PERENCNN GEDUNG PERKULIHN EMPT LNTI STU BSEMENT DI SURKRT DENGN PRINSIP DKTIL PRSIL Naskah Publikasi Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil Diajukan oleh: MUHMMD YNU UTOMO NIM: D 100 050 009 NIRM: 05 6 106 03010 50009 Kepada: PROGRM STUDI TEKNIK SIPIL FKULTS TEKNIK UNIVERSITS MUHMMDIYH SURKRT 2013
LEMBR PENGESHN PERENCNN GEDUNG PERKULIHN EMPT LNTI STU BSEMENT DI SURKRT DENGN PRINSIP DKTIL PRSIL Naskah Publikasi Diajukan dan dipertahankan pada Ujian Pendadaran Tugas khir di hadapan Dewan Penguji Pada tanggal 27 Desember 2012 diajukan oleh : MUHMMD YNU UTOMO NIM: D 100 050 009 NIRM: 05 6 106 03010 50009 Susunan Dewan Penguji: Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Ir. H liem Sudjatmiko, MT. Basuki, ST. MT. NIP: 131 683 033 NIK: 783 nggota H. Budi Setiawan, ST. MT. NIK: 785 Tugas khir ini diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil Surakarta,... Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi Teknik Sipil Ir. gus Riyanto, MT. Ir. H. Suhendro Trinugroho, MT. NIK : 483 NIK : 732
PERENCNN GEDUNG PERKULIHN EMPT LNTI STU BSEMENT DI SURKRT DENGN PRINSIP DKTIL PRSIL BSTRKSI Tugas khir ini dimaksudkan untuk merencanakan struktur beton bertulang lima lantai, yang merupakan gedung perkuliahan di daerah Surakarta (wilayah gempa 3) yang berdiri di atas tanah keras dan berdasarkan pada SNI 1726-2002 dengan nilai faktor daktalitas (μ) = 3 sehingga termasuk pada daktail parsial. Tujuan dari Tugas khir ini adalah untuk memperoleh suatu perbandingan atau efisiensi dari perencanaan struktur gedung berdasarkan tinjauan 3 dimensi, yang meliputi analisis mekanika struktur, distribusi beban geser/gempa dan kebutuhan tulangan.pada perencanaan ini, digunakan mutu bahan : mutu beton (f c ) 30 MPa, mutu baja (f y ) 400 MPa dan rangka atap baja digunakan mutu baja Bj 34. Peraturan-peraturan yang digunakan sebagai acuan meliputi PPIUG-1983, SNI 03-1729-2002, PPBBI-1984, PBI-1971, SNI 1726-2002, SNI 03-2847-2002. nalisis mekanika struktur gedung menggunakan program SP 2000 v.14. Perhitungan matematis agar mendapat hasil yang cepat dan akurat menggunakan program Microsoft Excel 2007. Penggambaran menggunakan program utocd 2007. Hasil yang diperoleh dari perencanaan Tugas khir ini sebagai berikut: Struktur atap menggunakan kuda-kuda rangka baja profil 30.45.3, ketebalan plat tangga dan bordes 15 cm dengan tulangan pokok dan tulangan bagi dp10, plat lantai dengan tulangan pokok dan tulangan bagi dp10, balok menggunakan dimensi 450/ dengan tulangan pokok D25 dan tulangan geser 2dp10. Kolom menggunakan dimensi / dengan tulangan pokok D25 dan tulangan geser 2dp10, pondasi menggunakan dimensi poer ukuran (3 x 3) m 2 setebal 100 cm dengan tulangan D25, sedangkan tiang pancang dimensi 400/400 mm sepanjang 6 m dengan tulangan pokok D25 dan tulangan geser 2dp10. Kata kunci : Daktail parsial, Perencanaan, SP 2000.
. PENDHULUN Era globalisasi menuntut persaingan di berbagai bidang, salah satunya adalah mutu sumber daya manusia. Pendidikan adalah cara untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk menunjang peningkatan kemajuan pendidikan tersebut maka dibutuhkan sarana pendidikan. Surakarta adalah salah satu kota besar di Indonesia yang menjadi tujuan pendidikan. Banyak sekolah dan universitas berkualitas yang terdapat di Surakarta yang menarik minat sebagian besar pelajar dan mahasiswa di pulau jawa bahkan dari luar jawa. Universitas adalah jenjang pendidikan tertinggi dengan konsentrasi pendidikan yang beragam yang berperan menciptakan profesionalitas sumber daya manusia. Beragam konsentrasi tersebut menyerap banyak mahasiswa, untuk itulah dalam sebuah universitas dibutuhkan banyak fasilitas ruang kuliah yang ditata dalam bentuk gedung perkuliahan Menurut SNI 03-1726-2002, Surakarta termasuk pada wilayah gempa 3 yaitu merupakan daerah dengan kemungkinan terjadi gempa berskala cukup besar sehingga dalam merencanakan gedung bertingkat harus direncanakan dan didesain dengan matang agar dapat digunakan dengan nyaman dan aman terhadap bahaya gempa bagi pemakai. Untuk efisiensi tata guna lahan maka gedung perkuliahan direncanakan 4 lantai 1 basement menggunakan prinsip daktail parsial. Perencanaan gedung tersebut secara teoritis harus memenuhi persyaratan tertentu, baik dari segi struktur, kekakuan, kestabilan serta ekonomi. Berdasarkan permasalahan di atas, maka diambil suatu rumusan masalah sebagai acuan dalam perencanaan sebagai berikut: 1). Surakarta termasuk daerah yang berada pada wilayah gempa 3, maka diperlukan perencanaan struktur gedung tahan gempa. 2). Karena berkembangnya daerah Surakarta menjadi kota besar dan tata guna lahan yang semakin sempit, diperlukan perkembangan gedung bertingkat atau pembangunan secara vertikal. Tujuan perencanaan gedung perkuliahan 4 lantai 1 basement di Surakarta dengan prinsip daktail parsial ini adalah untuk mendapatkan hasil desain struktur 1
2 bangunan 4 lantai 1 basement di Surakarta yang tahan gempa sesuai dengan prinsip daktail parsial, serta peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia. Manfaat yang dapat diambil pada perencanaan ini adalah menambah pengetahuan di bidang perencanaan struktur dan sebagai referensi, khususnya dalam perencanaan struktur beton bertulang tahan gempa dengan prinsip daktail parsial. Untuk menghindari melebarnya pembahasan, maka penyusunan laporan tugas akhir ini dibatasi masalah-masalah sebagai berikut: 1). Gedung yang direncanakan adalah gedung perkuliahan 4 lantai 1 basement di Surakarta (wilayah gempa3). 2). Perhitungan struktur mencakup perhitungan struktur atap (kuda-kuda) dan struktur beton bertulang (plat lantai, plat tangga, perhitungan balok, kolom dan pondasi tiang pancang). 3). Spesifikasi material struktur yang digunakan adalah mutu beton f c = 30 MPa, mutu baja f y = 400 MPa untuk tulangan utama, dan f y = 300 MPa untuk tulangan geser. B. TINJUN PUSTK Menurut pasal 3.1.3.1 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung SNI-1726-2002, daktilitas adalah kemampuan struktur suatu gedung untuk mengalami simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa di atas beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri walaupun sudah dalam kondisi sudah di ambang keruntuhan. Berdasarkan SNI-1726-2002 terdapat 3 tingkat daktilitas yaitu : 1). Elastik penuh Suatu tingkat daktilitas struktur gedung dimana nilai faktor daktilitasnya sebesar 1,0 (μ=1,0).
3 2). Daktail parsial Seluruh tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor daktilitas diantara untuk struktur gedung yang elastik penuh sebesar 1,0 (μ=1,0) dan untuk struktur gedung yang daktail penuh sebesar 5,3 (μ=5,3). 3). Daktail penuh Suatu tingkat daktilitas struktur gedung dimana strukturnya mampu mengalami simpangan pasca-elastik pada saat mencapai kondisi diambang keruntuhan yang paling besar yaitu dengan mencapai nilai faktor daktilitas sebesar 5,3 (μ=5,3). Dalam pasal 4.5 SNI-1726-2002 disebutkan bahwa struktur gedung harus memenuhi persyaratan kolom kuat balok lemah, artinya ketika struktur gedung memikul pengaruh gempa rencana, sendi-sendi plastis di dalam struktur gedung tersebut hanya boleh terjadi pada ujung-ujung balok dan pada kaki kolom dan kaki dinding geser saja. Pada perencanaan gedung dengan prinsip daktail parsial, direncanakan titik-titik yang berpotensi membentuk leleh lentur (sendi plastis) pada jarak tertentu sesuai pasal 23.10.4.2 dan pasal 23.10.4.5.1 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002 sebagai berikut: 1). Untuk balok, sendi plastis dipasang pada ujung kanan dan ujung kiri balok dengan jarak 2h dari muka kolom. 2). Untuk kolom, sendi plastis hanya boleh dipasang pada ujung bawah kolom lantai paling bawah. Lokasi sendi plastis kolom dipasang dengan jarak λ 0 dari ujung bawah kaki kolom. Jarak λ 0 ditentukan sebagai berikut: a). λ 0 1/6 dari tinggi bersih kolom b). λ 0 dimensi terbesar kolom c). λ 0 500 mm
4 2h 2h a.sendi plastis pada balok Gambar 1. Pemasangan sendi plastis Menurut pasal 11 SNI 03-2847-2002, struktur dan komponen struktur harus direncanakan hingga semua penampang mempunyai kuat rencana minimum sama dengan kuat perlu yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang sesuai dengan ketentuan. Kombinasi-kombinasi beban terfaktor tersebut sebagai berikut (pasal 11.2. SNI 03-2847-2002): 1). U = 1,4 D... (1a) 2). U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 ( atau R)... (1b) 3). U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 ( atau R)... (1c) U = 0,9 D ± 1,6 W... (1d) 4). U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E... (1e) U = 0,9 D ± 1,0 E... (1f) Ketidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan pada komponen struktur dianggap sebagai faktor reduksi kekuatan (ϕ), yang nilainya ditentukan menurut pasal 11.3 SNI 03-2847-2002 sebagai berikut: 1). φ = 0,80 untuk beban lentur tanpa gaya aksial 2). φ = 0,65 untuk gaya aksial tekan, dan aksial tekan dengan lentur 3). φ = 0,65 untuk struktur dengan tulangan sengkang biasa 4). φ = 0,60 untuk gaya lintang dan torsi 5). φ = 0,70 untuk tumpuan pada beton Menurut Pasal 4.7.1 SNI-1726-2002, Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 wilayah gempa. Pembagian wilayah ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan perioda ulang 500 tahun. Wilayah gempa 1 adalah wilayah kegempaan paling rendah, sedangkan wilayah gempa 6 adalah wilayah kegempaan paling tinggi. λ 0 b.sendi plastis kolom pada lantai paling bawah
5 Gambar 2. Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun C. LNDSN TEORI 1. Perencanaan struktur atap rangka baja Beban-beban yang diperhitungkan pada gording meliputi beban mati (akibat berat sendiri gording dan beban penutup atap), beban hidup dan beban angin. Baja profil yang digunakan untuk gording adalah profil Canal. Tegangan yang terjadi harus lebih kecil dari tegangan ijin. Pemasangan sagrod dimaksudkan untuk mendukung beban yang searah dengan sumbu miring atap. Penempatan sagrod dipasang pada tengah bentang gording, yang terjadi momen maksimum. Perencanaan kuda-kuda merupakan perencanaan konstruksi yang mendukung berat atap kemudian meneruskannya ke kolom. Perencanaan kudakuda harus mampu menahan berbagai beban baik dari dalam (berat sendiri) maupun dari luar (beban hidup dan angin). 2. Perencanaan struktur plat atap, lantai dan tangga Plat merupakan struktur bidang datar (tidak melengkung) yang jika ditinjau secara visual 3 dimensi mempunyai tebal yang jauh lebih kecil dari pada ukuran bidang plat. Untuk merencanakan plat beton bertulang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan, tapi juga ukuran dan syarat-syarat
6 tumpuan pada tepi yang menentukan jenis perletakan dan jenis penghubung di tempat tumpuan. Tangga merupakan salah satu sarana penghubung dari dua tempat yang berbeda ketinggiannya. Pada bangunan gedung bertingkat, biasanya tangga digunakan sebagai sarana penghubung antara lantai tingkat yang satu dengan lantai tingkat yang lain, khususnya bagi pejalan kaki. gar anak tangga dapat digunakan dengan mudah dan nyaman, maka ukuran anak tangga ditentukan sebagai berikut : 2.T + I = (61-65 cm) dengan: T = tinggi bidang tanjakan (optrede) atau tinggi anak tangga, cm. I = lebar bidang injakan (antrede) atau lebar anak tangga, cm. I T/2 T Gambar 3. natomi anak tangga 3. Perencanaan struktur balok Pada perencanaan balok dilakukan analisa perhitungan meliputi tulangan memanjang balok dan tulangan geser (begel) balok. Dimensi dan penulangan bolok tidak hanya dihitung berdasarkan beban perlu yang bekerja, tetapi juga harus memperhitungkan terjadinya leleh lentur atau sendi plastis pada ujungujung balok (apabila terjadi gempa yang lebih besar daripada gempa rencana) dengan jarak dua kali tinggi penampang balok dari muka kolom (Pasal 23.10.4.2. TPSBUBG SNI 03-2847-2002). Keadaan ini dilaksanakan dengan cara memberikan batasan beban perlu minimal pada ujung- ujung maupun pada tengah bentang balok (Pasal 23.10.4.2. TPSBUBG SNI 03-2847-2002). Menurut Pasal 13.6.1 SNI 03 2847 2002 pengaruh puntir dapat diabaikan jika momen puntir terfaktor T u memenuhi syarat berikut : φ. f' T u 12 c. P 2 cp cp dengan φ = 0,75...(2)
7 cp = luas penampang keseluruhan, termasuk rongga pada penampang berongga (lihat daerah yang diarsir), dalam (mm²). P cp = keliling penampang keseluruhan (keliling batas terluar daerah yang diarsir), dalam (mm). 4. Perencanaan struktur kolom Pada perencanaan kolom dilakukan analisa perhitungan meliputi tulangan memanjang kolom, tulangan geser (begel) kolom dan momen tersedia kolom. Dimensi dan penulangan kolom juga dihitung berdasarkan beban perlu yang bekerja dengan mempertimbangkan terbentuknya leleh lentur (sendi plastis) sepanjang λ 0 dari ujung bawah kaki kolom (Pasal 23.10.5.1. TPSBUBG SNI 03-2847-2002) 5. Perencanaan Pondasi Secara umum, pondasi mempunyai tujuan untuk meneruskan beban-beban struktur bangunan yang berada di atasnya untuk ditransfer/diteruskan kedalam lapisan tanah pendukung. D. METODE PERENCNN Prosedur/tahapan pelaksanaan Tugas khir perencanan meliputi 6 tahap utama, pelaksanaan tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut:
8 Mulai Tahap I Desain gambar rencana Menghitung struktur atap Menghitung tulangan plat dan tangga Tahap II sumsi dimensi awal balok dan kolom nalisa pembebanan Beban mati Beban hidup Beban gempa nalisa mekanika Penentuan beban/gaya dalam perlu akibat kombinasi beban Tahap III Kecukupan dimensi balok Penulangan balok Ya Tidak Tidak Kecukupan dimensi kolom Penulangan kolom Ya Tahap IV sumsi dimensi pondasi Kecukupan dimensi pondasi Penulangan pondasi Ya Tidak Tahap V Membuat gambar detail Selesai Tahap VI Gambar 4. Bagan alir perencanaan
9 E. HSIL PERENCNN 1. Perencanaan Struktur tap Perencanaan Struktur atap menggunakan penutup atap dari genteng dengan rangka atap dari baja. Berdasarkan hasil perhitungan digunakan gording profil baja lip kanal 150.65.20.3,2 dan rangka kuda-kuda utama menggunakan baja profil siku 30.45.3. lat sambung menggunakan baut Ø ¼ inch dengan menggunakan plat kopel 4 mm dan plat buhul 6 mm. Rangka atap dapat dilihat seperti pada Gambar 5 sebagai berikut. a1 a2 d1 v1 a3 d2 v2 a4 d3 v3 a5 d4 v4 a6 d5 v5 b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 b10 b11 b12 800 1200 v6 a7 d6 v7 a8 d7 v8 a9 d8 v9 a10 d9 v10 a11 d10 v11 Gambar 5. Rangka kuda-kuda utama 2. Perencanaan Plat Perencanaan plat terdiri dari 2 jenis yaitu plat atap 10 cm dan plat lantai 12cm. Pembagian tipe dan hasil perhitungan tulangan plat dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut. a12 4800 800 400 800 800 800 400 800 B B 230 800 800 800 2400 B B 230 Gambar 6. Denah plat atap
10 Tabel 1. Tulangan plat atap Momen perlu Tipe plat (kn.m) Tulangan pokok Tulangan bagi Momen tersedia (kn.m) ly = 4 m lx = 4 m M lx (+) = 1,759 M ly (+) = 1,759 M tx (-) = 4,356 M ty (-) = 4,356 dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-350 dp10-350 6,80 5,86 6,80 5,86 B ly = 4 m lx = 2,5 m M lx (+) = 1,505 M ly (+) = 0,818 M tx (-) = 3,240 M ty (-) = 2,520 dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-350 dp10-350 6,80 5,86 6,80 5,86 4800 800 400 800 800 800 400 800 D D G G G G G G G G E F F E C C B B B B 230 800 800 800 2400 D Gambar 7. Denah plat lantai Tabel 2. Tulangan plat lantai Momen perlu Tulangan Tulangan Momen tersedia Tipe plat (kn.m) pokok bagi (kn.m) (1) (2) (3) (4) (5) D 230 ly = 4 m lx = 4 m Ml x (+) = 2,856 Ml y (+) = 2,856 Mt x (-) = 7,072 Mt y (-) = 7,072 B ly = 4 m lx = 3 m Ml x (+) = 2,372 Ml y (+) = 1,454 Mt x (-) = 5,279 Mt y (-) = 4,361
11 Tabel 2. lanjutan (1) (2) (3) (4) (5) C ly = 5 m lx = 2,5 m Ml x (+) = 2,922 Ml y (+) = 1,116 Mt x (-) = 6,056 Mt y (-) = 4,144 D ly = 4 m lx = 2,5 m Ml x (+) = 2,444 Ml y (+) = 1,328 Mt x (-) = 5,259 Mt y (-) = 4,091 E ly = 4 m lx = 2 m Ml x (+) = 1,394 Ml y (+) = 0,408 Mt x (-) = 2,822 Mt y (-) = 1,938 F ly = 3 m lx = 2 m Ml x (+) = 1,224 Ml y (+) = 0,578 Mt x (-) = 2,584 Mt y (-) = 1,938 G ly = 2 m lx = 2 m Ml x (+) = 0,714 Ml y (+) = 0,714 Mt x (-) = 1,768 Mt y (-) = 1,768 3. Perencanaan Tangga Tangga direncanakan dengan desain melayang dengan ketebalan plat 15 cm, lebar injakan anak tangga 26 cm, dan tinggi tanjakan anak tangga 18 cm. Desain dan hasil perhitungan tulangan dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut. -18,24 kn.m -18,24 kn.m 8,54 kn.m -50,65 kn.m 8,54 kn.m -101,64 kn.m 200 200 Gambar VI.4. Momen maksimal pada tangga
12 Tabel 3. Tulangan plat tangga Kiri Lapangan Kanan Bagian Tulangan Tul. Tul. Tul. tangga Tul. Bagi Tul. Bagi Tul. Bagi Pokok Pokok Pokok Badan tas dp10-100 dp10-260 - - dp19-100 dp10-140 Bawah Bawah - - dp10-100 dp10-260 - - Bordes tas dp19-100 dp10-140 dp19-100 dp10-140 dp19-100 dp10-140 Bawah - - - - - - Badan tas dp10-100 dp10-260 - - dp19-100 dp10-140 atas Bawah - - dp10-100 dp10-260 - - 4. Perencanaan Struktur Balok Contoh perhitungan dilakukan pada balok B220 portal as-6 dan didapatkan hasil penulangan seperti pada gambar berikut. 2dp12-90 B C 2dp12-60 2dp12-100 2dp12-60 10 D25 2dp12-200 2 D25 2dp12-120 12 D25 3 D25 4 D25 4 D25 B220 53,5 66,5 66,5 53,5 120 120 200 150 150 200 800 10 D25 50 65 50 65 50 65 4 D12 2 D25 4 D12 12 D25 4 D12 3 D25 4 D25 4 D25 65 65 450 450 450 POT - POT - B POT - C 65 Gambar 9. Penulangan balok B220 portal as-6 5. Perencanaan Struktur Kolom Contoh perhitungan dilakukan pada K47 (identik dengan K42) portal as-b dan didapatkan hasil penulangan seperti pada gambar berikut. 65 dp10-200 16 D25 65 dp10-100 65 65 Gambar 10. Penulangan kolom K47 portal as-b 65
13 6. Perencanaan Pondasi dan Sloof Hasil penulangan pondasi dan sloof dapat dilihat pada gambar berikut. D16-80 D16-80 D25-80 915 D16-80 300 85 D25-80 D25-80 300 POT - B B 400 300 400 75 75 4 D25 2dp10-160 DETIL PENULNGN PONDSI TING PNCNG 75 POT B-B 75 Gambar 11. Penulangan pondasi tiang pancang 2dp10-250 B C 75 75 75 75 75 75 75 75 75 2D25 2dp10-250 3D25 2dp10-250 2D25 2dp10-250 75 2D25 400 2D12 2D12 2D12 2D25 2D25 75 75 400 400 Gambar 12. Penulangan sloof
14 F. KESIMPULN DN SRN 1. Kesimpulan Setelah melakukan analisis perhitungan perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung perkuliahan 4 lantai 1 basement dengan prinsip daktail parsial di daerah Surakarta tinjauan 3 dimensi, dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan struktur beton bertulang ini direncanakan aman terhadap beban mati, beban hidup dan beban gempa rencana. Distribusi beban geser/gempa menggunakan analisis statik ekivalen sedangkan perhitungan analisis mekanika strukturnya menggunakan program bantu hitung SP 2000 v.14. Dari hasil analisis didapat hasil sebagai berikut: 1). Struktur atap menggunakan kuda-kuda rangka baja profil 30.45.3. 2). Struktur plat ketebalan plat atap 10 cm dan plat lantai 12 cm dengan tulangan pokok dan tulangan bagi dp10. 3). Struktur tangga digunakan bentuk K dengan hasil perencanaan optrade (tinggi bidang tanjakan ) 18 cm dan antrade (lebar bidang injakan ) 26 cm. Untuk plat tangga dan bordes digunakan tebal 15 cm dengan tulangan pokok dan tulangan bagi dp10. 4). Struktur portal gedung beton bertulang meliputi: a). Balok induk dengan dimensi 450/ mm dan 300/500 mm dengan tulangan pokok D25 dan tulangan geser menggunakan 2dp10. b). Kolom dengan dimensi kolom / mm dengan tulangan pokok D25 dan tulangan geser menggunakan 2dp10. 5). Struktur pondasi menggunakan pondasi tiang pancang beton bertulang dan dipancang sampai tanah keras meliputi : a). Plat poer pondasi menggunakan ukuran 3 x 3 m 2 setebal 1 m dengan tulangan D25 dan jarak 80 mm. b). Kelompok tiang pancang berjumlah 9 tiang dengan dimensi tiang pancang 400/400 dengan tulangan pokok 4 D25 dan begel 2dp10-160.
15 2. Saran Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung bertingkat pada umumnya dan secara khusus pada Tugas khir ini penulis mencoba memberikan saran diantaranya sebagai berikut : 1). Jika dalam perencanaan menggunakan program bantu hitung untuk perhitungan analisa mekanika struktur seperti SP 2000 v.14 atau yang lainnya hendaknya pemasukan data material, dimensi, dan pembebanan lebih teliti. 2). Jika dalam perhitungan torsi hasilnya momen torsi diabaikan, maka hanya perlu diberi tulangan tambahan (tulangan montase) dengan diameter minimal (½ diameter tulangan longitudinal). 3). Perhatikan penggambaran shop drawing karena hasil analisis dengan aplikasi lapangan kadang berbeda. 4). Dalam penggambaran hendaknya dibuat secara sederhana dan detail agar mudah dibaca oleh semua orang.
DFTR PUSTK sroni,., 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang, Graha Ilmu, Yogyakarta. sroni,., 2010. Kolom Fondasi & Balok T Beton Bertulang, Graha Ilmu, Yogyakarta. sroni,., 2003. Struktur Beton lanjut, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. DPMB, 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia N.I.-2, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung. DPPW, 2002. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung SNI 1726-2002, Departeman Permukiman dan Prasarana Wilayah, Bandung. LPMB, 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung. LPMB, 1984. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung. LPMB, 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.