BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO menyebutkan, di dunia pada tahun 2008 diperkirakan 7,6 juta orang meninggal akibat kanker dan 84 juta orang akan meninggal hingga 10 tahun kedepan. Di Indonesia kanker merupakan penyebab kematian nomor 6 dan diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk pertahunnya (Depkes, 2008). Kanker payudara (Carcinoma Mammae) merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam kelenjar susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara. Kanker ini memang tidak tumbuh dengan cepat namun berbahaya. Tidak heran jika kanker ini juga masuk dalam catatan World Health Organization (WHO) dimasukkan kedalam International Classification Of Disease (ICD) (Suryaningsih & Bertiani, 2009). Negara berkembang 29% dari seluruh kanker yang didiagnosis kanker payudara tiap tahunnya. Insiden kanker payudara terus meningkat, saat ini lebih dari 170.000 kasus ditemukan pertahun. Insidennya bervariasi di setiap negara, tertinggi di Swedia dengan rata-rata insiden 129,5/100.000 wanita dan terendah di Jepang 37,0/100.000 wanita (International Opportunities In Cancer Management, SRI International, 1994). Bahkan UICC (Union Internasionale contre le cancer) memperkirakan jumlah kanker payudara di Negara berkembang pada tahun 2020 bisa mencapai 10 juta orang, dengan 16 kasus baru setiap tahunya (Depkes, 2008). Sementara itu kanker payudara di indonesia merupakan kanker dengan insiden tertinggi nomor dua setelah kanker serviks dan terdapat kecenderungan dari tahun ketahun insidennya meningkat. Sebagian besar keganasan kanker payudara di 1
2 Indonesia didapatkan kurang lebih 23140 kasus baru setiap tahun (200 juta populasi) (Suyatno & Pasaribu, 2010). Adapun Kasus kanker payudara di Jawa Tengah sebesar 28.038.000 kasus, pada tahun 2005 sebesar 5608 kasus (0,02%), mengalami peningkatan pada tahun 2006 sebesar 11.215 kasus (0,04%), pada tahun 2007 tidak terjadi peningkatan yaitu sebesar 11.215 kasus (0,04%), kemudian meningkat pada tahun 2008 sebesar 14.019 kasus (0,05%). Menurut DINKES Semarang (2007) pada tahun 2007 terdapat 879 kasus, kasus ditemukan terbanyak pada umur 30 tahun keatas (DEPKES, 2008). Salah satu pengobatan untuk membunuh sel kanker, termasuk sel kanker payudara adalah dengan kemoterapi. Kemoterapi merupakan bentuk terapi sistemik (seluruh tubuh) yang menggunakan obat-obat sitotoksin (obat yang biasa membunuh pembelahan sel-sel aktif) guna membunuh sel-sel kanker. Namun, kelemahan utama dalam menggunakan obat sitotoksin adalah bahwa mereka merusak tidak hanya sel-sel kanker melainkan juga sel-sel yang masih normal. Sehingga pengobatan kemoterapi selain membunuh sel kanker juga akan membunuh sel-sel normal yang ada didalam tubuh. Sehingga pasien kanker payudara selama menjalani pengobatan kemoterapi akan mengalami efek samping dari obat sitotoksin (Lincoln-Wilensky, 2008). Menurut Bohme, Jannete, Mea, & Wharton, (2001) efek samping yang mungkin timbul dari kemoterapi adalah rambut rontok, mual, diare, berat badan turun, mulut kering, mandul, pengeringan di vagina (lubrikasi yang sudah berkurang). Dampak kanker payudara dan pengobatan terhadap aspek bio-psiko-sosio-spiritual. Penelitian Nurachmah (1999), pada penderita kanker di dua rumah sakit besar di Jakarta menunjukan bahwa penderita kanker payudara mengekspresikan ketidakberdayaan, merasa tidak sempurna, merasa malu dengan bentuk payudara, ketidakbahgiaan, merasa
3 tidak menarik lagi. perasaan kurang diterima oleh orang lain, merasa terisolasi, takut, berduka, berlama-lama ditempat tidur, ketidakmampuan fungsional, gagal memenuhi kebutuhan keluarga, kurang tidur, sulit berkonsentrasi, kecemasaan dan depresi (Nurachmah, 1999). Perubahan konsep diri tidak hanya pada gambaran diri tapi juga ideal diri, harga diri, peran, identitas diri. Hasl penelitian Nurachmah (1999), menunjukan bahwa penderita kanker payudara pasca tindakan operatif memiliki gambaran konsep diri yang negatif. Penderita kanker payudara menilai secara negatif penampilan fisiknya dan merasa tidak puas dengan kondisi fisiknya tersebut. Akibatnya penderita kanker payudara akan menampilkan kesan yang negatif. Perasaan malu dan rendah diri akan dirasakan oleh subjek berhubungan dengan keadaan fisik yang dirasakan tidak sempurna lagi dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Herawati (2005), Penderita kanker payudara akan merasa tidak memiliki kemampuan baik dalam melakukan aktivitas maupun dalam menjalin hubungan sosialisasi dengan orang lain. Menurut Stuart & Sundeen (1998) konsep diri semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam hubungan dengan orang lain termasuk persepsi individu akan sifat kemampuanya, interaksi dengan orang lain dan lingkungannya. Nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek tujuan serta keinginan. Konsep diri juga merupakan cara individu memandang dirinya secara utuh fisikal, emosional, dan intelektual sosial spiritual (William james, 2007). Herawati (2005), menyebutkan bahwa body image berubah hampir pada semua penderita kanker payudara jika perubahan ini tidak terintegrasi dengan konsep diri maka kualitas hidup akan menurun secara drastis. Penelitian Herawati (2005), menunjukkan bahwa wanita yang mengalami
4 kanker akan mengalami gangguan body image yaitu merasa menjadi wanita kurang sempurna karena sebagai seorang ibu tidak biasa menyusui anaknya lagi serta merasa kurang secara fungsi, sehingga mengalami kecemasan, ketakutan, depresi, berat badan menurun. Kondisi fisik yang tidak utuh lagi menyebabkan penderita kanker merasa tidak memiliki kemampuan dalam melakukan sesuatu hal. Dengan latar belakang sebagai penderita kanker payudara menyebabkan subjek kehilangan rasa percaya diri, tidak mandiri dan bergantung pada bantuan orang lain, serta bersikap tidak jujur terhada orang lain dengan kondisi fisiknya (Robin & Pamela, 2007). Dalam menghadapi kehidupannya penderita kanker payudara memilih untuk bersikap pasrah dan menerima keadaan serta menjalani kehidupan apa adanya dan tidak melakukan usaha untuk mempersiapkan memasuki kehidupan masa depannya merupakan sikap yang kerap muncul pada penderita kanker. Taylor (2003), mengemukakan Selain itu penderita kanker payudara pasca tindakan operatif pada umumnya memandang negatif pada dirinya sendiri dan hal tersebut mempengaruhi pandangannya terhadap peran jenis kelamin yang dimilikinya, baik sebagai seorang ibu rumah tangga maupun sebagai seorang istri. Penderita kanker payudara merasa tidak berhasil menjalankan perannya dan menunjukkan sikap negatif terhadap fisik, dan merasa tidak memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, merasa rendah diri, hilangnya rasa percaya diri dan tergantung pada pertolongan orang lain serta memiliki pandangan negatif terhadap peran dan terhadap prospek dimasa depan adalah subjek penderita kanker payudara pasca tindakan operatif menjadikan konsep diri negatif (Cash, 2002). Sehingga efek samping dari kemoterapi yang muncul dan dirasakan oleh pasien kanker payudara dapat mengakibatkan ketidakmampuan baik secara fisik maupun psikis. Selain itu juga dapat mempengaruhi kualitas hidup
5 penderita (quality of life). Menurut Amerikan Society of Clinical Oncology, kualitas hidup bagi pasien kanker pasca tindakan sangat diperlukan untuk melihat sejauh mana kemoterapi mempengaruhi kehidupan pasien. Di kemudian hari para ahli yang bergerak dalam bidang kesehatan dapat lebih memperhatikan kesejahteraan pasien (Taylor, 2003). James (2007), mengemukakkan masalah self (diri). Self adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan psikisnya saja, melainkan juga tentang anak-istri, rumah, pekerjaan dan semua yang dimiliki. Kalau semua bagus, ia merasa senang dan bangga. Akan tetapi, kalau ada yang kurang baik, ia merasa putus asa, kecewa. Oleh karena itu tindakan pengobatan yaitu kemoterapi yang mengakibatkan beberapa efek samping, dimana efek samping tersebut mempunyai nilai psikologik dan tidak dapat di hindarkan terjadi pula perubahan-perubahan terhadap Self Concept atau konsep diri. Karena kondisi fisik seseorang (kesempurnaan, kecantikan, dan lain-lain) sangat memegang peranan penting dalam pembentukan konsep diri. Ketidaksempurnaan tubuh dapat membuat seseorang merasa rendah diri dan cenderung menarik diri/menghindar dari lingkungan (Jong, 2005). Berdasarkan data Medical Record Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang, jumlah pasien kanker payudara selama bulan Januari-Desember 2011 adalah sebanyak 2012 orang, dan 1416 yang mendapat kemoterapi. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 20 Januari 2012 yang dilakukan terhadap 3 orang penderita kanker payudara yang sedang menjalani kemoterapi, mereka menunjukkan respon malu dan lemah dengan kondisi fisiknya akibat efek samping kemoterapi. Mereka mengatakan, sejak menjalani kemoterapi badannya cepat lelah, mereka harus menutup rambutnya dengan kerudung agar rambutnya yang rontok tidak terlihat, tidak bisa mengurus keluarganya dengan maksimal, dan mereka merasa takut jika suaminya tidak mau mendampinginya lagi.
6 Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa tertarik untuk meneliti gambaran konsep diri meliputi gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri. Pada penderita kanker payudara yang mendapat kemoterapi di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini secara khusus difokuskan pada gambaran konsep diri wanita penderita kanker payudara yang sedang menjalani kemoterapi 2 kali. B. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas dan jika di lihat selama ini mungkin para tenaga medis khususnya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kurang memperhatikan kondisi pasiennya secara psikologis terutama pada pasien yang sedang menjalani kemoterapi maka dapat di rumuskan suatu masalah yaitu : Bagaimanakah Gambaran Konsep diri penderita kanker payudara yang dilakukan kemoterapi di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Mendiskripsikan gambaran konsep diri penderita kanker payudara yang dilakukan kemoterapi di Rumah Sakit Dr.Kariadi Semarang. 2. Tujuan khusus : 1. Mendiskripsikan karakteristik penderita kanker payudara yang dilakukan kemoterapi di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. 2. Mendiskripsikan gambaran diri penderita kanker payudara yang dilakukan kemoterapi di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. 3. Mendiskripsikan harga diri penderita kanker payudara yang dilakukan kemoterapi di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. 4. Mendiskripsikan ideal diri penderita kanker payudara yang dilakukan kemoterapi di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang.
7 5. Mendiskripsikan peran diri penderita kanker payudara yang dilakukan kemoterapi di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. 6. Mendiskripsikan identitas diri penderita kanker payudara yang dilakukan kemoterapi di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi profesi atau institusi dan masyarakat untuk kepentingan bersama. 1. Bagi masyarakat Penelitian ini dimaksudkan untuk seluruh warga atau masyarakat Rumah Sakit Dr.Kariadi Semarang termasuk dokter, perawat, dan seluruh petugas kesehatan. Kiranya penelitian ini dapat menjadikan masukan, sumber pengetahuan dan acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih komprehensif pada pasien kemoterapi penderita kanker payudara di Rumah Sakit Dr.Kariadi Semarang dan agar selain menyembuhkan secara fisik namun juga lebih memperhatikan segi psikologisnya. 2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan dan profesi Penelitian ini bisa menjadi referensi tambahan dalam bidang ilmu keperawatan khususnya keperawatan jiwa dan dapat menjadikan sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa perawat dan dijadikan sebagai masukan bagi mahasiswa nantinya dalam menerapkan asuhan keperawatan bagi para pasien yang sedang menjalani kemoterapi penderita kanker payudara sehingga dapat lebih optimal serta peka/bertangguang jawab dalam meningkatkan konsep diri pada penderita kanker payudara.
8 3. Bagi peneliti Sebagai dasar untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian dibidang keperawatan khususnya konsep diri penderita kanker payudara. E. Bidang Ilmu Bidang keilmuan yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu keperawatan jiwa. F. Keaslian Penelitian No Nama/tahun variabel Populasi dan sampel 1 Hartati, S, Arika, 2009 Konsep diri dan kecemasan penderita kanker payudara 235 orang, purposive sampling Metode dan desain Deskriptif Hasil Hasil penelitian disajikan dalam bentuk karakteristik responden, konsep diri penderita kanker payudara dan kecemasan penderita kanker payudara 2 Wojtyna, E., Zycinska, J., &Stawiarska, P. (2007) 3 Saragih, B, Laing, (2009) The infl uence of cognitivebehaviour therapy on quality of life and selfesteem in women suffering from breast cancer Karakteristik penderita kanker payudara yang dirawat diruang rindu B2 rumah sakit umum pusat Haji Adam Malik Medan 255 orang, purposive sampling 196 orang, random sampling Deskriptif dengan pendekatan crosssectional Deskriptif dengan desain case Sebanyak 255 subyek menyelesaikan pertanyaantionnaires dan termasuk dalam penelitian. Itu sampel adalah sebagian besar perempuan (60,6% 153) Diperoleh umur terbanyak 30-50 Tahun (53,1%), wanita (99%), Suku Batak (35,7%), agama Islam (68,9%), pendidikan SLTA (31,1%), pekerjaan IRT (58,6%), status menikah (99,5%), dari luar kota Medan (83,7%), keluhan utama benjolan dan nyeri (36,7%), tidak memiliki riwayat keluarga (19,90%), stadium klinik (79,1%), letak kanker di
9 payudara kiri (52,0%), lama rawatan 3 hari (46,43%), tindakan penanggulangan kemoterapi (60,2%). Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang menggunakan tehnik purposive sampling, adapun metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan cross-sectional.