BAB I PENDAHULUAN. pergerakan tubuh yang mengintegrasikan beberapa komponen, yaitu aktivitas

dokumen-dokumen yang mirip
ALMAS AWANIS J

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia, 2015). Seperti artinya membopong atau memanggul,

BAB I PENDAHULUAN. atau dewasa. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-5 TAHUN DI TK AISYIYAH 50 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-5 TAHUN DI BOYOLALI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Negara menggunakannya sebelum abad ke-18. Hal ini masih tradisi di

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan merupakan pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. pengoptimalan tumbuh kembang bayi, motor control, motor learning, dan

BAB I PENDAHULUAN. bergerak menuju ke sesuatu yang lebih baik (Ghianovan, 2014). Sama halnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang. perkembangan seorang individu, pada masa ini anak mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH TUMMY TIME EXERCISE TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR BAYI USIA MINGGU NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan anak dan menyebabkan rendahnya perkembangan kognitif. Jika

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tahapan perkembangan merupakan tingkatan tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dikenalkan pada anak. menyikapi fenomena perilaku anak ( Gleen doman, 2005 )

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan (maturation) yang

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANTARA ANAK TAMAN KANAK-KANAK DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DENVER II

BAB 1 PENDAHULUAN. Tubuh memang memerlukan keseimbangan dalam kehidupan. Selain. keseimbangan fisik manusia juga memerlukan keseimbangan jiwa.

A-PDF OFFICE TO PDF DEMO: Purchase from to remove the watermark BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

BAB I PENDAHULUAN. dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, dimana terdapat lima fenomena utama yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurfitri Amelia Rahman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang indah bagi seseorang yang sudah berkeluarga. Jika anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. l.1 Latar Belakang. Golden age atau masa keemasan anak adalah masa paling penting pada

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kelangsungan hidup sebuah bangsa ditentukan oleh generasi penerusnya.

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Untuk menjadi seseorang yang dewasa dengan motorik yang baik,

DETEKSI DINI KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan berbagai kegiatan fisik lainnya. Bermain dapat membebaskan

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan skill dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. untuk stimulasi potensi-potensi anak, sehingga secara nature dan nurture anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-

BAB I PENDAHULUAN. bersifat kuantitatif. Sedangkan pengertian tumbuh itu sendiri yaitu proses

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan normal sesuai dengan tahapan normalnya adalah hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Periode lima tahun pertama kehidupan anak (masa balita) merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Orangtua memegang peranan penting dalam merawat, mengasuh, mendidik

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan intrauterin ke ekstrauterin (Dewi, 2011). Pada dasarnya bayi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Hasan (2011: 15), adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. tentunya akan menjadikan penerus bagi keturunan keluarganya kelak. Setiap anak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, pemerintah sangat serius dalam menangani bidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Istilah kembang berhubungan dengan aspek diferensiesi bentuk atau fungsi,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

PENGARUH STIMULASI POSISI TENGKURAP TERHADAP KEMAMPUAN MENGANGKAT KEPALA BAYI USIA 4 MINGGU NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Pendidkan anak usia dini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal

PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAHASA BERDASARKAN LENGKAP TIDAKNYA STATUS ORANG TUANYA DI KECAMATAN KARTASURA SKRIPSI

MEMBENTUK BUAH HATI MENJADI PRIBADI TANGGUH DAN PERCAYA DIRI

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat, cerdas, berpenampilan menarik, dan berakhlak mulia

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapai dengan upaya mengusahakan tumbuh kembang anak seoptimal. mungkin sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

yang lebih rumit akan lebih mudah dilakukan oleh anak.

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan motorik kasar merupakan perkembangan kontrol pergerakan tubuh yang mengintegrasikan beberapa komponen, yaitu aktivitas saraf pusat, saraf tepi dan melibatkan otot-otot besar untuk perkembangan gerakan (lokomosi) dan postur (posisi tubuh). Perkembangan motorik kasar ini terjadi dimulai sejak dalam kandungan dan terus berkembang secara bertahap (Soetjiningsih dan Ranuh, 2012). Ropper dan Robert (2005) menyatakan bahwa rentang usia perkembangan motorik kasar sangatlah panjang yaitu usia 0 sampai 6 tahun, sehingga ketika direntang usia tersebut diberikan stimulasi motorik akan berpengaruh pada perkembangan kognitif. Menurut Soetjiningsih dan Ranuh (2012) perkembangan motorik kasar anak terjadi secara bertahap yang dimulai dari berguling, tengkurap, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, sampai berlari. Penelitian (Kuperus dkk., 1992) menemukan bahwa anak dengan resiko biologis tinggi dapat mengejar ketertinggalan kognitif dengan pemberian stimulasi dari lingkungan rumahnya. Melihat penelitian tersebut, perlu menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan stimulasi, terspesifik untuk perkembangan motorik kasar anak, karena pada rentang usia tersebut perkembangan motorik kasar berkembangan dengan pesat sehingga berpengaruh pada kematangan perkembangan saraf di otak (kognitif) dan bisa 1

2 menjadi salah satu faktor anak mengalami keterlambatan perkembangan ketika kurang dalam memberikan stimulasi (Yusuf, 2011, Department of Health HKSAR, 2008). Stimulasi yang datangnya dari luar atau lingkungan sekitar anak akan lebih efektif jika memperhatikan kebutuhan anak sesuai tahapan perkembangan usianya. Misalnya, di usia 7,5 hingga 8 bulan anak sudah memiliki reflek menapak dan dengan adanya reflek tersebut membuat anak berkeinginan untuk menapakkan kakinya ke tanah. Dari sinilah awal anak mulai belajar berjalan sehingga orang tua bisa langsung memberikan stimulasi motorik kasar untuk kemampuan berjalan anak (Riyadi dan Intarti, 2012). Penelitian Clearfield (2010) hasilnya menunjukan bahwa dengan kemampuan berjalan maka akan mengembangkan perilaku sosial anak (interaksi sosial). Ketika anak belum mencapai kemampuan berjalan di usia yang semestinya, maka akan mempengaruhi perkembangan sosial anak terhadap lingkungan. Peran orang tua disini sebagai pemberi stimulasi adalah bentuk perilaku pengasuhan sebagai lingkungan pertama yang anak kenal, sehingga orang tua dituntut pemahaman yang benar dalam mengasuh. Faktor yang mempengaruhi perilaku pengasuhan orang tua dalam memberikan stimulasi adalah pengetahuan (knowledge) tentang pemberian stimulasi, sikap (attitude) terhadap stimulasi yang akan diberikan dan tindakan (practice) stimulasi yang orang tua berikan kepada anak dalam bentuk praktik berupa latihan tiap harinya (Fitriyani dkk., 2013). Dari hasil observasi peneliti pada bulan Desember di Posyandu Menur X (Sepuluh) Desa Makam Haji, peneliti melakukan wawancara kepada orang tua

3 yang mendampingi anak saat melakukan pemeriksaan di Posyandu. Tujuan wawancara ini untuk mengetahui usia dan perkembangan motorik kasar yang sudah dicapai disesuaikan dengan milestone motorik kasar (dalam Soetjiningsih dan Ranuh, 2012). Dari 37 anak yang datang di hari itu, didapatkan 17 anak yang mencapai kemampuan motorik kasar belum sesuai milestone dan 20 anak mencapai kemampuan motorik kasar sesuai milestone. Ini yang menarik perhatian peneliti, karena hasil observasi menunjukkan jumlah anak yang perkembangannya belum sesuai usia di milestone motorik kasar hampir menyamai jumlah anak dengan perkembangan yang sesuai. Sebuah penelitian yang dilakukan Hotmaria (2010) tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun, hasilnya tidak terdapat hubungan. Sari dkk., (2011) melakukan penelitian yang hampir sama yakni tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3 5 tahun, hasilnya ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3 5 tahun. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan orang tua tentang pemberian stimulasi

4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu apakah ada hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan orang tua tentang pemberian stimulasi motorik kasar terhadap kemampuan berjalan anak?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan orang tua tentang pemberian stimulasi motorik kasar terhadap kemampuan berjalan anak. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang pemberian stimulasi b. Untuk mengetahui hubungan sikap tentang pemberian stimulasi c. Untuk mengetahui hubungan tindakan tentang pemberian stimulasi D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Teoritis Untuk menambah wawasan tentang bagaimana hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan orang tua tentang pemberian stimulasi

5 2. Praktis a. Bagi Penulis Melatih kreatifitas penulis dalam menuangkan gagasan pemikiran tentang suatu kajian atau topik dari ilmu-ilmu yang sudah dipelajari. b. Bagi Pembaca 1) Profesi Fisioterapi, sebagai bahan masukan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang dalam pelayanan fisioterapi khususnya fisioterapi pediatri. 2) Orang tua anak, sebagai tambahan pengetahuan agar orang tua tahu dan dapat memberikan yang terbaik untuk perkembangan anaknya. 3) Peneliti, sebagai bahan kajian lanjutan bagi peneliti yang akan meneliti secara mendalam untuk aspek yang sama.