BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. telah memunculkan optimisme baru, best practices dalam penataan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Potensi industri pariwisata di Indonesia memiliki jenis yang bervariatif,

BAB I PENDAHULUAN. penelitian terkait analisis nilai sewa. Selain itu, dalam bab ini juga dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006

TATACARA PELAKSANAAN SEWA BARANG MILIK NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. turunan undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,telah

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.06/2012 TENTANG

PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.06/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

BAB I PENDAHULUAN. Negara/Daerah sebagai kelanjutan dari 3 (tiga) paket Undang-undang yang telah

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 02/PRT/M/2009

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. berlalu ditandai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan kelas dunia,

BAB I PENDAHULUAN. kaidah kaidah akuntansi yang berlaku umum. Menurut IAI (2015) dalam PSAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. ini Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu memiliki tujuh aset idle yang

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan, menjadikan investasi di bidang properti komersial merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya reformasi birokrasi pemerintahan maka seluruh hal-hal

SALINAN TENTANG. Nomor. Dan Pelabuhan Bebas. Batam; Mengingat. Pemerintah

Potret Kebijakan Penggunaan Barang Milik Negara Dari Berbagai Sudut Pandang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai amanat Undang-

BAB I PENDAHULUAN. minyak Belanda ini mendorong diberlakukannya Undang-Undang Pemerintah

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.40/Menhut-II/2014

HIBAH BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Aset sebagai elemen penting suatu entitas baik sektor publik maupun swasta,

BAB I PENDAHULUAN. penelitian terkait analisis nilai sewa. Dalam bab ini juga dijelaskan rumusan

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lemba

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. maupun non komersial, karena aset memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945

MENTERI KEUANGAN ' REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4/PMK.06/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 23/PMK.06/2010 TENTANG PENATAAN PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN TENTARA NASIONAL INDONESIA

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV PENUTUP. 1. Pelaksanaan Kemitraan PDPS Surabaya dengan PT AIW IV-1

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia

Indonesia Tahun 2005 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4515); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/PMK.06/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemilik aset. Aset berarti kekayaan atau harta yang nantinya diharapkan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 138/PMK.06/2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA RUMAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki aset tetap yang kurang produktif dan belum termanfaatkan atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan lahan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dr. W. Riawan Tjandra, S.H., M.Hum. Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi akan berjalan lancar apabila disertai dengan administrasi yang baik

Laporan Barang Kuasa Pengguna Balai Besar Logam dan Mesin Tahun Anggaran 2017

PELAPORAN BARANG MILIK NEGARA UNIVERSITAS GADJAH MADA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pekanbaru mempunyai Pelabuhan Pelita Pantai, Pelabuhan Laut Sungai Duku dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PERIODE TAHUN ANGGARAN 2013

50 BAB VII PENUTUP BAB VII PENUTUP A. RANGKUMAN

No.1406, 2014 KEMENHAN. Barang Milik Negara. Tanah. Bangunan. Sewa. Tata cara. Pencabutan.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2014 TENTANG

BAB 1 INTRODUKSI. ditetapkan dalam APBN. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republi

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 /PMK.06/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 169/PMK.06/2010 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA PADA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Untuk itu menghadapi. dibutuhkan agar berbagai urusan pemerintahan yang dilimpahkan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan secara umum tentang pengelolaan Barang Milik

BAB I PENDAHULUAN. Aset merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, organisasi, atau institusi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. seluruh Indonesia. Aset daerah merupakan sumber daya yang penting bagi

sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan lebih rinci lagi dituangkan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA KMA NOMOR 23 TAHUN 2014

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN PERIODE 31 Desember 2017

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pasal 42 Undang - Undang nomor 1 tahun 2004 tentang. pengelolaan Barang Milik Negara (BMN), Menteri/Pimpinan Lembaga

TATA CARA PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA SEWA DAN PINJAM PAKAI BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 of 5 18/12/ :47

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 246/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DEFINISI. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

BAB I PENDAHULUAN. adalah menjaga dan mengelola kekayaan negera dengan baik. Hal ini selaras

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN-KP/2013 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 246/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA (CALBMN) AUDITED UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG (UAKPB) UNIVERSITAS BENGKULU TAHUN ANGGARAN

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

BAB I PENDAHULUAN. melalui APBN maupun APBD dalam penyediaan dana untuk pembangunan

PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH. Abstract

2016, No provinsi/kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lemba

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.06/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.06/2012 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma baru pengelolaan barang milik negara/aset negara telah memunculkan optimisme baru, best practices dalam penataan dan pengelolaan aset negara yang lebih tertib, akuntabel, dan transparan di masa yang akan datang. Pengelolaan aset negara yang profesional dan modern dengan mengedepankan good governance di satu sisi diharapkan akan mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan negara dari masyarakat/stakeholder. Tahun 2006 merupakan babak baru dalam sejarah pengelolaan kekayaan Negara Republik Indonesia pada umumnya dan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) khususnya. Pada tahun 2006 tersebut terbit Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Peraturan tersebut merupakan kelanjutan dari 3 (tiga) paket undang-undang yang telah lahir sebelumnya, yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Selain itu, telah dibentuk pula satu unit organisasi setingkat eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang mempunyai tugas dan fungsi (tusi) melakukan pengelolaan kekayaan negara yakni Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN). 1

2 Sejak tahun 2007 diterbitkan peraturan-peraturan antara lain Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara (BMN), PMK Nomor 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara (BMN). PMK Nomor 97/PMK.06/2007 tentang Kodifikasi Barang Milik Negara (BMN) telah diubah menjadi PMK Nomor 29/PMK.06/2010 dan lain-lain. Pada tahun 2008 diterbitkan PP Nomor 38 Tahun 2008 yang merupakan Perubahan atas PP Nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Pengelolaan BMN diharapkan mampu memberikan gambaran berapa besar nilai seluruh aset negara pada saat sekarang, baik yang bersumber dari APBN maupun dari sumber perolehan lainnya yang sah. Terdapat peraturan khusus yang mengatur dalam hal pencatatan dan rekonsiliasi barang milik Negara, yaitu PMK No. 102/05.PMK/2009 Tentang Tata Cara Rekonsiliasi Barang Milik Negara. Pentingnya penilaian dan rekonsiliasi ini adalah agar dapat diketahui nilai wajar sesungguhnya dari nilai aset. Pengelolaan barang milik negara adalah rangkaian kegiatan perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemeliharaan dan pengamanan, pemanfaatan, penilaian, sampai dengan penghapusan BMN serta tindak lanjutnya berupa pemindahtanganan yang seluruh kegiatannya ditatausahakan serta dilakukan dengan pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Pengelolaan aset negara yang berupa barang milik negara adalah tidak sekedar administratif semata, tetapi lebih

3 maju berpikir dalam menangani aset negara, dengan bagaimana meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan menciptakan nilai tambah dalam mengelola aset. Sampai saat ini sudah ada beberapa pola kerja sama antara pemerintah dan swasta atau public private partnership dalam pemanfaatan aset negara. Salah satu pola kerja sama antara pemerintah dan swasta yaitu melalui pemanfaatan oleh investor dengan mekanisme Build Operate and Transfer (BOT) atau dikenal dengan istilah Bangun Guna Serah (BGS). Selanjutnya dalam penelitian ini hanya disebut dengan istilah BOT/BGS. Aturan mengenai kerjasama ini dapat dilihat pada peraturan perundangundangan mengenai kerja sama antara pemerintah dengan pihak swasta dan pihak luar negeri atau kerja sama investasi dan lain sebagainya. Salah satu acuan yang dapat dijadikan pegangan pemerintah daerah untuk kegiatan BGS ini yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. Dalam penelitian ini, penulis memilih pemanfaatan barang milik negara c.q TNI Angkatan Udara yang di atasnya dibangun Hotel Ambhara. Sesuai dengan kepemilikan aset oleh TNI Angkatan Udara maka acuan peraturannya adalah PMK No. 23/PMK.06/2010 jo PMK No. 120/PMK.06/2012 tentang Penataan Pemanfaatan Barang Milik Negara di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia. Kerjasama BOT ini telah dimulai sejak tahun1995 saat Hotel Ambhara mulai beroperasi pertama kali. Lahan yang dimanfaatkan dalam kerjasama BOT ini merupakan tanah yang berada di bawah penatausahaan Markas Besar Tentara

4 Nasional Indonesia Angkatan Udara berdasarkan Sertifikat Hak Pakai No. 173 tahun 1989 dengan luas tanah sebesar 5.252 m 2. Sesuai dengan kesepakatan pada akta perjanjian yaitu Akta No. 65 tanggal 29 Mei 1990 dan addendum perjanjian dengan Akta No. 95 tanggal 30 Januari 1995, kerjasama BOT ini dilakukan selama 30 tahun dan akan berakhir pada tahun 2025. Terhitung sampai akhir tahun 2013, kerjasama BOT telah berlangsung selama 18 tahun dengan masa sisa kerjasama adalah 12 tahun. Penelitian ini cukup menarik mengingat sejak kesepakatan pada perjanjian kerjasama tahun 1990, Pemerintah Indonesia c.q Penatausahaan Markas Besar TNI Angkatan Udara telah menerima kontribusi dalam bentuk royalti termasuk denda apabila terjadi keterlambatan dalam pembayaran royalti tersebut. Dasar utama dalam penentuan besar royalti adalah berdasarkan akta perjanjian yaitu Akta No. 65 tanggal 29 Mei 1990 dan addendum perjanjian dengan Akta No. 95 tanggal 30 Januari 1995. Dalam akta perjanjian yang kemudian diaddendum, disebutkan bahwa kompensasi yang diterima adalah sebesar 15 persen dari net profit operasionalisasi pengusahaan atau pembayaran tahunan tidak kurang dari US$168.359,00- (seratus enam puluh delapan ribu tiga ratus lima puluh sembilan dollar Amerika Serikat). Besaran kompensasi yang diterima dihitung berdasarkan kemampuan keuangan operasionalisasi hotel atau minimal sejumlah uang yang telah disebutkan pada perjanjian kerjasama. Berdasarkan akta kerjasama tersebut, pemerintah c.q penatausahaan Markas Besar TNI Angkatan Udara telah menerima kontribusi dalam bentuk royalti selama 18 (delapan belas) tahun dari 30 (tiga puluh) tahun masa kerjasama yang diperjanjikan. Kemudian disebutkan dalam

5 PMK No. 23/PMK. 06/2010 pada pasal 20 ayat 2 bahwa perhitungan nilai Barang Milik Negara dalam rangka penentuan besaran kontribusi dilakukan oleh penilai yang ditugaskan oleh pengelola barang. 1.1.1 Rumusan masalah Dalam kaitan kerjasama BOT pada Hotel Ambhara, pemerintah c.q DJKN memerlukan adanya perhitungan ulang terhadap besar royalti/kontribusi yang dapat diterima oleh negara berdasarkan operasional hotel, sehingga dapat menghindarkan negara dari kerugian akibat penentuan atau perhitungan kontribusi/royalti yang kurang tepat atau objektif. Demikian juga investor selaku mitra pemerintah dalam kerjasama BOT/BGS ini tidak merasa terbebani dengan kontribusi/royalti yang diberikan kepada pemerintah dan tetap mampu melakukan investasi untuk meningkatkan nilai hotel serta memperoleh keuntungan secara wajar. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai penentuan besar kontribusi/royalti pada kerjasama BOT dengan produk hotel belum banyak dilakukan. Penelitian yang banyak dilakukan pada umumnya berfokus kepada menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kerjasama BOT, atau berfokus pada penilaian aset BMN berupa hotel yang dikerjasamakan dengan BOT. Demikian juga dengan penelitian kerjasama BOT dengan produk pengembangan berupa hotel di atas aset BMN belum banyak dilakukan pada penelitian sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa

6 penelitian yang berkaitan dengan BOT/BGS berupa pengembangan hotel serta penilaiannya sebagai berikut. Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti/Tahun Topik Penelitian Hasil Penelitian 1. Simpan (2013) Penetapan nilai pasar Hotel Mercuri Regency Makassar untuk tujuan penjaminan hutang. 2. Dharana (2012) Mempelajari perjanjian kerjasama pengelolaan aset keraton yaitu Hotel Royal Ambarukmo dalam kerjasama beberapa pihak. 3. De Marco dkk. Penelitian untuk menentukan (2012) faktor apa saja yang mempengaruhi besar modal dalam kerjasama BOT. 4. Damanik (2011) Mengestimasi nilai Hotel Grand Aston Medan terkait kerjasama BOT/BGS. 5. Bintoro (2011) Penelitian untuk menghitung selisih nilai royalti pada besaran nilai investasi pemerintah daerah pada pengembangan Alun-alun 6. Chen dan Kim (2010) Mall di Kota Malang. Penentuan nilai hotel di China. 7. Dulatif (2010) Penelitian tentang faktorfaktor yang mempengaruhi Rekonsiliasi nilai dari tiga pendekatan penilaian (pendekatan pasar, pendekatan biaya, dan pendekatan pendapatan) untuk menentukan nilai pasar hotel. Penggunaan pendekatan pendapatan dalam menilai kelayakan bisnis hotel secara kuantitatif dengan menggunakan DCF. Penelitian ini dilakukan dengan metoda regresi linier menggunakan MiniTab untuk mengetahui hubungan antara resiko proyek BOT dengan struktur modal. Estimasi nilai hotel dilakukan dengan pendekatan pendapatan dan metoda hotel valuation formula ten year DCF sebagai alternatif penggunaan pende-katan biaya seperti yang selama ini digunakan dalam mengestimasi nilai aset BMN. Analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa besaran royalti kemudian dibandingkan dengan nilai investasi Pemerintah Daerah Kota Malang. Penentuan nilai hotel dilakukan dengan menggunakan 7 (tujuh) metoda penilaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metoda hotel valuation formula ten year DCF. Faktor-faktor seperti jumlah kamar, lokasi, jaringan, dan umur

7 No. Peneliti/Tahun Topik Penelitian Hasil Penelitian pendapatan kotor efektif kamar hotel sebagai indikasi nilai properti di Kota dan Kabupaten Tegal dengan analisis regresi. berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan kotor efektif hotel. Sebagaimana diuraikan di atas, perbedaan mendasar penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah pada umumnya penelitian terdahulu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kerjasama BOT dan hanya melakukan pendekatan penilaian hotel pada kerjasama BOT secara umum. Penelitian ini menekankan dan lebih khusus pada penentuan besar kontribusi/royalti pada kerjasama BOT/BGS dengan pengelolaan hotel di atas aset. Pada penelitian ini digunakan pendekatan pendapatan dengan metoda DCF dan pendekatan biaya dalam menentukan nilai hotel serta analisis laporan keuangan terdahulu sebagai dasar perhitungan besar kontribusi/royalti yang dapat diberikan. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Mengestimasi nilai hotel dengan pendekatan pendapatan (income approach) melalui metoda discounted cash flow DCF method dan pendekatan biaya (cost approach) dikaitkan dengan BOT/BGS atas Hotel Ambhara.

8 2. Mengestimasi besar kontribusi/royalti dengan analisis hasil estimasi nilai hotel serta analisis terhadap laporan keuangan hotel audited (3 tahun terakhir) yang diperoleh. 1.3.2 Manfaat penelitian Penelitian ini dilakukan dengan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi praktisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam perhitungan besar kontribusi/royalti pada pengembangan hotel sebagai dasar negosiasi dalam kerjasama BOT/BGS atas aset negara. Bagi investor, penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dan referensi terkait pengambilan keputusan penentuan kontribusi/royalti dalam BOT/BGS pengembangan hotel di atas aset negara. 2. Bagi akademisi, sebagai salah satu referensi dalam penelitian yang berhubungan dengan penentuan besar kontribusi/royalti kerjasama pengembangan hotel dalam BOT/BGS atas aset negara. 1.4 Sistematika Penelitian Penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I adalah pengantar yang akan menguraikan latar belakang, perumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II adalah tinjauan pustaka dan alat analisis yang akan dipaparkan tentang tinjauan pustaka yang berkaiatan dengan judul penelitian, landasan teori, dan alat analisis yang akan digunakan sesuai dengan tujuan penelitian. Bab III adalah analisis data yang berisi gambaran umum hotel, analisis makro ekonomi, analisis makro hotel di Jakarta

9 serta analisis mikro hotel di sekitar aset, proses penilaian hotel dengan menggunakan beberapa pendekatan dan metoda penilaian berdasarkan analisis data yang diperoleh, serta analisis perhitungan besar kontribusi/royalti yang harus dibayarkan kepada negara. Bab IV merupakan bab yang berisi kesimpulan dan saran atas hasil penelitian. Bab ini berisi kesimpulan hasil analisis yang didapatkan dari penelitian sebagai jawaban atas tujuan penelitian, saran yang disampaikan sebagai sumbangan pemikiran, dan keterbatasan dari penelitian yang dilakukan.