PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PINANG (Areca catechu L. Fiber) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS BAHAN CAMPURAN SEMEN GIPSUM

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate)

Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN SEMEN-GIPSUM

Abstrak OPTIMUM OF PALM FIBERS ADDITION ON MECHANICAL PROPERTIES FOR CEMENT-GYPSUM BOARD. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Gravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: ABSTRAK

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam

Abstrak. Kata kunci : Serat sabut kelapa, Genteng beton, Kuat lentur, Impak, Daya serap air

BAB I PENDAHULUAN. hutan semakin hari semakin berkurang. Untuk mengurangi ketergantungan akan

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

SIFAT MEKANIK PAPAN GYPSUM DARI SERBUK LIMBAH KAYU NON KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

PENGARUH RASIO SEMEN DAN PARTIKEL TERHADAP KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH PARTIKEL INDUSTRI PENSIL

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

PENENTUAN KUALITAS PAVING BLOCK BERDASARKAN SIFAT FISIS VARIASI CAMPURAN PASIR DAN SEMEN. Yon Fajri, Riad Syech, Sugianto

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI BAMBU DAN ECENG GONDOK

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PEMANFAATAN PARTIKEL TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN PENGUAT PADA KOMPOSIT RESIN POLIESTER

PENGARUH SUBSTITUSI AGREGAT KASAR DENGAN SERAT AMPAS TEBU TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON K-350

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

Lampiran A. Densitas Dari Papan Gipsum Plafon Terhadap Sampel (Gipsum : Serbuk Batang Kelapa Sawit : Tapioka) M k M g M t ρ air Ρ

METODE PENELITIAN. Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer agar dapat

PENGUNAAN BAHAN MATRIK SEMEN,GIBSUM, TANAH LIAT TERHADAP PEMANFAATAN SABUT KELAPA SEBAGAI SERAT UNTUK PEMBUATAN PAPAN SERAT SABUT KELAPA

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BATAKO RINGAN MENGGUNAKAN ABU VULKANIK SINABUNG DAN SERAT BATANG PISANG DENGAN PEREKAT POLYESTER SKRIPSI

SIFAT FISIK MEKANIK PAPAN GYPSUM BERBAHAN PENGISI ALTERNATIF LIMBAH SERUTAN ROTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR ATAP SERAT BULU AYAM

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang. diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.

UJI COBA PENGGUNAAN SABUT KELAPA SEBAGAI PAPAN SERAT. Ninik Paryati 1)

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Luthfi Hakim 1 dan Fauzi Febrianto 2. Abstract

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Adapun pengujian yang akan dilakukan adalah pengujian kuat lentur,

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH KETEBALAN SERAT PELEPAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER-SERAT ALAM

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON

ANALISA PENGUJIAN TARIK SERAT AMPAS TEBU DENGAN STEROFOAM SEBAGAI MATRIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BETON POLIMER BERBASIS LIMBAH PULP DREGS SEBAGAI AGREGAT DAN RESIN EPOKSI SEBAGAI PEREKAT SKRIPSI

PENGARUH VARIASI PERAWATAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

BAB I PENDAHULUAN I-1

ANALISA TEKNIK DAN EKONOMIS VARIASI JENIS BAMBU SEBAGAI BAHAN LAMINASI UNTUK PEMBUATAN KAPAL IKAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

PEMANFAATAN SERAT IJUK PENDEK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN DAN KARAKTERISTIKNYA SKRIPSI NELY WAHYUNI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN AKHIR. PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT TANDAN KELAPAA SAWIT (Elaeis Guineensis) POLYPROPYLENE (RPP) DENGAN VARIASI MASSAA

PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEAUSAN, KEKUATAN TARIK DAN IMPACT KOMPOSIT SERAT AMPAS TEBU BERMATRIK POLYESTER

KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL BAMBU BETUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KAJIAN TEGANGAN BETON DENGAN CAMPURAN SERAT AMPAS TEBU (BAGGASE) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN POROSITAS DAN DENSITAS MORTAR BERBASIS BATU APUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Bahan

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN

BAB V ANALISIS HASIL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

17 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(1), 16-20

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH TEMPERATUR PEMBAKARAN PADA KOMPOSIT LEMPUNG/SILIKA RHA TERHADAP SIFAT FISIS (APLIKASI PADA BATA MERAH)

PEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI

BAB I PENDAHULUANb Latar Belakang Permasalahan

Effect of Particle Layerson Mechanical Characteristics (MoE And MoR) Of Particle Board Of Ulin Wood (Eusideroxylon Zwageri T.Et.B)

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

SIFAT FISIS PAPAN GYPSUM DARI LIMBAH GERGAJIAN KAYU

Medan (Penulis Korespondensi : 2 Staf Pengajar Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI PAPAN KOMPOSIT DENGAN VARIASI PANJANG SERAT

LAPORAN AKHIR. Disusun untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya.

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PINANG (Areca catechu L. Fiber) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS BAHAN CAMPURAN SEMEN GIPSUM Suci Olanda, Alimin Mahyudin Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail: suci_olanda@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang sifat mekanik dan sifat fisis papan semen gipsum dengan penambahan serat pinang. Metode penyusunan serat pinang yang digunakan yaitu 1 lapis secara teratur yang diletakkan diantara matriks, dengan variasi persentase serat yang digunakan adalah 0%, 0,2%, 0,4%, 0,6%,08% dan 1,2% terhadap massa adonan serat, semen, gipsum dan air. Dari hasil pengujian didapatkan nilai optimum kuat tekan diperoleh pada papan dengan persentase serat 0,6% yaitu sebesar 108,08 kg/cm 2, sedangkan nilai kuat lentur optimum diperoleh pada papan dengan persentase serat 0,6% yaitu sebesar 30,33 kg/cm 2. Daya serap air optimum diperoleh persentase serat 1,2% yakni sebesar 16,52%, sedangkan densitas optimum diperoleh pada persentase serat 0,8% yaitu sebesar 1,139 g/cm 3. Nilai kuat tekan dan densitas memenuhi standar JIS A 5908-2003 dan SNI 03-6384-2000, sedangkan nilai kuat lentur telah memenuhi standar bison gypsum fiber board dan daya serap air memenuhi standar FAO. Kata kunci: papan semen-gipsum, serat pinang, kuat tekan, kuat lentur, daya serap air, densitas ABSTRACT The research about mechanical and physical properties of cement-gypsum board with Areca catechu L. Fiber addition has been done. The method of fiber preparation is a layer in the middle of matrix, with the percentage of fiber variation are 0%, 0.2%, 0.4%, 0.6%, 0.8% and 1.2% from total mass of dougth fiber, cement, gypsum and water. The research result showed that the optimum value for compressive strength is 108.08 kg/cm2, was obtained from the board with a percent fiber 0.6%, while the optimum value flexural strength is 30.33 kg/cm2, was obtained from the board with a percent fiber 0.6%. The optimum value for the water absorption with 1.2% percent fiber is 16.52%, while the optimum value for the density is 1.139 g/cm3, was obtained from 0.8% percent fiber. The determination of compressive strength and density is based on JIS A 5908-2003 and SNI 03-6384- 2000 standard, while the flexural strength value have fulfilled the byson gypsum fiber board standard and water absorption FAO standard. Keywords: cement-gypsum board, Areca catechu L. Fiber, compressive strength, flexural strength, water absorption, density I. PENDAHULUAN Semakin berkurangnya lahan hutan di Indonesia akibat tingginya kebutuhan manusia akan kayu menjadi suatu masalah yang cukup serius. Kebutuhan kayu untuk industri perkayuan di Indonesia diperkirakan sebesar 70 juta m 3 per tahun dengan kenaikan rata rata-rata sebesar 14,2% pertahun sedangkan produksi kayu bulat diperkirakan hanya sebesar 25 juta m 3 per tahun, dengan demikian terjadi defisit sebesar 45 juta m 3 (Priyono, 1996). Ini menunjukan bahwa sebenarnya daya dukung hutan sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan kayu. Hal ini dapat dicegah dengan berbagai macam cara, antara lain adalah dengan membuat kayu pengganti yang disebut dengan papan komposit. Papan komposit merupakan suatu material yang terbentuk dari dua atau lebih material penyusun. Material penyusunnya memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda beda, sehingga komposit memiliki sifat dan karakteristik yang unik dan lebih unggul dari material penyusunnya. Beberapa keunggulan komposit antara lain, mudah dibentuk, kuat, ringan tetap kokoh tanpa dibentuk, isolasi listrik yang baik, anti karat dan mudah dikombinasikan dengan bahan lain (Syamani, 2009). Material material penyusun komposit adalah filler dan matriks. Filler merupakan salah satu unsur penyusun komposit yang berfungsi sebagai penguat dan menjadi bagian utama yang 94

menentukan karakteristik suatu bahan komposit. Filler terbagi menjadi bahan alami dan bahan buatan. Bahan alami bersumber dari tumbuhan seperti serat ijuk, serat kelapa, serat bambu dan serat pinang, dan bahan buatan seperti serat gelas, karbon, kevlar. Serat pinang merupakan salah satu serat alami dalam pembuatan komposit secara ilmiah, pemanfaatannya masih dikembangkan karena belum ditemukan material komposit yang menggunakan serat pinang. Serat pinang banyak digunakan dalam industri-industri mebel dan kerajinan rumah tangga serta bahan obat tradisional karena mudah didapat, murah, dapat mengurangi polusi lingkungan (biodegrability) sehingga komposit ini mampu mengatasi permasalahan lingkungan, serta tidak membahayakan kesehatan. Pengembangan serat pinang sebagai material komposit ini sangat dimaklumi mengingat dari segi ketersediaan bahan baku yang cukup melimpah. Dalam penlitian ini serat pinang dilapisi dengan bahan matriks yaitu semen dan gypsum, dimana serat pinang digunakan sebagai bahan penguat dari ikatan matriks. Semen dan gipsum dibuat seperti adonan yang dicampur dan diberi air, metoda yang dipakai adalah komposit serat. Metoda ini menggunakan prinsip satu lapisan laminat dan satu lapisan serat sebagai matriks. Serat diisi di lapisan tengah sehingga perlakuan ini disebut dengan papan semen-gipsum yang merupakan papan komposit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan serat pinang terhadap sifat mekanik dan sifat fisis pada bahan komposit semen-gipsum, sehingga didapatkan persentase serat pinang yang bagus dan menjadikan serat pinang sebagai alternatif pilihan material dalam pembuatan triplek atau papan semen-gipsum. II. METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serat pinang (Areca catechu L. Fiber) berguna sebagai penguat ikatan matriks yang berdiameter ± 0,45 mm dan panjangnya 3 cm dengan variasi serat 0%, 0,2%, 0,4%, 0,8% dan 1,2%, sedangkan bahan matriksnya adalah semen dan gipsum (Casting TE-11). Komposisi adonan terdiri dari penguat (serat) dan matriks. Matriks dibuat dengan komposisi 40% semen : 26,67% gipsum. Porses pembuatan papan semen-gipsum yang dibuat berukuran 5x5x5 cm 3 untuk pengujian daya serap air, densitas, kuat tekan. Sedangkan untuk pengujian kuat lentur dibuat papan berukuran 20x5x5 cm 3. Proses kemudian dilanjutkan dengan pembentukan lembaran (forming) dimana pembentukan lembaran papan menerapkan metode komposit serat yaitu pembentukan terbentuk dari lapisan laminat dan satu lapisan penguat (serat). Jumlah lapisan ada tiga, yaitu lapisan atas dan bawah untuk campuran semen dengan gipsum dan lapisan tengah untuk serat pinang. Sebelum membuat adonan gipsum, semen dan serat pinang terlebih dahulu ditimbang dengan perbandingan bahan yang telah ditentukan dengan menggunakan timbangan digital. Pembuatan adonan dengan cara dicampur dan diaduk secara merata dengan tangan, setelah merata dicetak menjadi lembaran dalam cetakan yang terbuat dari kayu berukuran 5x5x5 cm 3 dan 20x5x5 cm 3. Papan semen-gipsum yang telah terbentuk dikeringkan pada suhu ruangan selama 20 hari sebelum digunakan untuk pengujian sesuai standar. 2.1 Pengujian Kuat Tekan Pengujian kuat tekan dilakukan dengan menggunakan mesin compressor uji kuat tekan untuk mengetahui kuat tekan hancur sampel uji. Pengujian dilakukan dengan cara meletakkan sampel uji yang ukuran 5x5x5 cm 3 pada bagian mesin tempat meletakkan sampel uji. Kemudian diberikan pembebanan diatas sampel uji tersebut. Skala yang tertera pada mesin uji saat benda uji mengalami retakkan dicatat sebagai hasil beban maksimum (P). Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap komposisi sampel. Selanjutnya, nilai kuat tekan (f c ) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (1). P fc A (1) dengan fc adalah kuat tekan benda uji (kg/cm 2 ), P adalah beban maksimum (kg) dan A adalah luas penampang benda uji (cm 2 ). 95

2.2 Pengujian Kuat Lentur Papan semen-gipsum yang telah dicetak dengan ukuran 20x5x5 cm kemudian diletakkan pada bagian mesin kompressor untuk diuji kelenturan papan semen-gipsum. Kegunaan pengujian kuat lentur adalah untuk mengetahui kemampuan papan menahan gaya lentur yang diberikan dengan arah tegak lurus terhadap penampang spesimen. Saat papan semen-gipsum mengalami patah maka skala yang tertera akan terlihat untuk nilai kuat lentur pada mesin kompressor, kemudian dicatat sebagai nilai beban maksimum (P). Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap komposisi sampel. Menurut SNI 03-4154-1998 Kuat lentur papan semen-gipsum dapat dihitung dengan Persamaan (2), kuat lentur papan semengipsum mengacu pada standar pengujian di Balai Riset dan Standarisasi Industri (BARISTAND Industri Padang). 3BS fr (2) 2 2LT dengan B adalah beban patah maksimum (kg), S adalah jarak tumpuan (cm), L adalah lebar ratarata benda uji (cm), T adalah tebal rata-rata benda uji (cm) dan fr adalah kuat lentur benda uji (kg/cm 2 ). 2.3 Pengujian Daya Serap Air Papan semen-gipsum dengan ukuran 5x5x5 cm 3 ditimbang untuk menentukan massa kering (m k ), kemudian papan direndam dalam air selama 24 jam. Setelah dilakukan perendaman selama 24 jam, kemudian ditimbang kembali massa basah (m b ). Maka nilai daya serap air papan semen-gipsum dapat dihitung berdasarkan Persamaan (3). M b M s D % x100 % M k (3) dengan D adalah daya serap air (%), M k adalah massa kering (g) dan M b adalah massa basah (setelah direndam 24 jam di dalam aquades) (g). 2.4 Pengujian Densitas Papan semen-gipsum dengan ukuran 5x5x5 cm yang bermassa kering (M) ditimbang dengan menggunakan timbangan digital, kemudian diukur besar volume pada papan semengipsum. Maka nilai densitas papan semen-gipsum dapat diketahui dengan cara membagi massa per volume yang berdasarkan Persamaan (4). ρ M (4) V dengan ρ adalah densitas (g/cm 3 ), M adalah massa sampel (g) dan V adalah volume sampel (cm 3 ). III. HASIL DAN DISKUSI 3.1 Kuat Tekan Kuat tekan papan semen-gipsum diperoleh dari hasil pengujian pada mesin kompressor dimana didapatkan nilai beban maksimum material dengan satuan kn dikalikan dengan 102 kg untuk pengkonversian nilai 1 kn ke dalam satuan kg. Hasil ini dibagi luas penampang dari sampel uji. Serat pinang ini memiliki selulosa serat yang cukup banyak sehingga dapat mengikat ikatan matriks. Hasil pengujian papan semen-gipsum berserat pinang terhadap kuat tekan dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis terhadap kuat tekan papan semen-gipsum dilakukan dengan cara memberikan tekanan terhadap papan yang telah berumur 20 hari. Perbedaan hasil kuat tekan pada tiap-tiap papan semen-gipsum, membuktikan bahwa penambahan bahan penguat papan semen-gipsum mempunyai karakteristik yang berbeda dan akan berpengaruh terhadap kekuatannya. Pinang bersifat memberikan kekuatan, semakin banyak pinang semakin kuat. Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan serat pinang sebesar 0,6% merupakan hasil kuat tekan yang maksimal yaitu 108,08 kg/cm 2. Rendahnya nilai kuat tekan juga dipengaruhi oleh banyaknya rongga udara yang terdapat pada papan semen-gipsum yang membuat papan semen-gipsum tidak padat dan rapuh. Namun, penambahan serat pinang yang lebih banyak menyebabkan kuat 96

tekan papan semen-gipsum menurun, ini merupakan jumlah maksimum yang dapat diisikan sebagai penguat pada matriks. Jumlah serat yang melebihi batas maksimum akan membuat papan semakin rapuh, karena semakin memperlemah ikatan antar matriks. Dengan metode penyusunan serat yang digunakan adalah satu lapis secara teratur, maka persentase serat yang diisikan harus diperhitungkan. Gambar 1 Grafik pengaruh penambahan serat pinang terhadap kuat tekan papan semengipsum 3.2 Kuat Lentur Nilai kuat lentur papan semen-gipsum menggunakan serat pinang dengan papan semengipsum serat kaca memiliki kuat lentur yang berbeda. Nilai kuat lentur mengalami peningkatan seiring dengan semakin bertambahnya persentase serat yang digunakan, namun berbeda halnya dengan papan semen-gipsum dengan persentase serat 0,8%, 1,2% dengan nilai kuat lentur yang mengalami penurunan. Serat pinang lebih mampu menahan deformasi yang terjadi ketika diberikan pembebanan kepada matriks. Hal ini dikarenakan penambahan jumlah serat menyebabkan ikatan antar matriks semen dan gipsum yang dihasilkan semakin kuat. Besar kecilnya kuat lentur yang diberikan oleh papan semen gipsum merupakan parameter kualitas papan semen-gipsum. Hasil pengujian papan semen-gipsum berserat pinang terhadap kuat lentur dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Grafik pengaruh penambahan serat pinang terhadap kuat lentur papan semengipsum Nilai kuat lentur yang paling tinggi terdapat pada papan semen-gipsum berserat pinang yaitu 30,33 kg/cm 2 dengan penambahan serat pinang 0,6%. Sedangkan, nilai kuat lentur yang paling rendah terdapat pada papan semen-gipsum tanpa serat 0% sebesar 19,6 kg/cm 2. Kuat lentur pada tiap-tiap penambahan serat papan semen-gipsum berbeda-beda, hal ini membuktikan bahwa penambahan komposisi penguat akan berpengaruh terhadap kelenturannya. Semakin banyak serat yang ditambahkan maka kuat lentur papan semen gipsum akan semakin baik. 3.3 Daya Serap Air Daya serap air merupakan salah satu parameter sifat fisis papan semen gipsum,dimana daya serap air menunjukkan kemampuan papan semen-gipsum menyerap air. Papan semengipsum yang diharapkan yaitu papan semen-gipsum dengan daya serap air yang kecil sebesar 97

20-35% (Siagian,1983). Penambahan serat akan mempengaruhi daya serap air rata-rata papan semen-gipsum. Papan semen-gipsum berserat pinang memiliki nilai daya serap air rata rata yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan ukuran diameter pinang yang lebih besar sehingga terdapat rongga udara pada papan maka mengakibatkan daya serap air papan semen-gipsum berserat pinang lebih besar. Daya serap air rata-rata papan berserat pinang setelah perendaman selama 24 jam berkisar antara 16,52% - 30,37%. Daya serap air rata-rata terendah diperoleh pada papan semen-gipsum dengan penambahan serat pinang maksimal yaitu 1,2% sebesar 16,52%. Sedangkan daya serap air tertinggi diperoleh pada papan semen-gipsum serat pinang dengan persentase serat 0% sebesar 30,37%. Sedangkan daya serap air terendah papan semen-gipsum serat kaca diperoleh pada perlakuan persentase serat 1,2% yaitu sebesar 15,28%, daya serap air tertinggi diperoleh pada perlakuan persentase serat 0,2 %, yaitu sebesar 23,42%. Daya serap air papan semen-gipsum berserat pinang memenuhi standar FAO yang mensyaratkan nilai daya serap air 20% sampai 75%, dimana daya serap air papan semen-gipsum berserat pinang memiliki persen daya serap air yang kecil. Hasil pengujian papan semengipsum berserat pinang terhadap daya serap air dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Grafik pengaruh penambahan serat pinang terhadap daya serap air papan semengipsum Analisis grafik menunjukkan bahwa daya serap air papan semen-gipsum dipengaruhi oleh penambahan serat, dimana penambahan serat pinang yang semakin banyak menyebabkan nilai daya serap air papan semen-gipsum setelah perendaman selama 24 jam semakin kecil. Semakin tinggi densitas papan semen-gipsum maka ikatan antar partikel semakin kompak sehingga rongga udara dalam lembaran papan mengecil. Keadaan ini menyebabkan air atau uap air menjadi sulit untuk mengisi rongga tersebut. Ini berarti, semakin kecil densitas maka daya serap air akan semakin besar. Menurut Maloney (1993) dalam Fitri (2002) menyatakan semakin tinggi densitas papan gipsum, maka ikatan antar partikel semakin kompak sehingga rongga udara dalam lembaran papan mengecil. Keadaan ini menyebabkan air atau uap air menjadi sulit untuk mengisi rongga tersebut. Ini berarti, semakin kecil densitas maka daya serap air akan semakin besar. Pernyataan tersebut memperkuat hasil pengujian, dimana semakin tinggi persentase serat, densitas papan semakin kecil, sedangkan daya serap air papan semakin besar. 3.4 Densitas Nilai densitas papan semen-gipsum berserat pinang mengalami nilai densitas terendah diperoleh pada perlakuan persentase serat 0% yaitu sebesar 0,931 g/cm 3, sedangkan densitas rata-rata tertinggi diperoleh pada perlakuan persentase serat 0,8%, yaitu sebesar 1,139 g/cm 3. Densitas papan semen-gipsum mengalami kenaikan pada saat persentase serat 0% ke presentase serat 0,8% namun pada persentase serat 1,2% densitas menurun, karena persentase serat 1,2% merupakan persentase optimum yang dapat diisikan pada matriks. Hal ini dikarenakan ukuran kerapatan serat pinang 0,159 g/cm 3 dan ukuran diameter pinang (± 0,45 mm), dengan ukuran diameter serat pinang dan kerapatan yang kecil sehingga pada saat penyusunan serat lebih banyak terdapat rongga udara, maka porositasnya akan lebih 98

besar yang mengakibatkan densitas papan semen-gipsum serat pinang lebih kecil, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4. Gambar 4 Grafik pengaruh penambahan serat pinang terhadap densitas papan semen-gipsum Hasil analisis grafik menunjukkan bahwa penambahan serat pinang mempengaruhi densitas papan semen-gipsum. Hal ini disebabkan dengan penambahan serat pinang yang bermassa jenis relatif lebih besar yaitu 0,159 g/cm 3 maka massa jenis campuran lebih besar. Dari hubungan antara kedua parameter sifat fisis, densitas berbanding terbalik dengan daya serap air. Namun semakin kecil kerapatan maka daya serap air akan semakin tinggi. Nilai densitas yang rendah dipengaruhi adanya terdapat rongga udara pada lapisan matriks, serta bentuk fisik dari serat pinang yang memiliki diameter yang tebal dan melengkung sehingga nilai densitas papan semen-gipsum berserat pinang bernilai rendah. 3.5 Pengaruh Ketebalan Papan Semen-Gipsum terhadap Kuat Lentur Ketebalan mempengaruhi nilai kuat lentur papan semen-gipsum berserat pinang baik secara rumusan matematis maupun aplikasinya. Pada rumusan matematis, nilai kuat lentur dipengaruhi oleh ketebalan papan dan pada aplikasi lapangan ketebalan mempengaruhi kelenturan papan. Semakin kecil ketebalan papan maka kuat lentur yang dihasilkan semakin besar, sedangkan semakin tebal ukuran papan maka semakin kecil nilai kuat lentur yang dihasilkan. Hal ini berbanding terbalik dengan kuat tekan, dimana semakin tebal ukuran papan maka semakin luas permukaan papan sehingga kuat tekan yang dihasilkan akan semakin besar seperti pada Gambar 5. Gambar 5 Grafik hubungan ketebalan terhadap kuat lentur Hasil analisis dari grafik diperoleh bahwa semakin tebal papan nilai kuat lentur akan semakin kecil. Semakin berkurang ketebalan papan, nilai kuat lentur akan semakin tinggi, karena papan akan cenderung lebih elastis dibandingkan dengan papan yang lebih tebal meskipun hanya dapat menahan beban yang lebih kecil dibanding papan yang lebih tebal. Nilai kuat lentur ini juga didukung oleh tambahan bahan pengisi yaitu serat pinang yang bersifat elastis. 99

IV. KESIMPULAN Dari hasil pengujian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa serat pinang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan papan semen-gipsum yang berfungsi sebagai penguat, serta mempengaruhi kuat tekan dan kuat lentur papan semen-gipsum. Penambahan serat pinang berpengaruh terhadap sifat mekanik dan fisis papan semen-gipsum berserat pinang. Densitas mengalami kenaikkan sejalan dengan penambahan serat, dimana nilai densitas maksimum pada penambahan serat pinang 0,8% sebesar 1,139 g/cm 3 dan serat kaca 1,2% sebesar 1,109 g/cm 3. Daya serap air mengalami penurunan sejalan dengan penambahan serat pinang, dimana penambahan serat pinang 1,2% sebesar 16,52% menghasilkan daya serap air yang kecil. Kemudian pada penambahan serat pinang sebanyak 0,6% menghasilkan kuat tekan sebesar 108,08 kg/cm 2. Penambahan serat pinang terhadap kuat lentur pada persentase 0,6% sebesar 30,34 kg/cm 2. DAFTAR PUSTAKA Fitri, H.S.C., 2002, Pengembangan Teknologi Papan Komposit Dari Limbah Batang pisang (Musa sp): Sifat Fisis dan Mekanis Papan Pada Berbagai variasi Perekat dan Parafin, Skripsi, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. http://repository.ipb.ac.id. Diakses 5 November 2012. Maloney, T.M., 1993, Modern Particle Board and Dry Process Fibre Board Manufacturing, Miller Freeman, Inc San Fransisco. Priyono, K.D., 1996, Geomorfologi Pantai dan Pengelolaan Wilayah Pesisir. Fakultas Geografi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Siagian, 1983, Pengaruh Kerapatan Papan Partikel terhadap Daya Serap Air Papan Partikel. Skripsi, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan. Syamani, A.F., 2009, Peningkatan Kualitas Papan Komposit Sisal (Agave Sisalana Perr) dengan Perlakuan Mekanis. Skripsi, IPB Bogor. http://repository.ipb.ac.id,diakses 3 Maret 2012. 100