BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. perlu dipelihara dan dikembangkan. Oleh karena itu karyawan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja karyawan pada suatu perusahaan sering kali

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labour Organization (ILO), bahwa di seluruh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN. standar kualitas pasar internasional. Hal tersebut semakin mendorong banyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja juga tinggi (Ramli, 2013). terjadi kecelakaan kasus kecelakaan kerja, 9 pekerja meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. tujuan perusahaan, maka berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam. manajemen sumber daya manusia (Marwanto, 2011:11).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. perhatian terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Lemahnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2014) Gambar 1.1 Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, dan Pengangguran di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. seperti faktor modal, alam, dan tenaga kerja. Ketiga faktor tersebut merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN. pesat di segala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti,

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan manfaat namun juga dampak risiko yang ditimbulkan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusianya, agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis risiko..., Septa Tri Ratnasari, FKMUI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK KELANGSUNGAN USAHA

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Vesta (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah, padahal tenaga kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri. Persaingan industri yang semangkin ketat menuntut perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Hukum ketenagakerjaan merupakan keseluruhan peraturan baik tertulis

BAB I PENDAHULUAN. merupakan perusahaan asuransi jiwa yang pertama kali berdiri di Indonesia. PT

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dan berkompetisi. Salah satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian penting dalam proses produksi (Ramli, 2009). kematian sebanyak 2,2 juta serta kerugian finansial 1,25 Triliun USD.

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan taraf hidup serta mengurangi pengangguran. Kehadiran

K3 dan Lingkungan. Pertemuan ke-12

PENDAHULUAN. sumber daya dan dana yang ada. Faktor manusia atau tenaga kerja sebagai penggerak utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sangat tergantung oleh kualitas, kompetensi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Melihat perkembangan dunia modern saat ini, kegiatan industri telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. penelitian pada penulisan skripsi ini yaitu sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan (Sastrohadiwiryo, 2003,hal.17). Menurut Sumakmur (1996,hal.23), disisi lain kegiatan industri dalam

BAB I PENDAHULUAN. seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga 1. Pekerja adalah setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan karyawan yang sehat jasmani dan rohani

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR PUSTAKA. Anies Kedokteran Okupasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pengusaha yang kedudukannya lebih kuat sehingga para

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi diarahkan antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

PELAKSANAAN JAMSOSTEK UNTUK KECELAKAAN KERJA DI PTP NUSANTARA IX ( PERSERO ) PG. PANGKA DI KABUPATEN TEGAL

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar kelima di dunia dengan angka 270 juta, memiliki angkatan kerja yang sangat besar. Angkatan kerja Indonesia selama periode 2002-2012 tumbuh sebesar 15,97% dengan rata-rata pertumbuhan 1,6% pertahun. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami sedikit kenaikan dari 67,76% tahun 2002 menjadi 67,88% tahun 2012, sedangkan jumlah perusahaan di Indonesia menunjukkan penurunan tiap tahunnya dari tahun 2006 yaitu 29.468 perusahaan hingga pada tahun 2010 hanya tinggal 23.345 perusahaan. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah permintaan tenaga kerja dalam lapangan kerja dari perusahaan yang ada di Indonesia masih belum berjalan seimbang dengan jumlah angkatan tenaga kerja yang ada sehingga menunjukkan gap yang cukup signifikan atas kedudukan pengusaha dan pekerja (Susetiawan dan Purwanto, 2013). Pelaksanaan pembangunan nasional tidak lepas dari peran tenaga kerja dengan artian bahwa tenaga kerja merupakan salah satu ujung tombak sebagai unsur penunjang pemerintah yang mempunyai peran yang sangat penting bagi keberhasilan pembangunan, sehingga kebijakan di bidang ketenagakerjaan dalam program pembangunan nasional selalu diupayakan pada terciptanya kesempatan kerja yang sebanyak mungkin di berbagai bidang usaha. Kesempatan ini diimbangi dengan adanya peningkatan mutu serta peningkatan perlindungan terhadap tenaga kerja (Riki dkk, 2014). Berdasarkan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar tahun 1945 disebutkan bahwa setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan yang berarti bahwa setiap orang yang bekerja haruslah memperoleh hak-hak yang sudah diatur oleh pemerintah. Pelaksanaan yang terjadi di lapangan saat ini, masih banyak pekerja yang belum memperoleh hak tersebut sehingga seringkali timbul permasalahan antara pengusaha dan pekerja.

Hubungan dan kondisi yang tidak setara antara pekerja dengan pengusaha sering memicu timbulnya konflik atau dispute. Konflik ini sering terjadi akibat adanya perbedaan pendapat atau pemaknaan yang salah terkait dengan hak bekerja. Upaya yang dilakukan oleh pekerja untuk mendapatkan keadilan sering berakhir dengan mogok kerja. Hal ini dilakukan karena tidak terjadinya kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja (Nugroho dkk, 2014). Konflik ini dapat dihindari apabila perusahaan dan pekerja melakukan komunikasi maupun penyelesaian permasalahan yang dihadapi. Menurut Fatyandri dan Muchsinati (2014) komunikasi merupakan kunci utama dalam mengelola hubungan industrial. Komunikasi yang tidak berjalan dengan efektif dapat menyebabkan penyelesaian perselisihan yang berlarut-larut. Konflik yang timbul di dunia tenaga kerja banyak penyebabnya, salah satunya adalah dalam permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan rencana usaha yang penerapannya berguna untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Tujuan dari K3 ini adalah untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan efisisensi pekerjaan dan menurunkan biaya kesehatan. Hasil penelitian Setiawan (2013) menunjukkan bahwa K3 mempunyai pengaruh positif terhadap produktivitas karyawan. Hal ini berarti meningkatnya K3 akan meningkatkan produktivitas karyawan. Penelitian dari Paramita (2012) juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan pada K3 terhadap motivasi kerja yang nantinya akan berpengaruh terhadap prestasi kerja. Penyelesaian permasalahan kesehatan kerja juga diperlukan dalam peningkatan K3, seperti pada penelitian Sari (2014) yang menyatakan bahwa pemberian ganti rugi terhadap pekerja yang mengalami penyakit akibat kerja ditanggung dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan mandiri. Keselamatan dan kesehatan kerja ini penting karena dengan adanya K3 maka pekerja akan terjamin keamanan dan keselamatannya saat melakukan pekerjaan serta dapat menurunkan angka kecelakaan kerja. Angka kecelakaan kerja di Indonesia menunjukkan bahwa perlunya perhatian serius untuk pekerja Indonesia. Menurut data dari Jamsostek pada tahun 2012,

kecelakaan kerja menembus angka 103.000 kasus dengan rata-rata pekerja meninggal setiap hari sebanyak 9 orang. Jamsostek pada tahun yang sama, telah membayar sekitar Rp 406 milyar untuk santunan kematian dan Rp 554 milyar untuk santunan kecelakaan kerja. Permasalahannya, hanya sekitar 30% dari seluruh pekerja di Indonesia yang dilindungi oleh Jamsostek sehingga angka kecelakaan kerja yang belum dicatat berkali lipat. Dunia internasional melalui International Labour Organization (ILO) juga memberikan perhatian khusus bagi kecelakaan kerja Indonesia dengan data pada tahun 2012, terdapat 29 kecelakaan kerja yang mengakibatkan kematian (kecelakaan fatal) dalam 100.000 pekerja Indonesia. International Labour Organization juga mencatat bahwa setiap tahunnya Indonesia mendapatkan 99.000 kecelakaan dengan 70% diantaranya menyebabkan kematian dan cacat seumur hidup. Kecelakaan kerja Indonesia telah mengakibatkan negara Indonesia mengalami kerugian hingga Rp 280 triliun (Supriyadi, 2014). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan juga melaporkan, pada semester I-2015 jumlah kasus kecelakaan kerja peserta program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) mencapai 50.089 kasus. Angka ini turun bila dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai 53.319 kasus. Penurunan kasus ini menurut Ahmad Riyadi selaku Direktur Pelayanan dan Pengaduan BPJS Ketenagakerjaan, dikarenakan BPJS Ketenagakerjaan aktif menggelar safety training khususnya untuk pekerjaan yang berisiko kecelakaan kerja tinggi. Namun, untuk program Jaminan Kematian (JK) mengalami peningkatan kasus dari 10.351 kasus pada 30 Juni 2014 menjadi 11.406 kasus pada tanggal 30 Juni 2015. Peningkatan ini dikarenakan makin banyaknya pekerja yang memasuki usia tua. Jumlah kasus secara total, per 30 Juni 2015 sebanyak 556.390 kasus, lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai 573.757 kasus (Suryowati, 2015). Batam yang merupakan kota industri juga tidak luput dari permasalahan K3 ini. Data dari Dinas Tenaga Kerja Kota Batam seperti yang dilansir oleh Jarefiadi selaku Kadisnaker Kota Batam (Riki, 2015), mengatakan bahwa :

1. Tahun 2012 angka kecelakaan kerja mencapai 5.948 kasus, sedangkan pada tahun 2013 mencapai 5.444 kasus. Tahun 2014 mencapai 4.854 kasus dan pada tahun 2015 sampai bulan Mei tercatat 2.275 kasus. Kasus kecelakaan ini bermacammacam seperti kejatuhan material, kejatuhan alat berat, terkena bahan kimia dan lain-lain. Meskipun mengalami penurunan kasus, namun bukan berarti bahwa pemerintah lengah dalam menuntaskan permasalahan K3 di Batam ini. 2. Kasus Jamsostek yang tidak dibayar juga merupakan salah satu permasalahan K3 yang terjadi di Batam. 3. Berdasarkan data dari Disnaker Batam, salah satu perusahaan diindikasikan melakukan permasalahan ini berujung pada penutupan perusahaan dan menyebabkan hak pekerja yang bekerja di perusahaan tersebut tidak dibayarkan. 4. Selain itu, terdapat beberapa perusahaan yang tidak menyediakan APD kepada pekerjanya. Perusahaan cenderung menyuruh pekerjanya memenuhi sendiri APD, padahal penyediaan APD merupakan kewajiban dari pihak perusahaan untuk menjamin agar pekerjanya dapat bekerja dengan aman dan selamat. Berdasarkan permasalahan yang ada maka perlu dilakukan penyelesaian terutama di bidang K3 agar permasalahan yang terjadi khususnya di Kota Batam tidak berkembang menjadi konflik berkepanjangan yang nantinya akan berdampak pada pekerja itu sendiri, perusahaan maupun pemerintah. Penyelesaian permasalahan ini juga berguna agar pekerja dapat terjamin dan pekerja dapat bekerja dengan aman, sehat dan selamat. Maka dari itu, penulis memfokuskan pada upaya penyelesaian permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan di Kota Batam.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah penyelesaian permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja pada beberapa perusahaan di kota Batam? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui penyelesaian permasalahan K3 pada beberapa perusahaan di kota Batam. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui bagaimana perusahaan di Kota Batam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan K3. b. Untuk mengetahui bagaimana serikat pekerja di Kota Batam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan K3. c. Untuk mengetahui bagaimana Dinas Tenaga Kerja Kota Batam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan K3. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Empiris Bahan masukan bagi pimpinan perusahaan, serikat pekerja dan Dinas Tenaga Kerja dalam memperhatikan hak dasar pekerja khususnya dalam upaya penyelesaian permasalahan K3 sehingga dapat mengurangi aksi pekerja melalui tindakan mogok kerja, mengadaan program yang berhubungan dengan K3 serta melakukan pengawasan berulang terhadap perlindungan tenaga kerja dalam K3. 2. Manfaat Akademis Menambah referensi dan informasi tentang tenaga kerja khususnya dalam masalah K3 dan dapat dijadikan acuan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran pustaka, terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini, diantaranya: Paramita (2012) Setiawan (2013) Sari (2014) Tabel 1. Keaslian Penelitian Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan pada PT PLN (Persero) APJ Semarang Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Produktivitas Karyawan pada Departemen Jaringan PT PLN (Persero) Area Surabaya Utara Penyelesaian dan Pemberian Ganti Kerugian kepada Pekerja terhadap Penyakit Akibat yang Timbul Akibat Kerja di Pabrik Rokok PT. Mitra Adi Jaya Keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan yang dimediasi oleh variabel motivasi kerja Keselamatan kerja dan kesehatan kerja memiliki pengaruh kuat terhadap produktivitas pekerja PT. Mitra Adi Jaya tidak memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap penyakit yang timbul akibat kerja sebagai jaminan kecelakaan kerja tetapi menjamin K3 pekerjanya melalui jaminan pemeliharaan kesehatan mandiri. Persamaan penelitian ini dengan penelitian dari Paramita dan Setiawan adalah kesamaan dalam membahas mengenai K3 dan persamaan dengan penelitian dari Sari terletak pada penyelesaian yang berhubungan dengan K3 sedangkan, perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada desain penelitian, lokasi penelitian dan variabel terikat. Tipe penelitian pada penelitian Paramita adalah explanatory research dan lokasi penelitiannya berlokasi di Semarang, variabel

terikatnya adalah prestasi kerja. Jenis penelitian pada penelitian Setiawan adalah penelitian kausal, lokasi penelitian berada di Surabaya dan variabel terikatnya adalah produktivitas kerja dan pada penelitian Sari, metode penelitian menggunakan hukum empiris dan variabel terikatnya adalah penyakit yang timbul akibat kerja.