BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rianti Aprilia, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENILITIAN. Untuk mencapai tujuan penelitian, peneliti membuat suatu desain

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Khususnya di Indonesia matematika sudah diajarkan sejak dalam. pendidikan anak usia dini hingga sekolah menengah.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang senantiasa hadir pada setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Deden Rahmat Hidayat,2014

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

LINTASAN BELAJAR UNTUK MEMBELAJARKAN MATERI SISTEM PERSAMAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DENGAN DENGAN PENDEKATAN PMR UNTUK SISWA KELAS VIII

2015 DESAIN DIDAKTIS PERSAMAAN KUADRAT UNTUK SISWA SMP KELAS VIII

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

P 6 Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Koneksi Matematis

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4

DESAIN BAHAN AJAR BERBASIS AKTIVITAS PEMECAHAN MASALAH PADA POKOK BAHASAN BARISAN DAN DERET

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN. saat ini matematika dianggap sebagai program pendidikan yang berperan dalam

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematikawan mulai dari zaman Mesir kuno, Babylonia, hingga Yunani kuno.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Ahmadi Habibie Asmariana, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB III METODE PENELITIAN. siswa dalam penyelesaian operasi hitung bentuk aljabar. Strategi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah menengah yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mulyati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DIMENSI TIGA DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK SISWA 1. PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN TEORETIS

2016 PENERAPAN MODEL CONNECTED MATHEMATICS PROJECT (CMP) DENGAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF MATEMATIS SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Fauziah Nurrochman, 2015

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. Bidang studi matematika secara garis besar memiliki dua arah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Desain Didaktis Konsep Mengukur Sudut di Kelas V Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya, Kurikulum 1964, Kurikulum 1974, Kurikulum 1984, Kurikulum

KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

DESAIN ATURAN SINUS DAN ATURAN COSINUS BERBASIS PMRI

2015 PENGARUH STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP,

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan matematika. Matematika mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syarifah Ambami, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai tujuan penelitian, peneliti mencoba membuat suatu desain

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

BAB I PENDAHULUAN. Matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, untuk perkembangan sains,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pembelajaran matematika ialah agar siswa mampu

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING MODEL POLYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, pendidikan harus dilaksanakan sebaik baiknya agar memperoleh hasil yang maksimal. Hasil tersebut ditunjang dari berbagai bidang pendidikan. Bidang pendidikan yang berkembang saat ini cukup banyak, salah satunya adalah matematika. Matematika merupakan salah satu pelajaran yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan siswa untuk menjadi cakap dan antusias dalam memecahkan masalah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) (dalam Fauziah, 2010) bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah belajar memecahkan masalah. Oleh karena itu, proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik jika tujuan tersebut tercapai. Pemecahan masalah merupakan salah satu keterampilan bermatematika sekaligus sebagai kemampuan dasar dalam pelajaran matematika. Sehingga kemampuan pemecahan masalah sangat penting bagi siswa. Hal itu diperkuat oleh pendapat dari Sumarmo (dalam Fauziah, 2010, hlm. 1) bahwa pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting sehingga menjadi tujuan umum pengajaran matematika bahkan sebagai jantungnya matematika. Pemecahan masalah pun berperan untuk memotivasi siswa belajar matematika dan meningkatkan kemampuan kognitif siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Perkembangan pembelajaran matematika di Indonesia sangat memprihatinkan karena kemampuan pemecahan masalah matematis siswa khususnya siswa SMP masih rendah sehingga belum mampu untuk berkompetensi secara global. Berdasarkan hasil penelitian Tim Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika (dalam Nuranisa, 2014, hlm.2) sebagian besar siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah dan menerjemahkan soal kehidupan sehari-hari ke dalam model matematika. Selain itu, hasil survey IMSTEP JICA

2 (dalam Fauziah, 2010, hlm.2) di kota Bandung menyatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya kualitas pemahaman matematika siswa di SMP karena dalam proses pembelajaran matematika umumnya terlalu berkonsentrasi pada latihan soal yang lebih bersifat prosedural dan mekanistik daripada pengertian. Penyebab lain rendahnya kualitas pemahaman matematika menurut Wahyudin (dalam Fauziah, 2010) menyatakan bahwa Guru matematika pada umumnya mengajar dengan metode ceramah dan ekspositori. Pada kondisi seperti itu, kesempatan siswa untuk menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri tidak ada. Sebagian besar siswa tampak mengerti dengan baik setiap penjelasan atau informasi dari guru, siswa jarang mengajukan pertanyaan pada guru sehingga guru aktif sendiri menjelaskan apa yang telah disiapkannya. Siswa hanya menerima saja apa yang telah disiapkan oleh guru. (hlm. 2) Kesulitan dalam pemecahan masalah terjadi pada sebagian besar siswa baik siswa SMP maupun SMA. Suryadi (2008, hlm.3) menyebutkan bahwa salah satu kesulitan siswa adalah menemukan koneksi antara data-data atau fakta yang diberikan. Salah satu materi pembelajaran matematika adalah aljabar. Menurut Hidayati (2011, hlm.1) pengenalan konsep aljabar perlu diberikan kepada siswa, karena konsep tersebut akan berguna di berbagai bidang matematika yang akan siswa pelajari dan pemahaman konsep aljabar merupakan salah satu tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran matematika untuk tingkat SMP. Materi matematika SMP yang berkaitan dengan salah satunya adalah persamaan linear satu variabel. Dalam kenyataannya, persamaan linear satu variabel tergolong materi yang sulit dipahami oleh siswa. Berdasarkan hasil analisis tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII di SMPN 1 Cisarua, kesulitan siswa dalam mengerjakan materi persamaan linear satu variabel adalah : 1. Kesulitan memahami soal karena keliru dalam mengidentifikasi unsur unsur yang diketahui; 2. Kesulitan menemukan hubungan antara data yang diketahui dengan data yang belum diketahui;

3 3. Keliru dalam memilih strategi pemecahan masalah yang tepat sehingga tidak dapat menginterpretasikan solusi sesuai dengan permasalahan asal; 4. Kesulitan memahami konsep persamaan linear satu variabel; 5. Kesulitan dalam mengubah soal cerita menjadi kalimat matematika dalam bentuk persamaan. Kondisi ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang disusun berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran matematika di sekolah tersebut menyebutkan bahwa siswa tidak terbiasa dengan soal soal tidak rutin seperti soal cerita berbasis pemecahan masalah. Selain itu, guru tersebut mengajarkan materi persamaan linear satu variabel dengan penjelasan dan pemberian latihan soal tanpa pemberian LKS kepada siswa. Hal tersebut menimbulkan asumsi bahwa kesulitan yang dialami siswa di suatu sekolah disebabkan oleh faktor yang sama seperti ketersedian bahan ajar yang terbatas dan rata rata kemampuan matematika siswa yang rendah. Bahan ajar yang cocok untuk diimplementasikan di suatu sekolah pun mungkin berbeda beda, disesuaikan dengan kondisi siswa di sekolah tersebut. Masalah tersebut dapat diatasi dengan diberikan pembelajaran yang inovatif sehingga siswa dapat melakukan kegiatan pemecahan masalah. Selain itu, siswa pun memerlukan bahan ajar yang dapat memfasilitasi pemahaman konsep dalam matematika yang berguna untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, pengembangan bahan ajar yang disesuaikan dengan indikator pemecahan masalah akan menjadi jalan keluar dalam menyelesaikan permasalahan yang sudah diungkapkan diatas. Selain itu, hasil tes kemampuan pemecahan masalah pada siswa kelas VIII SMPN 1 Cisarua dapat menjadi bahan untuk menyusun desain bahan ajar yang diimplementasikan untuk siswa pada tingkat kelas yang lebih rendah yaitu kelas VII. Penyusunan dan pengembangan bahan ajar tidak cukup hanya berdasarkan pada asumsi bahwa siswa akan belajar melalui lintasan belajar tertentu. Oleh karena itu, salah satu solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan cara mengembangkan Hypothetical Learning Trajectory (HLT). Menurut Mulyana (2012, hlm.127) HLT dibuat berdasarkan antisipasi antipasi tentang

4 apa apa yang mungkin akan terjadi, baik proses berpikir siswa yang akan mendapat pembelajaran maupun hal hal yang akan terjadi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, HLT pada masalah yang telah dibahas diatas disusun berdasarkan hasil analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika berbasis pemecahan masalah. Masalah ini disesuaikan dengan indikator kemampuan pemecahan masalah. Pengembangan bahan ajar tersebut akan diujikan melalui suatu penelitian desain. Karena penelitian desain menghasilkan produk rancangan bahan ajar dan intervensi yang diberikan selama pembelajaran berlangsung. Penelitian desain bukan penelitian yang membandingkan dua teori karena penelitian desain termasuk penelitian kualitatif. Sesuai dengan pendapat Gravemeijer dan Cobb (2006, hlm. 29) mengungkapkan bahwa perbedaan tujuan antara penelitian eksperimen dan penelitian desain. Perubahan tujuan penelitian yang asalnya membuktikan bahwa teori A lebih baik daripada teori B menjadi penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk berupa teori yang didukung data empiris mengenai bagaimana suatu intervensi berjalan sesuai dengan tujuannya dilakukan melalui penelitian desain. Pendapat lain menyatakan bahwa penelitian desain adalah jenis penelitian yang memberlakukan desain sebagai strategi mengembangkan teori (dalam Bakker, 2004, hlm. 37). Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka penulis tertatik melakukan penelitian dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel melalui Penelitian Desain. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu bagaimana bentuk tugas yang disajikan dalam bahan ajar dengan mempertimbangkan kemampuan pemecahan masalah untuk memfasilitasi siswa dalam menyusun : 1. definisi persamaan linear satu variabel dan himpunan penyelesaian persamaan linear satu variabel?; 2. definisi persamaan linear satu variabel yang ekuivalen?.

5 C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan penelitian yang diajukan makan tujuan pengkajian materi ini yaitu untuk mengetahui bentuk tugas yang disajikan dalambahan ajar dengan mempertimbangkan kemampuan pemecahan masalah untuk memfasilitasi siswa dalam menyusun : 1. definisi persamaan linear satu variabel dan himpunan penyelesaian persamaan linear satu variabel. 2. definisi persamaan linear satu variabel yang ekuivalen. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Menghasilkan pengetahuan tentang cara mengembangkan bahan ajar melalui pengembangan teori-teori yang diperoleh dari pengalaman empiris. 2. Manfaat Praktis a. Menghasilkan bahan ajar dan rancangan pembelajaran yang tepat sasaran sehingga dapat diimplementasikan di sekolah yang menjadi tempat penelitian. b. Diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah. E. Definisi Operasional Supaya tidak terjadi perluasan makna dalam pengkajian materi, maka definisi dari istilah yang terkait dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan Pemecahan Masalah Matematis Kegiatan pemecahan masalah matematis adalah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan langkah langkah pemecahan masalah Polya yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan rencana penyelesaian dan pemeriksaan kembali.

6 2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan untuk mengidentifikasi unsur yang diketahui, yang dinyatakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan, merumuskan masalah atau menyusun model matematika, menerapkan strategi penyelesaian berbagai masalah, menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai dengan permasalahan asal dan memeriksa kebenaran jawaban dari penyelesaian masalah yang dikaitkan dengan kondisi masalah asal. 3. Bahan Ajar Bahan ajar adalah suatu perangkat atau alat yang dibuat oleh guru dalam menyampaikan pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa untuk mencapai indikator-indikator tertentu. 4. Penelitian Desain Penelitian Desain adalah sebuah penelitian yang menempatkan proses desain (perancangan) sebagai strategi untuk mengembangkan suatu bahan ajar. Penelitian desain terdiri dari tiga fase yaitu desain permulaan, eksperimen, dan analisis tinjauan. F. Struktur Organisasi Skripsi Skripsi ini tersusun dari lima bab yang terdiri dari pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, temuan dan pembahasan, serta simpulan,implikasi dan rekomendasi. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan struktur organisasi skripsi. Latar belakang berisi tentang hal hal yang menjadi alasan dilakukan penelitian ini. Rumusan masalah berisi tentang masalah masalah yang akan diteliti berdasarkan paparan dalam latar belakang. Tujuan penelitian berisi tentang tujuan dilakukannya penelitian berdasarkan pada rumusan masalah. Kemudian manfaat penelitian berisi tentang kegunaan atau kontribusi yang dapat diberikan dari hasil penelitian. Sedangkan, struktur organisasi skripsi berisi tentang sistematika penulisan, gambaran dari isi setiap bab dan urutan penulisannya.

7 Bab II merupakan kajian pustaka yang berisi tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori tersebut merupakan teori pendukung yang diperoleh melalui berbagai sumber literatur. Teori-teori yang digunakan adalah teori mengenai bahan ajar, pemecahan masalah, kemampuan pemecahan masalah, teori pembelajaran yang digunakan, hambatan belajar, Hypothetical learning trajectory, penelitian desain, persamaan linear satu variabel pada kurikulum di Indonesia, kajian tentang penelitian yang relevan dan kerangka berpikir penelitian. Bab III merupakan metode penelitian yang berisi tentang metode penelitian, subyek penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Metode penelitian berisi tentang desain yang digunakan dalam penelitian ini dengan merujuk pada teori-teori yang diperoleh dari berbagai sumber literatur. Subyek penelitian berisi tentang subyek yang akan diteliti dan lokasi dilaksanakannya penelitian. Instrumen penelitian berisi tentang instrumen atau alat yang digunakan untuk memperoleh data dan kemudian diolah dengan teknik pengolahan dan analisis data. Prosedur penelitian berisi tentang tahapan-tahapan yang dilakukan dari mulai tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap akhir. Teknik pengumpulan data berisi tentang studi pendahuluan dan eksperimen. Teknik analisis data berisi tentang aktivitas mengenai data reduction, data display dan kesimpulan. Bab IV merupakan temuan dan pembahasan berisi tentang preliminary design dan retrospective analysis. Preliminary design berisi tentang deskripsi hasil wawancara terhadap siswa, guru, analisis kesulitan siswa dalam tes kemampuan pemecahan masalah, dan HLT. Retrospective analysis berisi tentang hasil analisis tinjaun terhadap pembelajaran pada bahan ajar atau HLT yang sudah dirancang. Bab V merupakan simpulan, implikasi dan rekomendasi, berisi tentang penjelasan singkat mengenai hasil penelitian serta saran/rekomendasi yang bermanfaat dari hasil penelitian. Simpulan menjawab rumusan masalah yang telah dibuat pada bab I. Adapun saran/rekomendasi diberikan atas pertimbangan kurang dan lebihnya penelitian yang telah dilakukan dengan harapan penelitian-penelitian berikutnya yang terkait dengan penelitian ini tidak melakukan kesalahan yang sama.