BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Padahal pendidikan seharusnya bersifat terbuka dan merata. Pendidikan harus

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. deskripsi, eksposisi, argumentasi, proposal, surat resi, surat dinas, rangkuman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan bahasa sebagai alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

EFEKTIVITAS TEKNIK DRAMA MENGGANTUNG DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Sari Pertiwi, 2014 EFEKTIVITAS MODEL SINEKTIK DENGAN MEDIA FILM PENDEK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) DI KELAS IX-7 SMP NEGERI 3 BERASTAGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nadia Keti Dwiguna, 2013

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. kenyataan hal tersebut seringkali tidak terjadi. Pembelajaran menulis cerpen masih dianggap

M 2015 PENERAPAN TEKNIK BBM (BERPIKIR-BERBICARA-MENULIS) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kemampuan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. keempat keterampilan tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak (listening

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mariah Ulfah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Apabila menguasai keempat

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan menulis seseorang akan mampu mengungkapkan segala pikiran dan

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

BAB I PENDAHULUAN. sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa kelas X. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang saat ini berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlaksananya pendidikan dan tersampainya ilmu pengetahuan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Windy Tantriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. membangun rasa percaya diri, dan sarana untuk berkreasi dan rekreasi. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi inti dari pengajaran Bahasa Indonesia secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran berbahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan pengajaran keterampilan-keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang berbahasa. Keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan dalam pengajaran berbahasa Indonesia adalah keterampilan reseftif (menyimak dan membaca) dan keterampilan produktif (berbicara dan menulis). Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, diantaranya adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam konteks pembelajaran, menulis merupakan salah satu keterampilan yang paling sulit. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Nurgiantoro (2001:422), bahwa; Dibanding tiga kompetensi berbahasa yang lain, kompetensi menulis secara umum boleh dikatakan sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan kompetensi menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan Keterampilan menulis merupakan kegiatan aktif produktif, dikatakan aktif produktif karena menulis merupakan proses aktif menyampaikan pesan melalui produk tulisan. Keterampilan menulis memerlukan kesabaran dan keuletan sehingga butuh proses pembelajaran dengan waktu lama untuk menumbuhkan keterampilan menulis tersebut. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tarigan (1994:4) yang mengemukakan bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diperoleh melalui proses praktik dan latihan secara teratur. Salah satu bentuk menulis adalah menulis karya sastra, salah satunya menulis cerpen. Penulisan cerpen termasuk kedalama genre sastra prosa. Menulis cerpen merupakan kegiatan menuliskan suatu peristiwa yang mengharuskan keberadaan pelaku, latar tempat dan waktu serta unsur-unsur intrinsik lainnya. Penulisan cerpen yang pada hakikatnya bersifat ekspresif justru menjadi sebuah

2 kesulitan tersendiri bagi siswa dan guru sebagai pengajar. Kesulitan tersebut dialami siswa dalam penentuan ide cerita. Dalam praktik pengajaran, kegiatan menulis banyak menuntut pengetahuan kognitif siswa. Hal ini mengindikasikan siswa yang memiliki kemampuan kognitif kurang, semakin tidak tertarik untuk menulis. Kemampuan menulis seharusnya dimulai dengan pengalaman afektif siswa, karena kemampuan kognitif bisa terasah dengan sendirinya jika siswa sudah memiliki minat dan banyak melakukan latihan menulis. Hal tersebut diutarakan oleh Chaedar Alwasilah (2007:5) yang berpendapat bahwa proses menulis lebih baik diawali dari keterampilan afektif. Berdasarkan wawancara sederhana dengan salah satu pengajar Bahasa Indonesia tingkat SMA/SMK yaitu Yuliati Aslami, M.Pd., pembelajaran menulis cerpen masih jauh dari KKM. Kesalahan hasil cerpen siswa banyak terjadi pada pengaluran sehingga cerita yang siswa sajikan tidak jelas. Siswa yang diminta untuk menulis cerpen, masih sulit mencari ide untuk dijadikan tema cerpen. Selain sulit menemukan ide, siswa pun kesulitan untuk menuangkan ide yang sudah dimilikinya ke dalam bentuk tulisan. Kedua hal tersebut menurut penuturannya merupakan implikasi dari kurangnya minat baca anak sehingga kurangnya kosakata yang dikuasai anak. Kurangnya penggunaan metode dan teknik untuk merangsang ide dalam pembelajaran menulis cerpen juga menjadi penyebab minimnya nilai menulis cerpen pada siswa. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 terdapat standar kompetensi menulis pada SMA kelas X semester 2 yaitu mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen. Kompetensi dasar yang terkandung dalam standar kompetensi ini adalah menulis karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen. Dari kompetensi dasar tersebut dapat diartikan bahwa semua pihak berharap pelajar, khususnya pelajar kelas X dapat menulis. Pada kompetensi dasar ini dikhususkan untuk penulisan cerpen, tetapi pada kenyataanya siswa kurang tertarik untuk menulis. Seperti dikatakan sebelumnya, kurangnya motivasi tersebut karena siswa sulit mendapatkan ide

3 untuk memulai tulisannya. Di samping itu siswa kesulitan dalam merangkai kalimat-kalimat yang membangun tulisan tersebut. Untuk mengatasi kesulitan siswa dan pengajar dalam pembelajaran menulis cerpen dibutuhkan teknik pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran tersebut. Terdapat banyak teknik yang bisa digunakan untuk mendukung pembelajaran bahasa. Teknik pembelajaran bersifat implementasi, individual dan situasional. Istilah tersebut mengacu pada pengertian teknik yang diimplementasikan dalam jam tertentu, pembelajaran tertentu dan pengajar tertentu. Teknik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain (1) ceramah, (2) tanya jawab, (3) diskusi, (4) pemberian tugas dan resitasi, (5) demonstrasi dan eksperimen, (6) meramu pendapat (brainstorming), (7) mengajar di laboratorium, (8) induktif, inkuiri, dan diskoveri, (9) peragaan, dramatisasi, dan ostensif, (10) simulasi, main peran, dan sosio-drama, (11) karya wisata dan bermain-main, dan (12) eklektik, campuran, dan serta merta. (Subana,2009: 195) Salah satu teknik pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen adalah teknik Drama Menggantung. Teknik Drama Menggantung merupakan teknik yang diadaptasi dari metode simulasi dan metode seeing how it is. Dalam praktiknya teknik ini menyajikan sebuah simulasi melalui permainan drama. Teknik ini dapat merangsang kerangka berpikir siswa dalam membangun sebuah cerita melalui proses simulasi. Hal tersebut sesuai dengan tujuan metode seeing how it is yang menjadi landasan teknik ini. Metode seeing how it is ini diperkenalkan oleh Mel Siberman. Tujuan metode seeing how it is ini yaitu untuk menguji perasaan, nilai dan sikap-sikap siswa setelah melihat simulasi yang dilakukan. Berdasarkan metode simulasi dan metode seeing how it is yang memiliki persamaan tujuan, teknik Drama Menggantung dianggap tepat untuk pembelajaran menulis cerpen karena dalam praktiknya teknik ini menyajikan sebuah simulasi. Simulasi sendiri merupakan pencerminan situasi yang terdapat dalam kehidupan sebenarnya. Teknik ini dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis sastra karena sebuah karya sastra tidak terlepas dari cerminan realitas sosial yang terjadi di kehidupan sebenarnya. Dengan keterkaitan dari sifat

4 simulasi dan sifat karya sastra tersebut yang merupakan cerminan situasi realitas sosial, teknik ini diharapkan efektif dalam pembelajaran menulis cerpen. Teknik Drama Menggantung yang memiliki tujuan untuk menguji perasaan, nilai dan sikap-sikap siswa setelah melihat simulasi yang dilakukan, dirasa dapat merangsang keterampilan afektif siswa dan membangun imajinasi siswa. Simulasi yang dirasakan tersebut dapat menjadi luapan perasaan yang kemudian disajikan dalam sebuah cerpen. Dengan merangsang keterampilan afektif tersebut, minat menulis siswa dapat terstimulus melalui kegiatan belajar ini. Selain merangsang keterampilan afektif. Dengan adanya kegiatan simulasi berupa drama menggantung yang disajikan guru, teknik ini dapat merangsang kerangka berpikir siswa untuk berimajinasi menciptakan sebuah ide dalam menulis cerpen. Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah penelitian yang ditulis oleh Novy Restianty dengan judul penelitian Upaya Meningkatkan Menulis Cerpen Pada Siswa Kelas X dengan Menggunakan Teknik Show Not Tell. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam tiga siklus. Hasil penelitian dalam tiga siklus tersebut dapat dilihat dari perkembangan nilai siswa setelah diberikan teknik pembelajaran. Siklus I rata-rata nilai siswa 67,15, sikus II rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 82,09 dan siklus III rata-rata nilai siswa meningkat kembali menjadi 90,43. Berdasarkan hasil tersebut, terdapat korelasi positif antara teknik pembelajaran dengan kemampuan menulis cerpen. Penelitian di atas merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan teknik Show Not Tell dalam pembelajaran menulis cerpen. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan penulis terletak pada penggunaan teknik pembelajaran untuk menulis cerpen. Teknik dalam penelitian di atas menggunakan teknik Show Not Tell sedangkan penelitian yang dilakukan penulis menggunakan teknik Drama Menggantung. Dalam penelitiannya, penelitian di atas menggunakan metode penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan menggunakan metode penelitian eksperimen.

5 Berdasarkan uraian para pakar di atas dan penelitian sebelumnya tentunya teknik pembelajaran sangat mendukung pembelajaran menulis. Penggunaan teknik yang tepat dan inovatif mampu merangsang kreativitas siswa dalam menciptakan ide dan menuangkannya dalam sebuah tulisan. Berdasar pada fakta di lapangan dan harapan dari para pakar di bidangnya serta penelitian sebelumnya yang berkenaan dengan pembelajaran menulis cerpen, peneliti bermaksud melaksanakan penelitian sebagai bahan inovasi dalam pembelajaran menulis cerpen. Peneliti memberi judul penelitian ini Efektivitas Teknik Drama Menggantung dalam Pembelajaran Menulis Cerpen. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, terdapat beberapa hal yang bisa diidentifikasi untuk diteliti. Beberapa hal tersebut diantaranya sebagi berikut. a. Siswa kurang berminat untuk menulis cerpen karena sulit mengembangkan ide. b. Siswa sulit memilih ide cerita untuk mengembangkan cerpennya karena kurangnya rangsangan pengajar untuk memunculkan ide tersebut. c. Siswa sulit merangkai kalimat berdasarkan ide ceritanya karena kurangnya kosakata yang dimiliki siswa. d. Teknik pembelajaran untuk merangsang kreativitas siswa menulis cerpen yang dilakukan guru di sekolah belum memberikan solusi untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menulis cerpen. 1.3 Pembatasan Masalah Untuk mengetahui titik fokus pemecahan masalah, peneliti membatasai masalah yang akan diteliti, yaitu penerapan teknik Drama Menggantung dalam pembelajaran menulis cerpen.

6 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. a. Bagaimana kemampuan siswa dalam menulis cerpen sebelum dan sesudah diberi perlakuan (teknik Drama Menggantung) pada kelas eksperimen di SMA Negeri 7 Bandung? b. Bagaimana kemampuan siswa dalam menulis cerpen pada kelas pembanding di SMA Negeri 7 Bandung? c. Apakah terdapat perbedaan kemampuan menulis cerpen yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas pembanding di SMA Negeri 7 Bandung? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui a. kemampuan menulis cerpen siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan (teknik Drama Menggantung) pada kelas eksperimen di SMA Negeri 7 Bandung; b. kemampuan menulis cerpen siswa pada kelas pembanding di SMA Negeri 7 Bandung; c. perbedaan kemampuan menulis cerpen siswa pada kelas eksperimen dan kelas pembanding di SMA Negeri 7 Bandung. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

7 1.6.1 Manfaat Teoritis Beberapa manfaat dari penelitian ini secara teoritis yaitu: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam mencari alternatif pembelajaran menulis cerpen. 2. Penelitian ini dapat memperkaya khasanah keilmuan, khususnya dalam hal pembelajaran menulis cerpen di kelas X. 3. Penelitian ini akan menguatkan berbagai teori menulis, metode, serta pengetahuan baru mengenai teknik Drama Menggantung. 4. Guru bidang studi Bahasa Indonesia dapat menggunakan teknik Drama Menggantung sebagai alternatif lain dalam pembelajaran menulis cerpen. 1.6.2 Manfaat Praktis Selain manfaat teoretis dalam penelitian ini terdapat juga manfaat praktis. a. Bagi Siswa 1. Meningkatkan keterampilan berpikir siswa. 2. Menumbuhkan minat siswa dalam proses pembelajaran. 3. Memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran menulis cerpen. 4. Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan berkesan pada siswa. 5. Siswa dapat menulis cerpen dengan kreatif menggunakan teknik Drama Menggantung. b. Bagi Guru. Memiliki referensi strategi pengajaran dalam menulis cerpen dengan menggunakan teknik Drama Menggantung. c. Bagi Peneliti 1. Memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berharga bagi peneliti sebagai calon tenaga pendidik. 2. Mengembangkan wawasan mengenai penggunaan teknik yang relevan dalam proses pembelajaran.

8 3. Melatih penulis untuk menerapkan teknik yang menarik dalam proses pembelajaran. 4. Mengukur seberapa besar prestasi yang dicapai siswa pada pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan teknik Drama Menggantung. 5. Memperoleh bukti keefektifan teknik Drama Menggantung dalam pembelajaran menulis cerpen.