BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam masyarakat, karena dengan pendidikan, manusia dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Muhamad Kamaludin, Hubungan Persepsi Siswa Terhdap Kompetensi Pendagogik Guru Mata Pelajaran Alat Ukur Dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.menurut (Farida

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Yuniyarti, 2014 Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Prestasi Belajar Siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan kualitas suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berpikir siswa. Untuk mengembangkan pola berpikir kritis

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. 3. Kompetensi pedagogik berpengaruh langsung terhadap tinggi rendahnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

KOMPARASI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU AKUNTANSI YANG SUDAH DAN BELUM MENGIKUTI SERTIFIKASI. Oleh : Wilis Puspita Dewi ABSTRACT

BAB II KAJIAN TEORI. diinginkan untuk siswa dapat diraih dengan baik dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Agar proses

Diajukan Oleh: Friska Tiananda A

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. ajar dan pengalaman belajar yang di programkan, direncanakan dan dirancang

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN. Kompetensi Guru Mapel (Kompetensi Dasar) Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi)

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemerintah beranggapan bahwa profesional guru dan dosen dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

I. PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

II. KAJIAN PUSTAKA. keterampilan dalam bekerja. Peningkatan profesionalisme guru atau

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Sadirman. (2009). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: PT Rajagrafindo Persada.

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pustakawan, komite sekolah dan lain-lain yang satu sama lain harus saling. meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal pula.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Robiah Adawiyah, 2014 Usaha Instruktur Dalam Optimalisasi Motivasi Belajar Bahasa Inggris

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. Seorang guru memiliki peran utama dalam keberhasilan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

BAB I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. berdiri masih tetap saja tertinggal dari negara negara berpendidikan maju.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. maka dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Nana Saodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 4

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat mengedepankan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang undang Nomor 20 Tahun 2003

PROBLEMATIKA KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

BAB I PENDAHULUAN. terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia indonesia

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

MATA PELAJARAN TARI (SMK) Standar Kompetensi Guru KD

ANALISIS TENTANG KOMPETENSI PROFESIONAL DAN PEDAGOGIK GURU DALAM MERANCANG PERANGKAT PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN IPS SMP DAN MTs DI KOTA DUMAI

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Deskripsi Teoritis Tinjauan tentang Guru, Kompetensi, Kompetensi Pedagogik, dan PAUD

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga formal merupakan organisasi dengan kegiatan utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KEMAMPUAN DASAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH SURUH TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era global saat ini. Seiring perkembangan itu salah satu yang dihadapi

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional). Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan diri, pendidikan merupakan upaya meningkatkan derajat. kompetensi dengan tujuan agar pesertanya adaptable

I. PENDAHULUAN. Semua warga Negara Indonesia dituntut aktif serta dalam pembangunan. nasional. Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah membangun

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang berkualitas, tidak hanya dari sisi itelektulitas saja melainkan juga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama bagi kemajuan suatu bangsa. manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan. Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. baik. Oleh sebab itulah perkembangan teknologi ini harus diimbangi dengan. adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. di negara kita tidak ketinggalan dengan negara lain. anak didik agar mampu mengembangkan kemampuannya secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama dari semua kemajuan dan perkembangan yang ada dalam masyarakat, karena dengan pendidikan, manusia dapat mewujudkan semua potensi yang ada pada dirinya. Pendidikan memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Saat ini, pendidikan Indonesia mengalami berbagai perubahan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan jaman. Berkembangnya teknologi dan informasi membuat tugas dan peran guru menjadi semakin berat. Guru sebagai komponen utama dalam pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Bersamaan dengan itu, pendidikan di Indonesia dihadapkan pada fenomena yakni rendahnya kualitas pendidikan. Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dikaitkan dengan profesionalisme guru. Menurut data Balitbang Depdiknas (Kunandar, 2007: 5) mengenai Kelayakan Mengajar Guru menyebutkan bahwa: Pada periode tahun 2002-2003, hanya sekitar 50,7% guru SD yang memiliki kelayakan mengajar sedangkan 49,3% sisanya masih belum memiliki kelayakan mengajar; untuk guru SMP hanya sekitar 64,1% guru yang memiliki kelayakan mengajar sedangkan 35,9% sisanya tidak layak mengajar; sekitar 67,1% guru SMA memiliki kelayakan mengajar sedang kan 32,9% sisanya tidak memiliki kelayakan mengajar; sekitar 56,7% guru SMK memiliki kelayakan mengajar sedangkan 43,3% sisanya tidak layak mengajar.

2 Data tersebut menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam mengajar masih kurang dari yang diharapkan. Guru belum memiliki kompetensi dalam menjalankan tugasnya. Senada dengan hal tersebut, Inggrid Dwi (2010) dalam artikelnya yang berjudul Kualitas Guru Masih Rendah menjelaskan Kompetensi guru Indonesia masih bermasalah. Saat dilakukan tes terhadap guru semua bidang studi, rata-rata tak sampai 50 persen soal yang bisa dikerjakan. Tidak ada guru yang meraih nilai 80. Bahkan, ada guru yang meraih nilai terendah, 1. Artikel tersebut memberikan pandangan bahwa masih banyak guru yang belum memiliki kompetensi dan profesionalitas dalam menjalanjan tugasya. Salah satu penyebab rendahnya profesionalitas guru adalah kurangnya kesadaran mengembangkan diri bagi guru itu sendiri. Guru belum mampu menilai kompetensi yang dimilikinya, sehingga guru cenderung mengajar dengan kompetensi seadanya. Padahal yang dibutuhkan oleh pendidikan saat ini adalah guru yang memiliki kompetensi yang baik. Guru dituntut untuk mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menegaskan guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib memiliki syarat tertentu, salah satu diantaranya adalah kompetensi. Berdasarkan Undang-Undang tersebut guru sebagai agen pembelajaran sudah seharusnya memiliki kompetensi yang baik. Guru dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pendidikan dengan sebaik-baiknya, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005

3 tentang Guru Dan Dosen pasal 1 menjelaskan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam menjalankan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik seorang guru ditandai dengan kemampuannya dalam menyelenggarakan pembelajaran yang bermutu serta tindakan yang dapat dijadikan teladan. Kompetensi pedagogik guru meliputi kemampuan memahami peserta didik, merancang dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar serta mengaktualisasi berbagai potensi yang dimiliki. Lebih lanjut, kompetensi pedagogik guru mata pelajaran dijabarkan lebih rinci dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 mengenai Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yaitu : 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual 2. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu (biologi) 3. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran 6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki 7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik 8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar 9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran 10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

4 Pelaksanaan pembelajaran bukan hanya ditentukan oleh pola, isi dan struktur kurikulumnya, namun sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru dalam mengajar dan membimbing mereka. Guru sebagai manager dalam pembelajaran dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola pembelajaran dengan baik. Menurut Wina Sanjaya (2007: 36) Sebagai pengelola pembelajaran (learning manager) guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Guru yang benar-benar kompeten akan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman bagi siswa sehingga dapat memacu semangat siswa dalam belajar. Senada dengan hal tersebut Oemar Hamalik (2009: 36) mengatakan guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa akan berada pada tingkat optimal. Lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan terkelola dengan baik akan menumbuhkan motivasi dalam diri siswa, karena siswa merasa nyaman dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selama proses pembelajaran, guru memiliki peran dalam menumbuhkan motivasi siswa atau dapat disebut juga bahwa guru memiliki peran sebagai motivator dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi menjadi alasan setiap individu rela melakukan sesuatu hal dengan sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah dan putus asa. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, namun disebabkan tidak adanya motivasi dalam dirinya. Motivasi dapat timbul disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor yang berasal dalam diri siswa (intrinsik) dan faktor yang berasal dari luar siswa

5 (ekstrinsik). Syaiful Bahri Djamarah (2008: 115) mengatakan termasuk dalam motivasi instrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Sedangkan yang termasuk motivasi ekstrinsik yaitu pujian, peraturan/tata tertib, orang tua dan guru. Guru sebagai salah satu faktor munculnya motivasi ekstrinsik siswa hendaknya memiliki kompetensi mengelola pembelajaran dengan baik. Pengelolaan pembelajaran yang baik akan membuat suasana kelas menjadi terarah, menyenangkan dan kondusif. Pembelajaran yang menyenangkan akan menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Biologi sebagai salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 452) mata pelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Melihat karakteristik mata pelajaran biologi tersebut, guru biologi dituntut untuk memiliki kompetensi yang baik. Mata pelajaran biologi yang menggabungkan materi dan penyelesaian masalah di lingkungan sekitar menjadi tantangan untuk guru, karena biologi tidak dapat dipahami jika hanya diajarkan secara hafalan saja. Guru dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran biologi yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat memacu semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kondisi di lapangan, pembelajaran biologi masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Saat ini proses pembelajaran biologi masih menemui banyak permasalahan. Seperti dikemukakan oleh Indah Fitriani (2010) bahwa:

6 Guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam membelajarkan siswa materi biologi. Siswa cenderung menghapal materi biologi, tetapi tidak paham sehingga tidak mampu menerapkan teori dan konsep untuk pemecahan masalah dunia nyata. http://desainwebsite.net/pendidikan/masalah-pada-pembelajaran-biologi-diindonesia) Masalah di atas menunjukkan bahwa pola pembelajaran biologi yang dikembangkan guru belum sesuai dengan yang diharapkan. Siswa hanya diperintahkan membaca, mencatat dan menghafal materi yang dijelaskan. Cara ini mungkin berhasil, namun hanya pada aspek pengetahuan saja. Sedangkan tujuan mata pelajaran biologi adalah mampu menghubungkan dan memecahkan masalah mengenai peristiwa alam sekitar. Ketidaksesuaian antara materi serta metode dengan kebutuhan siswa dapat menyebabkan tidak timbulnya motivasi belajar. Wina Sanjaya (2007: 27) menyatakan motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan, sebab memang motivasi muncul karena kebutuhan. Di sinilah kompetensi pedagogik guru sebagai pengelola pembelajaran dibutuhkan. Kemampuan memahami peserta didik, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran akan membuat pembelajaran menjadi terarah dan berjalan sesuai dengan yang dibutuhkan. Terpenuhinya kebutuhan siswa ini akan berdampak pada timbulnya motivasi dalam diri siswa. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cilegon merupakan salah satu sekolah unggulan di kota Cilegon. Sekolah ini memiliki salah satu misi yaitu Memfasilitasi pengembangan dan peningkatan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan dalam mewujudkan pendidikan bermutu Melihat misi inilah, peneliti tertarik untuk menjadikan SMA Negeri 1 Cilegon sebagai tempat

7 penelitian mengingat tidak ada data mengenai kompetensi guru dalam rangka menjalankan tugas profesionalitasnya. Pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar pernah di teliti oleh Hendrik Kristian (2010) terhadap 63 siswa kelas XI pada mata pelajaran Ekonomi di SMA Islam Malang yaitu ada pengaruh positif secara langsung antara kompetensi guru terhadap motivasi belajar. Guru yang kompeten akan mampu mengelola pembelajaran dengan baik sehingga menciptakan suasana yang mampu memotivasi dan meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar. Guru yang kompeten akan mampu menentukan metode, media dan teknik evaluasi yang sesuai dengan tujuan dan materi, sehingga pembelajaran berlangsung secara maksimal. Selain itu, pengaruh kompetensi pedagogik guru dalam kegiatan pembelajaran pernah diteliti oleh Eva Yuliawati (2010). Dalam penelitiannya terhadap 200 siswa Sekolah Menengah Kejuruan Swasta di Kabupaten Bandung diperoleh kesimpulan penguasaan kompetensi pedagogik guru administrasi perkantoran mempunyai pengaruh yang kuat, positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada Sekolah Menengah Kejuruan Swasta di Kota Bandung. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik memiliki pengaruh terhadap tercapainya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa salah satunya ditentukan oleh adanya motivasi. Seperti dijelaskan oleh Abdorrakhman Gintings (2008: 87) karena motivasi belajar berkorelasi dengan kinerja belajar sedangkan kinerja belajar berkorelasi dengan prestasi belajar, maka prestasi belajar secara tidak langsung berkorelasi pula dengan motivasi belajar.

8 Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertatik untuk mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Antara Kompetensi Pedagogik Guru dengan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Biologi (Studi Deskriptif Korelasional Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Cilegon Tahun Ajaran 2011-2012). B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah gambaran kompetensi pedagogik guru biologi di SMAN 1 Cilegon? 2. Bagaimanakah gambaran motivasi belajar siswa kelas XI IPA pada mata pelajaran biologi di SMAN 1 Cilegon? 3. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi pedagogik guru dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran biologi di SMAN 1 Cilegon? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, penelitian ini memiliki tujuan, yaitu: 1. Untuk mengetahui gambaran kompetensi pedagogik guru biologi di SMAN 1 Cilegon

9 2. Untuk mengetahui gambaran motivasi belajar siswa kelas XI IPA pada mata pelajaran biologi di SMAN 1 Cilegon 3. Untuk mengetahui adanya hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi pedagogik guru dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran biologi di SMAN 1 Cilegon. D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Secara Teoritis Secara teoritis manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian yang dilakukan adalah dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang hubungan antara kompetensi pedagogik guru dengan motivasi belajar siswa. 2. Secara Praktis Bagi pihak guru dapat digunakan sebagai masukan kepada guru mengeni alternatif pelaksanaan pembelajaran serta dapat memberikan pengetahuan dan wawasan baru bagi guru dalam proses pembelajaran. Bagi pihak Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan diharapkan manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian yang dilakukan adalah dapat memberikan sumbangan pikiran bagi pendidik, khususnya seorang perekayasa pembelajaran. Bagi Universitas Pendidikan Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam menciptakan calon guru yang kompeten.