BAB 3 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. oleh pencapaian tujuan organisasi. Teori stakeholder adalah teori yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham dan akan diinvestasikan kembali atau ditahan di dalam perusahaan.

Penelitian tentang pengaruh profitability dan investment opportunity set. (pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen (Dividend Policy) merupakan keputusan mengenai laba yang

BAB II LANDASAN TEORI. Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

BAB II LANDASAN TEORI. A. Teori yang Relevan dengan Kebijakan Deviden. bahwa teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen (manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II VARIABEL YANG MEMPENGARUH DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Debt To Equity Ratio (DER) dan Devidend Payout Ratio (DPR)

BAB 1 PENDAHULUAN. Dividen merupakan bentuk pengembalian (return) diluar capital gain yang

II. LANDASAN TEORI. Robert Ang (1997) dalam Priono (2006:10) menyatakan bahwa dividen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2014). Stice et al (2005) dalam Suharli (2007) mengartikan dividen sebagai

umum lebih menyukai dividen daripada capital gain. Berarti pula bahwa terdapat

BAB II KAJIAN TEORI. dividen non kas (Mahmud M Hanafi, 2014:361). Dividen kas (cash dividend)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEBIJAKAN DEVIDEN. Kebijakan deviden yang optimal menyeimbangkan kedua hal tersebut dan memaksimalkan harga saham.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Teori burung di tangan (Bird in the Hand)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Dividen adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

TEORI DEVIDEN (DIVIDEND THEORY)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aliran kas bebas atau lebih sering dikenal dengan free cash flow dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai penggunaan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian Budi Hardiatmo dan Daljono (2013) Penelitian ini mengambil topik tentang analisis faktor - faktor yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP JUMLAH DIVIDEN TUNAI. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan

BAB 10 KEBIJAKAN DIVIDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada pertumbuhan pasar saham. Menurut Husnan (2012) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. implikasi pada persaingan antarperusahaan. Untuk itu, sebagai pelaku dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibagikan perusahaan dapat berupa tunai (cash dividend) yaitu kepada setiapp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Perusahaan yang sukses akan memperoleh pendapatan (income).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Devidend Payout Ratio. being made better off financially (Prasanna Chandra;1997 dalam Azhagaiah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang. atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Telaah pustaka tersebut berasal dari berbagai sumber yaitu text book

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sartono (2008: 281) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi pengembalian investasi pada equity securities pada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori mengenai kebijakan pembayaran dividen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan bagi investor yaitu keuntungan berupa dividend. gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko

KEBIJAKAN DEVIDEN. 1. Beberapa Teori Kebijakan Dividen :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sesuai dari judul skripsi ini yaitu pengaruh likuiditas, leverage,

BAB II LANDASAN TEORI. secara global. Salah satu jenis investasi adalah investasi saham. Investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sartono (2008 : 281) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai harapan akan mendapatkan keuntungan dari modal yang

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tersebut selayaknya disajikan dalam laporan keuangan perusahaan yang

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Lukas Setia Atmaja (2010:110) menyebutkan ada lima

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dijadikan landasan penulis adalah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditahan dan selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern atau

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai investasi yang dianggap memiliki net present

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. tersebut. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan Price to Book Value

BAB II KAJIAN PUSATAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. mengenai aliran kas bebas atau free cash flow. free cash flow didistribusikan untuk menjalankan proyek-proyek yang

Transkripsi:

BAB 3 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 3.1 Kajian Teori 3.1.1 Teori Stakeholders Definisi stakeholder menurut Freeman (1884) adalah setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi. Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja perusahaan bertanggungjawab (Freeman, 1984). Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholder-nya dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholder-nya, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Chariri dan Ghozali, 2007). Munculnya teori stakeholders sebagai paradigma dominan semakin menguatkan konsep bahwa perusahaan bertanggung jawab tidak hanya kepada pemegang saham melainkan juga terhadap para pemangku kepentingan atau stakeholder. Dalam mengembangkan stakeholder theory, Freeman (1984) dalam Susanto dan Tarigan (2013) memperkenalkan konsep 25

26 stakeholder dalam dua model yaitu: (1) model kebijakan dan perencanaan bisnis; dan (2) model tanggung jawab sosial perusahaan dari manajemen stakeholder. Pada model pertama, fokusnya adalah mengembangkan dan mengevaluasi persetujuan keputusan strategis perusahaan dengan kelompok-kelompok yang dukungannya diperlukan untuk kelangsungan usaha perusahaan. Dapat dikatakan bahwa, dalam model ini, stakeholder theory berfokus pada cara-cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengelola hubungan perusahaan dengan stakeholder-nya. Sementara dalam model kedua, perencanaan perusahaan dan analisis diperluas dengan memasukkan pengaruh eksternal yang mungkin berlawanan bagi perusahaan. Kelompok-kelompok yang berlawanan ini termasuk badan regulator (government) dengan kepentingan khusus yang memiliki kepedulian terhadap permasalahan sosial. Sustainability report merupakan laporan yang digunakan untuk menginformasikan perihal kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan. Dengan pengungkapan ini, diharapkan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh stakeholders.

27 Terdapat 2 macam Stakeholders menurut Clarkson Centre for Business Ethics (1999) dalam Magness (2008) yaitu : 1. Primary stakeholders merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan secara ekonomi terhadap perusahaan dan menanggung risiko. Contoh :investor, kreditor,karyawan, pemerintah, komunitas local 2. Secondary stakeholders dimana sifat hubungan keduanya saling mempengaruhi namun kelangsungan hidup perusahaan secara ekonomi tidak ditentukan oleh stakeholder jenis ini. Contoh adalah media dan kelompok kepentingan seperti lembaga sosial masyarakat, serikat buruh, dan sebagainya. 3.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan merupakan suatu teori yang menjelaskan hubungan antara agen sebagai pihak yang mengelola perusahaan dan prinsipal sebagai pihak pemilik keduanya terikat dalam sebuah kontrak. Pemilik atau prinsipal adalah pihak yang melakukan evaluasi terhadap informasi, dan agen adalah sebagai pihak yang menjalankan kegiatan manajemen dan mengambil keputusan (Jensen-Meckling, 1976) Dalam situasi tersebut, antara prinsipal dan agen keduanya bertujuan untuk memaksimalkan keuntungannya sehingga tidak

28 terdapat alasan untuk percaya bahwa agen akan selalu bertidak sesuai dengan kepentingan prinsipal. Karena perbedaan kepentingan tersebut munculah agency problem. Agency problem merupakan suatu permasalahan yang terjadi karena agen tidak bertindak dengan tujuan untuk mensejahterakan prinsipal. Contohnya adalah jika agen memiliki wewenang mengatur didalam suatu entitas seperti dalam mengatur pengeluaran, menentukan bonus, dll maka akan mudah bagi agen untuk mentransfer kekayaan dari prinsipal kepada agen (Godfrey et al, 2010). Perbedaan kepentingan diantara kedua pihak menyebabkan agen memberikan atau menahan infomasi yang diminta prinsipal bila menguntungkan bagi agen, walaupun sudah menjadi kewajiban bagi agen untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh prinsipal (Putra dan Thohiri, 2013). Jadi dalam teori keagenan ini setiap pihak atau setiap individu memiliki kepentingan sendiri. Pemegang saham yang bertindak sebagai principal mengharapkan dari dana yang mereka investasikan tersebut akan mendapatkan penghasilan dari return yang ada atau dari dividen yang mereka dapatkan. Sedangkan untuk agen mereka akan bekerja sebaik mungkin dan mengharapkan imbalan yang sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.

29 Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan biaya keagenan atau agency cost sebagai berikut : 1. Monitoring Cost merupakan biaya yang timbul karena mekanisme pengawasan dan memonitor perilaku agent agar tidak melakukan tindakan penyimpangan, biaya tersebut ditanggung oleh pihak principal. 2. Bonding Cost adalah biaya yang ditanggung oleh pihak manajemen sebagai agent untuk menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan principal dan tidak akan mengambil tindakan yang dapat membahayakan pihak principal. 3. Residual Loss merupakan penurunan tingkat kesejahteraan yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan dan perbedaan tindakan yang dilakukan oleh agent dan principal pada hubungan keagenan. 3.1.3 Teori Sinyal (Signalling theory) Isyarat atau sinyal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Tamboto,dkk, 2014). Di pasar modal manajemen perusahaan diasumsikan memberikan

30 informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan, informasi yang dihasilkan oleh pihak manajemen dapat berdampak pada keputusan yang diambil oleh investor dan nantinya akan berdampak pada harga saham perusahaan (Godfrey et.al: 2010). Dalam signalling theory jika pihak manajemen berekspektasi perusahaan akan mengalami tingkat pertumbuhan yang tinggi, mereka akan mencoba untuk memberikan sinyal-sinyal kepada investor melalui akun-akunnya (Godfrey et al: 2010). Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah penyampaian laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen, seperti dalam situasi perusahaan mendapatkan keuntungan manajemen perusahaan tersebut akan menggunakan informasi untuk memberikan sinyal kepada investor agar mendukung kelangsungan posisi manajemen saat ini dan kompensasi yang lebih tinggi pada manajemen (Srimindarti: 2008). Jadi dengan teori signal ini, perusahaan akan memberikan sinyal kepada para investor untuk dapat menanamkan modal pada perusahaam tersebut. 3.1.4 Dividen Dividen merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen, semua

31 pemegang saham biasa mendapatkan haknya yang sama. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayar dividen untuk saham preferen (Jogiyanto, 1998). Dividen adalah pembagian laba yang diperoleh perusahaan kepada para pemegang saham yang sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki. Deviden akan diterima oleh pemegang saham hanya apabila ada usaha akan menghasilkan cukup uang untuk membagi deviden tersebut dan apabila dewan direksi menganggap layak bagi perusahaan untuk mengumumkan deviden (Sartono, 2001). Dividen merupakan pembayaran yang diberikan kepada pemilik perusahaan atau pemegang saham atas modal yang mereka tanamkan di dalam perusahaan. Dalam hubunganya dengan jumlah pajak yang dibayarkan, maka pembayaran dividen berbeda dengan pembayaran bunga karena dividen tidak dapat mengurangi jumlah pajak yang dibayar oleh perusahaan (Syamsuddin, 2011). Sehingga dalam pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Dividen merupakan salah satu kebijakan yang penting dalam perusahaan, karena menyangkut pemegang saham yang notabene merupakan sumber modal dari perusahaan tersebut. Investor dalam menginvestasikan dananya kedalam instrumen saham tentunya

32 menginginkan return yang tinggi. Return dari saham dapat diperoleh dari capital gain maupun dari dividen. Dividen menurut Ang (1997) yang dibagikan oleh perusahaan memiliki beberapa bentuk : 1. Dividen Tunai (Cash Dividend) Keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk tunai (cash). Pemberian dividend dalam bentuk tunai bertujuan untuk memacu kinerja saham di bursa efek, yang merupakan return dari para pemegang saham dibandingkan dividen saham. 2. Dividen Saham (Stock Dividend) Keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham yang bertujuan untuk menahan kas untuk membiayai aktivitas perusahaan yang dihubungkan dengan pertumbuhan perusahaan.

33 Borzykowski et al (2012) menyatakan beberapa tanggal penting dalam dividen yaitu: 1. Tanggal Pengumuman Tanggal ini adalah tanggal ketika perusahaan melaporkan dividen kuartalan dan tanggal pembayaran berikutnya. Tanggal pengumuman benar-benar hanya tanggal pengumuman. Jika investor membeli saham sebelum, pada, atau setelah tanggal pengumuman, hal itu tidak penting dalam hal menerima dividen kuartalan saham. Tanggal yang penting adalah tanggal pencatatan. 2. Tanggal Perdagangan Tangga ini adalah hari investor benar-benar memulai transaksi saham (membeli atau menjual). Jika investor berhubungan dengan pihak ketiga untuk membeli saham, maka hari ini adalah tanggal perdagangan, atau tanggal di mana investor melakukan perdagangan. Investor tidak memiliki saham pada tanggal perdagangan, itu hanya hari investor masukkan ke dalam pesanan.

34 3. Tanggal Penyelesaian Tanggal ini adalah tanggal dimana perdagangan tersebut selesai, yang biasanya terjadi tiga hari kerja untuk mengubah tanggal pelaksanaan. Penutupan tanggal saham mirip dalam konsep penutupanreal estate. Pada tanggal penutupan, investor resmi menjadi pemilik baru saham. 4. Tanggal Pencatatan Tanggal ini digunakan untuk identitas pemegang saham yang memenuhi syarat untuk menerima dividen pada saat diumumkan. Perusahaan menetapkan cut-off date dengan mengumumkan tanggal pencatatan. Semua investor yang memegang saham resmi pada tanggal dinyatakan dicatat menerima dividen pada tanggal pembayaran, bahkan jika mereka berencana untuk menjual saham setiap waktu antara tanggal atau pernyataan dan tanggal pencatatan. 5. Ex-dividend date Ex-dividend date berarti tanpa dividen. Karena membutuhkan waktu tiga hari untuk memproses pembelian saham sebelum investor menjadi pemilik resmi saham, investor harus memenuhi syarat (yaitu, investor harus memiliki atau anak saham) sebelum periode tiga hari. Bahwa periode tiga hari disebut pinjaman "ex

35 dividend periode". Ketika investor membeli saham selama jangka waktu yang singkat investor tidak berada di buku catatan, karena tanggal penyelesaian jatuh setelah tanggal pencatatan. 6. Tanggal Pembayaran Hari itu perusahaan membayar dividen kepada investor pemegang saham. 3.1.5 Kebijakan Dividen Sartono (2001), mendefinisikan kebijakan dividen sebagai: Keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam retained earnings guna membiayai investasi di masa datang. Kebijakan dividen yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaraan dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaraan dividen. Menurut Riyanto (2001) ada beberapa kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan yaitu sebagai berikut :

36 1. Kebijakan dividen yang stabil. Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan perlembar saham per tahunnya berfluktuasi. Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut nampak mantap dan relatif permanen, besar dividen per lembar saham dapat dinaikkan dalam jangka waktu yang relative panjang. 2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal ditambah dengan jumlah ekstra tertentu. Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik, perusahaan akan membayarkan dividen ekstra di atas jumlah minimal tersebut. Bagi pemodal ada kepastian akan menerima jumlah dividen yang minimal setiap tahunya, meskipun keadaan keuangan perusahaan agak memburuk. Tetapi dilain pihak, apabila kondisi keuangan perusahaan baik, maka pemodal akan

37 menerima dividen minimal tersebut ditambah dengan dividen tambahan. Apabila kondisi keuangan perusahaan memburuk kembali, maka yang dibayarkan hanya dividen yang minimal saja. 3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan. Kebijakan ini menetapkan dividend payout ratio yang konstan. Perubahan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividend payout ratio pada jumlah tertentu, misalnya 50%. Hal itu berarti, jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang dipeoleh setiap tahunnya. Ada beberapa teori mengenai kebijakan dividen yaitu, 1. The Bird in The Hand Theory Myron Gordon dan John Lintner tidak sependapat dengan asumsi dalam pendapat MM bahwa kebijakan deviden tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang disyaratkan investor. Menurut Gordon dan Lintner, biaya modal sendiri perusahaan akan naik sebagai akibat penurunan pembayaran deviden. Investor merasa lebih

38 aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran deviden yang lebih pasti daripada menunggu capital gains yang lebih beresiko. Pendapat Gordon Lintner oleh MM diberi istilah the bird in the hand fallacy. Gordon Lintner berpendapat bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. 2. Dividend Irrelevance Theory Menurut Modigliani dan Miller (MM), nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak ( EBIT ) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM, dividen adalah tidak relevan 3. Tax Preference Theory Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada

39 saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa. 4. Clientele Theory Teori ini menyatakan bahwa kelompok ( clientele ) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu Dividend payout Ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi individu ( misalnya orang lanut usia dikenai pajak lebih ringan ) maka pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika

40 perusahaan membagi dividen yang kecil. Sebalinya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang besar. 3.1.6 Dividend Payout Ratio Dividend payout ratio menurut Jannah (2014) menyatakan bahwa : dividend payout ratio adalah persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham. Menurut Suhartono dan Fadlillah (2009) mengatakan bahwa Dividend Payout Ratio adalah dividen perlembar saham dibagi dengan laba perlembar saham rasio dapat digunakan untuk melihat pertandingan antara laba perlembar saham yang didapatkan perusahaan dengan laba yang dibagikan sebagai dividen. Dengan melihat rasio ini akan dapat mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam membayar dividen dan kenapa perusahaan tidak membagikan semua labanya dalam bentuk dividen. Sebagian laba perusahaan yang tidak dibagikan dapat digunakan oleh perusahaan untuk melakukan pengembangan perusahaan yang dapat

41 menjadi investasi prospektif sehingga menarik minat para investor lebih lagi untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut. 3.1.7 Free Cash Flow Free Cash Flow (aliran kas bebas) menggambarkan tingkat fleksibilitas keuangan perusahaan. Jensen (1986) mendefinisikan aliran kas bebas sebagai kas yang tersisa setelah seluruh proyek yang menghasilkan net present value positif dilakukan. Perusahaan dengan aliran kas bebas berlebih akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya karena mereka dapat memperoleh keuntungan atas berbagai kesempatan yang mungkin tidak dapat diperoleh perusahaan lain. Perusahaan dengan aliran kas bebas tinggi bisa diduga lebih survive dalam situasi yang buruk. Sedangkan aliran kas bebas negatif berarti sumber dana internal tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan investasi perusahaan sehingga memerlukan tambahan dana eksternal baik dalam bentuk hutang maupun penerbitan saham baru. 3.1.8 Size of Company Ukuran perusahaan adalah tolak ukur besar kecilnya perusahaan dengan melihat besarnya nilai ekuiti, nilai penjualan atau nilai total aset yang dimiliki perusahaan. Chen dan Jiang (2001)

42 menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung melakukan diversifikasi usaha lebih banyak daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal, serta menunjukkan adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan leverage. 3.1.9 Profitability Profitabiltias adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Dividen adalah merupakan sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karenanya dividen akan dibagikan hanya jika perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada para pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya, yaitu beban bunga dan pajak.

43 Hardinugroho (2012) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor terpenting yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam memprediksi DPR. Semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat kembali invesatasi (return) semakin besar). 3.1.10 Financial Leverage Kebijakan hutang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal. Penentuan kebijakan hutang ini berkaitan dengan struktur modal karena hutang merupakan salah satu komposisi dalam struktur modal. Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi hutang yang besar dalam struktur modal, namun sebaliknya apabila perusahaan mengunakan hutang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan. 2001) : Utang dapat digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu (Riyanto, 1. Utang jangka pendek (short-term debt), yaitu hutang yang jangka waktunya kurang dari satu tahun. Sebagian besar hutang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan, yaitu

44 kredit yang diperlukan untuk dapat menyelengggarakan usahanya, meliputi kredit rekening koran, kredit dari penjual (levancier crediet), kredit dari pembeli (afnemers crediet), dan kredit wesel. 2. Utang jangka menengah (intermediate-term debt), yaitu hutang yang jangka waktunya lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun. Kebutuhan membelanjai usaha melalui kredit ini karena adanya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi melalui kredit jangka pendek maupun kredit jangka panjang. Bentuk utama dari hutang jangka menengah adalah term loan dan lease financing. 3. Utang jangka panjang (longterm debt) yaitu hutang yang jangka waktunya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini digunakan untuk membiayai ekspansi perusahaan. Bentuk utama dari hutang jangka panjang adalah pinjaman obligasi (bonds-payable) dan pinjaman hipotik (mortage). 3.1.11 Growth Growth menunjukkan aset perusahaan dimana aset merupakan aktiva yang digunakan dalam aktiva operasional perusahaan. Apabila

45 pertumbuhan perusahaan meningkat, maka perusahaan akan membutuhkan dana yang lebih besar. Indikator yang digunakan dalam growth yaitu total aset yang menunjukkan pertumbuhan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Kebutuhan yang diperlukan perusahaan akan semakin bertambah dengan tingginya tingkat pertuumbuhan yang semakin pesat. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan memerlukan dana lebih besar daripada perusahaan dengan tingkat keperluan yang lebih rendah. Kebutuhan dana disebabkan banyak kegiatan perusahan yang harus dijalankan untuk mendukung keberlanjutan perusahaan (Riyanto, 2001). Tingkat pertumbuhan perusahaan (growth) akan berakibat pada tingkat ekspansi yang terjadi. Semakin besar dana yang dikeluarkan di masa yang akan datang, akan semakin memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkan sebagai dividen. Oleh sebab itu, pertumbuhan perusahaan menjadi salah satu hal yang menentukan kebijakan inisiasi dividen. 3.2 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang telah menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan dividend payout ratio. Lopolusi (2013) telah

46 melakukan penelitian dengan menggunakan variabel profitabilitas, likuiditas, hutang, pertumbuhan dan free cash flow negative dan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Sedangkan untuk variabel size memiliki pengaruh negative dan signifikan. Deitina (2009) telah melakukan penelitian dengan menggunakan variabel Debt Equity Ratio (DER), Return on Investment (ROI), Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), Return on Equity (ROE), dan Inventory Turnover (IT) yang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan untuk variabel Earning per share (EPS), Price Earnings Ratio (PER) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Ranti (2013) melakukan penelitian dengan menggunakan variabel financial performance, size of firms, dan board independence mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap dividend payout ratio. Al-Malwaki (2008) melakukan penelitian terkait dividend policy dengan menggunakan variabel Agency cost yang tidak mempengaruhi kebijakan dividen. Sedangkan variabel Firm Size, Profitability, Financial Leverage, dan Growth and investment opportunities berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Arfan dan Trilas (2013) juga melakukan penelitian dengan menggunakan variabel Collateralizable assets, arus kas bebas, dan kebijakan hutang yang telah berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Graha (2014) telah melakukan penelitian dengan menggunakan variabel Profitabilitas, Arus

47 kas, Growth, dan Pajak yang tidak mempengaruhi kebijakan dividen. Sedangkan Leverage, dan rasio pasar memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. Rahmawati (2011) melakukan penelitian dengan menggunakan Current Ratio, Return on Assets tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, sedangkan variabel kebijakan hutang dan size berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hardinugroho (2012) melakukan penelitian dengan variabel profitabilitas dan ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen sedangkan leverage dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

48 3.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ini didasarkan pada hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yang diproksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR) studi pada perusahaan-perusahaan yang ada di indeks Kompas 100 pada tahun 2010-2014. Variabel independen pada penelitian ini adalah free cash flow, size of company, profitability, financial leverage dan growth. Berikut adalah hubungan penelitian yang dijelaskan dalam kerangka pemikiran berikut : Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Free Cash Flow Size of Company Profitability Financial Leverage Kebijakan Dividen (DPR) Growth

49 3.4 Hipotesis 3.4.1 Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen Aliran kas bebas atau Free Cash Flow adalah adalah aliran kas yang merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan Net Present Value (NPV) positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan. Free Cash Flow merupakan gambaran perusahaan dari arus kas yang tersedia untuk perusahaan dalam suatu periode akuntansi, setelah dikurangi dengan biaya operasional dan pengeluaran lainnya. kas Bebas inilah yang sering menjadi pemicu konflik karena perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham. Hal ini menyebabkan kas bebas ini dapat mempengaruhi kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividend payout ratio. Arfan (2013) dan Rosdini (2005) menemukan bahwa free cash flow berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah : H1 : Free Cash Flow (FCF) berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

50 3.4.2 Pengaruh Size of Company terhadap Kebijakan Dividen Suatu perusahaan besar akan memiliki akses yang lebih besar untuk masuk dalam pasar modal, sementara perusahaan yang baru atau kecil akan mengalami kesulitan untuk masuk ke dalam pasar modal. Akses masuk ke dalam pasar modal cukup penting, hal ini terkait dengan kemampuan memperoleh dana yang lebih besar disbanding dengan tidak masuk ke dalam pasar modal. Dana investasi yang baru akan membuat dividend payout ratio perusahaan akan mengalami kenaikan dan akan menarik minat investor untuk menanamkan modal mereka. Hardinugroho (2012) dan Arifanto (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa firm size berpengaruh signifikan positif terhadap dividend payout ratio, Maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah : H2 : Size of Company berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. 3.4.3 Pengaruh Profitability terhadap Kebijakan Dividen Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang dianggap juga sebagai indikator dari keberhasilan perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki profitabilitas juga akan mempengaruhi tingkat saham perusahaan

51 tersebut yang dapat digunakan sebagai sinyal untuk menarik para investor menanamkan modal mereka. Akhadiyah (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa Profitabilitas berpengaruh signifikan negative terhadap kebijakan dividen. Hardinugroho (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap kebijakan dividen. Maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah : H3 : Profitability berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. 3.4.4 Pengaruh Financial Leverage terhadap Kebijakan Dividen Perusahan dengan tingkat utang yang cukup tinggi cenderung memiliki agency cost yang rendah. Esensi hutang akan membuat kontrol dan proses keuangan yang dilakukan oleh manajer dan pemegang saham semakin tinggi. Hutang juga membuat pemegang saham mengurangi ketergantungan terhadap kebijakan inisiasi dividen perusahaan. Pemegang saham akan menerapkan perjanjian hutang untuk melindungi kepentingan mereka. Leverage yang semakin tinggi akan menyebabkan kebijakan inisiasi dividen semakin menurun, begitu pula sebaliknya semakin rendah leverage yang digunakan oleh perusahaan karena menipisnya

52 hutang yang dibayarkan maka laba yang didapatkan semakin meningkat (Akhadiyah, 2015). Akhadiyah (2015) dan Al-Malwaki (2008) dalam penelitianya menemukan bahwa leverage berpengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan dividen. Maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah : H4 : Financial Leverage berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. 3.4.5 Pengaruh Growth terhadap Kebijakan Dividen Pertumbuhan perusahaan akan menjadi hal yang sangat penting dalam untuk menentukan kebijakan dividen. Pertumbuhan yang dilakukan oleh perusahaan akan berdampak baik kepada jangka panjang dan masa hidup perusahaan, karena akan membuka peluang untuk terus berkembang dan semakin menjadi besar. Hal ini juga akan berdampak pada masa sekarang dimana akan membutuhkan dana yang cukup besar untuk melakukan ekspansi yang dapat juga berdampak kepada dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Malik (2013) dalam penelitiannya menemukan growth berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Al-Malwaki (2008) dalam penelitianya menemukan bahwa growth berpengaruh signifikan

53 positif terhadap kebijakan dividen Maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah : H5 : Growth berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.