melatar belakangi penulis untuk menyusun skripsi ini. 2

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

SKRIPSI. UPAYA REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNNK/KOTA) PADANG (Studi Kasus di BNNK/Kota Padang)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

I. PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang begitu pesat membuat manusia melakukan berbagai

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang kurang perhatian orang tua, dan begitu beragamnya kegiatan yang

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

I. PENDAHULUAN. harus dilindungi. Anak tidak dapat melindungi diri sendiri hak-haknya, berkepentingan untuk mengusahakan perlindungan hak-hak anak.

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan masyarakat secara wajar. Istilah narkoba muncul sekitar

BAB II PERBEDAAN PUTUSAN REHABILITASI DAN PUTUSAN PIDANA PENJARA DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri.

I. PENDAHULUAN. cara untuk memenuhi kebutuhannya. Tentu tidak semua cara untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan Narkotika sebagai suatu tindak pidana telah memunculkan

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

Reni Jayanti B ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin besar pengaruhnya

BAB V PENUTUP. unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : dapat diminta pertanggung jawaban atas perbuatannya.

I. PENDAHULUAN. yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dimasa yang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional dapat diwujudkan dengan upaya secara terus

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

I. PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lainnya. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia sekarang ini melaksanakan pembaharuan hukum pidana.

I. PENDAHULUAN. peredaran gelap narkoba menyebabkan penyalahgunaan yang makin meluas dan. merupakan ancaman bagi kehidupan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

I. PENDAHULUAN. segala bidanng ekonomi, kesehatan dan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

tertolong setelah di rawat RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo, kota Mojokerto. 1

I. PENDAHULUAN. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh Negara di

I. PENDAHULUAN. meminta. Hal ini sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak (Convention on the

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Barda Nawawi Arief, pembaharuan hukum pidana tidak

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan semakin menunjukkan peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Fenomena peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan internasional, regional dan

I. PENDAHULUAN. Pada zaman modern seperti ini, tindak kejahatan narkotika secara terang-terangan

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan

PELAKSANAAN SISTEM PEMIDAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik spiritual maupun

Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika Oleh Frans simangunsong, S.H., M.H

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. sebagai negara hukum. Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

I. PENDAHULUAN. mampu melakukan penyaringan terhadap kebudayaan asing yang bersifat liberal. Para remaja

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Dengan demikian sudah seharusnya penegakan

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

OLEH : Ni Ketut Arie Setiawati. A.A Gde Oka Parwata. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

BAB III PENERAPAN REHABILITASI BAGI PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. 3.1 Penempatan Rehabilitasi Melalui Proses Peradilan

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. hakim di sidang pengadilan. Penegakan hukum ini diharapkan dapat menangkal. tersebut. Kejahatan narkotika (the drug trafficking

REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA TINDAK PIDANA NARKOTIKA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Narkotika sendiri merupakan barang yang tidak lagi dikatakan

selalu berulang seperti halnya dengan musim yang berganti-ganti dari tahun ke

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan, perdagangan gelap narkotika merupakan permasalahan nasional,

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika berkaitan erat dengan peredaran gelap sebagai bagian dari dunia kejahatan internasional. Mafia perdagangan gelap memasok narkoba, agar orang memiliki ketergantungan, sehingga jumlah suplai meningkat. Terjalin hubungan antara pengedar/bandar dan korban. Korban sulit melepaskan diri dari mereka, bahkan tak jarang mereka terlibat peredaran gelap, karena meningkatnya kebutuhan narkotika. 1 Penyalahgunaan narkotika biasanya diawali dengan pemakaian pertama pada usia SD atau SMP, karena tawaran, bujukan, dan tekanan seseorang atau kawan sebaya. Didorong pula oleh rasa ingin tahu dan rasa ingin mencoba, mereka menerima bujukan tersebut. Selanjutnya akan dengan mudahnya untuk dipengaruhi menggunakan lagi, yang pada akhirnya menyandu obat-obatan terlarang dan ketergantungan pada obat-obatan terlarang hal-hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk menyusun skripsi ini. 2 Selain dikalangan anak muda atau remaja kini narkotika menjangkit semua lapisan masyarakat. Semua orang bisa memakai narkotika apapun pekerjaan nya. 1 Lydia Harlina Martono, Satya Joewana, Menangkal Narkoba dan Kekerasan, Jakarta,Balai Pustaka, 2008, hlm.43 2 Faza Abdani Auni Robbi, http://jilltompkins.blogspot.com/2013/07/contoh-makalah-tentangbahaya-narkoba.html, Diakses pada tanggal 22 Oktober 2014,pukul 09.45 wib

2 Seperti pada kasus yang akan saya bahas yaitu penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anggota kepolisian. Kita ketahui bahwa seharusnya polisi bertugas untuk melayani dan mentertibkan masyarakat tetapi mengapa polisi juga bisa menyalahgunakaan narkotika tersebut. Tindak pidana penyalahgunaan narkotika saat ini tidak lagi dilakukan secara sembunyi- sembunyi, tetapi sudah terang-terangan yang dilakukan oleh para pemakai dan pengedar dalam menjalankan operasi barang berbahaya itu. Dari fakta yang dapat disaksikan hampir setiap hari baik melalui media cetak maupun elektronik, ternyata barang haram tersebut telah merebak kemana-mana tanpa pandang bulu, terutama diantara generasi remaja yang sangat diharapkan menjadi generasi penerus bangsa dalam membangun negara di masa mendatang. Masyarakat kini sudah sangat resah terutama keluarga para korban, mereka kini sudah ada yang bersedia menceritakan keadaan anggota keluarganya dari penderitaan dalam kecanduan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya itu. 3 Pada awalnya narkotika hanya digunakan sebagai alat bagi ritual keagamaan dan disamping itu juga dipergunakan untuk pengobatan, adapun jenis narkotika pertama yang digunakan pada mulanya adalah candu atau lazim disebut sebagai madat atau opium. 4 Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkoba digunakan untuk hal-hal negatif, di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. 3 Moh. Taufik Makarao, Suhasril, dan H. Moh Zakky, Tindak Pidana Narkotika, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2003, hlm. 1 4 Kusno Adi, Diversi Sebagai Upaya Alternative Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Oleh Anak, Umm Press, Malang, 2009, hlm.3

3 Berdasarkan hal tersebut polisi telah melakukan penyalahgunaan jabatan, tugas serta wewenangnya. Seharusnya mereka bertugas untuk memberikan panutan kepada masyarakat, memberikan contoh yang baik bahkan ikut serta dalam proses pemberantasan kejahatan narkotika. Dari data yang di dapat Humas Polri Sebanyak 227 orang anggota Polri terlibat 102 kasus narkotika pada tahun 2011 dan 32 orang diantaranya adalah Perwira. 32 orang Perwira tersebut terdiri dari 14 orang Pamen dan 18 orang Perwira Pertama. Sementara untuk pangkat Bintara sebanyak 192 orang dan 3 orang dari PNS. Semuanya telah diproses secara disiplin dan pidana. 5 Anggota Polri yang terlibat dalam narkotika di tahun 2012, periode bulan Januari s/d Maret, terdapat 45 kasus yang melibatkan 1 orang Pamen dan 39 Bintara Penyimpangan perilaku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh aparat kepolisian disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : 1. Tekanan hidup dan pekerjaan seorang polisi sangat berat. Baik tuntutan tugas, misal siap diperintah komandan dsb. Tak jarang mereka benci dengan atasan mereka yang arogan dan mementingkan diri sendiri. Gaji yang minim (terutama beberapa tahun lalu), tidak seimbang dengan kebutuhan hidup. Fasilitas rumah (dinas) banyak yang tidak mendapatkan. Konflik rumah tangga, dsb. Intinya stres kehidupan, rendahnya daya tahan stres dan minimnya mekanisame pertahanan diri menghadapi tekanan tadi. 2. Tuntutan tugas. Sebagai contoh seorang polisi yang bertugas disuatu club malam iya akan terpancing dengan godaan bahwa dengan mengkonsumsi obat 5 Erwin Alwazir, http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/03/15/alasan-polisimenggunakan-narkoba/, di akses pada tanggal 22 Oktober 2014, pukul 11.56 wib

4 tersebut dapat meningkatkan stamina. Obat itu memang terbukti memberikan daya tahan tubuh dan kesegaran. 3. Mereka yang berurusan dengan hasil tangkapan narkoba dan film biru. Tak jarang mereka tergoda mengambil sebagian (diam-diam). Mereka mencuri sebagian barang bukti, baik untuk dipakai sendiri atau dijual kembali. Tak jarang itulah yang mereka gunakan. 4. Hukuman yang rendah. Atasan mereka seringkali membiarkan walau mereka sudah kedapatan mabuk menggunakan narkoba. Tidak ada efek jera dari pimpinan, hanya dikurung dua atau tiga hari, lalu dilepaskan lagi. Lalu, mabuk lagi. Kapolri mengatakan bahwa hukuman bagi Polisi yang tertangkap memakai narkoba sangat tidak jelas. 5. Saat seorang Polisi sudah mulai menggunakan narkoba, dan dia tahu tempat bandar di suatu lokasi. Sang bandar justru tahu kelemahan polisi ini. Dia menyetor beberapa paket sekali atau dua kali seminggu sebagai Upeti. Akhirnya para bandar itu dibiarkan saja. 6. Saat bandar tertangkap, dan kebetulan masih dalam urusan Polisi, mereka bisa berdamai dengan harga tertentu. Selama belum di bawa ke pengadilan, barang bukti bisa diatur. Dikurangi hingga dihilangkan. Ini dilakukan baik di tingkat Polsek hingga Polda. Meski yang melakukan oknum, tetapi seringkali mencolok kesalahannya. Hal ini bisa membuka pintu pertemanan antar mereka. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi perkembangan kejahatan narkotika di Indionesia ini. Polisi yang seharusnya menjadi pelindung masyarakat justru malah

5 ikut melakukan kejahatan tersebut.sehingga rusak lah moral polisi di mata masyarakat. 6 Pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan bahwa: Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi social. Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika adalah suatu proses pengobatan untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan, dan masa menjalani rehabilitasi tersebut diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman. Anggota kepolisian yang melakukan pelanggaran Menurut Pasal 29 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia tunduk pada kekuasaan peradilan umum. Hal ini menunjukkan bahwa anggota polri merupakan warga sipil dan bukan termasuk subjek hukum militer. Berdasarkan Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika, yang merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika terdapat setidaknya dua jenis rehabilitasi, yaitu rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Pasal 1 butir 16 Undang Undang Nomor 35 tahun 2009 menyatakan bahwa: Rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika. Pasal 1 butir 17 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 menyatakan bahwa: Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik 6 Fadhli Erlanda, http://archive.kaskus.co.id/thread/13629245/0/alasan-polisi-menggunakannarkoba, Diakses 22 Oktober 2014, pukul 11.56 wib

6 fisik, mental, maupun sosial, agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat. Penerapan sanksi pidana terhadap Wan Jonori umur 49 tahun dijerat Pasal 112 ayat (1) UU RI No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yaitu Setiap orang yang tanpa hak melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman dan Pasal 127 ayat (1) huruf a UU RI. NO. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yaitu Setiap penyalahguna narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun. Hakim menjatuhkan vonis lebih ringan dari pada tuntutan jaksa, yaitu 1 (satu) tahun dan 2 (dua) bulan penjara. Berdasarkan pada kasus perkara No.47/Pid.Sus/2014/PNTK, Hakim telah menjatuhkan vonis yang lebih ringan dari pada tuntutan jaksa kepada pelaku tersebut, oleh karena itu melihat putusan hakim yang menjatuhkan hukuman lebih ringan sebaiknya terdakwa di rehabilitasi. Dengan adanya rehabilitasi terdakwa mendapatkan pengobatan dan perawatan secara alternatif karena terdakwa merupakan korban atau pemakai dari narkotika tersebut. Tanggal 11 maret 2014 telah dibuat Peraturan Bersama (Perber) dari tujuh Kementerian. Peraturan Bersama ini pada intinya untuk mengkoordinasikan dan untuk menyamakan persepi diantara tujuh kementerian tersebut, bahwa setiap pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika wajib direhabilitasi. Menurut Darmawel Perber merupakan mekanisme hukum dalam mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, khususnya

7 pelaksanaan rehabilitasi bagi pecandu dan korban penyalahguna Narkotika sebagaimana telah diatur dalam Pasal 54, 55, dan 103. 7 Rehabilitasi merupakan upaya pemerintah dalam menanggulangi korban atau pemakai narkotika agar korban mendapatkan perawatan yang lebih baik dibandingkan harus menjalani kurungan penjaran 1 (satu) tahun 2 (dua) bulan. Atas pemikiran yang tertuang di atas, maka penulis tertarik untuk membahas dan melakukan penelitian skripsi berjudul Analisis Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anggota Kepolisian. (Studi Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang No.47/Pid.Sus/2014/PN.TK). B. Permasalahan dan ruang lingkup 1. Rumusan Masalah a. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memberikan putusan pengadilan pada Perkara Nomor: 47/Pid.Sus/2014/PN.TK? b. Apakah putusan pidana yang dijatuhkan telah sesuai dengan tujuan UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika? 2. Ruang lingkup Agar skripsi ini tidak terlalu luas cakupannya dan dapat tersusun secara baik maka penulis membatasi penelitian ini berada di dalam bidang Hukum Pidana pada umumnya, dan lebih dikhususkan lagi pada lingkup studi putusan hakim yang akan membahas mengenai analisis putusan hakim dengan nomor perkara 7 http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/humas/berita/12188/pecandu-dihukumrehabilitasi, Diakses pada tanggal 26 Desember 2014, pukul 13.00 wib

8 47/Pid.Sus/2014/PN.TK yang disertai dengan landasan filosofis dan azas kemanfaatannya. Lokasi penelitian ini berada di Pengadilan Negeri Tanjung Karang dan berlangsung pada bulan oktober 2014 sampai dengan Januari 2015. C. Tujuan dan kegunaan penulisan 1. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan skripsi ini adalah : a. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana kepada aparat kepolisian yang melakukan tidak pidana penyalahgunaan narkotika. b. Untuk mengetahui putusan pidana yang dijatuhkan telah sesuai dengan tujuan UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. 2. Kegunaan penelitian a. Kegunaan teoritis, secara teoritis untuk mengembangkan kemampuan berkarya ilmiah guna mengungkapkan secara obyektiv melalui pengkajian lebih dalam terhadap peraturan-peraturan yang ada untuk mengetahui dengan jelas aspek-aspek yang menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara pidana terhadap aparat kepolisian yang melakukan penyalahgunaan narkotika. b. Kegunaan praktis, secara praktis di harapkan penulisan ini dapat di jadikan sebagai acuan atau sumber bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai pertimbangan hakim dalam perkara pidana No.47/Pid.Sus/2014/PN.TK)

9 D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti. 8 Berdasarkan pernyataan bahwa setiap tindak pidana dapat mengakibatkan kerugian-kerugian baik yang bersifat individual maupun yang bersifat sosial maka harus dilakukan suatu tindakan atau penegakan hukum dengan penjatuhan sanksi pidana, tidak terkecuali pada anggota kepolisian sekalipun. Sebelum hakim memutuskan suatu perkara, maka hakim hendaknya melakukan pertimbangan-pertimbangan yang harus dipikirkan oleh hakim : 1. Keputusan mengenai peristiwanya, ialah apakah terdakwa telah melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya. 2. Keputusan mengenai hukumannya, ialah apakah perbuatan yang dilakukan terdakwa itu merupakan suatu tindak pidana dan apakah terdakwa bersalah dan dapat dipidana. 3. Keputusan menganai pidananya, apabila terdakwa memang dapat dipenjara. 9 Negara Indonesia dikenal adanya Kekuasaan kahakiman, dalam ketentuan Pasal 24 Ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa : Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. 8 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 2008, hlm.6. 9 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1986, hlm.74

10 Undang-Undang No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, demi terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia. Mackenzie berpendapat ada beberapa teori yang dapat dipergunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan putusan dalam suatu perkara yaitu : a. Teori Keseimbangan b. Teori Pendekatan Seni dan Intuisi c. Teori Pendekatan Keilmuan d. Teori Pendekatan Pengalaman e. Teori Ratio Decidendi f. Teori Kebijaksanaan 10 Untuk membahas mengenai tujuan pemidanaan yang dilakukan oleh hakim, penulis mempergunakan teori tujuan pemidanaan sebagai berikut : a. Teori Absolut. Mendasarkan pemidanaan pada pembalasan semata kepada orang yang telah melakukan kejahatan tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. b. Teori Relatif. Mendasarkan pemidanaan sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan untuk mencapai kemanfaatan berkaitan dengan orang yang salah, misalnya menjadikan orang yang lebih baik. 10 Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progesif, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 105-106.

11 c. Teori Gabungan Mendasarkan tujuan pemidanaan yang bersifat plural karena menghubungkan prinsip-prinsip tujuan dan prinsip-prinsip pembalasan dalam satu kesatuan. 11 Serta dalam menjawab apakah putusan pidana yang dijatuhkan telah sesuai dengan tujuan UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, penulis menggunakan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif, yaitu pendekatan yang menggunakan konsep legis positivis yang menyatakan bahwa hukum adalah identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga-lembaga atau pejabat yang berwenang. Selain itu konsep ini juga memandang hukum sebagai sistem normatif yang bersifat otonom, tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat. 12 2. Konseptual Kerangka konseptual adalah merupakan gambaran bagaimana hubungan antara konsep-konsep yang akan di teliti. Konsep adalah kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasi dari gejala-gejala tertentu. 13 Guna memberikan kemudahan dalam memahami pengertian istilah-istilah yang digunakan dalam penulisan ini maka akan diberikan batasan-batasan istilah yaitu: 11 Barda Nawawi Arief, Muladi, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Bandung, Alumni Bandung, 1998, hlm.10 12 Rony Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hlm.11 13 Fred N. Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavioral; Edisi Indonesia, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1996, hlm.4.

12 a. Analisis Yaitu penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya). Untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musababnya, bagaimana, duduk perkaranya, dan sebagainya). 14 b. Putusan Hakim / Putusan Pengadilan Ketentuan Pasal 1 Butir (11) KUHAP menyatakan bahwa Putusan Hakim adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. c. Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Tindak Pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. 15 Penyalahgunaan dalam penggunaan narkotika adalah pemakain obat-obatan atau zat-zat berbahaya dengan tujuan bukan untuk pengobatan dan penelitian serta digunakan tanpa mengikuti aturan atau dosis yang benar. Dalam kondisi yang cukup wajar/sesuai dosis yang dianjurkan dalam dunia kedokteran saja maka penggunaan narkoba secara terus-menerus akan mengakibatkan ketergantungan, depedensi, adiksi atau kecanduan. 14 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1997,hlm.32. 15 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta, Rineka Cipta, 1993, hlm.54

13 d. Polisi Polisi adalah suatu pranata umum sipil yang mengatur tata tertib (orde) dan hukum. Namun kadangkala pranata ini bersifat militaristis, seperti di Indonesia sebelum Polri dilepas dari ABRI. Polisi dalam lingkungan pengadilan bertugas sebagai penyidik. Dalam tugasnya dia mencari keterangan-keterangan dari berbagai sumber dan keterangan saksi. 16 E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penulisan skripsi ini sebagai berikut : I. PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan latar belakang skripsi yang untuk kemudian menarik permasalahan yang dianggap penting dan membatasi ruang lingkup penulisan, memuat tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika penulisan. II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka yang merupakan pengantar dalam memahami dan pengertian umum tentang pokok bahasan mengenai istilah, Pengertian Anggota Kepolisian, Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika, Pengertian Narkotika dan Penyalahgunaan Narkotika serta tujuan UU No 35 Tahun 2009. 16 Ali Sodikin, https://sodikin3.wordpress.com/tag/pengertian-polisi/, Diakses pada tanggal 20 November 2014, pukul 08.30 wib

14 III. METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian skripsi berupa langkahlangkah yang digunakan dalam pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan populasi dan sampel, prosedur pengolahan data serta analisis data yang telah didapat. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini memberikan penjelasan dan bahasan tentang permasalahan yang akan dibahas adalah dasar-dasar pertimbangan hakim untuk menjatuhkan pidana kepada anggota kepolisian yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika serta pedoman aturan pemberianpidana yang dipakai dalam menjatuhkan hukuman tersebut. V. PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir yang diberikan tentang kesimpulan yang telah dilakukan dan kemudian dari hasil kesimpulan tersebut dapat diberikan saran guna membantu pihak-pihak yang memerlukannya.