BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Menjalin sebuah hubungan yang serius untuk membentuk suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi keluarga adalah komunikasi interpersonal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

MANAJEMEN KONFLIK ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BEDA AGAMA

Disusun Oleh : EVA NADIA KUSUMA NINGRUM Telah disetujui unuk mengikuti Ujian Skripsi. Menyetujui, Pembimbing Utama

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral atau suci dan pernikahan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. Tiba diriku di penghujung mencari cinta Hati ini tak lagi sepi Kini aku tak sendiri

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. suatu dinamakan perkawinan yang diharapkan dapat berlangsung selama-lamanya,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI

I. PENDAHULUAN. Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia terdiri dari multi etnik dan agama. Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tiga tahun terakhir angka perceraian di Indonesia meningkat secara

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB IV ANALISIS DATA

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

Bab 1. Pendahuluan. Ketika anak tumbuh didalam keluarga yang harmonis, ada satu perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengarungi suka duka hidup di dunia bersama sama. Setelah akad nikah

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

PUTUSAN. Nomor : 0827/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

New Life in Your Family #4 Kehidupan Baru dalam Keluarga Anda #4 FALLING IN LOVE AGAIN - JATUH CINTA LAGI

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi wanita yang berada di bawah bayang-bayang pria, dewasa ini telah

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB IV. CERAI GUGAT KARENA ISTRI SELINGKUH DALAM PUTUSAN PERKARA NOMOR: 603/PDT.G/2009/PA.MLG. (Studi Analisis Dengan Pendekatan Maqasid Al-Syari ah)

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

PUTUSAN. Nomor : 1376/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menjalin sebuah hubungan yang serius untuk membentuk suatu keluarga tentu menjadi hal yang lazim dilakukan oleh setiap orang di seluruh dunia. Cara yang lazim untuk membentuk sebuah keluarga di Indonesia tentunya adalah dengan cara menikah atau melangsungkan sebuah pernikahan. Pernikahan adalah ungkapan iman, dimana terjadi persatuan dua tubuh dan pribadi yang berbeda, didalamnya seseorang menaruh makna dan kebahagiaan hidupnya di dalam diri seseorang lainnya (Norwan, 2007:105). Hal ini yang kemudian menjadikan seseorang sulit dan sangat berhati-hati saat mencari pasangan hidupnya karena dalam sebuah komitmen seperti pernikahan, hubungan satu sama lainnya tentu tidak semudah hubungan pertemanan atau hubungan kerja yang mudah berganti satu sama lain (Wood, 2010: 190). Adanya sistem perjodohan dalam sebuah pernikahan pun tak lepas dalam budaya Indonesia dengan tujuan mempertahankan budaya yang ada. perjodohan (arranged marriages) sendiri adalah suatu pernikahan yang 1

diatur oleh orang tua, atau kerabat dekat untuk sang pasangan, dan biasanya dilakukan pada wanita (Zaidi & Shuraydi, 2002: 33). Hal ini yang kemudian menanamkan pikiran dalam setiap orang yang masih kental dengan budayanya masing-masing untuk mencari pasangan hidup yang setara, baik dari segi budaya, agama, dan tingkat ekonomi ataupun pendidikan. Keragaman yang ada di Indonesia meliputi budaya, adat, bahasa, dan agama perlahan membuat masyarakat cenderung berpikiran terbuka dan bersikap toleran. Hal ini pun memberi dampak pada pernikahan yang mulai terjadi antar dua latar belakang yang berbeda, salah satunya agama. Seperti dalam buku Keys to Interfaith Parenting, disebutkan bahwa masyarakat yang toleran cenderung mulai menerima perbedaan yang ada dan menyamaratakan setiap agama sehingga tidak ada rasa sensitif satu sama lain terhadap agama yang lain dan justru dapat menerima kelebihan atau pun kekurangannya. Pernikahan beda agama merupakan jenis kemitraan yang menyatukan orang-orang yang memiliki kepercayaan atau agama yang berbeda (Yob, 1998: 10). Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 2 secara jelas disebutkan bahwa Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.. Ketegasan aturan perkawinan beda agama ditegaskan pula dari UU No. 1 tentang Perkawinan Tahun 1974 Pasal 8f yang menjelaskan mengenai perkawinan yang dilarang antara dua orang yang mempunyai hubungan 2

yang oleh agamanya atau peraturan yang berlaku, dilarang kawin. (Undang-Undang Republik Indonesia). Disamping hukum yang berlaku di Indonesia, secara jelas kasus seperti ini dapat masyarakat lihat melalui media yang menyoroti kehidupan public figure yang melangsungkan pernikahan dengan latar belakang agama yang berbeda. Dari sensus terakhir di tahun 2001 mengenai pernikahan beda agama di Indonesia pun mencapai angka 21.000 pasangan 1. Memilih untuk menjalin hubungan dengan orang yang memiliki latar belakang agama yang berbeda tentu bukanlah hal yang mudah sejak awal hubungan sampai pada pernikahan. Seorang psikolog anak dan perkawinan, Anna Surti Ariani, Psi. menguraikan beberapa risiko konflik yang muncul mulai dari hal terkecil seperti pemilihan makanan, tantangan dari pihak masing-masing keluarga, hukum di Indonesia yang tidak mengenal adanya pernikahan beda agama, dan yang penting saat pernikahan itu benar-benar dilangsungkan adalah nasib dari anak pasangan tersebut yang bingung akan perbedaan keyakinan dari orangtuanya 2. Membangun keluarga merupakan hal yang sulit apalagi bila keluarga tersebut didasarkan pada perbedaan agama suami dan istri. Tidak 1 http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/12/30/mfu55a-muslimahdi-negara-ini-condong-menikahi-pria-nonmuslim, diakses pada 15 September 2013 2 http://www.republika.co.id/berita/humaira/samara/13/09/03/ msj6mk-si-dia-beda-agama-apasaja-risikonya, diakses pada 15 September 2013 3

sedikit pernikahan yang berujung pada perceraian akibat konflik yang berujung pada ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA) mencatat bahwa selama periode 2005 hingga 2010 terjadi peningkatan hingga 70 persen. Di tahun 2010 pun terdapat 285.184 kasus perceraian dikarenakan berbagai konflik antara lain faktor ketidakharmonisan, tidak ada tanggung jawab, dan masalah ekonomi 3 Di antara tingginya tingkat perceraian yang terjadi di Indonesia, rupanya tidak sedikit pasangan yang berasal dari perbedaan agama dapat mempertahankan keutuhan rumah tangganya bahkan sampai memiliki keturunan. Toleransi beragama yang sejak awal menjadi dasar sebuah pernikahan pasangan suami istri memiliki kaitan yang erat pada konflik dan strategi manajemen konflik untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga. Seorang anak yang tidak ingin disebut namanya dan berinisial DB mengakui bahwa kehidupan orang tuanya yang berasal dari agama yang berbeda pun mengalami beberapa konflik yang pada akhirnya melibatkan agama sebagai sumber dari konflik itu sendiri, Gue sebagai anaknya sih menyaksikan sendiri kalo agama berpengaruh.... Orang tua gue kalo ngomongin agama nggak harmonis. Gimana dong... Tiap berantem dan ada rasa kepengen cerai dia selalu inget anakanaknya. Intinya emang kalo berantem sering bawa-bawa agama dan saling nyalahin karena orang tua gue egois dua-duanya. Dari hasil percakapan penulis dengan seorang anak hasil pernikahan beda agama didapatkan fakta bahwa terdapat hubungan 3 http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/01/24/lya2yang-angka-perceraianpasangan-indonesia-naik-drastis-70-persen, diakses pada 24 September 2013 4

interpersonal antara suami dan istri beda agama yang tidak harmonis meski sudah dijalani dalam waktu yang cukup lama. Konflik yang timbul dalam suatu hubungan perkawinan dalam keluarga sebenarnya bisa disebabkan karena beberapa hal, misalnya masalah perbedaan persepsi, sikap dan nilai diantara suami istri tersebut. Konflik juga bisa disebabkan bisa timbul karena perilaku dan keingginan seseorang menghalangi tujuan orang lain, sebagai akibat adanya perselisihan nilai, perilaku, kekuasaan dan sumber daya dimana setiap pihak berusaha mencapai tujuannya, yang biasanya mengorbankan orang lain (Galvin, Bylund, dan Brommel, 2008: 166) Sama halnya dengan apa yang menjadi asumsi dasar pada Teori Dialektika Relasional yakni sebuah hubungan tidak bersifat linear, selalu terdapat fluktuasi yang terjadi antara keinginan-keinginan yang kontradiktif (West & Turner, 2008: 236). Dengan begitu konflik merupakan hal tak dapat dihindarkan dalam kehidupan ini karena dalam sebuah hubungan suami dan istri, segala sesuatunya tidak dapat selalu berjalan dengan mulus tanpa ada pertentangan atau masalah. Kembali pada fakta, Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat perceraian yang tinggi. Berdasarkan rekapitulasi BPA tahun 2010, dari 285.184 perceraian, 91.841 kasus karena ketidakharmonisan 5

(perselingkuhan, masalah komunikasi, dsb), 78. 407 kasus karena tidak bertanggungjawab dan 67. 891 kasus karena masalah ekonomi 4. Satu cara yang membantu untuk memahami hubungan antara pasangan suami dan istri dalam keluarga adalah dengan komunikasi karena komunikasi memungkinkan anggota keluarga untuk saling mengenal, memahami, dan idealnya mencintai satu sama lain (Devito, 2009: 261). Komunikasi yang terjadi antara pasangan suami istri dalam kehidupan berkeluarga dapat dikategorikan sebagai komunikasi interpersonal yang diartikan oleh Deddy Mulyana (2007: 73) sebagai komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal. Di sinilah peran komunikasi interpersonal menjadi penting yang dapat memanajemen setiap konflik yang ada dalam kehidupan berkeluarga pasangan suami istri berbeda agama melihat pasangan dengan latar belakang yang sama pun berpotensi mengalami suatu konflik. Terlebih lagi bagi pasangan suami istri beda agama yang dari segi konflik dan cara penyelesaiannya berbeda. Penulis memilih topik ini karena penulis ingin mengetahui strategi manajemen konflik intepersonal dalam kehidupan keluarga oleh suami istri yang berbeda agama dikarenakan keterbukaan seseorang akan agama yang 4 riau.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=12292 6

kemudian berujung pada pernikahan menjadi hal yang belum bisa diterima oleh setiap masyarakat Indonesia. Perbedaan mendasar dalam membangun sebuah keluarga ini tentu juga dapat berpengaruh pada konflik yang timbul serta strategi manajemen untuk menyelesaikan konflik tersebut. Namun perbedaan ini tidak menjadikan hal tersebut sebagai alasan untuk mengakhiri pernikahan melihat kehidupan narasumber penulis kali ini yang dapat mempertahankan keutuhan rumah tangganya. Dengan berbagai konflik yang hadir dalam kehidupan mereka, pemilihan strategi manajemen konflik rupanya memberi pengaruh terhadap keberlangsungan usia pernikahan yang sampai kini tengah dijalani. Maka dari itu, penulis hendak melakukan penelitian dengan judul Strategi Manajemen Konflik Interpersonal Pasangan Suami dan Istri Beda Agama Dalam Mempertahankan Keutuhan Rumah Tangga. 1.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis mencoba mengkaji hal berikut: Bagaimana strategi manajemen konflik interpersonal pasangan suami dan istri beda agama dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga? 7

1.3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi manajemen konflik interpersonal pasangan suami dan istri beda agama dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga. 1.4. KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1. Kegunaan Akademis Penelitian dapat bermanfaat dan digunakan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengembangkan dan menganalisa topik yang serupa dan pemahaman baru bagi pasangan suami dan istri beda agama dalam manajemen konflik dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga. 1.4.2. Kegunaan Praktis Penulis mengharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberi pandangan mengenai rumah tangga yang dibangun berlandaskan perbedaan agama serta strategi manajemen konflik interpersonal pasangan suami istri beda agama dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga. 8