2014 METODE FLOW SYSTEM PURIFIKASI BIOETANOL HASIL FERMENTASIUBI KAYU MENGGUNAKAN DUAL ADSORBEN (KS-CUSO4)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. York Times bahwa etil alkohol akan menjadi bahan bakar masa depan dengan

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

BAB III METODE PENELITIAN

PERNYATAAN. Bandung, Februari 2014 Yang membuat pernyataan. Eric Perdana Putra NIM

Performa Adsorben SG dan KS dalam Pemurnian Bioetanol Hasil Fermentasi Singkong (Manihot utilissima)

BAB III METODE PENELITIAN

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

PEMBUATAN BIOETANOL DARI FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Manihot glaziovii Muell) DENGAN MENGGUNAKAN RAGI

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

KADAR GLUKOSA DAN KADAR BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissima pohl) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pada masa sekarang konsumsi bahan bakar minyak sangat tinggi,

PEMANFAATAN SINGKONG PAHIT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL SECARA FERMENTASI MENGGUNAKAN Saccharomyces Cerevisiae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 300 genus dan meliputi spesies tumbuhan dimana hampir semuanya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Produksi Bioetanol Dari Pati Jagung. Jagung dikeringkan dan dibersihkan, dan di timbang sebanyak 50 kg.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bahan bakar. Sumber energi ini tidak dapat diperbarui sehingga

GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissima,pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

BAB I PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK GANYONG (Canna edulis Kerr.) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

TUGAS MIKROBIOLOGI BIOETANOL

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI GAPLEK SINGKONG KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

PEMBUATAN DIETIL ETER DENGAN BAHAN BAKU ETANOL DAN KATALIS ZEOLIT DENGAN METODE ADSORBSI REAKSI

LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Pemurnian Etanol dengan Menggunakan Alat Sistem

KADAR BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA (DIENDAPKAN 5 HARI) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

PENGARUH KONSENTRASI RAGI DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR ETANOL DAN KADAR GLUKOSA HASIL FERMENTASI KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus)

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissma, Pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

TUGAS KETEKNIKAN SISTEM ANALISA KUANTITATIF PRODUKSI BIOETANOL

Daftar Pustaka. Anonim. (2013). Pengembangan Metode Kromatografi Gas Untuk Penetapan Kadar Etanol Dalam Nira Sriwalan. Universitas Airlangga Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketela pohon merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri. adalah spesies Sorghum bicoler (japonicum). Tanaman yang lazim

PRODUKSI BIOETANOL DARI SINGKONG (Manihot utilissima) DENGAN SKALA LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan sumber karbohidrat, salah satu diantaranya adalah umbiumbian.

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Besarnya ketergantungan

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN NIRA SIWALAN UNTUK PRODUKSI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

BAB I PENDAHULUAN. Umbi-umbian adalah bahan nabati yang dapat diperoleh dari dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. alternatif penanganan limbah secara efektif karena dapat mengurangi pencemaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

PEMURNIAN BIOETANOL MENGGUNAKAN PROSES ADSORBSI DAN DISTILASI ADSORBSI DENGAN ADSORBENT ZEOLIT

WATER ADSORPTION FORM MIXTURE ETHANOL-WATER BY ZEOLITE SYNTHESIZED NAA FROM COAL BOTTOM ASH PLTU TARAHAN LAMPUNG

NURUL FATIMAH A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan yang mengandung gula oleh ragi (yeast) Saccharomycess cereviceae. Ragi

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Ketela pohon banyak dikenal masyarakat sebagai bahan pangan

I. PENDAHULUAN. itu, diperlukan upaya peningkatan produksi etanol secara besar-besaran

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIOETANOL (MATERI 1 Mikrobiologi Industri) Kelompok 17, 18, dan 19

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

Lampiran 1. Hasil identifikasi ubi kayu

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN DENGAN PROSES HIDROLISA ASAM SULFAT DAN FERMENTASI Saccharomyces Cerevisiae

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM :

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. indutri. Pemanfaat jagung dalam bidang industri selain sebagai sumber

PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) PRODUCTION OF BIO-ETHANOL FROM FLESH OF SALAK FRUIT ( Salacca zalacca )

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, terutama di jaman modern dengan mobilitas manusia yang sangat

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki banyak ragam tumbuhan hijauan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan ragi). Di Sulawesi Utara, pengolahan etanol dari nira aren dilakukan

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN SACCHAROMYCES CEREVISIAE TERHADAP TINGKAT PRODUKSI BIOETANOL DENGAN BAHAN BAKU TETES TEBU

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BAHAN BAKU TETES MENGGUNAKAN PROSES FERMENTASI DAN PENAMBAHAN ASAM STEARAT

PENGUJIAN MODEL BURNER KOMPOR BIOETANOL DENGAN VARIASI VOLUME BURNER CHAMBER 50 cm 3, 54 cm 3, 60 cm 3, 70 cm 3

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

RANCANG BANGUN ALAT DISTILASI SATU TAHAP UNTUK MEMPRODUKSI BIOETANOLGRADE TEKNIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UJI KINERJA KOLOM ADSORPSI UNTUK PEMURNIAN ETANOL SEBAGAI ADITIF BENSIN BERDASARKAN LAJU ALIR UMPAN DAN KONSENTRASI PRODUK

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. produk komersial termasuk makanan, kosmetik, dan obat -obatan (Priyadi dan

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. Tabel 7. Data Pengamtan Hidrolisis, Fermentasi Dan Destilasi. No Perlakuan Pengamatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu energi alternatif yang banyak diproduksi di dunia adalah bioetanol (Rikana dan Adam, 2006). Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari proses fermentasi glukosa menggunakan bantuan ragi terutama jenis Saccharomyces cerevisiae (Khaidir et al, 2012). Bahan baku pembuatan bioetanol adalah singkong. Singkong (Manihot utilissima) disebut juga ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman yang dapat tumbuh khususnya di negara tropis (Chandra, 2013). Bioetanol yang dihasilkan dari proses fermentasi presentasi kadar etanolnya cukup rendah. Diantaranya penelitian yang telah dilakukan oleh Anshori (2011). dengan menggunakan bahan baku kulit singkong didapatkan kadar etanol sebesar 7,03%. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Saripah (2011) yang berbahan baku singkong pahit didapatkan kadar etanol sebesar 9,69 %. Adapun hasil penelitian lainnya menyatakan bahwa hasil fermentasi dari bioetanol yang dihasilkan adalah sebesar 7 s.d. 15%. Menurut BSN (2008), bioetanol yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor memiliki kadar kemurnian 99,5%. Jika bioetanol masih mengandung air sebesar 4 s.d. 5% akan mempengaruhi kinerja mesin dan dapat menyebabkan terjadinya korosi (Chandra, 2013). Oleh karena itu, diperlukan pengolahan khusus dalam proses pemurnian bioetanol. Beberapa cara yang umum digunakan dalam proses purifikasi bioetanol adalah dengan menggunakan destilasi. Namun, proses purifikasi dengan menggunakan destilasi biasa dibutuhkan proses yang berulang kali minimal sebanyak 14 kali proses destilasi dan persentase kemurniannya hanya mencapai 92,17% (Wijaya et al, 2012). Hal ini disebabkan campuran antara etanol dan air

2 dapat membentuk campuran azeotrop (Azzam et al, 2008). Campuran azeotrop merupakan campuran yang memiliki titik didih yang konstan (Waller, 1981). Etanol anhidrat dengan kadar kemurnian 99,8 s.d. 100% dapat diperoleh dengan menggunakan destilasi azeotrop (Waller, 1981). Campuran azeotrop etanol dan air memiliki perbandingan 89% mol etanol dan 11% mol air (Lei et al, 2002). Campuran azeotrop dapat dipisahkan dengan menggunakan destilasi azeotrop, yaitu dengan penambahan benzen dimana akan terbentuk campuran benzeneetanol-air dengan titik didih 64,9 0 C (Graham, 2003). Titik didih campuran tersebut lebih rendah dari campuran etanol-air 78,2 0 C sehingga etanol dapat dipisahkan dari air dengan destilasi bertingkat, namun pemisahan etanol dengan metode ini akan menyisakan beberapa ppm residu benzen di dalam etanol yang diperoleh dimana benzene merupakan bahan yang toxic bagi manusia sehingga proses purifikasi menggunakan destilasi azeotrop jarang digunakan (Graham, 2003). Adapun cara lain yang digunakan untuk memisahkan campuran azeotrop ini adalah dengan metode adsorpsi (Chandra, 2013). Adsorben yang digunakan adalah adsorben yang berbahan dasar anorganik dan organik. Adsorben berbahan dasar anorganik yang telah digunakan diantaranya silika gel, tembaga sulfat anhidrat dan zeolit (Arnelli, 2002). Salah satu penelitian yang menggunakan adsorben berbahan dasar anorganik, yaitu zeolit alam, clinoptilolite, yang merupakan molecular sieve yang digunakan sebagai agen pengadsorpsi air (Ivanova et al, 2009). Namun, untuk penggunaan molecular sieve seperti zeolit alam memerlukan biaya yang cukup mahal, selain itu energi yang dibutuhkan untuk regenerasi cukup tinggi. Adsorben berbahan dasar organik berasal dari bahan pangan. Salah satu adsorben yang memiliki kapasitas adsorpsi cukup baik dalam proses purifikasi bioetanol yaitu Kulit Sapi. Penelitian yang menggunakan adsorben berbahan dasar Kulit Sapi dilakukan oleh Chandra (2013) yang menghasilkan kadar etanol 100% dari 14% kadar etanol hasil destilasi larutan fermentasi.

3 Adapun metode adsorpsi gabungan antara adsorben organik dan anorganik seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Chandra (2013), menyebutkan bahwa penggunaan adsorben Silika Gel sebagai adsorben dapat memurnikan hingga mencapai kadar etanol 99,962% dari 14% kadar etanol hasil destilasi larutan fermentasi, sementara itu adsorben Kulit Sapi dan dual adsorben Kulit Sapi dan Silika Gel dapat memurnikan hingga mencapai kadar etanol 100% dari 14% kadar etanol hasil destilasi larutan fermentasi awal. Adsorben berbahan dasar anorganik selain silika gel yang dapat digunakan sebagai agen pemurnian adalah tembaga sulfat anhidrat. Tembaga sulfat anhidrat memiliki kemampuan dalam menyerap air dan mudah diregenerasi (Sugiarto, 2003). Penelitian yang telah dilakukan Chandra (2013) masih menggunakan system batch. Dalam pemurnian etanol menggunakan system batch untuk skala industri kurang efektif karena proses pemisahan etanol murni tidak dapat segera dilakukan ketika adsorben Kulit Sapi telah jenuh oleh air sehingga kemungkinan besar air dapat bercampur kembali ke dalam cairan etanol selain itu dibutuhkan energi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dikembangkan metode dan dual adsorben organik dan anorganik yaitu Kulit Sapi dan Tembaga Sulfat Anhidrat secara flow system. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah metode flow system dalam purifikasi bioetanol hasil fermentasi ubi kayu menggunakan dual adsorben (KS-CuSO 4 )? 2. Berapakah kadar bioetanol yang dihasilkan dari proses purifikasi secara flow system menggunakan dual adsorben (KS-CuSO 4 )? 3. Berapakah kapasitas adsorpsi dual adsorben (KS-CuSO 4 ) dalam proses purifikasi bioetanol dengan cara adsorpsi secara flow system?

4 4. Berapakah randemen hasil purifikasi bioetanol dengan metode flow system untuk mendapatkan kemurnian bioetanol maksimum? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan metode flow system dalam purifikasi bioetanol hasil fermentasi ubi kayu menggunakan dual adsorben (KS-CuSO 4 ). 2. Untuk mendapatkan informasi kadar bioetanol yang dihasilkan dari proses purifikasi dengan dual adsorben (KS-CuSO 4 ) secara flow system. 3. Untuk mengetahui kapasitas adsorpsi dual adsorben (KS-CuSO 4 ) dalam proses purifikasi bioetanol secara flow system. 4. Untuk mendapatkan informasi mengenai randemen bioetanol hasil purifikasi menggunakan dual adsorben (KS-CuSO 4 ) secara flow system. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat memberi kontribusi untuk perkembangan teknologi dibidang purifikasi bioetanol untuk digunakan sebagai metode alternatif baru dalam produksi bioetanol di Indonesia. 2. Penemuan yang dihasilkan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya dalam pengembangkan metode dan bahan untuk purifikasi bioetanol. 3. Penemuan yang didapatkan dapat diaplikasikan ke dalam dunia industri produksi bioetanol berdasarkan efisiensi hasil kemurnian bioetanol maksimum secara flow system yang dapat meningkatkan kualitas bioetanol yang dihasilkan.

5