pinang (Areca catechu L.) terhadap kualitas sperma mencit (Mus musculus L.) galur Swiss Webster?. Rumusan masalah tersebut dapat diuraikan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh pemberian jus biji pinang terhadap konsentrasi (jumlah sperma/ml suspensi semen dari kauda epididimis) sperma mencit? 2. Adakah pengaruh pemberian jus biji pinang terhadap motilitas sperma mencit?

4 3. Adakah pengaruh pemberian jus biji pinang terhadap abnormalitas sperma mencit? 4. Pada konsentrasi berapakah jus biji pinang dapat memengaruhi kualitas sperma mencit? C. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus L.) galur Swiss Webster usia empat bulan. 2. Biji pinang (Areca catechu L.) yang digunakan adalah biji pinang yang kulitnya masih hijau. 3. Parameter yang diukur adalah kualitas sperma mencit yang terdiri dari konsentrasi sperma (jumlah sperma/ml suspensi semen), motilitas sperma (%), dan abnormalitas (%) sperma mencit (Mus musculus L.). 4. Dosis yang diberikan pada kelompok perlakuan adalah 0 µg/ml (kontrol negatif); 0,1 µg/ml; 0,3 µg/ml; 0,5 µg/ml; 0,7 µg/ml/; dan 1,0 µg/ml (Er et al., 2006). D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh pemberian jus biji pinang (Areca catechu L.) muda terhadap kualitas sperma mencit (Mus musculus L.) galur Swiss Webster usia empat bulan.

5 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberi informasi mengenai pengaruh pemberian jus biji pinang terhadap kualitas sperma mencit, diharapkan masyarakat mengetahui tentang manfaat lain dari jus pinang muda yang berkaitan dengan kontrasepsi alami untuk pria dengan cara menurunkan kualitas sperma namun tidak menurunkan kualitas hormonal. Selain itu, bila manfaat pinang telah diketahui dan digunakan secara umum oleh masyarakat, hal ini akan berujung pada budidaya pohon pinang sebagai tumbuhan yang kaya akan manfaat. F. Asumsi Adapun asumsi yang dapat dijadikan landasan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Biji Areca catechu L. sebagian besar terdiri dari karbohidrat, lemak, serat, polifenol termasuk flavonoid, tanin, alkaloid serta mineral (IARC, 2004 dan Jaiswal et al., 2011). 2. Alkaloid terbesar dalam biji A. catechu L. adalah arekolin. Arekolin dapat menginduksi ekspresi cyclooxygenase-2 sel sperma, pada dosis bebas menghasilkan respon inflamasi (peradangan). Situasi ini bertanggung jawab terhadap gerakan flagel dan menyebabkan reduksi motilitas sperma (Er et al., 2006). 3. Arekolin dalam biji A. catechu L. dapat meningkatkan sekresi testosteron dari sel Leydig tikus (Wang et al., 2008).

6 G. Hipotesis Berdasarkan asumsi-asumsi yang disebutkan, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian adalah jus biji pinang muda (Areca catechu L.) berpengaruh menurunkan kualitas sperma mencit galur Swiss Webster usia empat bulan.