BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Salah satu lembaga moneter ini adalah Lembaga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB V PEMBAHASAN. A. Deskripsi Harapan Nasabah Pada Pembiayaan Musyarakah di BMT. Ummatan Wasatan Tulungagung dan KJKS BTM Mentari Kademangan

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian nasional. Fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. ekonominya. Untuk meningkatkan perekonomian, fokus pemerintah. Indonesia salah satunya pada sektor keuangan dan sektor riil.

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

BAB I PENDAHULAN. denganberkembangnya lembaga keuangan syariah. Sejak adanya undang. undang No 7 tahun 1992 yang kemudian direkomendasi oleh UU No.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perkoperasian menjadi payung hukum sementara bagi BMT. ada 41 BMT dan 10 BTM, dan tahun 2013 ada 42 BMT dan 10 BTM.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perencanaan jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. sebutan Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) An-Nuur merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya harus sesuai dengan prinsip-prinsip islam. Koperasi syariah

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada Hukum Ekonomi Syariah yang ada di Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

I. PENDAHULUAN. Rumah merupakan suatu kebutuhan primer dan hak dasar manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. melayani kebutuhan masyarakat melalui jasa-jasanya. 1 Perbankan syariah. Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Gambaran Umum Bank BNI dan Unit Usaha Syariah

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB I PENDAHULUAN. ini telah ditetapkan dan diterangkan secara jelas di dalam kitab suci Al-Quran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahasa, 2007:207) pengertian prosedur adalah tahap-tahap kegiatan untuk

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BAB I PENDAHULUAN. yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kesenjangan. Pengalaman dengan dominasi sistem bunga selama ratusan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat yang berkekurangan dana disebut bank. Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah adalah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Dimana baitul

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang sering dipermasalahkan dan merupakan kendala utama adalah

BAB V PEMBAHASAN. dibuat semacam interpretasi dari hasil perhitungan yang menggunakan rumus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena usaha berskala kecil dinilai mampu bertahan dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. melalui paket-paket kebijakan untuk mendorong kehidupan sektor usaha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

MUSYARAKAH MUTANAQISAH SEBAGAI ALTERNATIF PADA PEMBIAYAAN KPRS DI BANK SYARIAH. Kajian LiSEnSi, Selasa, 23 Maret 2010

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Islam atau di Indonesia disebut perbankan syariah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Syariah. Dana Jasa. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4896)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisis terhadap penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi pioner bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan. sistem ini ditengah menjamurnya bank-bank konvensional.

BAB I PENDAHULUAN. potensi ekonomi agar berhasil guna secara optimal. Kemajuan ekonomi telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu negara tidak terlepas dari salah satu lembaga moneternya. Lembaga ini berperan penting dalam menjaga dan meningkatkan perekonomian suatu negara. Salah satu lembaga moneter ini adalah Lembaga Keuangan. Lembaga Keuangan berperan penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini dikarenakan Lembaga Keuangan berfungsi sebagai lembaga intermediary (lembaga perantara), lembaga yang berperan penting dalam penghimpunan dana bagi pihak yang berkelebihan dana, dan berfungsi sebagai lembaga penyalur dana bagi pihak yang kekurangan dana. Sehingga Lembaga Keuangan mempunyai peranan yang sangat fital dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Lembaga Keuangan di Indonesia sendiri sudah ada sejak jaman Belanda. Hingga saat ini pertumbuhan Lembaga Keuangan di Indonesia sangat pesat. Di Indonesia lembaga keuangan terbagi menjadi dua yakni Lembaga Keuangan konvensional dan Lembaga Keuangan syariah. Lembaga Keuangan konvensional merupakan Lembaga Keuangan yang beroperasi berdasarkan Undang-undang yang mengaturnya, sedangkan Lembaga Keuangan Syariah adalah lembaga yang beroperasi berdasarkan Undang- Undang yang mengarurnya ditambah lagi dengan aturan-aturan yang didasarkan pada nas Al Quran dan Al Hadist. Lembaga Keuangan Syariah

muncul akibat adanya rasa ketidak puasan masyarakat muslim yang ada di Indonesia dengan sistem operasional Lembaga Keuangan Konvensional. Sehingga pada tahun 1990 terdapat gagasan-gagasan untuk mendirikan perbankan dengan prinsip syariah. Undang-Undang no 7 Tahun 1992, merupakan awal mula peraturan yang digunakan sebagai landasan beroperasinya Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. UU ini mengatur tentang perbankan dan sitem bagi hasil. Sitem bagi hasil sendiri merupakan salah satu sistem operasional Lembaga Keuangan Syariah sebagai pengganti bunga. Bunga dalam ekonomi Islam dilarang karena bunga dalam lembaga keuangan konvensional dianggap riba. Bunga bank dianggap riba, karena sitem bunga bank mengambil keuntungan tanpa melihat apakah nasabah mendapatkan keuntungan atau kerugian. Sedangkan pada prinsip bagi hasil dalam Lembaga Keuangan Syariah didasarkan pada keuntungan yang didapat oleh nasabah. Besarnya prosentase bagi hasil ditentukan saat awal akad berdasarkan negosiasi, sedangkan bunga bank berdasarkan ketentuan yang sudah ditetapkan. Sistem bagi hasil dalam Lembaga Keuangan Syariah dikenal dengan istilah syirkah. Syirkah dibagi menjadi dua macam, yakni syirkah al mudharabah dan syirkah al musyarakah. Mudharabah merupakan akad kerja sama antara shohibul mall dengan mudharib dimana modal 100% dari shohibul mall. Bedanya dengan akad musyarakah yakni terletak pada struktur modal yang diberikan, jika musyarakah kedua belah pihak saling berkontribusi dalam urusan modal sedangkan dalam mudharabah modal

100% dari shahibul mall. Kedua akad dengan prinsip bagi hasil tersebut sering digunakan dalam operasional bank syariah. Akad musyarakah dalam Lembaga Keuangan Syariah yang berbentuk bank, sering di gunakan dalam pembiayaan proyek dan modal ventura. Akan tetapi tidak jarang pula akad ini sering digunakan dalam pembiayaan sektor UMKM oleh Lembaga Keuangan Syariah yang berbentuk koperasi syariah maupun BMT(Baitul mall wa Tamwil). Pembiayaan musyarakah dirasa cocok karena pembiayaan ini bersifat pemberian tambahan modal kepada nasabahnya. Sehingga syarat pemberian pembiyaaan musyarakah ini yakni terdapatnya usaha nasabah. Selain pembiayaan ini sering digunakan oleh pihak lembaga pembiayan ini juga diminati oleh masyarakat baik itu nasabah maupun calon nasabah. Landasan hukum akad musyarakah terdapat dalam ayat Al Quran dan Al Hadist yakni: Al Quran: Artinya: jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu Al Hadist: Dari Abu Hurairah, Rosulullah saw bersabda Sesungguhnya Allah Azza wa zalla berfirman, Aku pihak ketiga dari dua orang yang

berserikat selama salah satunya tidak mengkhinati yang lainnya. (HR Abu Dawud no. 2936, dalam kitab al buyu, dan Al Hakim) Sedangkan, landasan hukum positif pembiayaan musyarakah di Indonesia diatur dalam Fatwa Dewan Syari ah Nasional No: 08/DSN- MUI/IV/2000, kemudian didukung kembali oleh peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia berupa SEBI No. 10/14/DPS tertanggal 17 Maret 2008. SEBI yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia ini isinya berupa syarat dan ketentuan-ketentuan yang harus dijalankan dalam pelaksanaan pembiayaan musyarakah oleh lembaga keuangan syariah. Minat nasabah terhadap pembiayaan musyarakah timbul tentunya didasarkan kepada sistem operasional dari akad tersebut. Dimana terdapat kemudahan yang ada didalamnya. Dengan kemudahan terhadap sistem operasional akad musyarakah, akan memberikan harapan besar bagi setiap nasabah yang akan menjadi mitra dalam lembaga keungan. Akan tetapi fenomena yang di lapangan penerapan pembiyaan musyarakah ini belum tentu sama dengan teori. Karena banyak kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya. Misal terdapat resiko ketidak jujuran nasabah terhadap keuntungan yang diperolehnya, serta one prestasi juga bisa terjadi oleh nasabah. Sehingga dalam operasionalnya pembiyaan ini tidak sama dengan teori yang ada. Operasional dan teori yang tidak sama dalam pembiayaan musyarakah, hal inilah menimbulkan suatu penilaian atau persepsi dari nasabah. Persepsi merupakan proses individu (konsumen) memilih, mengorganisasi dan menginterprestasi (memaknai) masukan-

masukan informasi yang dapat menciptakan gambaran obyek yang memiliki kebenaran subyektif (bersifat personal), memiliki arti tertentu, dapat dirasakan melalui perhatian, baik secara selektif, distorsi maupun retensi. 1 Ini artinya persepsi merupakan penilaian atau tanggapan dari konsumen/nasabah terhadap produk yang mereka terima. Persepsi tersebut bisa berupa persepsi yang negatif dan bisa juga persepsi yang positif. Persepsi yang negatif bisa timbul akibat adanya perbandingan antara harapan dan kenyataan kinerja produk yang tidak sesuai. Sedangkan, persepsi yang positif timbul akibat adanya kenyataan kinerja produk yang melebihi harapan ataupun harapan yang sama dengan kenyataanya. Harapan merupakan keinginan agar sesuatu terjadi, ataupun sesuatu yang dapat di harapkan, dimana keinginan agar menjadi kenyataan. 2 Hal inilah yang menimbulkan pro dan kontra dari nasabah terhadap pembiayaan musyarakah yang diterimanya, dimana terdapat suatu perbedaan antara keinginan dengan kenyataan. Perbedaan inilah yang disebut dengan Kesenjangan. Dari permasalahan tersebut maka peneliti mengambil judul Kesenjangan Antara Harapan Dan Persepsi Nasabah Terhadap Pembiayaan Musyarakah di BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) Ummatan Wasathan Tulungagung dan BTM (Baitut Tamwil Muhammadiyah) Mentari Kademangan. 1 Ali Hasan, Marketing Bank Syariah: Cara Jitu Meningkatkan Pertumbuhan Pasar Bank Syariah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), Hlm 67 2 Yeyen Maryani, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), Hal. 155

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Penelitian 1. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu pelaksanaan pembiayaan musyarakah yang sulit diterapkan dalam lembaga keuangan syariah, karena banyaknya kendala yang dihadapi dilapangan. Sehingga pelaksanaan pembiayaan musyarakah tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang diterima oleh nasabah. 2. Batasan Penelitian Agar dalam pembahasan penelitian ini tidak terlalu menyimpang dan terfokus kepada masalah masalah pokok, maka penulis membatasi secara jelas penelitian yang akan dilakukan oleh si peneliti. Ruang lingkup penelitian ini yakni mengenai kesenjangan persepsi yang dimiliki nasabh pada pembiayaan musyarakah pada KJKS BTM Mentari Kademangan dan BMT Ummatan Wasatan Tulungagung. Kemudian obyek penelitian atau data penelitian diambil dari nasabah pembiayaan musyarakah pada KJKS BTM Mentari Kademangan dan BMT Ummatan Wasatan Tulungagung. Dalam hal ini dimaksudkan dengan kesenjangan persepsi nasabah pada pembiayaan musyarakah adalah ada atau tidaknya perbedaan atau kesenjangan antara harapan dan persepsi nasabah mengenai pembiayaan musyarakah yang di inginkan dan kenyataan yang diterima oleh nasabah itu sendiri.

C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana harapan nasabah pada pembiayaan musyarakah di BMT Ummatan Wasathan Tulungagung dan KJKS BTM Mentari Kademangan? 2. Bagaimana persepsi nasabah setelah mendapatkan pembiayaan musyarakah di BMT Ummatan Wasathan Tulungagung dan KJKS BTM Mentari Kademangan? 3. Apakah ada kesenjangan antara harapan dan persepsi nasabah pada pembiayaan musyarakah di BMT Ummatan Wasathan Tulungagung dan KJKS BTM Mentari Kademangan? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana harapan nasabah pada pembiayaan musyarakah di BMT Ummatan Wasathan Tulungagung dan KJKS BTM Mentari Kademangan. 2. Untuk mengetahui bagaimana persepsi nasabah setelah mendapatkan pembiayaan musyarakah di BMT Ummatan Wasathan Tulungagung dan KJKS BTM Mentari Kademangan. 3. Untuk mengetahui apakah ada kesenjangan antara harapan dan persepsi nasabah pada pembiayaan musyarakah di BMT Ummatan Wasatan Tulungagung dan KJKS BTM Mentari Kademangan.

E. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang kedudukannya belum sekuat proposisi yang berfungsi sebagai jawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya di dalam kenyataan, percobaan, atau praktik. 3 Dari penelitian terdahulu dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Hipotesis 1 H 0 : Tidak terdapat kesenjangan antara harapan dan persepsi nasabah terhadap pembiayaan musyarakah di BMT Ummatan Wasathan Tulungagung. H a : Terdapat kesenjangan antara harapan dan persepsi nasabah terhadap pembiayaan musyarakah di BMT Ummatan Wasathan Tulungagung. Hipotesis 2 H 0 : Tidak terdapat kesenjangan antara harapan dan persepsi nasabah terhadap pembiayaan musyarakah di KJKS BTM Mentari Kademangan. H a : Terdapat kesenjangan antara harapan dan persepsi nasabah terhadap pembiayaan musyarakah di KJKS BTM Mentari Kademangan. 3 Husein Umar, Research Methods in Finance and Banking, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.2002), Hal. 42

F. Kegunaan Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menyajikan informasi sebagai acuan dan untuk menambah wawasan pemikiran dalam hal pengembangan ilmu perbankan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pihak Lembaga Keuangan Syariah Penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan dalam mengambil pengambilan keputusan dalam aplikasi pembiayaan musyarakah. b. Bagi Peneliti yang akan datang Bagi peneliti yang akan datang, penelitian ini sebagai bahan referensi apabila mengangkat judul yang sama. G. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Guna menghindari penafsiran yang berbeda dan mewujudkan kesatuan pandangan dan kesamaan pemikiran, perlu kiranya ditegaskan istilah-istilah yang berhunungan dengan skripsi ini sebagai berikut:

1. Definisi Konseptual a) Kesenjangan Kesenjangan sendiri berasal dari bahasa Indonesia dengan kata dasar senjang. Senjang sendiri berarti berlainan sekali, berbeda, terdapat pemisah. 4 b) Harapan Harapan berasal dari kata dasar harap, yang berarti mohon, hendaklah, keinginan agar sesuatu terjadi. Sedangkan kata harapan sendiri berarti sesuatu yang dapat di harapkan, keinginan agar menjadi kenyataan ataupun orang yang diharapkan atau dipercaya. 5 Sehingga dapat dikatakan harapan adalah sesuatu yang diinginkan oleh seseorang terhadap sesuatu, baik itu berbentuk subyek maupun obyek. c) Persepsi Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan obyektif tidak harus berbeda namun sering terdapat ketidaksepakatan. 6 4 EM Zul Fajri, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Difa Publiser;Yogyakaryta, 2004 ), Hal, 751 5 Yeyen Maryani, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), Hal 155 6 Stephen, P. Robbins. Perilaku Organisasi. (Jakarta:PT.Macanan Jaya Cemerlang,2003) Hal 169

d) Pembiayaan Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: (1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudhorobah dan musyarakah; (2) transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah muntahiya bit tamlik; (3) jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istish na, (4) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan (5) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa; berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah serta UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil. 7 e) Musyarakah Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untu suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. 8 2. Definisi Operasional Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kesenjangan antara harapan dan persepsi nasabah pada produk pembiayaan musyarakah. 1-2 7 Binti NurAsiyah, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta; Teras, 2014), Hal 8 Ibid, Hal 197

a) Kesenjangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan yang diterima nasabah terhadap pembiayaan musyarakah. b) Harapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keinginan yang ingin dicapai oleh nasabah setelah mendapatkan pembiayaan musyarakah. c) Persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggapan yang timbul setelah mendapatkan pembiayaan musyarakah. d) Pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang diberikan oleh pihak LKS kepada nasabah. Fokus penelitian ini yakni pada pelaksanaan pembiayaan musyarakah yang dilakukan oleh pihak LKS. Apakah sesuai dengan harapan dari nasabah. H. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah pembaca dalam memahami maksud dan isi pembahasan penelitian, berikut ini dikemukakan sistematika penulisan skripsi dalam penelitian ini, yaitu: BAB I Pendahuluan, terdiri dari: (a) Latar Belakang, (b) Rumusan Masalah, (c) Tujuan Penelitian, (d) Hipotesis Tindakan (e) Kegunaan Penelitian, (f) Penegasan Istilah, dan (g) Sistematika Pembahasan. BAB II Landasan Teori, terdiri dari: (a) Diskripsi Teori, (b) Penelitian Terdahulu, dan (c) Kerangka Konseptual.

BAB III Metode Penelitian, terdiri dari: (a) Rancangan Penelitian, (b) Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian, (c) Lokasi, Data, Sumber Data, Variabel penelitian dan Skala Pengukuran Data, (d) Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian, dan (e) Analisis Data. BAB IV Hasil Penelitian, terdiri dari: (a) Penyajian Data Hasil Penelitian, dan (b) Analisis Data Penelitian. BAB V Pembahasan, terdiri dari (a) Deskripsi Harapan Nasabah Terhadap Pembiayaan Musyarakah di BMT Ummatan Wasathan Tulungagung dan KJKS BTM Mentari Kademangan, (b) Deskripsi Persepsi Nasabah Terhadap Pembiayaan Musyarakah di BMT Ummatan Wasathan Tulungagung dan KJKS BTM Mentari Kademangan, (c) Terdapat kesenjangan antara harapan dan persepsi nasabah terhadap pembiayaan musyarakah di BMT Ummatan Wasathan Tulungagung dan KJKS BTM Mentari Kademangan BAB VI Penutup, terdiri dari: (a) Kesimpulan, (b) Implikasi, dan (c) Saran. Bagian Akhir terdiri dari: (a) Daftar Rujukan, (b) Lampiran-lampiran, dan (c) Daftar Riwayat Hidup.