1 Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
128 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN DI GEDUNG PT. X JAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO

ANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. dari segi modal maupun sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum

BAB I PENDAHULUAN.

LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/MEN/98 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PELAPORAN DAN PEMERIKSAAN KECELAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aktivitas di kawasan ini menjadi semakin tinggi. Hal ini akan

MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sehat melalui pelayanan kesehatan yang bermutu dan

BAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

Ari Wibisono

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di berbagai sektor sangat diharapkan karena

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, terdapat tiga kali lipat tingkat kematian dibandingkan dengan di

Pasal 9 ayat (3),mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan penanggulangan kebakaran

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)

ANALISIS UPAYA PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI GEDUNG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

IDENTIFIKASI TINGKAT KEANDALAN ELEMEN-ELEMEN PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN GEDUNG PD PASAR JAYA DI DKI JAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013

BAB I PENDAHULUAN. bangunan kesehatan diklasifisikan bahaya kebakaran ringan, mengingat bahanbahan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan produk

EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

I. PENDAHULUAN. Sebagai Ibukota Negara dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah. Khusus Ibukota Jakarta menjadi titik sentral aktivitas pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang

Penggunaan APAR dan Kedaruratan

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

ANALISA SISTEM PENCEGAHAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI FASILITAS INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014 TESIS.

Sistem Pencegahan dan. Kebakaran. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta. Bagian Tata Usaha. Bidang Tata Operasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pemerintah, baik pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah. Dalam

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

DESAIN KESELAMATAN TERHADAP RISIKO KEBAKARAN (FIRE SAFETY ENVIRONMENT AREA) PADA LINGKUNGAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA.

BAB V PEMBAHASAN. Area kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara meliputi Area 1 (Train

PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. oleh terbakarnya kilang minyak milik British Petroleum di Teluk Meksiko

TINJAUAN PELAKSANAAN PROGRAM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI KANTOR SEKTOR DAN PUSAT LISTRIK PAYA PASIR PT PLN (PERSERO) SEKTOR PEMBANGKITAN MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

KOP SURAT BADAN USAHA

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA. Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA

BAB I PENDAHULUAN. maupun dunia industri, dapat menimbulkan kecelakaan bagi manusia dan

PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

GAMBARAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA SEKOLAH DASAR A DAN SEKOLAH DASAR B BANTEN TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini ilmu dan teknologi telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Perkembangan ini diiringi pula dengan berkembangnya dunia industri yang semakin maju. Pemanfaatan berbagai peralatan, material dan bahan kimia di bidang industri, serta penggunaan mesin-mesin yang kompleks dengan daya energi tinggi telah menimbulkan berbagai macam ancaman keselamatan yang tidak diharapkan di tempat kerja, seperti cidera (injury), cacat fisik, kematian dan gangguan psikologis dan sosial, terutama bagi para pekerja di area kawasan industri tersebut. Kebakaran merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan oleh pihak manapun. Kebakaran dapat terjadi dimana saja termasuk di tempat kerja. Tidak ada tempat kerja yang dapat dijamin bebas risiko dari bahaya kebakaran. Terjadinya kebakaran ini dapat disebabkan oleh faktor manusia, kondisi lingkungan maupun manajemen. Sumber-sumber pemicu terjadinya kebakaran di tempat kerja antara lain listrik, sambaran petir, pengelasan (pekerjaan konstruksi), pemakaian bahan dan cairan mudah terbakar, reaksi kimia, percikan/bunga api, gesekan, rokok, dan lain-lain. Dengan kebakaran, hasil usaha dan upaya yang sekian lama atau dengan susah payah telah dikerjakan dapat menjadi hilang sama sekali. Jerih payah selama berbulanbulan atau bertahun-tahun dapat musnah hanya dalam waktu beberapa jam atau bahkan hanya dalam beberapa menit saja (Suma mur, 1981). Oleh karena itu, kebakaran harus dicegah secara bersama-sama dan dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait Di Amerika, kebakaran telah menewaskan 3.700 orang dan mengakibatkan 20.000 orang cidera setiap tahunnya. Dalam satu tahun, kerugian langsung dari kehilangan properti sebagai akibat dari kejadian kebakaran di Amerika mencapai 11.000.000.000 US$ (U.S. Fire Administration, April 2009). Amerika merupakan negara yang memiliki 1

2 masalah kebakaran yang sangat besar. Menurut laporan United State Fire Administration (USFA) menyebutkan bahwa antara tahun 1998-2007 ratarata angka kejadian kebakaran adalah 1.664.500 kasus dengan estimasi kerugian tiap tahun mencapai 10.949.900 US$. Rata-rata 3.695 orang Amerika tewas dan 19.405 orang lainnya mengalami cidera akibat kejadian kebakaran (angka tersebut belum termasuk kerugian akibat peristiwa 11 September 2001) (National Fire Protection Association Fire Loss in the U.S. 2007, April 2009). Dari sekian banyak kasus kebakaran yang terjadi, ada beberapa kasus kejadian kebakaran yang menimbulkan kerugian cukup besar, diantaranya pada tahun 1984 di Bhopal, India terjadi kecelakaan fatal yang mengakibatkan 200.000 orang korban luka-luka yang disebabkan bocornya methyl isocyanat; bulan April 1986 di Filipina terjadi ledakan yang mengakibatkan kebakaran di tempat kerja, 11 orang meninggal dunia dan 8 orang cidera; bulan November 1986 di Bulgaria terjadi suatu ledakan dari bahan kimia vinyl chlorida dan mengakibatkan 17 orang meninggal dan 19 orang lainnya luka-luka; tahun 1997 di BI Tower Jakarta terjadi kebakaran yang mengakibatkan 15 orang meninggal; kebakaran dan ledakan di PT. Petrowidada pada tanggal 20 Februari 2004 mengakibatkan 4 orang meninggal, 49 orang dirawat dan kerusakan pada pabrik. Dari kejadian kebakaran tersebut, kita menyadari pentingnya upaya pengendalian kebakaran guna meminimalkan risiko yang terjadi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan audit terhadap sistem keselamatan kebakaran yang ada di tempat kerja tersebut. Di Indonesia, hingga saat ini kebakaran merupakan bahaya potensial yang masih kerap terjadi baik di tempat kerja maupun pemukiman penduduk. Data kasus kebakaran yang dikutip dari Pusat Laboratorium Fisika Forensik Mabes Polri dari tahun 1990-2001 adalah sebagai berikut: tahun 1990-1996, jumlah kejadian: 2.033 kasus (80% kasus di tempat kerja, 20% kasus bukan di tempat kerja) dan tahun 1997-2001 jumlah kejadian: 1.121 kasus (76,1% terjadi di tempat kerja, 23,9% bukan tempat kerja). Dari data tersebut ternyata tempat kerja lebih besar peluangnya untuk terjadi

3 kebakaran, karena semua unsur yang dapat memicu kebakaran terdapat di tempat kerja. Dan ternyata teridentifikasi pula, bahwa 20% dari kejadian kebakaran berakibat habis total. Gambaran ini menunjukkan bahwa di tempat kejadian tersebut tidak tersedia sumber daya yang memadai untuk menghadapi kejadian kebakaran (Depnakertrans). Menurut data statistik kebakaran DKI Jakarta, sampai dengan bulan April 2009 telah terjadi 122 kali peristiwa kebakaran di wilayah DKI Jakarta, dengan perkiraan kerugian material sebesar: Rp. 44.547.800.000 (data statistik kebakaran terhitung per 1 Januari 2009). PT. X merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa laboratorium kimia untuk analisa minyak dan gas bumi yang berlokasi di Kawasan Komersial Cilandak, Jakarta Selatan. Dalam proses kerjanya, PT. X banyak menggunakan bahan kimia (misalnya bahan kimia yang bersifat oksidator, mudah terbakar, eksplosif, beracun, korosif, dan lain-lain), tabung gas bertekanan dan peralatan listrik, sehingga hampir dari keseluruhan bahan dan alat tersebut mempunyai potensi bahaya keselamatan maupun kesehatan bagi pekerja dan juga lingkungan sekitar, termasuk potensi kebakaran. Penelitian ini dilakukan untuk mengaudit sistem keselamatan kebakaran yang ada di gedung PT. X meliputi sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran dengan menggunakan standar/peraturan yang berlaku di Indonesia (Perda DKI No. 3 Tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan) dan standar internasional (NFPA 10 tentang Alat Pemadam Api Ringan, NFPA 13 tentang Sistem Sprinkler, NFPA 72 tentang Kode Alarm Kebakaran, NFPA 101 tentang Kode Keselamatan Hidup (Life Safety Code)). 1.2 Perumusan Masalah PT. X sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa laboratorium kimia untuk analisa minyak dan gas bumi banyak menggunakan bahan

4 kimia, tabung gas bertekanan dan peralatan listrik yang memiliki potensi kebakaran dan ledakan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti memandang perlunya dilakukan penelitian tentang audit sistem keselamatan kebakaran meliputi sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang ada di gedung PT. X yang berlokasi di Kawasan Komersial Cilandak, Jakarta Selatan pada tahun 2009 dibandingkan dengan standar yang berlaku di Indonesia dan standar internasional. 1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana kesesuaian penerapan sistem keselamatan kebakaran yang di gedung PT. X Jakarta pada tahun 2009 meliputi sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran dibandingkan dengan standar yang berlaku di Indonesia (Perda DKI No. 3 Tahun 1992, Kepmen PU No. 10/KPTS/2000) dan standar internasional (NFPA 10, 13, 72, 101)? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Melakukan audit keselamatan kebakaran meliputi sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang ada di gedung PT. X Jakarta tahun 2009. 1.4.2 Tujuan Khusus a. Diketahuinya potensi kebakaran di PT. X Jakarta pada tahun 2009. b. Diketahuinya tingkat kesesuaian sarana proteksi aktif meliputi detektor kebakaran, alarm kebakaran, alat pemadam api ringan (APAR) dan sprinkler di gedung PT. X Jakarta dibandingkan dengan standar Perda DKI No. 3 Tahun 1992, Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 dan NFPA pada tahun 2009. c. Diketahuinya tingkat kesesuaian sarana penyelamatan jiwa meliputi sarana jalan keluar, tangga darurat, tanda petunjuk keluar, pintu darurat, penerangan darurat dan tempat berkumpul

5 (Muster Point) di gedung PT. X Jakarta dibandingkan dengan standar Perda DKI No. 3 Tahun 1992, Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 dan NFPA pada tahun 2009. d. Diketahuinya manajemen penanggulangan kebakaran meliputi organisasi, prosedur dan latihan tanggap darurat di PT. X Jakarta pada tahun 2009. e. Diketahuinya program pemeriksaan dan pemeliharaan sarana kebakaran yang ada di gedung PT. X Jakarta pada tahun 2009. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Perusahaan a. Mendapatkan gambaran audit terhadap kesesuaian sistem keselamatan kebakaran yang ada di gedung PT. X. b. Sebagai bahan masukan tambahan dalam upaya perbaikan, sehingga terciptanya kondisi tempat kerja dan lingkungan kerja yang aman dari bahaya kebakaran. 1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan (FKM UI) Sebagai sarana dalam mengembangkan keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), khususnya mengenai audit keselamatan kebakaran. 1.5.3 Bagi Mahasiswa a. Untuk meningkatkan kompetensi peneliti dalam bidang K3, khususnya mengenai audit keselamatan kebakaran. b. Dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perusahaan, khususnya mengenai audit keselamatan kebakaran. 1.5.4 Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan masukan dan informasi mengenai audit keselamatan kebakaran di suatu tempat kerja, sehingga dapat

6 mendorong dan memotivasi untuk dilakukan penelitian yang lebih mendalam. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan untuk mengaudit sistem keselamatan kebakaran meliputi sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang ada di gedung PT. X yang berlokasi di Kawasan Komersial Cilandak, Jakarta Selatan pada tahun 2009. Penelitian dilakukan di area PT. X, yang terdiri atas bangunan gedung beserta asset didalamnya baik orang (pekerja) maupun properti lainnya. Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan keselamatan dan keamanan pekerja terjamin serta kerugian yang mungkin terjadi, baik dialami oleh perusahaan, pekerja maupun lingkungan sekitar akibat peristiwa kebakaran dapat diminimalkan. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil audit sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran dengan standar yang berlaku di Indonesia yaitu Perda DKI No. 3 Tahun 1992 dan Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 dan standar internasional (NFPA 10, 13, 72, 101). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan komparatif melalui observasi dan melakukan telaah dokumen untuk memperoleh data sekunder dan primer. 1.7 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisa deskriptif dengan pendekatan observasional yang membandingkan antara sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang ada di PT. X dengan standar yang berlaku di Indonesia dan standar internasional. Peneliti hanya mengambil beberapa elemen dari standar yang digunakan disesuaikan dengan kerangka konsep yang peneliti buat, sehingga analisa yang dilakukan tidak mengacu pada seluruh elemen/substansi dalam standar/peraturan tersebut.