2015 PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL KE PUI AN PERSATUAN UMAT ISLAM SEBAGAI UPAYA MENANAMKAN KESADARAN SEJARAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai krisis yang melanda, maka tantangan dalam

PELAKSANAAN PENGAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM UPAYA PEMBENTUKAN WAWASAN KEBANGSAAN PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 4 DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa. penindasan, eksploitasi dan dominasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 yang antara lain yaitu melindungi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan khususnya, pelajaran akuntansi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. para pejabat Kementerian Pendidikan Nasional, Kepala Dinas Pendidikan di daerah,

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai patriotisme. Lunturnya nilai-nilai patriotisme pada sebagian masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan karakter dan jati diri bangsa merupakan cita-cita luhur yang harus

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMA Prakarya merupakan salah satu lembaga pendidikan PUI di Kabupaten Majalengka, yang berbasiskan Islam maka secara otomatis mengakomodir adanya pembelajaran muatan lokal ke PUI-an dalam struktur pembelajarannya sebagai mata pelajaran sendiri atau dimasukkan ke dalam muatan lokal. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberikan serta memberlakukan kurikulum yang sifatnya keleluasaan pada guru dan sekolah untuk mengembangkan potensi yang ada di daerah itu sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kehendak masyarakat setempat dengan memperhatikan kekhasan daerah yang disebut dengan muatan lokal. Kurikulum muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh siswa di daerah itu sendiri. (Lampiran Keputusan Menteri P dan K No. 0412/U/1987). Kewenangan sekolah untuk mengembangkan kurikulum sendiri, merupakan peluang bagi sekolah dalam mengembangkan sejarah. Ada dua cara yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam mengembangkan sejarah lokal, yaitu pertama sejarah lokal sebagai mata pelajaran sendiri atau masuk ke dalam muatan lokal, kedua sejarah lokal yang menjadi bagian dari mata pelajaran sejarah. (Mulyana, 2007: hlm, 8-9). Dalam hal ini, SMA Prakarya berusaha memaksimalkan potensi sejarah lokal dengan menyampaikan materi-materi ke PUI an. Pendidikan bagi PUI menjadi media untuk menanamkan doktrin yang dimiliki PUI yaitu Intisab. Akan tetapi walaupun sudah memanfaatkan potensi lokal di daerahnya, kesadaran sejarah di SMA Prakarya masih rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai fenomena sosial yang tidak dapat dipungkiri pada masa sekarang ini adalah lunturnya nilai-nilai kebangsaan dan moral, kecakapan religius, patriotisme juga nilai-nilai kearifan lokal 1

sendiri kurang dipahami, yang berakibat jati diri kebangsaan melemah sehingga menurunnya kesadaran yang dimiliki para peserta didik. Perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan arus globalisasi memberikan perubahan ke dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Terjadinya arus globalisasi membawa dampak positif dan negatif yang ditimbulkan. Dampak positif yaitu semakin berkembangnya teknologi yang semakin canggih dan ilmu pengetahuan menjadi lebih luas dan dampak negatif yang dirasakan dari globalisasi adalah banyaknya budaya luar yang tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Sehingga menurunnya jiwa idealisme dan patriotimse yang masuk dari budaya luar secara terus menerus dan masyarakat kita menjadi hedonis, matrealistis dan konsumtif. Akibatnya banyak generasi muda yang kehilangan arah, mereka menganggap bahwa dengan kebudayaan modern lebih baik dari pada kebudayaan tradisional. Lunturnya nilai-nilai kebangsaan, kecakapan religius, kesadaran sejarah, menjadi permasalahan bangsa. Dalam konteks inilah pembelajaran sejarah ditantang untuk memainkan peranan penting dalam memberikan sumbangan wawasan peserta didik sebagai salah satu upaya untuk mengatasai masalah tersebut. Dengan kata lain, pembelajaran sejarah dituntut untuk memberikan kontribusi yang lebih nyata dalam menanamkan kesadaran sejarah pada peserta didik. Menurut Ismuan (2005: hlm, 171) tujuan umum dan ideal pendidikan dan pengajaran sejarah adalah agar peserta didik mampu memahami sejarah, memiliki kesadaran sejarah, dan memiliki wawasan sejarah yang bermuara pada kearifan sejarah. Dengan demikian, pembelajaran sejarah diharapkan mampu memberikan jawaban terhadap tuntutan untuk tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai kebangsaan bagi generasi muda. Jika cara ini dapat dicapai melalui pembelajaran sejarah, maka keutuhan bangsa dan negara dapat dipertahankan (Kartodirdjo, 1992; hlm, 128). Harapan saat ini, generasi muda dapat mempersiapkan diri sehingga pada saatnya nanti siap tampil sebagai pemimpin yang tangguh, tidak hanya secara fisik tetapi juga secara moral dan intelektual. Sebagai bekal yang mutlak diperlukan iman dan taqwa, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang diperoleh melalui proses pendidikan. Sebagai bunga dan harapan bangsa, generasi muda dituntut pula untuk 2

mempraktekan budi pekerti yang luhur sesuai dengan nilai-nilai budaya dan moral bangsa. Di sinilah arti penting pembelajaran ke PUI an sebagai bagian dari pembelajaran sejarah. Dengan budi pekerti yang luhur, peserta didik sebagai generasi muda pada saatnya nanti, dapat menampilkan diri sebagai pemimpin yang berkualitas tinggi. Untuk menunjang cita-cita tersebut, diperlukan pemahaman nilainilai luhur yang terkandung dalam sejarah bangsanya. Disamping itu dinyatakan pula, bahwa pemahaman nilai-nilai sejarah secara seksama dapat menumbuhkan kesadaran sejarah yang akan membuat suatu generasi lebih memahami kenyataan historis bangsanya (Soedjatmoko, 1995: hlm, 359). Pendidikan sejarah lokal dan sejarah nasional merupakan proses enkulturasi dalam rangka nation character building. Melalui proses pelembagaan nilai-nilai yang positif seperti nilai-nilai warisan leluhur, heroisme, dan nilai-nilai ideologi dijadikan alat perekat solidaritas bangsa (Kartodirdjo dalam Supardan, 2004: hlm, 29).Untuk itu diperlukan peranan pemerintah untuk membuat kebijakan dalam bidang pendidikan agar semua mata pelajaran-pelajaran yang membentuk rasa nasionalisme dan wawasan kebangsaan, sehingga sejarah lokal mendapat perhatian yang cukup banyak. Terutama dalam proses pembelajaran baik didalam maupun diluar kelas. Maka sudah saatnya mengembangkan kurikulum sejarah yang memperhatikan sosio kultural, kebijakan politik dalam bidang pendidikan yang mengarah kepada otonomi daerah, dalam cakupan yang lebih kecil adalah otonomi sekolah, maka model pembelajaran pun harus bersifat inovatif. Satu diantaranya yang harus dikembangkan adalah penanaman kesadaran sejarah terhadap peserta didik melalui pembelajaran sejarah lokal. Salah satu upaya yang dilakukan dalam memahami masyarakat pada masa lalu dapat dilakukan melalui pembelajaran sejarah lokal yang berada di lingkungan peserta didik. Robert Douch (1972) dalam Mulyana & Gunawan (2007, hlm. 1) yang menyatakan bahwa pembelajaran sejarah di sekolah sebaiknya lebih mudah dipahami siswa dengan melihat langsung kehidupan yang nyata, bukan materi pelajaran yang jauh dari realitas. Bahkan belajar yang baik dapat bersumber dari pengalaman peserta didik sehari-hari. Kedekatan emosional peserta didik dengan 3

lingkungannya merupakan sumber belajar yang berharga bagi terjadinya proses pembelajaran di kelas. Menurut Hasan dalam Mulyana (2007: hlm,187-188) dikatakan bahwa sejarah lokal memegang posisi utama karena ia berdekatan dengan lingkungan terdekat dan budaya peserta didik. Materi sejarah lokal ini menjadi dasar bagi pengembangan jati diri pribadi, budaya dan sosial peserta didik. Hal ini dapat kita lihat bahwa peserta didik lebih dulu mengenal budaya di lingkungan sekitarnya dan ketika mereka berada dimanapun akan terus ada dalam dirinya tentang apa yang pernah terjadi di masa silam. Pembelajaran sejarah lokal di daerah akan mampu mengantarkan peserta didik untuk mencintai daerahnya. Hal ini sejalan dengan pemikiran Hasan (2012: hlm, 122) yang menyatakan bahwa posisi materi sejarah lokal dianggap penting karena pendidikan harus dimulai dari lingkungan terdekat dan peserta didik harus menjadi dirinya sebagai anggota masyarakat terdekat. Lingkungan terdekat tersebut yaitu mengenai sejarah keluarga, desa, kelurahan, kecamatan dan seterusnya menjadi penting karena ia hidup dilingkungan-lingkungan tersebut sampai kepada sejarah bangsa dimana ia adalah sebagai warganya. Sehingga pada akhirnya kesadaran sejarah akan identitas dirinya sebagai anggota masyarakat akan terwujud. Muatan lokal ke PUI an merupakan salah satu bagian dari pembelajaran sejarah yang memegang peranan penting dalam menanamkan kesadaran sejarah bagi peserta didik. Melalui muatan lokal ke PUI an dapat mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia, berilmu, mandiri dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab sebagaimana yang menjadi bagian dari tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa: Pendidikan nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsanya, kemudian dapat mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berkahlak mulia, cakap, kreatif inovatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. 4

Kesadaran sejarah sangat penting diberikan kepada generasi muda karena mereka adalah generasi penerus bangsa yang mempunyai sikap kesadaran sejarah untuk mengamankan, memelihara, mengembangkan dan mewariskan budaya. Dalam kaitan ini Soedjatmoko (1990: hlm 12-13) menegaskan, bahwa memahami sejarah sangat penting artinya untuk membangun orientasi intelektual dan untuk memahami secara tepat tentang landasan kepribadian nasional. Oleh karena itu, guru harus mampu memberi pemahaman materi sejarah, sehingga akan dapat menumbuhkan kesadaran sejarah bagi generasi muda. Hal ini dapat menuntun setiap warga negara kepada pemahaman diri sendiri sebagai bagian dari suatu bangsa. Kedudukan para pengajar sangat penting dalam rangka menumbuhkan kesadaran sejarah, sehingga penghayatan nilai-nilai yang terkandung dalam materi yang diajarkan dapat tercapai. Kesadaran sejarah yang dibangun merupakan kondisi kejiwaan yang menunjukkan tingkat penghayatan pada makna dan hakekat sejarah bagi kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Hal ini akan menjadi dasar bagi berfungsinya makna sejarah dalam proses pendidikan (Widja, 1989: hlm. 10). Jika kesadaran dilingkungan generasi muda rendah, maka mereka kurang menghayati sejarah bangsanya. Dengan demikian mereka, tidak memahami secara baik identitas dirinya sebagai suatu bangsa. Kesadaran sejarah ini, adalah sikap mental, jiwa pemikiran yang dapat membawa untuk tetap dalam rotasi sejarah. Artinya, dengan adanya kesadaran sejarah, manusia seharusnya menjadi semakin arif dan bijaksana dalam memaknai kehidupan ini. Dalam realitas yang nyata, pada proses pembelajaran sejarah di sekolah, guru dan peserta didik tidak hanya: bagaimana belajar sejarah, melainkan belajar dari sejarah. Kesadaran sejarah penting untuk mempersiapkan diri dalam rangka menghadapi tantangan pada masa kini dan masa yang akan datang. Kajian sejarah lokal disini adalah pembelajaran sejarah lokal tentang ke PUI an yang menjadi salah satu pembelajaran sejarah muatan lokal di sekolah-sekolah PUI di Kab. Majalengka. Pendidikan bagi PUI menjadi media untuk menanamkan doktrin yang dimiliki PUI yaitu Intisab. Intisab merupakan landasan amal yang 5

mencerminkan tekad perjuangan dan keteguhan pergerakan organisasi Persatuan Umat Islam (Sukarsa, 2007: hlm, 139). Sekolah PUI ini menanamkan nilai-nilai, akhlak, kepribadian maupun sejarah PUI. Hal ini menjadi mafhum sebagaimana dimiliki ormas-ormas Islam lainnya seperti Muhammadiyah, NU maupun Persatuan Islam dengan lembaga pendidikan lainnya. Atas dasar itulah pendidikan menjadi tanggung jawab PUI dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan sejatinya merupakan media mempersiapkan dan menghasilkan kader kader yang militan, nasionalis dan memiliki wawasan global. Muatan kurikulum ke PUI-an merupakan bagian penting diterapkan di setiap jenjang sekolah PUI baik RA/TK, MI/SD/MD, SMP/MTs, MA/SMA/SMK, Pesantren dan perguruan tinggi PUI. Muatan kurikulum ke PUI an meliputi sejarah PUI, Intisab PUI, dan Ishlahuts Tsamaniyah. Untuk jenjang MA/SMA/SMK muatan pelajaran sejarah PUI di dalamnya terdapat materi khusus pembahasan tafsir intisab dan ishlahuts-tsamaniyah. Indikasi pengalaman belajar ini akan membentuk karakter amal Jama i dan dakwah PUI, dimana peserta didik siap untuk memasuki usia dewasa. Pentingnya pengembangan muata lokal dalam pembelajaran sejarah adalah untuk menanamkan karakter kepada peserta didik dalam menanamkan kesadaran sejarah dan nilai-nilai nasionalisme, karena pada dasarnya pembelajaran sejarah menjadikan peserta didik yang memiliki kepribadian yang kuat dan mengerti sesuatu dalam menentukan sikapnya. Dengan pembelajaran sejarah berwawasan muatan lokal merupakan upaya dalam menghantarkan pemahaman sejarah secara keseluruhan, mulai dari hal yang terkecil hingga yang berskala luas menjadi opsi prioritas utama dalam pembelajaran sejarah berwawasan muatan lokal. Supardan, (2004: hlm, 262) mengungkapkan pentingnya pembelajaran sejarah lokal dapat diajarkan dalam mata pelajaran sejarah nasional, untuk menunjang sejarah Indonesia dalam upaya meningkatkan kesadaran kebangsaan. Pembelajaran sejarah lokal perlu diperkenalkan pada siswa untuk mengenali identitas kelokalannya maupun menghargai identitas etnis/identitas lain yang ada di Indonesia. Studi sejarah lokal, 6

dalam ruang lingkup kebangsaan sangat menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan yang kokoh dalam menjaga integritas bangsa. Ke PUI an adalah kumpulan bahan kajian atau materi pembelajaran yang memberikan konsep yang jelas terhadap peserta didik sebagai kader penerus untuk menerima dan membawa misi perjuangan PUI (Persatuan Umat Islam) dalam menegakkan aqidah dan syariat islam yang kaffah, memahami perbedaan faham di kalangan umat dan bersikap Tasamuh serta turut berusaha merealisasikan cita-cita organisasi demi terwujudnya Thoyibatun wa Robbun Gofur. (Tim Kurikulum Ke PUI-an, 2014: hlm 2). Materi pembelajaran ke PUI an berfungsi sebagai: a. Pengenalan terhadap jejak langkah perjuangan tokoh pendahulu organisasi serta dapat meneladaninya untuk kehidupan dimasa yang akan datang sebagai tanggung jawab generasi penerus. b. Pengembangan, yaitu kemampuan berorganisasi untuk penyaluran bakat dan minat sesui dengan Misi PUI pada tingkat level perjuangan seoptimal mungkin sehingga dapat bermanfaat bagi orang lain. c. Perbaikan, yaitu merealisasikan konsep perbaikan/ishlah/reformasi delapan bidang sebagai rangkuman gerak langkah meningkatkan kualitas iman dan islam dalam kehidupan sehari-hari. d. Pencegahan yaitu mampu menangkal dan menghindari dari lingkungan, faham atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya, keimanannya serta merusak citra organisasi sehingga dapat tampil eksis sebagai kader organisasi, kader umat dan kader bangsa. e. Penyesuaian, yaitu tampil untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang positif dan mampu tampil sebagai inovator perubahan lingkungannya yang sesuai dengan ajaran islam. f. Sumber nilai, yaitu memberikan pandangan hidup untuk tercapai kebahagiaan hidup dunia dan akhrat. 7

Dalam pembelajaran sejarah di sekolah SMA Prakarya peneliti melihat, memiliki ciri khas sendiri yaitu adanya mata pelajaran ke PUI-an. Sehingga disini peserta didik tidak hanya mempelajari sejarah nasional yang dihadapkan dengan peristiwa sejarah yang materinya jauh dari kehidupan siswa, akan tetapi pembelajaran sejarah lokal juga dijadikan muatan kurikulum yang dekat dengan lingkungan peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran sejarah kepada peserta didik. Pada umumnya siswa akan lebih tertarik terhadap pelajaran sejarah apabila dihubungkan dengan situasi nyata disekitarnya, karena dapat menggambarkan dalam penalarannya suatu peristiwa masa lalu seperti dalam pelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah disajikan dengan materi ke PUI-an meliputi aspek sejarah organisasi, sejarah tokoh pendahulu, intisab PUI, Ishlahuts Tsamaniyah, ketentuanketentuan organisasi, dan organisasi-organisasi islam. Atas dasar itulah, materi ke PUI an menjadi bagian dari pembelajaran sejarah dapat menumbuhkan kesadaran sejarah dan kebanggaan pada peserta didik sebagai putra daerah dan sebagai siswa yang menyenyam pendidikan di sekolah tersebut. Peserta didik merasa terbuka pengetahuan, wawasan dan kesadarannya bahwa daerahnya memiliki nilai historis. Dengan timbulnya kesadaran sejarah peserta didik juga dapat menghayati dan menghargai nilai-nilai luhur, jasa para pahlwan dan peninggalan sejarah serta dapat menjaga dan melestarikannya. Sejarah (kesadaran sejarah) adalah dasar bagi terbinanya identitas nasional yang merupakan modal utama di dalam membangun bangsa dan negara kita masa kini maupun masa yang akan datang (Widja, 1989: hlm, 7). Sesuai dengan tujuan pembelajaran sejarah, sejarah lokal bermuara pada pembentukan karakter bangsa. Pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebanggan dan cinta tanah air bagi generasi muda. 8

B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, peserta didik di SMA Prakarya sebagai generasi muda kesadarang sejara masih rendah, mereka kurang memperhatikan masa lampaunya. Mereka lebih berorientasi kepada masa kini dan masa yang akan datang. Masa lampau dianggap sebagai sesuatu yang berlalu dan kurang bermakna. Mereka kurang menyadari bahwa sejarah bukanlah sesuatu yang lampau saja, tetapi yang selalu aktual, selalu hidup dan sebenarnya mempunyai suatu ikatan antara masyarakat tersebut dengan masa lampaunya. Hal tersebut terjadi karena, karena masalah-masalah metodologis dalam pembelajaran sejarah dan tidak kurang pentingnya adalah guru dalam membangkitkan kesadaran sejarah. Kenyataan tersebut menjadi persepsi siswa negatif terhadap sejarah, sehingga peserta didik kurang memahami sejarah bangsanya apalagi menghayati nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yang menyebabkan tingkat kesadaran sejarah peserta didik menjadi rendah. Pembelajaran sejarah harusnya mendorong peserta didik untuk berfikir analitis dalam memanfaatkan masa lalu untuk memahami masa kini dan masa yang akan datang. Dengan demikian diperlukan pembelajaran sejarah lokal, agar generasi muda lebih arif dan bijaksana dalam melakoni masa yang akan datang yang belum pasti, setidaknya dengan memiliki kesadaran sejarah akan mengantarkan kita untuk tidak akan berbuat salah untuk kesalahan yang sama dimasa yang akan datang. Dengan memiliki kesadaran sejarah mengajarakan kepada individu dan masyarakat untuk menjadikan masa lalu sebagai cerminan yang menuntun kehidupan di masa kini dan masa depan. Fokus penelitian ini adalah mengenai pembelajaran muatan lokal ke PUI an untuk menumbuhkan kesadaran sejarah peserta didik di SMA Prakarya 9

C. Rumusan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, rumusan masalah dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana desain rencana pembelajaran sejarah Ke PUI an sebagai upaya menanamkan kesadaran sejarah di SMA Prakarya? 2. Bagaimana tahapan-tahapan implementasi pembelajaran sejarah ke PUI-an sebagai upaya menanamkan kesadaran sejarah sebagai karakteristik umat Islam di SMA Prakarya? 3. Bagaimana hasil-hasil kesadaran sejarah melalui materi ke PUI-an di SMA Prakarya? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan desain rencana pembelajaran sejarah Ke PUI an sebagai upaya menanamkan kesadaran sejarah? 2. Mendeskripsikan tahapan-tahapan implementasi pembelajaran sejarah ke PUI-an sebagai upaya menanamkan kesadaran sejarah sebagai karakteristik umat islam di SMA Prakarya? 3. Mendeskripsikan hasil-hasil kesadaran sejarah melalui materi ke PUI-an di SMA Prakarya? E. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca. Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat teoritis a. Memberikan informasi mengenai pembelajaran sejarah lokal yaitu muatan lokal ke PUI an, untuk membangun wawasan kesejarahan lokal dan 10

memahami peristiwa-peristiwa lokal yang mengantarkan siswa mencintai daerahnya. b. Memberikan informasi secara ilmiah mengenai peningkatan kesadaran sejarah pada peserta didik melalui materi ke PUI an dalam pembelajaran sejarah. c. Sebagai sumber data untuk penelitian kedepannya dalam memahami lebih jauh mengenai pembelajaran sejarah lokal terhadap peningkatan kesadaran sejarah peserta didik. 2. Manfaat praktis a. Sebagai motivasi dan bahan pertimbangan bagi guru untuk lebih memanfaatkan sejarah lokal, salah satunya adalah tentang materi ke PUI an sebagai muatan lokal dalam pembelajaran sejarah di jenjang SMA, untuk membangun kesadaran sejarah peserta didik b. Bagi siswa diharapkan lebih mengenal, memahami dan menghargai sejarah lokalnya yang merupakan bagian dari sejarah bangsanya. F. Sistematika Penelitian Bab I membahas pendahuluan, bab ini menguraikan kerangka pemikiran yang berkaitan dengan latar belakang penelitian, fokus masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan dan maksud penelitian, dan manfaat penelitian dari pemilihan masalah tersebut. Bab ini menggambarkan keresahan peneliti tentang permasalahan yang muncul pada kesadaran sejarah siswa dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan materi muatan lokal ke PUI an. Bab II membahas kajian pustaka. Bab ini mencoba menguraikan berbagai buku dan hasil penelitian terdahulu dalam memahami muatan lokal ke PUI an sebagai sejarah lokal dan kesadaran sejarah. Bab III membahas metode penelitian. Bab ini menguraikan tentang metode yang akan digunakan dalam penulisan tesis ini, yaitu penelitian dengan pendekatan kualitatif naturalistik. Peneliti akan melakukan pengamatan secara langsung dalam 11

proses penelitian. Selain itu, peneliti akan melakukan analisis dokumentasi berupa hasil yang ditemukan dilapangan yang sesuai pada penelitian yang diharapkan. Bab IV membahas hasil penelitian. Hasil penelitian yang akan dideskripsikan antara lain deskripsi desain rencana pembelajaran, tahapan-tahapan implementasi pembelajaran sejarah ke PUI-an dan hasil-hasil dari proses pembelajaran yang berkaitan dengan kesadaran sejarah peserta didik Bab V membahas kesimpulan. Bab ini akan menguraikan secara singkat hasil temuan yang dihasilkan oleh peneliti sehingga mampu menjawab pertanyaan penelitian yang berkenaan dengan pembelajaran muatan lokal ke PUI an dalam menanamkan kesadaran sejarah peserta didik. 12