BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin Asean sepakat membentuk

dokumen-dokumen yang mirip
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pesawat Polonia

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. Belawan International Container Terminal (BICT) sebagai unit usaha PT.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. intermoda, dan berbagai jasa bongkar muat penunjang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Waktu yang dihabiskan kapal selama berada di pelabuhan akan sangat berpengaruh terhadap pengoperasian kapal tersebut. Semakin lama kapal berada di

I-1 BAB I PENDAHULUAN

MEMPELAJARI PERENCANAAN BANYAKNYA BONGKAR MUAT PETIKEMAS BERJENIS DRY (FULL DAN HIGH CUBE) DAN OVER DIMENTION PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas

BAB I PENDAHULUAN pulau. Dan Indonesia adalah Negara Maritim. Oleh sebab transportasi laut sangat

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

1. BAB I PENDAHULUAN. PT. Berlian Jasa Terminal Indonesia (PT. BJTI) adalah perusahaan

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN KATA PENGANTAR

PENANGANAN MUATAN. Dosen : Haryono Putro

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT

BAB I PENDAHULUAN. maupun ekspor, yang berada di arus lalu lintas selat sunda dan sangat aktif dalam

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

OPTIMASI KINERJA TERMINAL PETI KEMAS KOJA MELALUI PENGADAAN TRANSFER POINT DAN PENGATURAN ALUR HEADTRUCK CHASSIS

Arif Mulyasyah NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DAN PERALATAN TERHADAP SISTEM BONGKAR MUAT DI PELABUHAN PANTOLOAN

ASEAN DAN KERJASAMA EKONOMI REGIONAL. [Dewi Triwahyuni]

A. ARUS KAPAL. Unit GT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Container (Peti Kemas) Apartement

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG SIBOLGA

ANALISA KEGIATAN BONGKAR MUAT PADA PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA UNTUK MEMPERCEPAT PROSES BONGKAR MUAT

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

KATA PENGANTAR. Surabaya, 03 Oktober Penyusun

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

BAB I PENDAHULUAN. baik ditandai dengan semakin meningkatnya kegiatan perdagangan, baik. mempunyai peranan yang sangat penting dalam menggerakan roda

ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Industri di Jawa Tengah telah meningkatkan nilai ekspor pada

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

BAB I Pendahuluan. Tahun 2015 merupakan tahun diimplementasikanya Asean Economic

TUGAS AKHIR. Oleh: Alvin Habara( ) StudiDistribusiPupukLewatLautStudiKasus: Gresik Bali dan Nusa Tenggara 2 JULI 2013

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh

7. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN dan luas perairannya Indonesia adalah Negara

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara

TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) DAN SUMBER DAYA MANUSIA DI PELABUHAN

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi mengharuskan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), APEC( Asia Pacific Economic

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

MEMPELAJARI PERAWATAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES BONGKAR MUAT PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA TANJUNG PRIOK

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. membutuhkan eksistensi sistem transportasi laut sebagai penggerak pertumbuhan,

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

4.1. DEFINISI DASAR 4.2. FASILITAS UTAMA DAN FASILITAS DASAR PERAIRAN

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja (manusia) yang diatur dalam urutan fungsi-fungsinya, agar efektif dan

Tugas Akhir. Kegiatan Bongkar Muat Curah Kering. Pelabuhan Khusus Petrokimia Gresik)

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. memenuhi harapan pelanggan. Dengan luas area lebih dari 200 ribu m 2, kami siap

ANALISA PENENTUAN WAKTU BAKU UNTUK MEMPERSINGKAT PROSES PELAYANAN BONGKAR MUAT DI PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN

Kargo adalah semua barang yang dikirim melalui udara (pesawat terbang), laut (kapal) atau darat baik antar wilayah atau kota di dalam negeri maupun

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

TUGAS AKHIR TINJAUAN TURN ROUND TIME STUDI KASUS : UNIT TERMINAL PETIKEMAS I PELABUHAN TANJUNG PRIOK

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT. Definisi dan Persyaratan Hub Port

Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002

Gambar 1.1 Terminal Peti Kemas (Steenken, 2004)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN PONTIANAK

SISTEM TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG EFISIENSI DISTRIBUSI

PT.KERETA API INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin Asean sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir tahun 2015 atau Asean Economic Comunity (AEC) 2015. Hal ini dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi asing. Akan tetapi dalam mencapai tujuan tersebut negara Asean termasuk Indonesia harus memiliki infrastruktur, keahlian tenaga kerja, energi, serta kemudahan berbisnis yang baik. Infrastuktur yang baik misalnya kemudahan dan kelancaran transportasi akan membantu indonesia untuk bersaing dalam perkembangan bisnis pada AEC 2015. Jalur transportasi yang sering digunakan untuk mengirimkan dan menerima barang dalam skala kecil ataupun skala besar adalah transportasi laut. Pelabuhan Belawan adalah sarana transportasi laut Provinsi Sumatera Utara. Pelabuhan Belawan digunakan untuk pengiriman barang dalam skala kecil sampai dengan skala besar. Pada umumnya barang yang dikirim dan diterima merupakan barang kebutuhan industri, rumah tangga dan pemerintah untuk pasar domestik dan internasional. Hal tersebut mengakibatkan sarana dan prasarana ataupun fasilitas pelayanan pelabuhan menjadi sangat penting untuk dipenuhi oleh pelabuhan tempat pengiriman ataupun penerimaan barang agar barang dapat sampai tepat waktu.

Salah satu dermaga di pelabuhan belawan adalah dermaga ujung Baru.Dermaga ujung baru dibangun pada tahun 1980. Sampai saat ini telah terdapat 6 komoditi terminal pada dermaga ujung baru yaitu terminal curah kering, curah cair, petikemas, generalcargo, bag cargo dan unitezed. Proses bongkar muat barang pada dermaga terdapat 3 komponen utama yang mempengaruhi produktivitas dermaga. Komponen tersebut adalah jumlah produksi bongkar muat yaitu jumlah barang yang dibongkar dari kapal kedermaga dan jumlah barang yang dimuat dari dermaga ke kapal. Jam Kerja Efektif yaitu jumlah waktu kerja di dermaga yang benar-benar digunakan untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang di dermaga. Gang kerja yaitu jumlah mesin crane dan buruh yang digunakan dalam proses bongkar muat. Menurut keputusan MenHub No 35 dan 11 tahun 2007 disebutkan bahwa 1 Gang Kerja adalah 1 unit mesin crane dan 12 buruh kerja. Pada proses bongkar muat sering terjadi kelebihan penggunaan gang kerja terhadap standar yang ditentukan oleh Otoritas Jasa Pelabuhan (OJP). Berdasarkan standar OJP pengunaan gang kerja untuk komoditi general cargo, bag cargo, unitized sebesar 3 gang dan komoditi petikemas sebesar 2 gang. Pada Tabel 1.1 adalah data penggunaan gang kerja pada beberapa kapal bongkar muat di dermaga ujung baru:

Tabel 1.1. Jumlah Penggunaan Gang Kerja No Nama Kapal Komoditi 1 Indomas Ii, Km Jumlah Penggunaan Gang Standar OJP 2 3 2 Indomas Ii, Km 3 3 3 Mitra Utama, Km General cargo 2 3 4 Mitra Utama, Km 5 Orient Star, Mv 3 3 6 Harmoni Sejati, Mv 7 New Trans, Km 2 3 8 Quang Minh 18, Mv 3 3 9 Sinar Kudus, Km BagCargo 10 11 Sumber Cahaya Ii, Km Sumber Cahaya Xi, Km 12 Asian Trader, Mv 13 Marine Power 3010, Tk Pincalang Andalas, 14 Km Unitized 3 3 2 3 15 Selancar Djaja, Tk 3 3 16 Tanto Senang, Km 3 2 Peti Kemas 17 Sinar Mas, Km 2 2 Berdasarkan Tabel 1.1. di atas dapat dilihat bahwa terdapat penggunaan gang kerja yang tidak sesuai dengan standar OJP, hal tersebut diakibatkan oleh gang kerja yang tidak bekerja secara maksimal. Permasalahan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya fenomena produktivitas dermaga ujung baru berada dibawah standar yang telah ditetapkan, sehingga target bongkar muat tidak tercapai. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat produktivitas dermaga ujung baru pada beberapa komoditi bongkar muat dipelabuhan belawan.

Perbaikan produktivitas dermaga menggunakan Produtivity Evaluation Tree (PET) dengan melihat jalur yang tepat untuk perbaikan produktivitas dermaga tersebut. Pemilihan jalur yang tepat pada PET diharapkan dapat memberikan metode penjelasan dan perbaikan produktivitas dermaga agar dapat digunakan sebagai dasar untuk perbaikan fasilitas pelayanan kedepannya. Pada penelitian Moses (2006) Dalam jurnal "Analisis Kegiatan Bongkar Muat Pada PT. Terminal Petikemas Surabaya Untuk Mempercepat Proses Bongkar Muat" diperoleh produktivitas sebesar 31 petikemas/jam untuk proses bongkar muat container crane dan 29 petikemas/jam untuk proses bongkar muat Rubber Tyred Gantry(RTG). Perbaikan dilakukan dengan menurunkan waktu standar proses bongkar muat yang disesuaikan dengan allowance pekerja sehingga waktu standar proses bongkar muat container crane sebesar 89,85 detik/boxdan waktu standar proses bongkar mua RTG sebesar 105 detik/box 1.2. Perumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang permasalahan dapat dirumuskan bahwa adanya fenomena tentang rendahnya produktivitas dermaga yang diakibatkan oleh penggunaan gang kerja untuk proses bongkar muat tidak sesuai dengan standar Otoritas Jasa Pelabuhan. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah mendapatkan sebuah rancangan pelayanan bongkar muat guna peningkatan produktivitas dermaga.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah: 1. Mengetahui pengukuran produktivitas dermaga setiap komoditi pada proses bongkar muat. 2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi nilai produktivitas dermaga yang dihasilkan. 3. Mengetahui jalur productivityevaluationtree (PET) yang akan digunakan untuk perbaikan produktivitas pada periode selanjutnya. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Mahasiswa Mendapat pengalaman dalam menerapkan teori rekayasa produktivitas di dalam suatu perusahaan. 2. Bagi Perusahaan Hasil penelitian dapat dijadikan pertimbangan bagi perusahaan untuk peningkatan produktivitas di dalam perusahaan 3. Bagi Departemen Teknik Industri USU a. Dapat mempererat kerja sama antara perusahaan dengan Fakultas Teknik, Departemen Teknik Industri,. b. Departemen Teknik Industri dapat lebih dikenal secara luas sebagai forum disiplin ilmu terapan produktivitas yang sangat bermanfaat bagi perusahaan.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi Adapun batasan permasalahanyang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis produktivitas hanya didasarkan pada proses bongkat muat di dermaga ujung baru. 2. Komoditi yang diukur produktivitasnya adalah General Cargo, Bag Cargo Utinized dan Peti Kemas 3. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu sebanyak 12 bulan yang merupakan data dari periode Desember 2014 hingga November 2015. 4. Pengukuran produktivitas hanya menyangkut faktor-faktor yang dapat diukur secara kuantitatif karena hasil yang diperlukan adalah bersifat kuantitatif 5. Jam kerja proses bongkar muat yang digunakan adalah jam kerja efektif Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kegiatan bongkar muat berjalan dengan normal dan tidak mengalami perubahan. 2. Tenaga kerja tidak berubah dan dianggap telah menguasai pekerjaannya. 3. Mesin-mesin tidak mengalami perubahan dan sesuai dengan teknologi yang digunakan saat ini.