BAB I PENDAHULUAN. Kesenian daerah merupakan suatu perwujudan kebudayaan yang memiliki nilainilai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. karena daerah Bekasi berbatasan langsung dengan Ibu Kota Jakarta (Betawi) dan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB III METODE PENELITIAN. ini karena terdapat salah satu dari sebelas Goong Renteng yang berada di Jawa

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Karinding merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesenian yang ada di Jawa Barat terbagi dalam dua kalangan yaitu

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman kesenian tradidisional adalah salah satu potensi budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

2016 PELESTARIAN TARI TRADISIONAL DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan, dikomunikasikan, dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanny Ayu Handayani, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Widyasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seni tidak selalu diwujudkan dalam bentuk seni musik, seni rupa, seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dari keterlibatan generasi mudanya. Berpijak dari hal tersebut, maka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari bentuk kebudayaan saat ini yang menjadi ciri khas jati diri suatu bangsa yang masih ada dan cukup berkembang adalah kesenian daerah. Kesenian daerah merupakan suatu perwujudan kebudayaan yang memiliki nilainilai dan prinsip-prinsip luhur yang harus dijunjung tinggi keberadaannya. Kesenian daerah berproses terus menuju puncaknya yaitu kesenian nasional yang mengandung serta memancarkan nilai-nilai luhur kepribadian bangsa Indonesia, yang dalam hal ini merupakan nilai yang kita banggakan yang sekaligus dikagumi dan dihormati oleh bangsa-bangsa lain. Kesenian dapat diartikan sebagai hasil karya manusia yang mengandung keindahan dan dapat diekspresikan melalui suara, gerak ataupun ekspresi lainnya. Kesenian memiliki banyak jenis dilihat dari cara atau media penyampaiannya antara lain seni suara (vokal), lukis, tari, drama dan patung (Koentjaraningrat, 1990: 208).Bila dilihat dari perkembangannya ada yang dikenal sebagai seni tradisional yaitu seni yang lahir dan berkembang secara alami di masyarakat tertentu dan kadangkala masih tunduk pada aturan-aturan yang baku, namun ada juga yang sudah tidak terikat aturan, kesenian ini kadangkala merupakan bagian dari kesenian rakyat yang bisa dinikmati secara massal.

2 Dalam proses pertumbuhannya, kesenian tradisional yang merupakan bagian dari kesenian rakyat diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Oemar (1985: 13) dalam bukunya bahwa : Kesenian tradisional adalah kesenian yang sejak lama turun temurun hidup dan berkembang pada suatu daerah, masyarakat etnik tertentu yang perwujudannya mempunyai peranan tertentu dalam masyarakat pendukungnya. Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di suatu lokalitas didukung oleh masyarakat yang terikat pada aturan adat yang disepakati bersama, yang telah berlangsung secara turun temurun dari generasi ke generasi. Berbeda dengan kesenian modern yang cenderung lebih mudah berubah mengadopsi unsur-unsur luar, kesenian tradisional lebih cenderung lambat mengalami perubahan. Hal ini menurut Khayam (1981: 57) dikarenakan, secara umum kesenian tradisional ini memiliki ciri sebagai berikut : Pertama, ia memiliki jangkauan terbatas pada lingkungan kultur yang menunjangnya. Kedua, ia merupakan pencerminan dari suatu kultur yang berkembang secara perlahan, karena dinamika masyarakat yang menujangnya memang demikian. Ketiga, ia tidak terbagi-bagi pada pengkotakkan spesialisasi. Keempat, ia bukan merupakan hasil kretivitas individu-individu tapi tercipta secara anonim bersama dengan sifat kolektivitas masyarakat yang menunjangnya. Ciri-ciri diatas, memperkuat pernyataan bahwa seni tradisi merupakan identitas budaya dari suatu masyarakat tertentu, sebab seni tradisi sangat dipengaruhi oleh kultur masyarakat di suatu lingkungan dan bukan merupakan

3 seni yang menonjolkan seniman atas nama diri sendiri, tapi lebih merupakan perwakilan dari sistem sosial atau sikap kelompok masyarakat. Hal ini pula yang terjadi pada kesenian tradisional di Jawa Barat, pewarisan yang dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi, serta dalam perjalananya tidak terlepas dari agama Islam serta adat istiadat yang sudah ada didaerah tersebut. Di Jawa Barat terdapat banyak kesenian tradisional, salah satunya adalah gamelan yang masih hidup dan berkembang dari beragamnya khasanah budaya masyarakat. Diantara beberapa gamelan di Jawa Barat yang masih menunjukkan eksistensinya adalah kesenian Goong Renteng. Istilah goong renteng merupakan perpaduan dari kata goong dan renteng. Kata goong merupakan istilah kuno dari bahasa Sunda yang berarti gamelan, sedangkan kata renteng berkaitan dengan penempatan penconpenconkolenang atau bonang yang diletakkan secara berderet atau ngarenteng. Jadi secara harfiah goong renteng adalah goong yang diletakan atau disusun secara berderet. Kesenian goong renteng yang telah tercatat sebagai khasanah kesenian Jawa Barat, menyebar di beberapa daerah, seperti : Lebakwangi, Cileunyi, Cikebo, Tanjungsari, Cileuweung, Darmaraja, Cigugur Kuningan, Parakan Lima Sukabumi, Cikuda Nagrak Banjaran, serta goong renteng Situ Raja Sumedang (Nalan, 2003:34). Dari sejumlah Goong Renteng yang ada di Jawa Barat, Goong Renteng yang berada di daerah Kecamatan Arjasari khususnya di Desa Lebakwangi- Batukarut ini adalah salah satu Goong Renteng yang keberadaanya serta

4 pewarisannya masih terpelihara dengan baik. Meskipun berada di tengah-tengah kemodernan dan industrialisasi. Selain itu keunikan Goong Renteng ini adalah dari penamaanya yaitu Goong Renteng Embah Bandong. Penamaan Goong Renteng Embah Bandong diberikan karena pada masa dahulu ada seorang Bupati yang menemukan Gamelan ini, setelah dibersihkan diberi nama Gamelan Embah Bandong. Kata Bandong menurut etimologis berasal dari bahasa sunda dan bahasa jawa kuno atau bahasa kawi, menurut bahasa sunda kata Bandong berasal dari kata Bandung hanya mengganti vokal (u) menjadi (o) seperti Ngabandung=Ngarendeng Bandungan=Dua perahu direndengkeun(disatukan) Sedangkan menurut bahasa jawa kuno atau bahasa kawi, kata Bandong berasal dari kata Bandhung yang artinya bersamaan atau besar (Danya, 1994:29). Dinamakan seperti itu, karena pada saat dimainkan Gamelan Embah Bandong ini yang terdiri dari 2 buah Goong besar disusun berdekatan (ngarendeng). Sedangkan kata Embah itu sendiri adalah penamaan dari orang yang memainkan pada saat itu, gamelan ini menurut leluhur Lebakwangi- Batukarut yang diturunkan secara lisan bahwa yang dulu dipercaya mengurus dan memimpin gamelan EmbahBandong ini adalah Embah Manggungdikusumah. Rupanya Embah Manggungdikusumah yang dikenal masyarakat Lebakwangi-

5 Batukarut adalah Embah Bandong. Sehingga sampai sekarang Gamelan tersebut dinamakan Goong Renteng Embah Bandong. Hingga saat ini, pewarisan kesenian tersebut (berdasarkan data di lapangan) sudah berlangsung selama 11 generasi. Dalam pertujukannya Goong Renteng khususnya Goong Renteng Embah Bandong dari dulu selalu ditampilkan dalam konteks ritual, seperti : upacara adat, maulid nabi, 17 agustus, selamatan, kedatangan tamu pemerintah. Pertunjukkan ini hanya ditampilkan untuk acara-acara khusus, dalam hal ini masyarakat masih memiliki pandangan bahwa Goong Renteng Embah Bandong merupakan kesenian ritual untuk membersihkan atau menjaga dari sesuatu yang berbahaya dan mencelakakan. Makna lain dari pertunjukannya adalah memberikan atau menambah warna / ruh pada acara yang diselenggarakan. Di Desa Lebakwangi-Batukarut ini selain kesenian Goong Renteng Embah Bandong, terdapat beberapa kesenian lainnya. Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung menunjukan bahwa kesenian yang tercatat ada25 kelompok seni tradisional dari 8 jenis yaitu: Pencak Silat, Degung Reog, Kuda Renggong, Calung, Singa Depok, Wayang Golek, dan Kecapi-Suling. Namun hanya Goong Renteng Embah Bandong saja yang termasuk dalam data sejarah dan nilai tradisional Kabupaten Bandung. Disini terlihat bahwa kesenian Goong Renteng Embah Bandong ini yang merupakan kesenian Buhun masih terjaga keasliannya. Dalam perjalanan sejarah perkembangannya kesenian Goong Renteng Embah Bandong mengalami pasang surut seiring dengan dinamika kehidupan masyarakat

6 penyangganya, sebagai akibat perkembangan zaman yang semakin maju, dimana kemajuan zaman ini membawa dampak terkikisnya kesenian tradisional oleh kemajemukan seni modern yang diiringi kemajuan teknologi yang sangat pesat. Apalagi setelah adanya era globalisasi yang telah memunculkan industri-industri yang ada di daerah Kabupaten Bandung ini, hal ini berdampak pada adanya alih tradisi atau kegiatan, yaitu banyaknya waktu yang hilang dalam masyarakat untuk bersosialisasi antara individu dikarenakan jam pekerjaan di dunia industri yang terlalu panjang, sehingga sedikit banyaknya berdampak pada kesenian tradisional yang harus dilestarikan ini. Munculnya industri-industri telah melahirkan bentuk budaya masa yang memiliki kecenderungan terhadap industrialisasi yangmenonjolkan segi-segi kehidupan materil dan mengindahkan (mengenyampingkan) nilai-nilai, norma yang berlaku di dalam masyarakat sehingga membawa dampak terhadap kemunduran kesenian tradisional. Kenyataan inlah yang berakibat pada kesenian tradisional sebagai produk budaya yang bersumber kepada nilai-nilai dalam masyarakat semakin ketersampingkan. Bahkan generasi-generasi muda saat ini sudah banyak dipengaruhi oleh budaya asing yang masuk baik melalui audiovisual maupun yang lainnya, sehingga persepsinya terhadap kebudayaan kesenian tradisional semakin memudar. Keadaan seperti ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mahmud (1993: 19), Kini ada kecenderungan seni tradisional satu demi satu luruh mengundurkan diri dari panggung budaya. Berbagai usaha dilakukan untuk melestarikan seperti pencatatan, penelitian, dan pemergelarannya

7 kembali. Meskipun demikian masih ada jenis-jenis yang hilang yang kelihatanya tidak mungkin tertolong. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat modernisasi tersebut telah berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran penilaian terhadap seni dan budaya, sebuah konflik batin antara ingin mempertahankan nilai-nilai lama dari budaya dengan keinginan menyesuaikan diri dengan perubahan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melahirkan tradisi baru, seperti yang dikemukakan oleh Soedarsono (1991:172), bahwa: Pengaruh modernisasi yang sangat cepat itu, dalam batas-batas tertentu, telah merambah ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia, suatu masyarakat yang semula dikenal memiliki keragaman dan kekayaan seni budaya tradisi sesuai dengan kebinekaan adat dan kepercayaan masingmasing suku bangsa. Dalam kehidupan masyarakat yang mengalami goncangan-goncangan modernisasi ini, selanjutnya timbul konflik batin sebagai kenyataan yang tidak mungkin terelakan, suatu pertentangan batin antara kesetiaan terhadap ikatan tradisi lama dengan keinginan menerima kehadiran tradisi baru yang menjanjikan kemudahan dan kenikmatan yang selalu merangsang dan menggiurkan. Dalam perkembangnnya, kesenian Goong Renteng Embah Bandong sekarang ini sudah jarang ditemui dalam acara-acara hajatan baik pesta pernikahan maupun syukuran khitanan. Kesenian Goong Renteng Embah Bandongpada saat sekarang hanya dapat dijumpai dalam acara perayaan hari besar saja, seperti acara Maulid Nabi yang merupakan agenda rutin bersama acara ngarumat pusaka. Kesenian Goong Renteng Embah Bandong ini secara perlahanlahan akan punah apabila tidak ada upaya dari berbagai kalangan untuk berusaha melestarikannya. Kepunahan kesenian lokal sebagai aset budaya daerah dapat terjadi apabila dalam masyarakatnya kurang peduli dan tidak mempunyai

8 keinginan untuk meneruskan dan mengembangkan serta melestarikan keberadaan seni tradisional tersebut. Kekwatiran ini pun diperkuat dengan adanya kenyataan bahwa dalam sistem pewarisannya sangat lamban. Minat masyarakat terhadap pelestarian kesenian Goong Renteng Embah Bandong ini semakin menurun. Sehingga hal ini menjadi pekerjaan yang sangat berat bagi pengelola kesenian tersebut untuk dapat lebih eksis dan dapat diminati kembali oleh masyarakat sekitar.hal inilah yang mendorong masyarakat Kecamatan Arjasari untuk dapat membangkitkan keeksistensian Goong Renteng Embah Bandong dalam era globalisasi ini. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji perkembangan kesenian Goong Renteng Embah Bandong di Kecamatan Arjasari. hal pertama yang menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian ini adalah berangkat dari rasa kepedulian terhadap nilai-nilai seni dan budaya lokal yang akhir-akhir ini kurang mendapat perhatian dan dukungan sehingga ikut mengancam terhadap eksistensi seni budaya nasional. Kondisi ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang terjadi dan berkembang dalam kehidupan masyarakat baik yang berasal dari dalam atau luar. Kesenian tradisional pada umumnya mengalami perubahan yang sangat lambat, karena kesenian tradisional didukung oleh masyarakat yang memiliki sikap yang terikat pada aturan adat, tapi bukan berarti tidak mengalami perubahan sama sekali. Perubahan ini biasanya diakibatkan karena adanya pngaruh dari luar.

9 Kedua, bagaimana menumbuhkan pandangan masyarakat kembali kepada kesenian Goong Renteng Embah Bandong ini yang telah menjadi identitas masyarakat Kecamatan Arjasari untuk tetap melestarikannya. Selain itu telah kita ketahui di Jawa Barat banyak sekali kesenian-kesenian tradisional yang masih ada dan dapat berinteraksi dengan masyarakat sehingga masih terjaga,ini berkaitan dengan bagaimana upaya masyarakat setempat atau pihak terkait terutama para seniman kesenian Goong Renteng Embah Bandong dalam mengembangkan seni tradisional yang dimilikinya. Pembatasan tahun dari 1983 sampai 2004, dikarenakan dimana pada tahun 1983, dari hasil wawancara di lapangan merupakan tahun yang tepat untuk dikaji karena pada tahun 1983 kesenian ini yang dulunya dikelola oleh seluruh warga masyarakat menjadi pengelolaannya di serahkan kepada organisasi Sasaka Waruga Pusaka yang dibentuk pada tahun tersebut, yang telah diwariskan secara turun temurun. Sedangkan akhir kajian penelitian ini penulis batasi sampai tahun 2004karena pada tahun tersebut masyarakat sudah jarang menggunakan kesenian Goong Renteng Embah Bandong pada acara hajatan, selamatan, mereka lebih banyak menggunakan kesenian yang lebih modern. Oleh sebab itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang perkembangan keseniangoong Renteng Embah Bandongyang tetap masih ada seiring dengan perkembangan zaman, meskipun sudah jarang diminati, namun Goong Renteng Embah Bandong ini masih dilestarikan sebagai pusaka buhun, yang digunakan pada acara Maulid Nabi dan masih diminati oleh masyarakat sebagai salah satu cagar budaya dan seni yang harus dilestarikan.

10 Berdasarkan alasandiatas tersebut, maka penulis mengambil judul Perkembangan Kesenian Goong Renteng Embah Bandong Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung Pada Tahun 1983-2004. (Suatu tinjauan pelestarian nilainilai budaya lokal). B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka untuk memudahkan penelitian dan untuk memudahkan pembahasannya, maka penulis mengidentifikasi beberapa permasalah dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu Bagaimana Kesenian Goong Renteng Embah Bandong mampu bertahan dalam arus globalisasi dan modernisasi pada saat ini? Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka penulis membatasi penelitian ini dengan pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana latar belakang lahirnyakesenian Goong Renteng Embah Bandong? 2. Bagaimana kondisi kesenian Goong Renteng Embah Bandong pada tahun 1983-2004? 3. Bagaimana Tanggapan Masyarakat, Dan Komunitas Seniman, Serta Respon Pemerintah terhadap Perkembangan Kesenian Goong Renteng Embah Bandong? 4. Bagaimana Modernisasi dan globalisasi mempengaruhi perkembangan kesenian Goong Renteng Embah Bandong? C. Tujuan Penelitian

11 Tujuan merupakan hal utama yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan. Begitupun dalam penulisan ini memiliki tujuan tertentu. Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan ini mencakup dua aspek yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bermaksud untuk memperoleh informasi dan pelajaran yang berharga dari peristiwa sejarah dimasa lampau agar menjadi pijakan dalam melangkah di masa depan. Sedangkan tujuan khusus dari penulisan ini adalah untuk mengetahui perkembangan dari kesenian Goong Renteng Embah Bandongyang menjadi kesenian khas Kecamatan Arjasaritanpa menghilangkan nilai-nilai ritual dalam arus globalisasi, dan dikenal oleh masyarakat setempat. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan secara singkat kondisi dan perkembangan awal kesenian Goong Renteng Embah Bandong dengan melakukan tinjauan historis terhadap keadaan masyarakat Kecamatan Arjasari yang meliputiaspek sejarah singkat kebudayaan masyarakat Kecamatan Arjasari dan sejarah sekilas mengenai lahirnya kesenian Goong Renteng Embah Bandong. 2. Mendeskripsikan kondisi dan perkembangan kesenian Goong Renteng Embah Bandongdengan kondisi geografis dan sosial budaya masyarakat Kecamatan Arjasari yang meliputi letak geografis, demografi, pendidikan, agama, mata pencaharian. Selain itu, digambarkan pula mengenai kondisi dan perkembangan keseniangoong Renteng Embah Bandongyang meliputi keberadaan kesenian, nilai budaya, fungsi,dan bentuk keseniannya.

12 3. Menjelaskan Tanggapan Masyarakat, dan Komunitas Seniman, Serta Respon Pemerintah dan Seniman terhadap Perkembangan Kesenian Goong Renteng Embah Bandong (1983-2004). 4. Menjelaskan perubahan-perubahan yang dialami baik dari faktor eksternal maupun internal kesenian Goong Renteng Embah Bandong dalam menghadapi pengaruh globalisasi dan modernisasi. D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian tentang kesenian tradisional khususnya kesenian Goong Renteng Embah Bandong yang masih bertahan di tengah-tengah perubahan sosial-kultural masyarakat, terutama yang berkaitan dengan keberadaannya. Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang tertarik pada persoalan kontekstual dari fenomena kesenian tradisional, selain itu dengan penelitian ini diharapkan pada akhirnya nanti dapat menambah wawasan guna mendapat nilai pengetahuan di bidang studi masalah Sejarah, Seni, dan Budaya dalam upaya untuk melestarikan seni budaya tradisional yang semakin lama semakin tersisih oleh pengaruh-pengaruh budaya luar.dan juga penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengayaan sejarah kebudayaan dan apresiasi seni bagi jurusan sejarah. E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

13 Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode historis dengan pendekatan sosial budaya. Menurut Gottschalk (1986 : 32) yang dimaksud dengan metode historis adalah suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau, dan menuliskan hasil temuan berdasarkan fakta yang telah diperoleh dan disebut dengan historiografi seperti halnya yang diutarakan oleh Sjamsudinbahwa metode historis dalam proses pengkajian, penjelasan dan penganalisaan secara kritis terhadap rekaman dan peninggalan masa lampau. Metodologi sejarah merupakan suatu keseluruhan metode-metode, prosedur, konsep kerja, aturan-aturan dan teknik yang sistematis yang digunakan oleh para penulis sejarah atau sejarawan dalam mengungkapkan peristiwa sejarah. Dalam Metodologi Penelitian Sejarah, terdapat beberapa tahapan, diantaranya Heuristik, Kritik baik intern maupun kritik ekstern, Interpretasi dan tahapan terakhir Historiografi. 1. Heuristik, yaitu suatu kegiatan untuk mencari, menemukan, dan mengumpulkan data serta fakta. Pada tahapan ini, penulis mengumpulkan beberapa sumber dan data yang relevan, baik sumber primer maupun sekunder yang dapat digunakan dalam menjawab permasalahan yang akan dibahas. Sumber sejarah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sumber tertulis dan sumber lisan. Sumber tertulis terdiri dari buku, arsip, artikel, jurnal, makalah dan lain sebagainya. Sumber tertulis ini, penulis peroleh dari perpustakaan seperti Perpustakaan Pendidikan Indonesia (UPI), Perpustakaan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI), dan

14 Perpustakaan Daerah Bandung. Sumber tertulis lainnya penulis dapat dari kantor kearsipan atau instansi terkait yang menurut penulis relevan dengan permasalahan penelitian. Selain menggunakan sumber tertulis, penulis juga menggunakan sumber lisan dengan pendekatan sejarah lisan sebagai sumber primer. Sumber lisan diperoleh dengan mewawancarai pelaku sejarah dalam hal ini seniman Goong Renteng Embah Bandong yang sezaman sebagai narasumber yang dianggap dapat memberikan informasi atas permasalahan yang dikaji. 2. Kritik atau analisis, yaitu menganalisis secara kritis sumber-sumber yang telah diperoleh dengan menyelidiki serta menilai apakah sumber-sumber yang telah terkumpul sesuai dengan masalah penelitian baik isi maupun bentuknya. Semua sumber dipilih melalui kritik eksternal dan internal sehingga diperoleh fakta-fakta yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sumber-sumber yang telah diperoleh tersebut asli atau tiruan dan relevan atau tidak dengan permasalahan yang penulis kaji. Sehingga, dapat diperoleh fakta sejarah yang otentik. Pada tahap ini penulis berusaha untuk mengkritisi sumber-sumber sejarah tentang Kesenian Goong Renteng Embah Bandong di Desa lebakwangi-batukarut tahun 1983-2004. 3. Interpretasi, yaitu untuk menafsirkan keterangan-keterangan sumber secara logis dan rasional. Penafsiran atau interpretasi tidak lain dari pencarian pengertian yang lebih luas tentang sumber yang telah ditemukan. Tahapan penafsiran ini dilakukan dengan cara mengolah beberapa fakta yang telah

15 dikritisi dan merujuk kepada beberapa referensi. Dengan menggunakan pemahaman tersebut, maka penulis dapat terbantu dalam menjelaskan atau menginterpretasikan fakta yang berhubungan dengan pembahasaan yang dikaji tentang perkembangan kesenian Goong Renteng Embah Bandong sehingga menjadi suatu rangkaian yang utuh. Setelah melalui proses yang selektif maka fakta-fakta tersebut dijadikan pokok pikiran sebagai kerangka dasar penyusunan skripsi ini. 4. Historiografi atau penulisan sejarah, yaitu proses penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dari metode penelitian sejarah. Setelah sumber-sember ditemukan, dianalisis, ditafsirkan, kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan yang ilmiah sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia. Teknik-teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Studi kepustakaan. Sebagai langkah awal penulis mengumpulkan sumbersumber yang sesuai dengan fokus kajian penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber atau literatur. Setelah itu penulis menganalisis setiap sumber yang diperoleh dengan membandingkan antara sumber yang satu dengan sumber yang lain, sehingga diperolehlah data-data yang penulis anggap otentik, kemudian data-data tersebut penulis paparkan dalam bentuk karangan naratif yaitu skripsi.

16 2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan interview secara langsung. Teknik wawancara ini erat hubungannya dengan penggunaan sejarah lisan. F. Sistematika Penulisan Agar penulisan penelitian ini tersusun secara sistematis, maka penulisan ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut : Bab satu merupakan Pendahuluan, pada bab ini penulis berusaha untuk memaparkan dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah yang menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian dan penulisan skripsi, rumusan masalah yang menjadi beberapa permasalahan untuk mendapatkan data-data temuan di lapangan mengenai kesenian Goong Renteng Embah Bandong, pembatasan masalah guna memfokuskan kajian penelitian sesuai dengan permasalahan utama, tujuan penelitian dari penelitian yang dilakukan, metode dan tekhnik penelitian serta sisitematika penulisan dalam penyusunan skripsi. Bab dua merupakan landasan teorietis, disini akan dijabarkan mengenai daftar literatur yang dipergunakan yang dapat mendukung dalam penulisan terhadap permasalahan yang dikaji. Pada bagian bab kedua, berisi mengenai suatu pengarahan dan penjelasan mengenai topik permasalahan yang penulis teliti dengan mengacu pada suatu tinjauan teoritis melalui suatu metode studi kepustakaan, sehingga penulis mengharapkan landasan toritis ini bisa menjadi bahan acuan dalam penelitian yang penulis lakukan serta dapat memperjelas isi pembahasan yang di uraikan berdasarkan data-data temuan di lapangan.

17 Bab tiga Metode Penulisan dan Teknik Penelitian, dalam bab ini mengkaji tentang langkah-langkah yang dipergunakan dalam penulisan berupa metode penulisan dan teknik penelitian yang menjadi titik tolak penulis dalam mencari sumber serta data-data, pengolahan data dan cara penulisan. Dalam bab ini juga, penulis berusaha memaparkan metode yang digunakan untuk merampungkan rumusan penelitian, metode penelitian ini harus mampu menjelaskan langkahlangkah serta tahapan-tahapan apa saja yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan. Semua prosedur serta tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penelitian berakhir harus diuraikan secara rinci dalam bab ini. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulis dalam memberikan arahan dalam pemecahan masalah yang akan dikaji. Bab empat merupakan pembahasan. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seluruh hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Uraian tersebut berdasarkan permasalahan atau pertanyaan penelitian yang dirumuskan pada bab pertama. Adapun sistematika dalam penelitian skripsi ini ialah kondisi demografi di Kecamatan Arjasari tahun 1983-2004, sejarah singkat lahirnya kesenian Goong Renteng Embah Bandong, Perkembangan kesenian Goong Renteng Embah Bandong, Tangapan masyarakat mengenai kesenian Goong Renteng Embah bandong dan upaya masyarakat untuk melestarikan kesenian Goong Renteng Embah Bandong 1983-2004. Bab lima merupakan Kesimpulan, yang berisi suatu kesimpulan daripembahasan pada bab empat dan hasil analisis yang penulis lakukan merupakan kesimpulan secara menyeluruh yang menggambarkan perkembangan

18 Kesenian Goong Renteng Embah Bandong Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung Pada Tahun 1983-2004, berdasarkan rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini.