PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DAN KOMPOSISI KARKAS KAMBING

dokumen-dokumen yang mirip
Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

PRODUKTIVITAS KAMBING HASIL PERSILANGAN KACANG DENGAN PEJANTAN BOER (BOBOT LAHIR,BOBOT SAPIH DAN MORTALITAS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

tumbuh lebih cepat daripada jaringan otot dan tulang selama fase penggemukan. Oleh karena itu, peningkatan lemak karkas mempengaruhi komposisi

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

ANALISIS TUMBUH KEMBANG KARKAS SAPI BALI JANTAN DAN BETINA DARI POLA PEMELIHARAAN EKSTENSIF DI SULAWESI TENGGARA. Oleh: Nuraini dan Harapin Hafid 1)

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

PENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

LAJU PERTUMBUHAN PRASAPIH DAN SAPIH KAMBING BOER, KACANG DAN BOERKA-1

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

KAJIAN POTENSI PERTUMBUHAN KARKAS KAMBING KEJOBONG BERDASARKAN PERSAMAAN ALOMETRIK HUXLEY

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. atau peternak kecil. Meskipun bukan sebagai sumber penghasilan utama, kambing

KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN PRODUKSI KAMBING BOER, KACANG DAN PERSILANGANNYA PADA UMUR 0 3 BULAN (PRASAPIH)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

REPRODUKSI AWAL KAMBING KACANG DAN BOERKA-1 DI LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

EVALUASI GENETIK PEJANTAN BOER BERDASARKAN PERFORMANS HASIL PERSILANGANNYA DENGAN KAMBING LOKAL

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

TUMBUH KEMBANG TUBUH TERNAK

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

Distribusi komponen karkas sapi Brahman Cross (BX) hasil penggemukan pada umur pemotongan yang berbeda

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

LAMA BUNTING, BOBOT LAHIR DAN DAYA HIDUP PRASAPIH KAMBING BOERKA-1 (50B;50K) BERDASARKAN: JENIS KELAMIN, TIPE LAHIR DAN PARITAS

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

POLA PERTUMBUHAN BOBOT BADAN KAMBING KACANG BETINA DI KABUPATEN GROBOGAN (Growth Pattern of Body Weight of Female Kacang Goats in Grobogan Regency)

PRODUKTIVITAS KAMBING HASIL PERSILANGAN ANTARA PEJANTAN BOER DENGAN INDUK LOKAL (PE) PERIODE PRASAPIH

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

Pengaruh Musim Kawin Terhadap Produktifitas Induk Kambing PE Pada Kondisi Pedesaan

KOMPOSISI TUBUH KAMBING KACANG AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN SUMBER PROTEIN YANG BERBEDA SKRIPSI. Oleh ALEXANDER GALIH PRAKOSO

HASIL DAN PEMBAHASAN

BANGSA-BANGSA KAMBING PERAH

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG PADA KONDISI DI KANDANGKAN: 1. BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH, JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN DAYA HIDUP ANAK PRASAPIH

PROFIL KARKAS TERNAK DOMBA DAN KAMBING

PENAMPILAN PRODUKSI DAN KUALITAS DAGING KERBAU DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK, KUNYIT DAN TEMULAWAK PADA PAKAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NOVARA RAHMAT

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

Transkripsi:

PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DAN KOMPOSISI KARKAS KAMBING BAMBANG SETIADI Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Dari tahun ke tahun dilaporkan bahwa populasi kambing di Indonesia hampir dua kali lipat dibanding populasi domba. Pada tahun 1993, po pulasi kambing sekitar 11,5 juta ekor dan domba sekitar 6,7 juta ekor (DITJENNAK., 1994). Walaupun populasi kambing cukup tinggi, namun perkembangan populasinya dari tahun 1989-1993 relatif rendah (1,15%/th), yakni sepertiga laju perkembangan populasi domba yang 3,3 persen/ tahun. Dihubungkan dengan negara-negara penghasil kambing di dunia, populasi kambing di Indonesia cukup potensial. Rendahnya perkembangan populasi kambing di Indonesia terutama disebabkan tingginya tingkat pemotongan dan efisiensi reproduksi yang relatif rendah. Antara tahun 1989-1993 peningkatan pemotongan tercatat kambing 5,4 persen/ tahun, yakni dari 1.257.445 ekor pada tahun 1989 menjadi 1.531.739 ekor pada tahun 1993. Produksi daging kambing pada tahun 1993 sebesar 76,59 ribu ton. Angka ini apabila dikonversikan pada jumlah kambing yang dipotong (rata-rata satu ekor kambing bobot karkasnya 10 kg), maka pada tahun 1993 telah dipotong sebanyak 7.659.000 ekor kambing atau sekitar 66 persen dari total populasi. Panjangnya selang beranak dan tingginya kematian anak periode prasapih akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan populasi. Keadaan ini ditunjang oleh sifat usaha yang masih bersifat sambilan yang kurang memperhatikan tatalaksana dengan produksi optimum. Pada umumnya derajat silang dalam (inbreeding) kambing yang dipelihara peternak sudah cukup tinggi, sehingga apabila keadaan ini dibiarkan berlarut-larut dapat menurunkan produktivitas. Lebih jauh adalah relatif masih sedikitnya penelitian yang dilakukan di Indonesia terutama untuk memacu peningkatan produktivitasnya. Tulisan ini bertujuan untuk membahas pertumbuhan, perkembangan dan komposisi karkas ternak kambing, sehingga diharapkan dapat mem berikan informasi mengenai potensi kambing sebagai penghasil daging dan upaya peningkatan prod uktivitasnya. Diharapkan akan banyak penelitian-penelitian baru yang mendalam dan terinte- grasi, sehingga potensi kambing dalam memenuhi kebutuhan daging yang berkualitas dapat dipacu dan pendapatan peternaknya dapat ditingkatkan. LAJU PERTUMBUHAN KAMBING Salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan kambing adalah ukuran tubuh dewasa (mature size). Ukuran dewasa pada kambing beragam dari 20 kg pada kambing sampai 100 kg pada kambing Improved Boer (DEVENDRA dan BURNS, 1970). Secara umum dapat dikatakan, bahwa anak kambing yang berasal dari bangsa kambing tipe besar akan tumbuh lebih cepat dari pada anak kambing yang berasal dari tipe kecil. Untuk meningkatkan laju pertumbuhan kambing lokal ( dan Peranakan Etawah) dapat dilaksanakan dengan menyilangkan (crossbreed ing) kambing lokal dengan bangsa kambing tipe besar. Persilangan ini dapat meningkatkan ukuran bobot badan dewasa (Tabel 1), karena adanya faktor heterosis (hybrid vigor). Sebaliknya dengan perkawinan kambing-kambing yang masih dekat hubungan darahnya (inbreeding) dapat menurunkan ukuran bobot badan dewasa yang ditunjukkan dengan rendahnya laju pertumbuhan (DEVENDRA dan BURNS, 1970). Disamping itu perkawinan dan program seleksi yang terarah dapat meningkatkan laju pertumbuhan kambing lokal. Hal ini didasarkan bahwa perkiraan estimasi heritabilitas ukuran tubuh dewasa dan bobot sapih adalah cukup tinggi. Didapatkan oleh SETIADI (1987) bahwa heritabilitas bobot sapih kambing Peranakan Etawah sebesar 0,50. Tabel 1. Perbandingan bobot badan kambing dan persilangannya Umur (bulan) PBBH (g)56,7101,990,7 Sumber : DEVENDRA (1967) Rataan bobot badan (kg) Etawah x Anglo Nubian x Lahir 1,5 2,8 2,5 3 7,5 13,8 13,2 6 10,8 24,1 20,2 12 22,2 40,0 35,6 12

WARTAZOA Vol. 5 No. 1 Th. 1996 Secara umum perbedaan antar musim (penghujan dan kemarau) akan berpengaruh terhadap ketersediaan pakan dan akan berakibat pula ter hadap laju pertumbuhan ternak kambing (SETIADI, 1987). Faktor-faktor seperti umur waktu beranak (induk beranak pertama relatif kurang menghasilkan susu dari pada yang lebih tua), musim beranak, tipe kelahiran (anak tunggal relatif mendapat susu lebih banyak daripada anak kembar), ketersediaan pakan akan dapat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan anak kambing. Walaupun pada sapi dan domba telah banyak yang meneliti adanya pengaruh compensatory growth (laju pertumbuhan yang cepat), namun penelitian terhadap kambing masih sangat kurang. Secara umum dapat dilaporkan, bahwa derajat compensatory growth tergantung pada umur dan bobot ternak saat penggenjotan. Faktor pembatas cepatnya laju pertumbuhan pada kambing adalah rendahnya intake energi. Menurut pengamatan FEHR et al. (1976), bahwa dari beberapa bangsa kambing yang diamati menunjukkan adanya keterbatasan intake energi (1,5-2,0 kali dari kebutuhan pokok hidup, dibanding empat kali dari kebutuhan pokok hidup pada domba). Hal ini menunjukkan mengapa laju pertumbuhan dan efisiensi konversi pakan (kg pakan/kg pertambahan bobot badan) pada kambing lebih rendah dibandingkan dengan domba. SITORLIS (1984), mendapatkan bahwa kebutuhan pokok hidup pada kambing Lokal (dengan bobot hidup sekitar 15 kg) adalah 143 kkal Digestible Energi (DE) dan 3,4 g Protein Kasar (PK) untuk setiap bobot hidup metabolik (W0.75) per hari dan untuk produksi maksimal sebesar 209 kkal DE dan 9,72 g PK untuk setiap bobot hidup metabolik per hari. dari bobot tubuh kosong, sementara perkembangan tulang lebih lambat. Otot dan karkas berkembang sedikit lebih cepat dari pada perkembangan tubuh (WILSON, 1958, OWEN et al., 1977 dan HERMAN, 1984). Hasil pengamatan Sudarmoyo (1984) terhadap kambing menunjukkan bahwa laju pertumbuhan nisbi otot dan lemak sarna cepat dengan pertumbuhan karkas. Jadi tulang bersifat dewasa dini, sehingga memungkinkan ototnya tumbuh dengan cepat. Pertumbuhan nisbi lemak amat beragam dan kandungan lemak bawah kulit kambing relatif sedikit. Apabila lemak pada tubuh kambing dirinci menurut lemak bawah kulit (LBK), lemak antar urat daging (LAUD), lemak ginjal (LG) dan lemak pelvis (LP), maka hasil pengamatan HERMAN (1984) terhadap kambing menunjukkan bahwa koefisien pertumbuhan nisbinya berturut-turut 1,77 ; 1,37 ; 1,97 dan 2,40 terhadap pertumbuhan nisbi bobot tubuh kosong (BTK). Berarti persentase LBK, LAUD, LG dan LP bertambah dengan meningkatnya BTK, dengan urutan pertumbuhan yakni LAUD, LBK, LG dan LP. Apabila dibandingkan terhadap perkembangan relatif lemak secara keseluruhan, maka koefisien pertumbuhan LBK, LAUD, LG dan LP, sebesar 0,86 ; 0,90, 1,22 dan 1,13. Disimpulkan bahwa pertumbuhan lemak mengarah ke rongga perut, sehingga karkasnya tidak terbungkus LBK dan kadar lemak karkas tetap rendah dengan meningkatnya bobot potong. PERKEMBANGAN KARKAS DAN KOMPOSISINYA PERKEMBANGAN TUBUH KAMBING Persamaan alometrik menunjukkan bahwa kambing pada periode bertumbuh (lahir - dewasa), deposisi lemak berkembang dua kali lebih cepat Dengan bertumbuhnya/bertambah besarnya kambing, deposisi lemak karkas makin meningkat, yang ditunjukkan dengan meningkatnya persen tase lemak dan menurunnya persentase daging (Tabel 2). Tabel 2. Komposisi karkas kambing pada berbagai bobot badan Bangsa Kambing Sex Jaringan 15-20 Kisaran Bobot Badan (kg) 20-30 30-40 40-50 Surnber Data Alpine Jantan Otot (%) 67,30 67,55 68,60 - FEHR et al. Lemak (%) 5,10 6,58 7,10 - (1976) Peranakan Jantan Otot(%) 66,5 1 HERMAN et al. Etawah Lemak (%) 5,71 (1985) Botswana Kastrasi Otot (%) 59,30 60,10 59,14 57,79 OWENetal. Lemak (%) 8,70 10,60 14,81 14,83 (1977) 13

BAMBANG SETIADI : Pertumbuhan, Perkembangan dan Komposisi Melalui pendekatan persamaan regresi didapatkan hubungan antara komponen-komponen karkas kambing pada berbagai bangsa (KIRTON, 1970 ; HERMAN, 1984 dan HERMAN et al., 1985). Dari analisis persamaan regresi pada umulnnya didapatkan bahwa bobot karkas meningkat 0,43-0,54,-*g untuk setiap kg peningkatan bobot hidup. Beragamnya nilai ini berhubungan dengan ukuran tubuh kambing dan apakah yang digunakan sebagai kriteria ini bobot hidup ataukah bobot tubuh kosong. Bangsa kambing Deposisi lemak karkas kambing tipe pedaging, relatif lebih tinggi dibanding pada kambing tipe perah (FEHR et al., 1976). Pada kambing, -perle makan banyak terdapat pada daerah jerohan dibanding pada daerah bawah kulit. Sebaliknya pada domba, perlemakan banyak terdapat pada daerah bawah kulit (Tabel 3). Konformasi karkas pada bobot karkas yang sama, karkas kambing cenderung lebih panjang dibanding karkas domba. Imbangan otot : tulang pada karkas kambing cenderung meningkat dengan meningkatnya bobot tubuh kosong, hal ini konsisten dengan koefisien pertumbuhan alometrik. Didapatkan bahwa imbangan otot : tulang pada kambing Jamnapari dan Barbari berturut-turut 3,8 dan 4,9 (SRIVASTAVA et al., 1968). Sedang pada kambing sebesar 2,16 (HERMAN, 1984) dan pada kambing Peranakan Etawah sebesar 2,97 (HERMAN et al., 1985). Hasil pengamatan OWEN et al. (1978) mendapatkan bahwa panjang karkas dan imbangan otot : tulang pada kambing lokal Botswana relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan domba lokal pada daerah yang sama. Imbangan otot tulang merupakan kriteria penting bila konsumen hanya menyenangi daging tanpa lemak (lean meat). Namun bila konsumen menyenangi lemak, maka imbangan otot : tulang akan memberikan arti yang berbeda. Tabel 3. Persentase lemak berdasarkan ukuran tubuh kambing dan domba menurut lokasi deposisinya Deposisi lemak Kecil Tipe Kambing, Sedang Besar Sumber : LAPIDO (1973) yang dikutip McGREGOR 11985) Domba Bawah kulit 1%) 14,0 14,0 14,1 29,7 Antar urat daging (%) 40,5 39,0 39,3 45,0 Ginjal, pinggang, hati (%) 15,7 15,2 15,4 10,6 Jerohan (%) 28,9 30,3 29,6 15,3 Jenis kelamin Secara umum dapat dikatakan bahwa pada bobot hidup tertentu, perlemakan kambing jantan lebih sedikit dibanding kambing yang dikastrasi atau kambing betina (OWEN et al., 1978). Namun demikian hubungan ini dapat berubah karena keragaman tatalaksana (pakan, laktasi dan perkawinan). Bobot karkas meningkat lebih cepat pada kambing jantan dibanding pada kambing betina (KiRTON, 1970). Tabel 4. Produksi karkas karnbing pada tingkat tatalaksana pemberian pakan yang berbeda serta peningkatan yang dapat diharapkan Karakteristik Pedesaan Perbaikan Tatalaksana 1 daging + jerohan + lemak dan kulit 2 yang dapat diharapkan Surnber : DEVENDRA 0980b) Nutrisi Persen Peningkatan2 Bobot potong (kg) 18,6 28,6 53,8 Bobot karkas panas (kg) 8,2 14,7 79,3 Dressing percentage (%) 44,2 51,3 7,1 Bobot daging (kg) 5,5 8,1 47,3 Daging : tulang 4,1 4,9 19,5 Forequarter (kg) 1,2 2,5 108,3 Kaki belakang (kg) 1,2 2,2 83,3 Bobot total yang dapat dikonsumsi (kg) 13,3 18,2 36,8 Bobot total karkas yang dapat dijual l (kg) 17,9 24,0 34,1 Dari studi perbaikan kualitas pakan terhadap produksi karkas (DEVENDRA, 1967) kambing di Malaysia, menunjukkan bahwa perbaikan kualitas pakan dapat meningkatkan produksi karkas (Tabel 4). Dilain pihak hasil pengamatan HERMAN et al. (1985) mengenai pengaruh penambahan konsentrat terhadap pertambahan bobot bahan/bobot karkas kambing Peranakan Etawah adalah tidak nyata (masing-masing terdiri dari kontrol yakni hanya mendapat hijuan, diberi konsentrat 50 g/hari dan 100 g/hari). Namun demikian pada bobot potong yang sama, dengan meningkatnya kualitas pakan, secara nyata meningkatkan bobot karkas. Persamaan-persamaan regresi untuk menduga bobot karkas, bobot jerohan dan komponen karkas lainnya dari bobot hidup telah banyak di lakukan sebagaimana diuraikan dimuka. Diantara persamaan regresi yang paling banyak dilaporkan adalah hubungan antara bobot tubuh kosong (puasa 24 jam) dengan bobot karkas. Tabel 5 menerangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dressing percentage (bobot karkas/bobot hidup x 100) karkas kambing (McGREGOR, 1985). 14

WARTAZOA Voi. 5 No. 1 Th. 1996 Tabel 5. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi "dressing percentage" karkas kambing Faktor-faktor yang dapat meningkatkan dressing percentage Bobot hidup Umur Pakan Faktor-faktor yang dapat mengurangi dressing percentage Pakan hijauan Laktasi Ketersediaan pakan Bulu yang tebal Sumber : McGREGOR (1985) Kambing yang lebih besar, karkas lebih banyak lemaknya. Kambing lebih tua, bobot karkas cenderung meningkat Konsentrat dapat mengurangi isi lambung, meningkatkan deposisi lemak meningkatkan isi lambung, memperpanjang waktu retensi menurunkan cadangan lemak Pada musim kering, bobot tubuh dapat menurun, terutama berkurangnya cadangan lemak dan mungkin isi lambung Menyebabkan kerancuan dalam penentuan bobot hidup yang sebenarnya PRODUKSI KARKAS DAN KOMPONENNYA Dari beberapa contoh ilustrasi dressing percentage pada berbagai bangsa kambing (Tabel 6) menunjukkan bawwa kambing tipe kecil mempu nyai dressing percentage berkisar 39-45 persen dan tipe besar berkisar 43-53 persen. Meningkatnya dressing percentage sehubungan dengan meningkatnya bobot hidup adalah disebabkan karena pertumbuhan lemak dan otot yang re~atif lebih cepat dibanding dengan bobot tubuh kosong. Tabel 6. Ringkasan dressing percentage kambing sarkan pada bobot potong Bangsa Kambing Lokasi Bobot Potong (kg) Sumber : DEVENDRA dan BURNS (1983) yang dida- Dressing Percentage Boer Botswana 32,4 45,8 Cutch India 36,4-40,9 45,0 Lokal Somalia 28,1-42,3 50,0-52,3 Lokal Kongo 20,9 50,0 Jamnapari India - 46,9 Malaysia 21,4 44,3 Indonesia 9,2 33,1 Peranakan Etawah Indonesia 16,9 39,7 Klasifikasi dan grading daging (karkas) kambing belum banyak terdapat dalam pustaka yang membahas produksi daging. Apakah hal ini karena daging kambing tidak umum dikonsumsi masyarakat dunia atau daging kambing hanya untuk kebutuhan lokal (khusus) saja. Dihubungkan dengan keempukan daging, memang daging kambing relatif kurang empuk, hal ini disebabkan rendahnya kandungan lemak antar urat daging. Di samping itu daging kambing relatif cukup keras dibanding dengan daging sapi, sehingga kemungkinan kurang disukai. Walaupun daging kambing kurang empuk bila dibanding dengan daging domba, sapi dan babi, namun sebanding tingkat juicenessnya. Faktor pembatas lain kurang disu-katnya daging kambing adalah bau khas daging kambing. Untuk meningkatkan nilai tambah dari usaha (penggemukan) kambing, kita perlu membuat suatu standar klasifikasi kualitas daging kambing secara komersial. Dengan pengklasifikasian karkas kambing diharapkan secara tidak langsung dapat meningkatkan produksi dan perusahaan peternakan kambing. Perlakuan ternak sebelum dan sesudah dipotong akan berpengaruh pada kualitas daging, seperti stres pada ternak menyebabkan daging berwarna kegelapan yang menunjukkan tanda-tanda daging yang pucat, lunak dan berair. KESIMPULAN DAN SARAN Peningkatan produksi biologik kambing lokal ( dan Peranakan Etawah) dapat diupayakan melalui perbaikan pola pemuliaan dan perbaikan lingkungan. Salah satu perbaikan pola pemuliaan adalah dengan seleksi dalam bangsa (within breed) ataupun dengan menyilangkan kambing tipe besar (seperti halnya kambing Boer) dengan kambing lokal. Daging kambing relatif lebih keras dibanding daging domba, sapi dan babi. Hal ini disebabkan pertumbuhan lemak lebih mengarah ke rongga perut dibanding ke antara urat daging ataupun bawah kulit. Untuk meningkatkan nilai daging kambing diperlukan suatu klasifikasi daging/ karkas kambing berdasarkan umur, konformasi, derajat perdagingan dan lapisan lemak. Perlu pengamatan yang lebih mendalam mengenai klasifikasi bobot karkas, panjang karkas, area otot mata rusuk, lapisan lemak bawah kulit dan deposisi lemak ginjal. Termasuk dalam pertimbangan adalah pengukuran nilai relative yang tergantung pada permintaan pasar Waging tak berlemak atau daging berlemak). Apabila permintaan pasar adalah daging berlemak (fat meat), perlu dipelajari lebih jauh tentang nutrisi dan tatalaksana usaha kambing pada beberapa bangsa kambing penghasil daging.

BAMBANG SETIADI : Pertumbuhan, Perkembangan dan Komposisi DAFTAR PUSTAKA DEVENDRA, C. 1967. Studies in the nutrition of Indigenous goat of Malaya. II. The maintenance requirement of pen-fed goats. Malaysian Agric. J. 46 :80-97. DEVENDRA, C. and M. BURNS. 1970. Goat Production in Tropics. Farnharm Royal, Bucks: Commonwealth Agricultural Bureaux XII ;184 pp. Technical communication, Commonwealth Bureau of Animal Breeding and Genetics no. 19. DEVENDRA, C. and M. BURNS. 1983. Goat Production in the Tropics. Commonwealth Agricultural Bureau, Farnham Royal, U.K. DIT. JEN. NAK. 1994. Buku Statistik Peternakan. Dit. Bina Program, DitJen. Peternakan, Jakarta. FEHR, P.M., D. SAUVANT, J. DELAGE, B.L. DUMONT and G. Roy. 1976. Effect of feeding methods and age at slaughter on growth performances and carcass characteristics of entire young male goats. Livest. Prod. Sci. 183. HERMAN, R. 1984. Produksi daging dan sifat karkas kambing. Proc. Pertemuan Ilmiah Penel. Ruminansia Kecil, Puslitbang Peternakan p :307-309. HERMAN, R., M. DULDJAMAN dan N. SUGANA. 1985. Perbaikan Produksi Daging Kambing Peranakan Etawah. Fak. Peternakan, I.P.B. KIRTON, A. H. 1970. Body and carcass composition and meat quality of the New Zealand feral goats (Capra hiscus). New Zealand J. of Agric. Res. 13 : 167-181 (ABA 38,3878). McGREGOR, B. A. 1985. Growth, development and carcass composition of goats. Proc. Goat Production and Research in the Tropics, No. 7: 82-90. OWEN, J. E., G. A. NORMAN, I. L. FISHER and R. A. FROST. 1977. Studie s on the meat production characteristic of Botswana goats and sheep. 1. Sampling, methods and materials, and measurements on the live animals. Meat Sci. 1(1) :63-85 (ABA 47:2364). OWEN, J. E., G. A. NORMAN, C. A. PHILBROOKS and N. S. D. JONES. 1978. Studie s on the meat production characteristic of Botswana goats and sheep. 111. Carcase tissue composition and distribution. Meat Science 2(1) : 59-74. SETIADI, B. 1987. Studi karakterisasi kambing Peranakan Etawah. (Thesis MS). Fak. Pascasarjana, IPB. SITORUS, M. 1984. Kebutuhan kambing lokal akan energi dan protein. Proc. Pertemuan Ilmiah Penel. Ruminansia Kecil, Puslitbang Peternakan pp:77-80. SRIVASTAVA, V. K., B. C. RAIZADA and V. A. KULKARNI. 1968. Carcas s quality of Barbari and Jamnapari type goats. Indian Vet. J. 45 : 219-225 (ABA 38, 3878). SUDARMOYO, B. 1984. Pertumbuhan jaringan dan kelompok otot baku kambing berdasarkan persamaan alometrik. Proc. Perte muan Ilmiah Penel. Ruminansia Kecil, Puslitbang Peternakan p :291-294. WILSON, P. N. 1958. The effect of plane on the growth and development of the East African Dwarf goat. 11. Age changes in the carcass composition of female kids. J. Agric. Sci. UK 51 : 4-21 (ABA 26, 2022).