BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Average Length of Stay (Day) Per Visit. Growth (%)

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan sebuah minat berkunjung yang terdiri dari pengenalan akan

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. maka peluang untuk menenangkan fikiran dengan berwisata menjadi pilihan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi sektor

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Destiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

2016 PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN LOKALTERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN KOTA DI KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

BAB I PENDAHULUAN. mengaktifkan sektor lain di dalam negara penerima wisatawan. Di samping itu,

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia, banyak objek wisata yang telah menarik perhatian para

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risha Ramadhita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang mungkin kiranya kita sebagai warga negara Indonesia patut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

Oleh : Slamet Heri Winarno

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai subsektor pembangunan yang potensial, dimana keterlibatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. daya pariwisata yang menarik, baik keindahan alam maupun keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan sumber daya alam laut di Indonesia memiliki kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun perdagangan yang menyangkut aspek-aspek sosial-budaya, lingkungan

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Barat, 2013.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Muhamad Irdan Rusyaman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ada di Yogyakarta, baik secara fisik maupun secara psikis 1.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam industri pariwisata dan terbukanya

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebagai destinasi wisata nasional dalam Masterplan Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Keterangan Jumlah kendaraan yang masuk via gerbang tol 1. Jumlah pengun jung melalui gerban.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anies Taufik Anggakusumah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ciri itulah yang menandai pola kehidupan manusia. Mobilitas merupakan

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. atau melihat pemandangan semata, akan tetapi wisatawan juga ingin mencari dan

BAB I PENDAHULUAN. tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. daya hayati tropis yang tidak hanya sangat beragam tetapi juga unik. Keragaman

PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP REVISIT INTENTION WISATAWAN SAUNG ANGKLUNG UDJO

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, dorongan orang untuk melakukan perjalanan, cara berpikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri. Pariwisata sudah bukan ha1 yang baru bahkan orang melakukan perjalanan merupakan kebutuhan hidup setiap manusia. Tingginya tingkat keinginan dan kebutuhan seseorang untuk berekreasi telah menyebabkan perkembangan dan persaingan di industri pariwisata semakin pesat. Sebagai batasan terhadap pengertian pariwisata itu sendiri maka dikutip definisi pariwisata sesuai dengan Undang undang Kepariwisataan No.10 tahun 2009 yaitu : Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar di sebuah negara. Kegiatan pariwisata yang berkelanjutan dapat meningkatkan perbaikan ekonomi suatu negara karena dapat mempengaruhi sektor-sektor ekonomi lainnya, seperti industri destinasi, hotel, souvenir, transportasi sehingga taraf hidup masyarakat semakin tinggi dan memacu pertumbuhan perekonomian nasio Indonesia yang memiliki keragaman sumber daya alam yang berpotensi untuk dijadikan sebagai atraksi wisata juga berusaha untuk mengembangkan sektor pariwisatanya. Bahkan beberapa negara menempatkan pariwisata Indonesia sebagai sektor industri andalan yang berperan sebagai penghasil devisa utama 1

2 bagi masyarakatnya. Pendapatan negara (devisa) dari sektor pariwisata tercermin dari jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia, berikut ini dapat dilihat pertumbuhan wisatawan yang berwisata ke Indonesia. TABEL 1.1 JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE INDONESIA TAHUN 2008 2013 Tahun Jumlah Wisman 2008 6.234.497 2009 6.323.730 2010 7.002.944 2011 7.649.731 2012 7.988.574 Sumber : Badan Pusat Statisik 2012 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah wisman yang datang ke Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2010 berjumlah 7.002.944 wisman mengalami peningkatan 67,92%. Pariwisata Indonesia mengalami peningkatan jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia dapat ditunjukkan oleh data Departemen Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2008 dan tidak adanya pengaruh dari krisis ekonomi global. Secara kumulatif, selama Januari-Desember 2013, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 8,80 juta kunjungan yang berarti meningkat 9,42% dibandingkan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2012. Indonesia memiliki beberapa provinsi yang kaya akan potensi wisata. Salah satunya yaitu Jawa Barat. Jawa barat memiliki potensi wisata berupa sumber daya alam, adat istiadat dan budaya serta keramah-tamahan yang

3 merupakan ciri khas kepariwisataan di Jawa Barat. Selain itu juga Jawa Barat merupakan daerah tujuan wisata di Indonesia yang menjadi prioritas untuk dikembangkan setelah Bali dan DKI Jakarta. Hal ini berdasarkan pada pertimbangan posisi strategis Jawa Barat dengan aksesibilitas yang mudah, memiliki keanekaragaman objek, daya tarik wisata, maupun fasilitas penunjangnya yang didukung dengan jaringan transportasi dan infrastruktur yang terus berkembang sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam berwisata. Daya tarik wisata Jawa Barat terdiri dari daya tarik yang bersifat tangible (berwujud), seperti daya tarik wisata pantai, museum, maupun intangible (tidak berwujud), seperti sejarah, budaya masyarakat tradisional, maupun events (peristiwa pariwisata). Potensi pasar wisatawan Jawa Barat juga tidak kalah besarnya. Kedekatan Jawa Barat dengan wilayah yang berpenduduk banyak dan sudah berkembang menjadikan Jawa Barat kaya akan sumber pasar wisatawan, serta pengembangan pariwisata Jawa Barat yang didukung oleh keanekaragaman budaya dan pesona alam yang memikat dari tiap kota dan kabupatennya. Potensi pariwisata ini harus terus dikembangkan agar menarik wisatawan untuk berkunjung. Berikut ini gambar yang menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Jawa Barat dilihat dari pintu masuk Bandara Husein Sastranegara dan Pelabuhan Muarajati Tahun 2008-2012.

4 Bandara Husen Sastranegar a dan Pelabuhan Muarajati Bandara Husen Sastranegar a dan Pelabuhan Muarajati Bandara Husen Sastranegar a dan Pelabuhan Muarajati 117.550 Bandara Husen Sastranegar a dan Pelabuhan Muarajati Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 2012 GAMBAR 1.1 PERKEMBANGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BERKUNJUNG KE JAWA BARAT MELALUI PINTU MASUK BANDARA HUSEN SASTRANEGARA DAN PELABUHAN MUARAJATI, TAHUN 2008-2012 Berdasarkan data pada Gambar 1.1 menunjukan bahwa jumlah wisman yang berkunjung ke Jawa Barat melalui Bandara Husen Sastranegara dan Pelabuhan Muarajati pada Tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 25,07% dibandingkan dengan Tahun 2012 sebesar 10,82%. Hal ini dapat diartikan bahwa dengan meningkatnya jumlah wisman dan wisnus yang berkunjung ke Jawa Barat, maka semakin dibutuhkannya fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan di dalamnya. Perkembangan pariwisata Jawa Barat tidak terlepas dari berbagai destinasi yang menarik karena destinasi merupakan elemen penting dalam kepariwisataan. Berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa destinasi pariwisata merupakan kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas

5 pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Salah satu destinasi pariwisata di Jawa Barat yang memiliki potensi serta daya tarik wisata tersendiri yaitu Majalengka. Majalengka memiliki tiga potensi yang bisa dikembangkan antara lain, pertambangan, pertanian, dan pariwisata. Majalengka juga dikenal sebagai kota angin. Majalengka merupakan bagian dari salah satu kawasan andalan di wilayah timur yang saat ini menjadi pusat perhatian Provinsi Jawa Barat, yang dalam kebijakan pembangunannya diarahkan sebagai sentra bisnis dengan basis utama agribisnis, pariwisata, industri jasa dan sumber manusia. Potensi daya tarik wisata yang ada di kawasan Majalengka berupa alam dan budaya yang cukup prospektif dan potensial bagi pengembangan pariwisata sebagai penggerak perekonomian masyarakat, namun secara keseluruhan belum dilakukan secara optimal, artinya masih perlu adanya pembenahan serta pengelolaan yang lebih baik. Beberapa potensi dan produk unggulan yang dimiliki oleh kota ini diantaranya Panorama Sindangwangi, Batu Alam, Batik, Kerajinan Batu Ukir, Perkebunan Durian, Kerajinan Batu Andesit, Kerajinan Batu Gipsum, Kerajinan Bola Sepak, Kerajinan Anyaman Bambu, Kerajinan Genteng, Perkebunan Teh, Kecap, Industri Pakaian Jeans, Perkebunan Mangga Gedong Gincu. Sedangkan daya tarik wisata yang dimiliki oleh kota Majalengka adalah, Prabu Siliwangi, Situ Talaga Herang, Waterboom Tirta Indah,

6 Curug Muara Jaya, Situ Sangiang, Curug Tonjong, Taman Buana Marga dan Buna Puri, Museum Talaga Manggung. Produk dan potensi wisata yang ada merupakan peluang besar bagi kota ini untuk menarik wisatawan lebih banyak lagi. Namun, nampaknya peluang ini tidak begitu dimanfaatkan oleh pemerintah setempat terlihat dari kurangnya fasilitas infrastruktur pendukung seperti akses transportasi menuju lokasi wisata yang masih kurang layak. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan ke Majalengka yang dicatat oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Majalengka yang tersaji dalam Tabel 1.3 : TABEL 1.3 JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KE KOTA MAJALENGKA TAHUN 2008-2013 TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 2013 JUMLAH WISATAWAN 17.561 15.530 16.530 17.635 16.254 15.890 Sumber : Dinas Pemuda Olahraga kebudayaan dan Pariwisata Majalengka Berdasarkan uraian tabel 1.3 diatas, terlihat bahwa terjadi fluktuasi jumlah wisatawan yang datang ke Majalengka. Selama periode 2008 2011 jumlah wisatawan yang datang cenderung mengalami penurunan. Tahun 2010-2011 jumlah wisatawan yang datang sempat mengalami kenaikan sebesar 48,3%. Sedangkan pada tahun 2012-2013 mengalami penurunan 50,5%.

7 Penurunan jumlah wisatawan ini tentunya harus diantisipasi oleh pemerintah setempat. Maka dari itu pemerintah lebih meningkatkan kegiatan promosi guna menarik minat wisatawan untuk mengunjungi daya tarik wisata yang ada di Majalengka. Tabel 1.4 berikut akan menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan ke beberapa daya tarik wisata yang terkenal yang ada di Majalengka. TABEL 1.4 JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN NUSANTARA PADA DAYA TARIK WISATA MAJALENGKA TAHUN 2010-2012 JENIS DAYA TARIK WISATA TAHUN JENIS DAYA TARIK WISATA TAHUN WISATA ALAM 2010 2011 2012 BUATAN MANUSIA 2010 2011 2012 Situ Sangiang 756 841 789 264 381 543 Curug Muara Jaya 845 957 890 Waterboom Tirta Indah 980 1025 1321 Situ Talaga Herang 876 985 900 Waterboom Tirta Bima 870 924 980 Prabu Siliwangi 580 634 835 Waterboom Rajawali 900 954 997 Berdasarkan tabel 1.4 diatas dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan pada daya tarik wisata yang ada di Majalengka masih belum stabil. Maka perlu adanya upaya pengembangan dan pengelolaan kawasan pariwisata di Majalengka seperti pembangunan dan pengembangan infrastruktur serta fasilitas wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisata. Saat ini daya tarik wisata yang banyak dikunjungi wisatawan adalah wisata buatan manusia, salah satunya adalah wisata tirta, waterboom. Definisi Wisata Tirta menurut Undang Undang Kepariwisataan No.10 Tahun 2009 adalah sarana dan pelayanan untuk melakukan berbagai kegiatan olahraga air dan wisata tontonan seperti tabung selam, fin, papan selancar dan glass boat. Salah

8 satu daya tarik wisata tirta yang ada di Majalengka yang sedang berkembang adalah. Sebagaimana dijelaskan pada Tabel 1.4. bahwa jumlah kunjungan wisatawan yang paling rendah adalah terdapat pada daya tarik wisata Bukit Alam Hejo. Meskipun jumlah kunjungannya meningkat tiap tahun, namun target kunjungannya belum mencapai target sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pihak pengelola. Pihak pengelola menginginkan target kunjungan wisatawan di tahun 2012 adalah sebanyak 1500 orang. Angka tersebut diambil oleh pengelola karena mereka ingin memperoleh jumlah kunjungan wisatawan melebihi dari daya atarik wisata yang sejenis. Salah satu, penyebab dari tidak tercapainya target kunjungan wisatawan adalah karena citra dari yang belum kuat tertanam dalam benak wisatawan. Sebagian pengunjung belum menyadari bahwa nama adalah sebuah tempat wisata. Hal ini diperkuat oleh hasil pra penelitian yang dilakukan terhadap 50 wisatawan pada periode 20 Januari 2014 yang menunjukkan bahwa 74% menganggap bahwa adalah sebagai bumi perkemahan bukan sebagai daya tarik wisata tirta. Bahkan hanya 16% yang mengenal Bukit Alam Hejo sebagai daya tarik wisata, dan sisanya (10%) mengatakan bahwa Bukit Alam Hejo adalah nama komplek perumahan. Wisatawan yang berkunjung ke pun 80% merupakan wisatawan yang berasal dari Majalengka atau wisatawan lokal dan sisanya 20%

9 adalah wisatawan yang berasal dari luar kota seperti Cirebon,Kuningan, dan Sumedang. Wisatawan pun menilai bahwa belum bisa dikategorikan sebagai suatu daya tarik wisata yang baik karena hampir 50% wisatawan menilai daya tarik wisata ini kurang baik karena menurut mereka masih banyak lahan kosong yang tidak terpakai. Tingginya tingkat persaingan di dunia pariwisata khususnya daerah Majalengka, menuntut pihak pengelola untuk menciptakan suatu hal yang berbeda dan unik yang menjadi ciri khas dari dengan tujuan untuk lebih memperkuat citra (Brand image) dari sebagai daya tarik wisata tirta. Brand image merupakan aset bagi suatu daya tarik wisata, karena didalamnya mengandung janji, kepercayaan wisatawan terhadap suatu brand. Brand image yang positif dapat membangun kredibilitas wisatawan terhadap merek, selain itu juga dapat mempengaruhi keputusan berkunjung. Oleh karena itu, daya tarik wisata harus berusaha menciptakan brand image yang baik dimata pengunjung karena merek sangat berguna untuk memudahkan pengunjungnya dalam mengambil keputusan untuk berwisata pada suatu daya tarik wisata. Merek atau image yang terkenal tersebut juga menjadi salah satu alasan atau motivasi wisatawan untuk berkunjung. Citra yang baik dari suatu objek wisata dapat mendorong proses kunjungan wisatawan terhadap produknya. Walaupun keputusan berkunjung dapat dipengaruhi bermacam-macam dorongan

10 namun produsen dapat memperbesar kecenderungan tersebut dengan berbagai cara, salah satunya dengan citra merek yang baik. Pendekatan ini dinilai sangat efektif karena sejalan dengan perkembangan jaman dan teknologi, selain itu untuk menciptakan suatu kepuasan serta untuk meningkatkan brand image, para pemasar lebih menekankan diferensiasi produk untuk membedakan produknya dengan produk pesaingnya. Adapun pengertian citra (image) dalam konteks pemasaran adalah set of benefit, ideas, and impressions that a person holds regarding an object. People attitude and actions towards an object are highly conditioned by the object image (Kotler, 2008:607). Menurut Kotler, citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek, sikap dan perilaku individu terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh citranya. Citra bisa dibangun dengan berbagai cara baik dari segi kualitas produk yang dihasilkan perusahaan maupun lainnya. Untuk mengetahui kesan yang baik dari konsumennya maka perusahaan perlu mengetahui citra konsumennya selama ini, sehingga pengambil keputusan dari perusahaan bisa mengambil langkah langkah strategis guna menguasai segala kendala yang dihadapi perusahaan terutama yang berkaitan dengan citra konsumennya. Perusahaan harus dapat membuat langkah langkah strategis untuk dapat terus bersaing dengan kompetitor. Oleh karena itu terus mengupayakan agar citra mereka lebih dikenal oleh wisatawan lokal melalui strategi yang mereka miliki

11 yaitu dengan berusaha memberikan fasilitas yang berbeda dan lebih lengkap dibandingkan dengan daya tarik wisata sejenis yang ada di Majalengka. Adapun program yang berbeda yang ditawarkan oleh adalah adanya wisata pendidikan. Wisata pendidikan yang ada bisa dinikmati oleh seluruh kalangan, namun tetap didalamnya terdapat beberapa perbedaan sasaran. Untuk kelompok TK, SD, SMP lebih diarahkan untuk belajar IPA dan agrobisnis terapan. Untuk SMA, Peruguruan Tinggi dan tamu umum lebih diarahkan untuk melatih jiwa mandiri, melatih kreativitas dengan hasil akhir yang diharapkan minimal bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Program ini lebih menekankan pada merubah paradigma ataupun pola pikir menjadi lebih mandiri untuk Comment [v1]: Mengubah mempersiapkan kehidupan dimasa depan yang lebih baik melalui program wisata pendidikan seperti mengadakan seminar dan training. Kegiatan yang dilakukan dalam wisata pendidikan dapat dilihat pada tabel 1.6 berikut ini : TABEL 1.5 KEGIATAN WISATA PENDIDIKAN DI BUKIT ALAM HEJO No Program Kegiatan yang dilakukan 1. Wisata Alam Plus Sebuah program wisata alam yang dikombinasikan dengan pembelajaran IPA ataupun agrobisnis. Peserta akan dikenalkan dengan beberapa jenis pohon yang ada dikomplek wisata tersebut dimana pohon-pohon sudah dilengkapi dengan nama pohon (bahasa Indonesia, dan bahasa latin), peserta juga akan diperkenalkan dengan miniatur agrobisnis terapan (tumpangsari, pemanfaatan lahan tidur, optimalisasi sumber daya alam, pemahaman antara kekayaan dan aset, pemberian nilai tambah terhadap barang maupun jasa). Sasaran peserta

12 adalah anak PG/TK, SD, SMP dan SMA. 2. Studypreneur Sebuah program dimana peserta akan diberikan wawasan bagaimana merubah produk maupun jasa dengan diberi nilai tambah yang akan menghasilkan nilai ekonomi yang jauh lebih tinggi. Peserta diajak meninjau langsung ke beberapa tempat produksi yang merubah atau memberikan nilai tambah pada suatu produk atau jasa. Sasaran peserta adalah anak SMP dan SMA. Comment [v2]: Sepertinya yang rutin dilakuka adalah studypreneur dan wisata alam plus. Jadi, untuk POD, coba ambil kedua kegiatan ini. Banyak faktor yang harus diperhatikan oleh pihak pengelola Bukit Alam Hejo. Salah satu diantaranya adalah meningkatkan keunikan produk dan jasa yang ditawarkan sebagai ciri khas yang membedakan dari daya tarik wisata lain yang sejenis, atau disebut dengan istilah Points Of Difference atau POD s. Makna dari POD adalah are attributes or benefits that consumers strongly associate with a brand, positively evaluate, and believe they could not find to the same extent with a competitive brand. Associations that make up points of difference may be based on virtually any type of attribute or benefit. Strong brands may have multiple points of difference. Creating strong, favorable, and unique associations is a real challenge, but an essential one for competitive brand positioning (Kotler Keller, 2012: 265). Atribut-atribut atau benefit-benefit di mana konsumen secara kuat mengasosiasikan atau mengaitkan dengan sebuah merek, mengevaluasi secara positif dan mempercayai bahwa mereka tidak dapat menemukan pada tingkat yang sama dengan sebuah merek lain yang kompetitif.

13 Berdasarkan kondisi persaingan pariwisata di Majalengka yang memiliki banyak daya tarik wisata sejenis terutama daya tarik wisata tirta, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh untuk meningkatan citranya di benak wisatawan yaitu dengan Points Of Difference. Points Of Difference ini bertujuan menempatkan citra dalam benak wisatawan untuk memaksimalkan manfaat potensial perusahaan. Seorang wisatawan akan lebih mengingat citra suatu perusahaan jika perusahaan tersebut memiliki hal unik yang berbeda dari perusahaan lain. Dengan demikian, POD s merupakan unsur yang penting dalam pemasaran dan dalam meningkatkan suatu citra atau image. di bawah : Adapun Program POD dari Bukit alam Hejo dapat dilihat pada tabel 1.6 TABEL 1.6 PROGRAM POINT OF DIFFERENCE BUKIT ALAM HEJO Atribut Produk Bukit Alam Hijau Tirta Indah Tirta Bima Rajawali dalam POD Atraksi Utama Wisata Tirta dan Wisata Tirta Wisata Tirta Wisata Tirta Atraksi Pendukung Aktivitas outbound Venue utk seminar/kegiatan2 lain Studypreneur, wisata alam plus Tidak ada Tidak ada Tidak Ada Tidak ada Tidak ada Tidak Ada Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diadakannya suatu penelitian untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh points of difference terhadap citra merek pada daya tarik wisata yang terdapat di Majalengka. Untuk itu peneliti mengambil judul PENGARUH POINTS OF

14 DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA BUKIT ALAM HEJO MAJALENGKA. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan diteliti, sebagai berikut : 1. Bagaimana points of difference yang dilakukan oleh daya tarik wisata Bukit Alam Hejo. 2. Bagaimana brand image daya tarik wisata. 3. Seberapa besar pengaruh points of difference terhadap brand image pada daya tarik wisata. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil temuan : 1. Gambaran mengenai points of difference yang dilakukan daya tarik wisata. 2. Gambaran mengenai brand image pada daya tarik wisata. 3. Gambaran mengenai pengaruh points of difference terhadap brand image daya tarik wisata. 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian ilmu manajemen pemasaran, khususnya mengenai points of difference yang dilakukan untuk

15 meningkatkan brand image. Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk mengembangkan ilmu manajemen pemasaran pariwisata khususnya dalam bidang manajemen pemasaran destinasi. 2. Kegunaan Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi bagi pihak manajemen Bukit Alan Hejo sehingga dapat menjadikan bahan masukan dalam upaya meningkatkan kinerja dalam meningkatkan citra merek agar tetap dapat bertahan di dalam usaha industri pariwisata.