Yanto, Fadillah. H. Usman, dan Ahmad Yani Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Keteguhan Sambungan Kayu Resak (Vatica rassak BI) Berdasarkan Bentuk Sambungan dan Jumlah Paku

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU BONGIN (Irvingia malayana Oliv) DARI DESA KARALI III KABUPATEN MURUNG RAYA KALIMANTAN TENGAH

BAB III BAHAN DAN METODE

BALOK LAMINASI DARI KAYU KELAPA (Cocos nucifera L)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

PENGARUH VARIASI BENTUK KOMBINASI SHEAR CONNECTOR TERHADAP PERILAKU LENTUR BALOK KOMPOSIT BETON-KAYU ABSTRAK

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BATANG KELAPA (Cocos nucifera L.) DARI KALIMANTAN SELATAN

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS KAYU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Kualitas Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba M.) dilaksanakan mulai dari bulan. Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH DIAMETER DAN JUMLAH PAKU TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN GESER GANDA TIGA JENIS KAYU

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

SIFAT-SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU KERUING - SENGON. Oleh : Lorentius Harsi Suryawan & F. Eddy Poerwodihardjo

HUBUNGAN ANTARA SUDUT PEMAKUAN DAN BEBAN TEKAN AKSIAL SEJAJAR SERAT PADA SAMBUNGAN BERHIMPIT PAPAN KAYU

BAB III BAHAN DAN METODE

PERBAIKAN SIFAT KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN TEKNIK PENGEMPAAN

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI EKSPERIMENTAL DAN ANALITIS KAPASITAS SAMBUNGAN BAJA BATANG TARIK DENGAN TIPE KEGAGALAN GESER BAUT

UJI EKSPERIMENTAL KUAT CABUT PAKU PADA KAYU

PENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Nessa Valiantine Diredja 1 dan Yosafat Aji Pranata 2

PERILAKU BALOK KOMPOSIT KAYU PANGGOH BETON DENGAN DIISI KAYU PANGGOH DI DALAM BALOK BETON

PENELITIAN EKSPERIMENTAL KUAT LELEH LENTUR (F yb ) BAUT

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

ANALISIS SAMBUNGAN PAKU

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS (

PENDAHULUAN Latar Belakang

SURAT KETERANGAN Nomor : '501K13.3.3rrU/2005

BAB I PENDAHULUAN. baja. Akan tetapi kayu yang juga merupakan salah satu bahan konstruksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KADAR AIR DAN JARAK ANTAR PAKU TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN KAYU KELAPA

BAB III METODOLOGI. Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR

PENGARUH RASIO BAMBU PETUNG DAN KAYU SENGON TERHADAP KAPASITAS TEKAN KOLOM LAMINASI

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)

ANALISA DAN EKSPERIMENTAL PERILAKU TEKUK KOLOM TUNGGAL KAYU PANGGOH Putri Nurul Hardhanti 1, Sanci Barus 2

ANALISIS KEKUATAN SAMBUNGAN GESER GANDA ENAM JENIS KAYU PADA BERBAGAI SESARAN MENURUT DIAMETER DAN JUMLAH BAUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Daftar Makalah yang telah Dipublikasikan Terkait dengan Penelitian Disertasi

PERILAKU BALOK KAYU MERANTI SEBAGAI BAHAN BANGUNAN UTAMA RUMAH TRADISIONAL ACEH

KAJIAN SAMBUNGAN BALOK KAYU BANGKIRAI DENGAN CLAW NAIL PLATE

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

IDENTIFIKASI KUAT ACUAN TERHADAP JENIS KAYU YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA KUPANG BERDASARKAN SNI 7973:2013

SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU IPIL (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) BERDASARKAN LETAK KETINGGIAN DALAM BATANG

Sifat Mekanik Kayu Keruing untuk Konstruksi Mechanics Characteristic of Keruing wood for Construction

HHT 232 SIFAT KEKUATAN KAYU. MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331)

KEKUATAN SAMBUNGAN BATANG KAYU-PELAT BAJA DENGAN BEBERAPA JENIS ALAT SAMBUNG TIPE DOWEL DAN KETEBALAN BATANG KAYU Acacia mangium Wild.

Laboratorium Mekanika Rekayasa

OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

PENGARUH PEMADATAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KAYU PALAPI

SIFAT FISIK DAN MEKANIK KAYU BENUANG

HALAMAN PERSEMBAHAN TUGAS AKHIR INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK KEDUA ORANG TUA KU YANG SELALU MEMBERIKAN YANG TERBAIK TANPA PERNAH MENUNTUT APAPUN DARIKU

Aplikasi EYM Model Pada Analisis Tahanan Lateral Sambungan Sistim Morisco-Mardjono: Sambungan Tiga Komponen Bambu Dengan Material Pengisi Rongga

KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH POLA SAMBUNGAN DAN BANYAKNYA JUMLAH LAPISAN TERHADAP SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA PAPAN LAMINA KAYU MERANTI MERAH

SIFAT FISIS, MEKANIS DAN PEMESINAN KAYU RARU (Cotylelobium melanoxylon) SKRIPSI

2

Metode pengujian lentur posisi tegak kayu dan bahan struktur. bangunan berbasis kayu

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

Effect of Particle Layerson Mechanical Characteristics (MoE And MoR) Of Particle Board Of Ulin Wood (Eusideroxylon Zwageri T.Et.B)

KUAT LENTUR DAN PERILAKU BALOK PAPAN KAYU LAMINASI SILANG DENGAN PAKU (252M)

KUAT LENTUR DAN PERILAKU LANTAI KAYU DOUBLE STRESS SKIN PANEL (250M)

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL VARIASI PRETENSION SAMBUNGAN BAUT BAJA TIPE SLIP CRITICAL

EFEKTIVITAS SAMBUNGAN KAYU PADA MOMEN MAKSIMUM DENGAN BAUT BERVARIASI PADA BALOK SENDI ROL Muhammad Sadikin 1, Besman Surbakti 2 ABSTRAK

PERILAKU LENTUR DAN TEKAN BATANG SANDWICH BAMBU PETUNG KAYU KELAPA

Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu

KARAKTERISTIK MEKANIS DAN PERILAKU LENTUR BALOK KAYU LAMINASI MEKANIK

PENGENALAN ALAT SAMBUNG KAYU

Dalam penelitian ini digunakan jenis kayu Bangkirai ukuran 6/12, yang umum

PERILAKU STATIS DAN DINAMIS STRUKTUR BETON PRACETAK DENGAN SISTEM SAMBUNGAN

PEMBUATAN BALOK DAN PAPAN DARI LIMBAH INDUSTRI KAYU BOARD AND WOOD BLOCK MAKING FROM WASTE OF WOOD INDUSTRIES

III. BAHAN DAN METODE

Penelitian sifat-sifat fisika dan mekanika kayu Glugu dan Sengon kawasan. Merapi dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi masyarakat Merapi

STUDI EKSPERIMENTAL KEKUATAN TEKAN SAMBUNGAN MORTISE-AND-TENON BERPENAMPANG LINGKARAN KAYU MERANTI

KAJIAN DIAMETER - PERSENTASE KAYU TERAS TERHADAP KUALITAS KAYU JATI (Tectona grandis Linn. F) DARI HUTAN RAKYAT GUNUNG KIDUL

Transkripsi:

SIFAT MEKANIK PADA SAMBUNGAN KAYU NYATOH (Palaquium xanthochymum Pierre) BERDASARKAN BENTUK SAMBUNGAN DAN MACAM ALAT SAMBUNG Mechanical Properties Connections of Nyatoh Wood (Palaquium xanthochymum Pierre) Form by Connections Kinds of Tools and Connect Yanto, Fadillah. H. Usman, dan Ahmad Yani Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124 Email : yanto.cesh@yahoo.com ABSTRACT The wood with a long stretch increasingly scarce, so their use limited variety. Therefore it is necessary for splicing. Jointed wood has lower strength than wood intact, because of shift caused among other selection shape and the lack of proper connecting equipment in a construction. Two factors of treatment in this research are shape the connection (connection angled lip hooked and lip straight connection) and type of connecting tools (pegs, nails and bolts) with three replications. Measured parameters in this study are the mechanical properties of wood connections on the static bending persistence and determination of bending fracture. The sample size is (W) 5 cm x (H) 5 cm x (L) 76 cm. Then testing the Modulus of Elasticity (MOE) and the Modulus of Rupture (MOR). The results showed that the value of the MOE decreased 81.31% - 90.45% and MOR 81.71%- 91.55% value also decreased when compared with the control and the value entered in the category of strong wood class V. The low value of the MOE and MOR is found in the connecting tool like pegs and bolts. Thus resulting in the dissolution of the wood fibers and consequently the strength of the connections is low. Then the tool also decreases the strength of nails connecting wood used due to the small diameter of nail (2.8 mm) and use only two sticks nails in one connection. Results of this research on the wood connection with the treatment Nyatoh wood (Palaquium xanthochymum Pierre) used for construction purposes only under the roof only, for example gording, murplat, and plafond which is supported by the use of pillar. Keyword: Mechanical properties, connection, connection forms, kinds of tools connecting. PENDAHULUAN Bertambahnya jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan bahan bangunan kayu, sedangkan pasokan kayu mulai sulit didapatkan karena keterbatasan alam dalam menyediakan sumber bahan baku konstruksi kayu. Oleh karena itu perlu dicari alternatif pengganti dengan menggunakan jenis-jenis kayu yang kurang dikenal. Konstruksi bangunan modern banyak didominasi oleh beton dan baja. Akan tetapi kayu tetap merupakan salah satu bahan konstruksi konvensional yang penggunaanya pada bangunanbangunan modern tidak bisa ditinggalkan. Disisi lain kayu dengan bentangan panjang dirasakan langka, sehingga ragam penggunaannya terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan penyambungan. Kayu yang disambung kekuatannya lebih rendah dari kayu utuh, karena sering terjadi pergeseran karena pemilihan bentuk sambungan yang kurang tepat dalam suatu kontruksi, maka diperlukan suatu bentuk atau rancangan sambungan yang tepat dengan harapan dapat memperkecil perlemahan yang terjadi. 278

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bentuk sambungan dan macam alat sambung serta interaksi kedua faktor tersebut terhadap sifat mekanik sambungan kayu Nyatoh (Palaquium xanthochymum Pierre) dan untuk mengetahui bentuk sambungan dan macam alat sambung yang tepat agar dapat menghasilkan sifat mekanik yang terbaik. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi bagi pengguna kayu jika memerlukan bentangan panjang, dapat menggunakan kayu sambungan dengan menggunakan bentuk sambungan dan macam alat sambung yang tepat, sehingga memiliki kekuatan lebih baik sesuai dengan peruntukannya terutama pada konstruksi bangunan. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Wood Workshop Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak, laboratorium Pengujian Bahan dan Metrologi Politeknik Negeri Pontianak. Bahan yang digunakan adalah kayu Nyatoh (P. xanthochymum Pierre), pasak kayu, paku dan baut. Alat yang digunakan chain saw, mesin serut, gergaji pita, bor, klem penjepit, palu, amplas, moisture meter, mesin uji sifat mekanik kayu, timbangan analitik, oven, desikator dan kaliper. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Sampel Kayu Kayu Nyatoh (P. xanthochymum Pierre) dibuat sampel berukuran 7 cm x 7 cm x 400 cm. Kemudian sampel tersebut dikering anginkan sampai kadar air mencapai 12%-18%, kemudian kayu diserut dan dipotong dengan ukuran 5 cm x 5 cm x 44,25 cm sebagai komponen utama contoh uji untuk sambungan. Kemudian setiap komponen contoh uji tersebut diukur kadar airnya menggunakan Moisture meter, dan dari 2 potongan komponen contoh uji kayu tersebut dibuat takik sambungan dengan panjang 12,5 cm. Selanjutnya dibuat sambungan dengan bentuk sambungan bibir miring berkait dan bentuk sambungan bibir lurus. Untuk jelasnya lihat Gambar 1 dan Gambar 2. Kemudian ditempelkan atau disambungkan sesuai dengan bentuk sambungan dengan alat sambung pasak, paku dan baut sebanyak 2 buah. Gambar 1. Bentuk Sambungan Bibir Miring Berkait (Connection Lips Shape Italic Hooked) Gambar 2. Bentuk Sambungan Bibir Lurus (Connection Lips Shape Straight) 279

2. Pengujian Sifat Mekanik Parameter yang diuji adalah sifat mekanik kayu yang mengacu pada standar American Society for Testing of Material (ASTM D 143-94, 1995) tentang Standard Methods of Testing Small Clear Specimens of Timber. Pengujian meliputi keteguhan lentur statis dan keteguhan lentur patah, yaitu: a) Pengujian Keteguhan Lentur Statis (Modulus of Elastisity = MOE) dilakukan dengan cara meletakkan beban di tengah-tengah contoh uji, yang kedudukannya pada posisi horizontal (center point loading) dengan jarak sangga 60kcm. Skala beban awal pada angka nol, kemudian dilakukan pembebanan sampai mencapai batas proporsi. Untuk jelasnya lihat Gambar 3. A A = Contoh uji (Sample test) Gambar 3. Pengujian Keteguhan Lentur Statis (Static Bending Testing Constancy) b) Pengujian Keteguhan Lentur Patah (Modulus of Rupture = MOR) merupakan kelanjutan dari pengujian keteguhan lentur statis sampai mencapai beban maksimum yang menyebabkan kayu rusak. Untuk jelasnya lihat Gambar 4. A A = Contoh uji (Sample test) Gambar 4. Pengujian Keteguhan Lentur Patah (Bending Fracture Testing Constancy) 280

3. Analisis Data Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap, dengann 2 faktor perlakuan yaitu faktor A bentuk sambungan (bibir miring berkait dan bibir lurus), dan faktor B macam alat sambung (pasak, paku dan baut), yang masing-masing dibuat 3 kali ulangan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keteguhan Lentur Statis (Modulus of Elasticity, MOE) Nilai rerata MOE pada sambungan kayu Nyatoh (P. xanthochymum pierre) berdasarkan bentuk sambungan dan macam alat sambung berkisar antara 7145,58 kg/cm 2-13989,29 kg/ /cm 2, sedangkan nilai kayu Nyatoh kontrol sebesar 74841,95 kg/cm 2. Nilai tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan nilai MOE kayu Nyatoh kontrol sebesar 81,31% - 90,45%. Untuk lebih jelasnya, grafik nilai MOE sambungan kayu Nyatoh dan kayu Nyatoh kontrol dapat dilihat pada Gambar 5. 80000 74841.95 70000 MOE kg/cm 2 60000 50000 40000 30000 20000 10000 10031.24 13989.29 11590.855 11203.84 11081.97 7145.58 Pasak (b1) Paku (b2) Baut (b3) Kontrol 0 Sambungan Bibir Miring Berkait (a1) Sambungan Bibir Lurus (a2) Kontrol Kontrol Gambar 5. Nilai MOE Sambungan Kayu Nyatoh (P. xanthochymum Pierre) Berdasarkan Bentuk Sambungan dan Macam Alat Sambung dengan Nilai MOE Kayu Nyatoh Kontrol. (Value MOE Connection Nyatoh Wood (P. xanthochymum Pierre) Based on Various Forms of Connection and Connect Tool MOE Rated Nyatoh Wood Control) Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai rerata MOE sambungan kayu Nyatoh (P. xanthochymum Pierre) berdasarkan bentuk sambungan dan macam alat sambung terjadi bervariasi. Pada perlakuan sambungann bibir miring berkait dengan alat sambung paku memiliki nilai yang lebih baik yaitu 13989,29 kg/cm 2, dan nilai terendah pada perlakuan sambungan bibir lurus dan alat sambung pasak yaitu 7145,58 kg/cm 2. Sedangkan nilai MOE kayu kontrol (tanpa sambungan) sebesar 74841,95 kg/cm 2. Hasil analisiss keragaman menunjukkan bahwa faktor bentuk sambungan dan macamm alat sambung berpengaruh sangat nyata terhadap nilai 281

MOE. Sedangkan interaksi kedua faktor tersebut tidak berpengaruh nyata. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Fitriani (2004), bahwa rerata MOE tertinggi sambungan kayu Mahang pada bentuk sambungan bibir miring berkait sebesar 1909,095 kg/cm 2. Sedangkan dari hasil penelitian Radiyatno (2006) nilai rerata MOE tertinggi sambungan kayu Mabang pada sambungan bibir miring berkait dengan alat sambung paku nilainya sebesar 11333,380 kg/cm 2. Kemudian hasil penelitian Munandar (2009) nilai rerata MOE tertinggi kayu Rengas pada bentuk sambungan bibir miring berkait nilainya lebih besar, yaitu 19495,3180 kg/cm 2. Sinaga (1994) mengemukan bahwa bentuk sambungan bibir miring berkait lebih baik dibandingkan dengan sambungan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya nilai MOE pada sambungan bibir lurus disebabkan karena pembuatan takikan sambungan sebesar 1/2 bagian dari tebal contoh uji. Sedangkan rendahnya nilai MOE pada alat sambung pasak dan baut disebabkan karena pembuatan lubang penuntun yang diameternya sama dengan diameter pasak dan baut, mengakibatkan terputusnya serat-serat kayu, sehingga kekuatan sambungan menjadi rendah. Nilai MOE pada alat sambung paku juga menurun, hal ini dikarenakan diamater paku yang kecil (2,8 mm) dan penggunaan paku hanya 2 batang dalam satu sambungan. PKKI (1961) mengemukakan bahwa pada setiap sambungan, paku yang digunakan 4 sampai 10 batang paku, sehingga kekuatan sambungan akan lebih baik. Suryokusumo, Sucahyo, Marzufli, Bismo dan Setyo (1980) mengemukakan bahwa semakin tinggi kerapatan kayu dan semakin banyak jumlah paku maka kekuatan sambungan akan meningkat. Kemudian Sadiyo, Naresworo, Surjono, dan Imam (2009) mengemukakan bahwa diameter paku berpengaruh terhadap nilai disain acuan tetapi tidak bersifat linier, semakin besar diameter paku semakin tinggi pula kekuatan sambungannya. Nilai rerata kerapatan kayu Nyatoh (P. xanthochymum Pierre) yaitu sebesar 0,725 gr/cm 3. Sucahyo dan Agustina (2004) mengemukakan bahwa beban maksimum sambungan kayu sangat dipengaruhi oleh kerapatan dan berat jenis kayu, terutama disebabkan oleh perbedaan macam contoh uji yang digunakan. 2. Keteguhan Lentur Patah (Modulus of Rupture, MOR). Nilai rerata MOR pada sambungan kayu Nyatoh (P. xanthochymum Pierre) berdasarkan bentuk sambungan dan macam alat sambung berkisar antara 91,99 kg/cm 2-199,20 kg/cm 2, sedangkan nilai MOR kayu Nyatoh kontrol yaitu sebesar 1089,16 kg/cm 2. Nilai tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan nilai MOR kayu Nyatoh kontrol sebesar 81,71%- 91,55%. Untuk lebih jelasnya, grafik nilai MOR sambungan kayu Nyatoh dan kayu Nyatoh kontrol dapat dilihat pada Gambar 6. 282

1200 1089.16 1000 MOR kg/cm 2 800 600 400 200 199.20 129.09 166.92 153.64 161.04 91.99 Pasak (b1) Paku (b2) Baut (b3) Kontrol 0 Sambungan Bibir Miring Berkait (a1) Sambungan Bibir Lurus (a2) Kontrol Kontrol Gambar 6. Nilai MOR Sambungan Kayu Nyatoh (P. xanthochymum Pierre) Berdasarkan Bentuk Sambungan dan Macam Alat Sambung dengan Nilai MOR Kayu Nyatoh Kontrol. (Value MOR Connection Nyatoh Wood (P. xanthochymum Pierre) Based on Various Forms of Connection and Connect Tool MOR Rated Nyatoh Wood Control) Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai rerata MOR sambungan kayu Nyatoh (P. xanthochymum pierre) berdasarkan bentuk sambungan dan macam alat sambung nilainya bervariasi, pada perlakuan sambungan bibir miring berkait dengan alat sambung paku memiliki nilai yang lebih baik yaitu 199,20 kg/cm 2, dan nilai terendah pada perlakuan sambungan bibir lurus dan alat sambung pasak yaitu 91,99 kg/cm 2. Sedangkann nilai MOR kayu kontrol (tanpa sambungan) sebesar 1089,16 kg/cm 2. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa faktor bentuk sambungan dan macam alat sambung berpengaruh sangat nyata terhadap nilai MOR. Sedangkan interaksii kedua faktor tersebut tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk sambungan tidak mempengaruhi alat sambung yang digunakan. Rendahnya nilai MOR juga sama dengan nilai MOE, faktor penyebabnya yaitu pada alat sambung pasak dan baut dibuat lubang penuntun yang diameternya sama dengan diameter pasak dan baut, mengakibatkan terputusnya serat-serat kayu, sehingga kekuatan sambungan menjadi rendah. Kemudian nilai MOR pada alat sambung paku juga menurun, hal ini dikarenakan diamater paku yang kecil (2,8 mm) dan penggunaan paku hanya 2 batang dalam satu sambungan. Hasil penelitian nilai rerata kadar air kering udara kayu Nyatoh (P. xanthochymum Pierre) yaitu sebesar 13,7%. Nilai tersebut sesuai dengan PKKI (1961) bahwa kadar air kering udara berkisar antara 12%-18% atau rata-rata 15%. Kayu yang kering dapat meningkatkan kekuatan kayu. Faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai MOR, yaitu kerapatan kayu. Dari diperoleh nilai rerata hasil penelitian kerapatan kayu Nyatoh (P. xanthochymum Pierre) yaitu sebesar 0,725 gr/cm 3. Oey Djoen Seng 283

(1964) mengemukakan bahwa pertambahan tebal dari dinding serabutserabut kayu dan sel-sel kayu menyebabkan kenaikan berat jenis dan kerapatan serta dapat menaikkan kekuatan kayu, semakin besar kerapatan kayu semakin besar pula kekuatan kayu dan kayu-kayu yang terberat juga merupakan kayu yang terkuat. Semakin tinggi kerapatan kayu maka semakin tinggi nilai keteguhan lentur kayu tersebut (Wahyuni, Subiyanto dan Amin, 2006). Penggunaan alat sambung yang berdiameter besar seperti pasak dan baut akan mengurangi luas penampang kayu yang disambung. Sunggono (1995) mengemukakan bahwa baut merupakan jenis alat sambung yang banyak dipakai, meskipun tidak begitu baik karena efisiensinya rendah dan deformasinya besar. Awaludin (2005) mengemukakan bahwa pemasangan alat sambung seperti baut dan pasak menyebabkan berkurangnya luas penampang kayu yang disambung sehingga daya dukung batangnya menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan batang yang berpenampang utuh. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian tentang Sifat Mekanik Sambungan Kayu Nyatoh (Palaquium xanthochymum Pierre) Berdasarkan Bentuk Sambungan dan Macam Alat Sambung, dapat disimpulkan: 1. Bentuk sambungan dan macam alat sambung berpengaruh sangat nyata terhadap sifat mekanik sambungan kayu Nyatoh (P. xanthochymum Pierre). Sedangkan interaksi kedua faktor tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap sifat mekanik. 2. Bentuk sambungan bibir miring berkait dengan alat sambung paku menunjukkan nilai rerata MOE dan MOR tertinggi yaitu MOE sebesar 13989,29 kg/cm 2 dan nilai MOR sebesar 199,20 kg/cm 2. Sedangkan nilai terendah diperoleh dari perlakuan bentuk sambungan bibir lurus dengan alat sambung pasak dengan nilai MOE sebesar 7145,58 kg/cm 2 dan nilai MOR sebesar 91,99 kg/cm 2. 3. Nilai rerata MOE dan MOR yang diberi perlakuan menunjukkan penurunan nilai kekuatan kayu sambungan jika dibandingkan dengan kayu Nyatoh kontrol dan lebih rendah lagi jika dibandingkan dengan kelas kuat kayu berdasarkan klasifikasi Den Berger. Saran 1. Bentuk sambungan bibir miring berkait dan sambungan bibir lurus dengan alat sambung pasak, paku dan baut hanya dapat digunakan untuk keperluan kontruksi bangunan di bawah atap saja misalnya gording dan murplat, dan bagian kontruksi yang tidak berhubungan dengan tanah basah misalnya plafond, rangka pintu dan rangka jendela. Peletakan sambungan sebaiknya pada posisi horizontal yang ditunjang dengan penggunaan tiang, karena bentuk sambungan bibir miring berkait yang diletakkan pada posisi vertikal kekuatannya akan menurun. 284

2. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan alat sambung paku dengan diamater paku lebih besar dari (2,8 mm) dan penggunaan paku 4 sampai 10 batang dalam satu sambungan, maka kekuatan sambungan akan lebih baik. DAFTAR PUSTAKA ASTM. 1995. Annual Book of ASTM Standards. Section 4. Construction. D143-94. Standard Methods of Testing Small Clear Specimens of Timber. American Society for Testing and Materials. Philadelphia. USA. pp 23-50. Awaludin A. 2005. Dasar-dasar Perencanaan Sambungan Kayu (Mengacu pada SNI-5,2002). Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Biro Penerbit KMTS UGM. Yogyakarta. Fitriani D. 2004. Pengaruh Bentuk Sambungan Dan Posisi Paku Terhadap Keteguhan Sambungan Kayu Mahang (Macaranga conifera Muell). Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Pontianak (Tidak Dipublikasikan). Munandar H. 2009. Pengaruh Bentuk Sambungan Dan Posisi Paku Terhadap Keteguhan Lentur Kayu Rengas (Gluta renghas L). Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Pontianak (Tidak Dipublikasikan). Oey Djoen Seng. 1964. Berat Jenis Dari Jenis Kayu Indonesia Dan Pengertian Berat Kayu Untuk Keperluan Praktek. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Departemen Kehutanan. Bogor. PKKI. 1961. Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia NI-5 PKKI 1961. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Bandung. Radiyatno. 2006. Pengaruh Bentuk dan Alat Sambungan Terhadap Keteguhan Kayu Mabang. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Pontianak (Tidak Dipublikasikan). Sadiyo S., Naresworo N., Surjono S., dan Imam W. 2009. Nilai desain acuan sambungan kayu geser ganda dengan paku berpelat sisi baja akibat beban uni-aksial tekan menurut berbagai analisis pendekatan. Jurnal Perennial, 6(1) : 1-10. Makassar. Sinaga M. 1994. Pengaruh Bentuk dan Jumlah Paku Terhadap Kekuatan Sambungan Kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Vol 12 No. 3 (Hal 109-113). Bogor. Sucahyo, S dan Agustina, S. 2004. Kajian Hubungan antara Kekuatan Sambungan Paku dengan Diameter Paku dan Berat Jenis pada Beberapa Kayu Indonesia. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. Vol.3, No.1. Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia. Sunggono. 1995. Buku Teknik Sipil. Nova. Bandung. 285

Surjokusumo, S., Sucahyo, S., Marzufli., A.A. Bismo dan A. Ch. Setyo. 1980. Sistim Keteknikan Kayu. Studi Sambungan Gang Nail dan Sambungan Paku. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wahyuni I, Subiyanto B, Amin Y. 2006. Sifat Mekanik Empat Jenis Kayu Cepat Tumbuh Berdasarkan Posisi Melintang Kayu Dalam Batang. UPT Balai Penelitian Dan Pengembangan Biomaterial. LIPI. 286