TANGGUNGJAWAB PELAKU USAHA TERKAIT DENGAN JUAL-BELI TELEPON SELULER TANPA GARANSI

dokumen-dokumen yang mirip
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM JUAL - BELI TELEPON SELULER TANPA GARANSI DI PASAR GELAP (BLACK MARKET)

LAYANAN PURNA JUAL PRODUK ELEKTRONIK DENGAN GARANSI. Oleh Dian Pertiwi Ketut Sudiarta Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBELIAN BARANG ELEKTRONIK YANG TIDAK MENDAPATKAN KARTU JAMINAN ATAU GARANSI

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA TERHADAP MIRAS TIDAK BERLABEL DI LIHAT DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL YANG MENGANDUNG BAHAN KIMIA OBAT

PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN TERHADAP PRODUK MAKANAN YANG DIPASARKAN PELAKU USAHA MENURUT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999

BAB I PENDAHULUAN. dan akan menghasilkan sesuatu dari rangkaian tersebut. Misalnya. rangkaian radio menghasilkan suara, handphone menghasilkan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN BARANG ELEKTRONIK REKONDISI

PERTANGGUNG JAWABAN PELAKU USAHA TERHADAP DISTRIBUSI SMARTPHONE ILEGAL Putri Oktavianti Simatupang, J. Widijantoro, S.H,. M.H

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN YANG MENGALAMI KERUGIAN AKIBAT PRODUK MAKANAN KADALUARSA

SANKSI TERHADAP PELAKU USAHA TERKAIT DENGAN PELANGGARAN PERIKLANAN SESUAI DENGAN UNDANG- UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Oleh : Ni Putu Lisna Yunita I Gede Putra Ariana. Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana. Abstract

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP DAFTAR MENU MAKANAN YANG TIDAK MENCANTUMKAN HARGA

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA PENGIKLAN JIKA TERJADI KERUGIAN YANG DIALAMI OLEH KONSUMEN

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DARI PELAKU USAHA YANG TUTUP TERKAIT DENGAN PEMBERIAN LAYANAN PURNA JUAL/GARANSI

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI. konsumen. Kebanyakan dari kasus-kasus yang ada saat ini, konsumen merupakan

FUNGSI LEMBAGA HUKUM PERTANGGUNGJAWABAN PRODUK DALAM UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN 01 INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SECARA MEDIASI TERHADAP PRODUK CACAT DALAM KAITANNYA DENGAN TANGGUNG JAWAB PRODUSEN

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS INFORMASI SUATU PRODUK MELALUI IKLAN YANG MENGELABUI KONSUMEN

BAB II PENGATURAN LAYANAN PURNA JUAL DI INDONESIA. yaitu tahap pra transaksi, tahap transaksi konsumen, tahap purna transaksi.

Fathirma ruf

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG TIDAK MENGETAHUI TELAH MEMBELI BAJU BEKAS

TANGGUNG JAWAB HUKUM OPERATOR TELEPON SELULER BAGI PENGGUNA LAYANAN JASA TELEKOMUNIKASI DALAM HAL PEMOTONGAN PULSA SECARA SEPIHAK DI DENPASAR

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN. iklan, dan pemakai jasa (pelanggan dsb).

AKIBAT HUKUM DARI CACAT TERSEMBUNYI PADA BARANG DALAM KEGIATAN TRANSAKSI BARANG BEKAS

PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau jasa yang dipasarkan bisa dengan mudah dikonsumsi. arus perdagangan barang dan/atau jasa semakin meluas.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA GAS ELPIJI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS MAKANAN BERFORMALIN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA

JURNAL SKRIPSI. Diajukan oleh: LIVIA BENITA. NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Ekonomi dan Bisnis

PELAKSANAAN GANTI RUGI TERHADAP KONSUMEN ATAS KERUGIAN AKIBAT MENGGUNAKAN PRODUK DARI NATASHA SKIN CARE

PERLINDUNGAN KONSUMEN PENGGUNA TELEPON SELULAR TERKAIT PENYEDOTAN PULSA

KEBERADAAN RAHASIA DAGANG BERKAITAN DENGAN PERLIDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN TERHADAP PRODUK ALAT KECANTIKAN

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT DENGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN SERVICE CHARGE DI RESTORAN

JURNAL PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENJUALAN TELEPON SELULER REPLIKA

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KEGIATAN TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE DI INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA DENPASAR. Oleh. Putu Bagus Satya Nugraha

Pedoman Klausula Baku Bagi Perlindungan Konsumen

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DI INDONESIA TERKAIT BAHAYA KONSUMSI ROKOK ELEKTRIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA KLINIK KECANTIKAN TERHADAP KONSUMEN YANG TIDAK COCOK DENGAN PRODUK KECANTIKAN

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN (PELAKU USAHA) DALAM UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ONLINE

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan Klausula Baku pada Perjanjian Kredit

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP PENJUALAN KOSMETIK YANG TIDAK DISERTAI DENGAN KEJELASAN LABEL PRODUK DI DENPASAR

TUGAS-TUGAS BADAN PERLINDUNGAN KONSUMEN NASIONAL

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

PERIKLANAN INTRUSIVE ADVERTISING / IKLAN PERALIHAN PADA MOBILE PHONE

TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB PRODUK TERHADAP UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

ABSTRAK KAJIAN YURIDIS ATAS DOKTRIN CAVEAT VENDITOR

H.R. Sukmana. et al., Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Atas Pembelian Barang Elektronik Tanpa..

PELANGGARAN TERHADAP HAK MEREK TERKAIT PENGGUNAAN LOGO GRUP BAND PADA BARANG DAGANGAN

BAB V PENUTUP. 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah. Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

PERLINDUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BISNIS FRANCHISE

BUKU SEDERHANA MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP PERLINDUNGAN KONSUMEN

Perlindungan Konsumen Dalam Persaingan Usaha Industri Jasa Penerbangan

ANALISIS YURIDIS JUAL BELI BARANG MELALUI TOKO ONLINE (E-COMMERCE)

BAB IV PERBANDINGAN PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 8

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI APARTEMEN MELALUI PEMESANAN

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun

TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi, Juni 2013 Volume II Nomor 1

BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO.

Lex Privatum, Vol. IV/No. 5/Juni/2016

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

KAJIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI JUAL-BELI ONLINE

Oleh Anandita Sasni I Gst. Ayu Puspawati Ni Putu Purwanti Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN TERHADAP KERUSAKAN BARANG YANG DIANGKUT DALAM TRANSPORTASI LAUT

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Oleh : Ida Ayu Wedha Arisanthi Ida Ayu Sukihana A.A. Sri Indrawati Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

TANGGUNG GUGAT PRODUCT LIABILITY DALAM HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN APABILA TERJADI KECELAKAAN AKIBAT PILOT MEMAKAI OBAT TERLARANG

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan

BAB III IKLAN PANCINGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Perlindungan Konsumen. Akan tetapi dalam Undang-undang Republik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

PERJANJIAN BAKU DALAM HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Juridical Review of Consumer Protection in Sell and Purchase Transaction Through

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT SPAM SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENGGUNAAN KLAUSULA BAKU DALAM TRANSAKSI PENYEDIA JASA PENGIRIMAN YANG DILAKUKAN PT. CITRA VAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

ANALISIS KETENTUAN PIDANA DALAM UU NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Supriyanta Dosen Fak. Hukum UNISRI Surakarta

5 Mei (Muhammad, 2010) Ini merujuk pada ketentuan yang diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang berbunyi: Pembelajaran

HUBUNGAN HUKUM ANTARA PELAKU USAHA DENGAN KONSUMEN. Oleh: Dewa Gede Ari Yudha Brahmanta Anak Agung Sri Utari

ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DI INDONESIA TERKAIT CACAT TERSEMBUNYI PADA PRODUK MINUMAN BOTOL

Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017. PERBUATAN MELAWAN HUKUM OLEH PRODUSEN TERHADAP MAKANAN DALUWARSA 1 Oleh: Yunia Mamarama 2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang atau jasa

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DENGAN ADANYA PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN MAKANAN (BTM) PEWARNA

ABSTRAK. Dewi Karina Crietie Alvin ( )

Transkripsi:

TANGGUNGJAWAB PELAKU USAHA TERKAIT DENGAN JUAL-BELI TELEPON SELULER TANPA GARANSI Oleh: Gde Manik Yogiartha 1 Abstract Business actor is any individual or business entity in the form of legal entity or legal entities, conducting business activities in the territory of the Republic of Indonesia, either alone or together with an agreement for the business activities of the various fields of economic activity which includes transaction buy and sell. As for the issues related to the issues discussed on the responsibility of businesses to the business of buying and selling mobile phones without the warranty? And criminal penalties against businesses in the sales of mobile phones without the warranty? In writing using normative methods descriptive. This paper refers to Regulation Legislation No. 8 of 1999 on Consumer Protection and Trade Minister Regulation No. 19/M-DAG/PER/ 5/2009 on Guidelines for Registration of Usage (Manual) and card guarantee or warranty After Sales In Indonesian For Telematics products and Electronics. The operations are carried out by the business shall be conducted in accordance with the provisions of applicable legislation, when a violation of prescribed rules, businesses shall be responsible for any losses suffered as a result of his actions. And business operators shall be subject to imprisonment or fined. Keywords: purchase, Warranty, Business, Responsibility. Abstrak Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha yang berbentuk badan hukum maupun bukan berbadan hukum, melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik dilakukan sendiri maupun bersama-sama melalui suatu perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dari berbagai bidang kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan transaksi jual beli. Terkait dengan masalah itu adapun permasalahan yang dibahas tentang tanggungjawab pelaku usaha terhadap bisnis jual beli ponsel tanpa garansi? Dan sanksi hukum terhadap pelaku usaha dalam penjualan ponsel tanpa garansi? Dalam penulisan menggunakan metode normatif yang bersifat deskriptif. Pembahasan ini mengacu pada Peraturan Perundang-Undangan Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 19/M-DAG/PER/5/2009 tentang Petunjuk Pendaftaran Penggunaan (Manual) dan kartu Jaminan atau Garansi Purna Jual Dalam Bahasa Indonesia Bagi Telematika Produk dan Elektronik. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha wajib dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku, ketika terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang telah ditetapkan, pelaku usaha wajib bertanggungjawab atas segala kerugian yang dialami akibat 1 Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana, Denpasar, Alamat: Jl. Raya Sukawati, Gg. Sakura No. 3, Br. Tebuana, Sukawati, Gianyar, e-mail: manik.yogiartha@gmail.com. 93

perbuatannya. Dan pelaku usaha wajib dikenakan sanksi pidana penjara atau pidana denda. Kata Kunci : Jual Beli, Garansi, Pelaku Usaha, Tanggungjawab. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan sarana telekomunikasi berlangsung sangat pesat. Hal ini mengakibatkan manusia mempunyai banyak pilihan dalam berkomunikasi. Seiring dengan perkembangan zaman, penemuanpenemuan terbaru dan inovasi akan sarana komunikasi semakin meningkat. Dan banyak jenis telepon seluler yang dapat dijadikan sebagai sarana telekomunikasi yang mudah dibawa oleh penggunanya. Mengingat telepon seluler merupakan sarana komunikasi yang sangat efektif digunakan, memiliki kegunaan untuk mengirimkan pesan singkat, telepon, email, permainan, kalkulator, dan lainnya yang dapat dikatakan juga sebagai sarana komunikasi yang multifungsi dapat digunakan oleh penggunanya. Adapun tanpa mengurangi fungi maupun nilai dari telepon seluler, dan mengatasi resiko yang ditimbulkan kemudian hari. Maka harus adanya jaminan dengan garansi dari distributor (garansi pabrik atau jaminan terbatas pabrik), namun pada saat ini, perdagangan yang di perjual belikan di pasaran banyak dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yeng telah ditetapkan. Adapun pemberian informasi mengenai produk barang memberikan pengaruh yang baik bagi konsumen untuk mengetahui seberapa penting kebutuhan produk yang akan digunakan. Agar tidak terjadi kerugian terhadap produk yang telah dibeli, tentang bagaimana kualitas produk, keamanan produk, harga dan jaminan atau garansi terhadap produk yang akan digunakan, suku cadang produk, hal yang berkaitan dengan produk tersebut. Nurmadjito menyatakan bahwa produk yang beredar, merupakan produk yang telah diuji kelayakannya, sebagai berikut asal usul, kualitas produk yang telah diberikan sesuai dengan informasi pelaku usaha yang secara tegas dijelaskan melalui pelabelan, etiket, media, dan lainnya. 2 Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dan membahas serta mengangkatnya menjadi sebuah karya tulis yang berjudul TANGGUNGJAWAB PELAKU USAHA TERKAIT DENGAN JUAL-BELI TELEPON SELULER TANPA GARANSI. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, adapun yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut: 2 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2008, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 65. 94

1. Bagaimana tanggungjawab pelaku usaha terhadap transaksi jual-beli telepon seluler tanpa garansi? 2. Bagaimana sanksi hukum bagi pelaku usaha terkait dengan jual-beli telepon seluler tanpa garansi? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk memahami dan menganalisa tanggungjawab pelaku usaha terhadap transaksi jual-beli telepon seluler tanpa garansi. 2. Untuk memahami dan menganalisa sanksi hukum bagi pelaku usaha terkait dengan jual-beli telepon seluler tanpa garansi. II. METODE PENELITIAN Dalam penulisan ini menggunakan metode normatif yang bersifat deskriptif. Pendekatan normatif yaitu suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatif. 3 Penelitian ini dikaji dari Peraturan Perundang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Selanjutnya disingkat UUPK) dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 19/M-DAG/ PER/5/2009 tentang Pendaftaran Petunjuk Penggunaan (Manual) dan 3 Jhony Ibrahim, 2006, Teori dan Metodelogi Hukum Normatif, Bayu Publishing, Malang, hlm. 57. Kartu Jaminan/Garansi Purna Jual Dalam Bahasa Indonesia Bagi Produk Telematika Dan Elektronika. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Tanggungjawab Pelaku Usaha Terhadap Transaksi Jual- Beli Telepon Seluler Tanpa Garansi Pada Pasal 1 angka 3 UUPK sebagai penjelasan Pelaku Usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Prinsip tanggungjawab secara umum dapat dibedakan menjadi: a. Prinsip tanggungjawab mengenai kelalaian (liability based on fault), yaitu meminta pertanggungjawaban setelah adanya kelalaian yang dilakukan. 4 b. Prinsip praduga untuk selalu bertanggungjawab (Presumption of libility) adalah tergugat dinyatakan bersalah hingga mampu memberi bukti tergugat tidak melakukan kesalahan, sebagai beban pembuktian pada 4 Innosentius Samsul, 2004, Perlindungan Konsumen Kemungkinan Penerapan Tanggung Jawab Mutlak, Universitas Indonesia, Fakultas Hukum Pascasarjana, hlm. 48. 95

tergugat atau dikenal sebagai pembuktian terbalik. c. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab (Presumption of nonliability) yaitu merupakan kebalikan dari prinsip praduga untuk selalu bertanggungjawab, tergugat tidak bertanggungjawab hingga dibuktikan bersalah. d. Prinsip tanggungjawab mutlak (Strict libility) yaitu dikaitkan dengan prinsip tanggungjawab absolute (absolute libility). e. Prinsip tanggungjawab dengan pembatasan (limitation of libility) yaitu pencantuman klausula eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuat oleh pelaku usaha, yang dapat merugikan konsumen dengan menetapkan pembatasan sepihak oleh pelaku usaha. Tanggungjawab pelaku usaha dalam penjualan telepon seluler tidak menggunakan jalur yang resmi sesuai dengan ketentuan yang berlaku dapat juga dikenakan sanksi, sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku di wilayah hukum Negara Republik Indonesia. Pelaku usaha yang melakukan kegiatan usaha tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku wajib memberikan jaminan atau ganti rugi terhadap konsumen yang membeli barangnya tersebut, tidak salah masyarakat memilih untuk menggunakan barang yang lebih murah harganya dipasaran karena kebutuhan manusia memang tak terbatas. Ketentuan Pasal 1 angka 2 UUPK, menyatakan konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan untuk diperdagangkan. Secara umum dikenal ada 4 (empat) hak dasar konsumen, yaitu: 5 1. hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety); 2. hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed); 3. hak untuk memilih (the right to choose); 4. hak untuk didengar (the right to be heard). Johanes Gunawan menyatakan bahwa Konsumen mendapatkan perlindungan hukum pada saat sebelum melakukan transaksi (no conflict/ pre purchase), dan sedangkan pada setelah terjadinya transaksi (conflict/ post purchase). 6 Konsumen mendapatkan perlindungan konsumen sebelum transaksi terjadi (no conflict/pre purchase), dapat dijelasakan sebagai berikut: 1. Transaksi yang dilakukan sebelum terjadinya kesepakatan mendapatkan suatu perlindungan hukum melaui peraturan perundang-undangan, karena ada 5 Happy Susanto, 2008, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Visi Media, Jakarta, hlm. 20. 6 Johanes Gunawan, 1999, Hukum Perlindungan Konsumen, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, hlm. 3. 96

batasan-batasan yang mengatur ketentuan antara konsumen dan pelaku usaha agar tidak terjadinya perselisihan disebut juga sebagai Legislation 2. Transaksi yang dilakukan sebelum terjadinya kesepakatan yang diberikan perlindungan hukum, hal ini juga sangat dibutuhkan oleh pelaku usaha agar lebih berhati-hati atau waspada dalam menjualkan produk yang akan ditawarkan terhadap konsumen, disebut juga dengan Voluntary Self Regulation. 7 3. Transaksi yang dilakukan setelah terjadinya kesepakatan (conflict/ post purchase) perlindungan hukum dapat dilakukan melalui proses Pengadilan Negeri (PN) atau dapat dilakukan melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dan itu pun berdasarkan pihak yang melakukan sengketa. Perlindungan hukum secara umum, sebagai berikut: 8 1. by giving regulation (membuat peraturan), yang bertujuan untuk: a. Memberi kewajiban maupun hak; b. Memberikan jaminan hak terhadap subyek hukum; 7 Ibid., hlm. 3. 8 Wahyu Sasongko, 2007, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Universitas Lampung, Bandar Lampung, hlm. 31. 2. by the law enforcement (menengakkan peraturan) dengan cara, sebagai berikut: a. Pencegahan (preventif) terhadap pengawasan, perijinan dan pelanggaran hak-hak konsumen, melalui Hukum Administrasi Negara; b. Menaggulangi (repressive) setiap pelanggaran terhadap Undang- Undang, dengan memberikan sanksi yang berupa hukuman dan sanksi pidana, melalui Hukum Pidana; c. Memulihkan hak (curative dan recovery) dengan memberikan konpensasi. 3.2 Sanksi Hukum Bagi Pelaku Usaha Terkait Dengan Jual- Beli Telepon Seluler Tanpa Garansi Sanksi hukum adalah peraturanperaturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia pada kegiatan masyarakat yang dibuat oleh badan resmi yang berwajib, bilamana pelanggaran terhadap suatu ketentuan peraturan yang dilakuakan akan dilakukan tindakan yaitu dengan hukuman. Telepon seluler termasuk produk telematika sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 19/M-DAG/PER/5/2009. Menurut ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Perdagangan 19/M- DAG/PER/5/2009 yang menyatakan bahwa: Setiap produk telematika dan 97

elektronik yang diproduksi dan/atau diimpor untuk diperdagangkan dipasar dalam negeri wajib dilengkapi dengan petunjuk pengguna dan kartu jaminan (garansi purna jual) dalam Bahasa Indonesia. Terhadap penjual telepon seluler yang melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Perdagangan 19/M-DAG/PER/5/2009 berlaku ketentuan pasal 22 Peraturan Menteri Perdagangan 19/M-DAG/PER/5/2009 yang menyatakan bahwa pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1), dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam UUPK. Berdasarkan peraturan dalam Pasal 62 ayat (1) jo. Pasal 8 ayat (1) UUPK, seorang penjual telepon seluler yang tidak memberikan kartu garansi dan layanan purna jual dapat dikenai sanksi pidana. Melihat pada ketentuan Pasal 8 ayat (1) huruf j UUPK menyatakan bahwa seorang pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang yang tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam Bahasa Indonesia sesuai dengan Ketentuan Perundang-undangan yang berlaku. Terhadap pelanggaran Pasal 8 UUPK ini pelaku usaha dapat dikenakan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2 Miliar (dilihat dalam Pasal 62 ayat (1) UUPK). Dalam Pasal 8 ayat (1) UUPK seorang penjual telepon selular yang tidak memberikan kartu garansi dan layanan purna jual dapat dikenai sanksi pidana. Lebih lanjut, mengenai penjelasan tersebut dapat kiranya disimpulkan bahwa penjualan telepon selular tanpa garansi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan adalah kegiatan yang melanggar hukum yang dapat dikenakan sanksi. Persaingan antar produk yang menggunakan produk resmi maupun produk yang tidak resmi. Harga yang tidak menentukan kualitas mampu menggeser kualitas terhadap perdagangan resmi pada pasaran. Produk yang tidak menggunakan garansi resmi jauh lebih murah dibandingkan produk yang dijualkan menggunakan garansi resmi dari pabrik resmi. Dan masyarakat pasti memilih yang lebih murah tanpa mengetahui kualitas dibandingkan produk yang mahal dan berkualitas resmi. Khusus penyebaran dan transaksi perangkat telekomunikasi yang dibuat, dirakit, dimasukan, diperdagangkan, dan diperjual belikan harus memenuhi persyaratan teknis dan izin yang telah ditentukan. Terlepas dari keuntungan dan kerugian dalam peredaran barang elektronik yang semakin meluas, yang terpenting dari hal tersebut yaitu pengetahuan dan kesadaran yang cukup dalam memilih, membeli, dan mempergunakan barang elektronik yang sesuai dengan kebutuhan dari konsumen. Para pelaku usaha melakukan kecurangan dalam penjualan suatu 98

barang tidak serta memikirkan kepuasan konsumen, tak jarang pelaku usaha yang melakukan kecurangan mengakibatkan kerugian terhadap konsumen demi mendapatkan keutungan yang maksimal dan menekan biaya produk barang tersebut. Bahkan konsumen tidak menyadari bahwa tindakan yang dilakukan oleh pelaku usaha tersebut dapat merugikan atau mengakibatkan kecelakaan karena tidak membeli secara teliti barang yang akan dibeli. Kesadaran pelaku usaha terhadap penjualan barang yang secara tidak resmi diperjualbelikan di pasaran sangat penting, agar tidak terjadi sengketa dikemudian hari terkait dengan penjualan barang tanpa kartu garansi. Maka Pemerintah juga harus lebih teliti dalam menyikapi hal tersebut, melakukan sidak pada tempat penjualan produkproduk telekomunikasi. Dan apabila ditemukan sanksi tegas seharusnya dilakukan tindak lanjut sebagai efek jera terhadap pelaku usaha yang melakukan kegiatan usaha tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Peraturan Perundang-Undangan. IV. PENUTUP 4.1 Simpulan Berdasarkan uraian pembahasan tersebut diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan guna menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pelaku usaha yang melakukan kegiatan usaha tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku wajib memberikan jaminan atau ganti rugi terhadap konsumen yang membeli barangnya tersebut. Sebagai bentuk tanggungjawab terhadap barang yang telah diperjualkan tanpa mencantukan bukti garansi ataupun informasi terhadap produk yang diperjualbelikan. 2. Sanksi hukum terkait dengan penjualan ponsel seluler tanpa garansi, telah di tetapkan dalam UUPK Pasal 8 dan Pasal 62 ayat (1). Pelaku usaha yang tidak memberikan kartu garansi atau purna jual dapat dikenai sanksi pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2 Miliar. Karena kegiatan usaha yang tidak memberikan informasi dan kartu informasi terhadap telepon seluler dapat dikatakan sebagai kegiatan usaha yang melanggar hukum. 4.2 Saran 1. Agar pelaku usaha yang melakukan kegiatan diluar jalur resmi, memberikan informasi kepada calon konsumen agar konsumen tidak salah memilih produk yang akan dibeli. Dan pelaku usaha tidak hanya mencari keuntungan dari setiap penjualan barang tanpa garansi, 99

yang dapat mengakibatkan kerugian terhadap konsumen pengguna barang tersebut. 2. Pemerintah Pusat maupun Daerah harus melakukan pemantauan terhadap penjualan sarana telekomunikasi yang tidak mencantumkan kartu garansi terhadap produk yang dijual, agar industri perdagangan di Indonesia menjadi lebih baik. Apabila terjadi penyimpangan terhadap pelaku usaha agar segera di berikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sebagai efek jera agar tidak melakukan kegiatan usaha yang mengakibatkan kerugian terhadap konsumen. Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Universitas Lampung, Bandar Lampung. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 19/M-DAG/PER/5/2009. DAFTAR PUSTAKA Buku Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2008, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Happy Susanto, 2008, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Visi Media, Jakarta. Innosentius Samsul, 2004, Perlindungan Konsumen Kemungkinan Pene-rapan Tanggung Jawab Mutlak, Universitas Indonesia, Fakultas Hukum Pascasarjana. Jhony Ibrahim, 2006, Teori dan Metodelogi Hukum Normatif, Bayu Publishing, Malang. Wahyu Sasongko, 2007, Ketentuan- 100