Kendala Umum yang Dihadapi Penyandang Disabilitas dalam Mengakses Layanan Publik

dokumen-dokumen yang mirip
AKSISIBILITAS LINGKUNGAN FISIK BAGI PENYANDANG CACAT

Partisipasi Penyandang Cacat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK KALANGAN DIFFERENT ABILITY(DIFABEL)DENGAN PENDEKATAN PERILAKU DI KOTA BANDUNG

PERLINDUNGAN HAK-HAK KONSTITUSIONAL PENYANDANG DISABILITAS (RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES)

Laporan Monitoring. Aksesibilitas Lingkungan Fisik Balai Desa Plembutan. Sumiyati (Disabilitas)

Penerapan Manajemen Pelayanan Inklusif Abstrak

Capacity Building Workshop on Supporting Employability of Persons with Disability

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

BAB III LANDASAN TEORI. diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan

BAB II KAJIAN TEORI 1.9 Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Standar Etika 2.1 (Tata Laku)

Standar Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

KAJIAN FASILITAS DAN AKSESIBILITAS BAGI DIFABEL PADA BANGUNAN PELAYANAN UMUM (STUDI KASUS KANTOR WALIKOTA BANDA ACEH)

KAJIAN REFERENSI. 1. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Analisis Fungsi Organ-organ Penginderaan dan Pengembangannya bagi Individu Tunanetra

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 30/PRT/M/2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS FASILITAS DAN AKSESIBILITAS PADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA

AKSESIBILITAS BAGI PENYANDANG DISABILITAS PADA TERMINAL PURABAYA SURABAYA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada saat perjalanan. Rasa aman, nyaman dan terhindar dari bahaya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut bisa dalam bentuk barang ataupun jasa. Atas dasar itu negara sebagai

Intervensi bimbingan dan konseling untuk Membantu Perkembangan Kompetensi Sosial Anak Tunanetra

UNIVERSITAS GUNADARMA KRITIK ARSITEKTUR

Disabilitas dan Pendidikan Inklusif pada Jenjang Pendidikan Tinggi

DR. Didi Tarsidi, M.Pd., UPI. Dampak Ketunanetraan terhadap Pembelajaran Bahasa

SEKOLAH DASAR INKLUSI DI MAKASSAR

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

SEMINAR DESAIN ARSITEKTUR


BAB I PENDAHULUAN. memberikan prioritas tempat duduk. 1. prioritas pelayanan di terminal; menyediakan fasilitas untuk penyandang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi

Implementasi Aksesibilitas Pada Gedung Baru Perpustakaan UGM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman Perencanaan, Pen

II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 1 Cukup jelas. Angka 2 Pasal 8 Cukup jelas. Angka 3 Pasal 13A Cukup jelas. Pasal 13B Cukup jelas.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

PERATURANWALIKOTASURAKARTA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAANPERATURANDAERAH KOTASURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANGKESETARAANDIFABEL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENYEDIAAN FASILITAS PADA BANGUNAN UMUM DAN LINGKUNGAN BAGI DIFABEL

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Penerapan Standar Fasilitas Parkir Untuk Difabel Di RSUD Pasar Minggu

Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki

AKSESIBILITAS DALAM PELAYANAN PUBLIK UNTUK MASYARAKAT DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS 1

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

JURNAL ILMIAH PELAYANAN PUBLIK BAGI PENYANDANG DISABILITAS BERDASARKAN UU. NO. 19 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN

AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS TERHADAP LAYANAN TRANSPORTASI PUBLIK. Public Transport Accessibility for People with Disabilities

POLA INTERAKSI GURU DAN SISWA TUNANETRA SMPLB A BINA INSANI BANDAR LAMPUNG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/PRT/M/2017 TENTANG PERSYARATAN KEMUDAHAN BANGUNAN GEDUNG

Evaluasi Panti Rehabilitasi Cacat Netra Berwawasan Lingkungan Perilaku di Panti Budi Mulya Janti Malang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS. terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelumnya istilah Disabilitas mungkin

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA. Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1

KONSEP DESAIN PEMENUHAN AKSESIBILITAS DI SEKOLAH INKLUSI, KAMPUS INKLUSI DAN KOTA INKLUSI UNTUK MENUJU INDONESIA INKLUSI

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung; Mengingat : 1. Perat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. KPU RI terkait fasilitasi penyandang Difabel. Perbaikan dalam. enggannya Difabel berpartisipasi saat pemilu. Perbaikan di KPU Kota

MODUL RINGKAS PEMILU AKSES BAGI PENYANDANG DISABILITAS PUSAT PEMILIHAN UMUM AKSES PENYANDANG CACAT PPUA-PENCA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

BAB II TINJAUAN OBJEK

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STRATEGI PEMBELAJARAN ABK Ishartiwi, PLB-FIP- UNY

Ergonomic Assessment Pada Home Industri (Studi Kasus Industri Tempe)

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan metode penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB Negeri Sukoharjo

Fasilitas Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Tunadaksa di Stasiun KA Kota Baru Malang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYELENGARAAN PELAYANAN BAGI KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

Syarat Bangunan Gedung

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GEDUNG PERTUNJUKAN SENI

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG BERPIHAK KEPADA PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA BANDUNG. Disusun oleh: Tim STKS Bandung

3/8/2017. Dita Rachmayani, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id / PENGGUNAAN ISTILAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 03/PRT/M/2014 TANGGAL : 26 Februari 2014 PEDOMAN

3/17/2015 STANDAR PELAYANAN DI PUSKESMAS DESAIN KAMAR OPERASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Husni Umakhir Gitardiana, 2013

Penyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasi untuk Kebijakan Perlindungan Sosial

mobilitas penduduk, dan pembangunan secara luas 2.

AKSESIBILITAS BAGI PENYANDANG CACAT DAN ORANG SAKIT PADA SARANA DAN PRASARANA PERHUBUNGAN

2012, No

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

PUSAT PELATIHAN KERJA PENYANDANG CACAT FISIK DI KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Telaah Kendala Umumyang dihadapipenyandangdisabilitas* Didi Tarsidi Kendala Umum yang Dihadapi Penyandang Disabilitas dalam Mengakses Layanan Publik Didi Tarsidi Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Layanan publik tersedia bagi semua warga masyarakat termasuk mereka yang menyandang disabilitas. Akan tetapi, bagi para penyandang disabilitas ada masalah aksesibilitas. Sudah ada beberapa peraturan perundang-undangan yang secara spesifik mengatur tentang aksesibilitas. Namun demikian, sangat minimnya implimentasi peraturan perundang-undangan tersebut mengakibatkan berbagai hambatan bagi para penyandang disabilitas untuk dapat menikmati berbagai layanan publik yang tersedia. Ini mencakup hambatan arsitektural, hambatan informasi dan komunikasi, dan hambatan internal diri penyandang disabilitas sendiri serta kurangnya dukungan masyarakat bagi pengembangan diri para penyandang disabilitas, yang secara keseluruhan telah memperburuk akses para penyandang disabilitas ke layanan publik. Kata kunci: layanan publik, disabilitas, aksesibilitas PENDAHULUAN Undang-undang nomor 25/2009 tentang Pelayanan Publik mendefinisikan layanan publik sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara layanan publik. Dalam undang-undang tersebut yang dimaksud dengan penyelenggara layanan publik adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Ini mencakup layanan kesehatan, pendidikan, peribadatan, rekreasi, olahraga, budaya, dll. Sebagai warga negara, penyandang disabilitas seyogyanya tidak dikecualikan dari haknya untuk menikmati berbagai layanan publik yang tersedia. Akan tetapi, yang sering menimbulkan masalah adalah akses ke layanan tersebut. Tempat-tempat penyelenggara layanan publik pada umumnya dibangun tanpa memperhatikan kaidah-kaidah aksesibilitas, bahkan tanpa menyadari adanya aturan perundangundangan tentang aksesibilitas. JAfn_Anakku» Volume 10: Nomor 2 Tahun 2011 201

Telaah» Kendala Umum yang dihadapi Penyandang Disabilitas Didi Tarsidi PEMBAHASAN Aksesibilitas, sebagaimana digariskan dalam Undang-undang nomor 4/1997 tentang Penyandang Cacat, adalah kemudahan yang disediakan bagi "penyandang cacat" guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Secara operasional, ketentuan-ketentuan teknis tentang aksesibilitas Pada bangunan gedung dan lingkungan telah tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 30/PRT/M/2006. Pada esensinya, peraturan Menteri Pekerjaan Umum ini hanya mengatur hal-hal yang terkait dengan hambatan arsitektural. Secara lebih komprehensif, aturanaturan dasar tentang aksesibilitas ini tercantum dalam Konvensi PBB tentang Hak Penyandang Disabilitas (CRPD) yang diratifikasi oleh Indonesia pada tanggal 18 Oktober 2011. Pasal 9 ayat 1 Konvensi tersebut menyatakan: Agar penyandang disabilitas dapat hidup mandiri dan berpartisipasi secara penuh dalam semua aspek kehidupan, sama seperti warga lainnya, Negara wajib mengambil langkah yang tepat untuk memastikan akses bagi penyandang disabilitas ke lingkungan fisik, transportasi, informasi dan komunikasi, termasuk sistem dan teknologi informasi dan komunikasi, serta akses ke fasilitas dan jasa pelayanan lain yang tersedia bagi publik, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Langkah-langkah tersebut, yang harus meliputi identifikasi dan penghapusan kendala serta halangan aksesibilitas, diberlakukan antara lain pada: a. gedung-gedung, jalan-jalan, sarana transportasi, dan fasilitas dalam dan luar ruang lainnya, termasuk sekolah, perumahan, fasilitas medis, dan tempat kerja; b. informasi, komunikasi, dan layanan lainnya, termasuk layanan elektronik dan layanan gawat damrat. Hambatan-hambatan Akses Aturan-aturan tentang aksesibilitas sebagaimana dikemukakan di atas dimaksudkan untuk menghilangkan berbagai hambatan yang merintangi para penyandang disabilitas untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan masyarakat termasuk untuk menikmati berbagai pelayanan publik yang tersedia bagi masyarakat. Di antara berbagai hambatan akses itu adalah hambatan arsitektural dan hambatan informasi dan komunikasi. Hambatan Arsitektural Hambatan arsitektural mempengaruhi tiga kategori disabilitas utama, yaitu: disabilitas fisik, yang mencakup mereka yang menggunakan kursi roda, semi-ambulant, dan mereka yang memiliki hambatan manipulatoris yaitu kesulitan gerak otot; disabilitas sensoris yang meliputi orang tunanetra dan tunarungu; disabilitas intelektual (tunagrahita). Hambatan Arsitektural bagi Pengguna Kursi Roda Hambatan yang dihadapi oleh para pengguna kursi roda sebagai akibat dari desain arsitektural saat ini mencakup: Perubahan tingkat ketinggian permukaan yang mendadak seperti pada tangga atau parit. Tidak adanya pertautan landai antara jalan dan trotoar. Tidak cukupnya ruang untuk lutut di bawah meja atau wastapel. 202 j }MSl_Anakku» Volume 10: Nomor 2 Tahun 2011

Telaah KendalaUmum yang dihadapipenyandang Disabilitas + Didi Tarsidi Tidak cukupnya ruang untuk berbelok, lubang pintu dan koridor yang terlalu sempit. Permukaan jalan yang renjul (misalnya karena adanya bebatuan) menghambat jalannya kursi roda. Pintu yang terlalu berat dan sulit dibuka. Tombol-tombol yang terlalu tinggi letaknya. Masalah-masalah yang Dihadapi Penyandang Semi-ambulant Semi-ambulant adalah tunadaksa yang mengalami kesulitan berjalan tetapi tidak memerlukan kursi roda. Hambatan arsitektural yang mereka hadapi antara lain mencakup: Tangga yang terlalu tinggi. Lantai yang terlalu licin. Bergerak cepat melalui pintu putar atau pintu yang menutup secara otomatis. Pintu lift yang menutup terlalu cepat. Tangga berjalan tanpa pegangan yang bergerak terlalu cepat. Hambatan Arsitektural bagi Orang Tunanetra Yang dimaksud dengan tunanetra dalam tulisan ini adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (totally blind) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak cukup baik untuk dapat membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun sudah dibantu dengan kaca mata (low vision). Kesulitan-kesulitan yang dihadapi para tunanetra sebagai akibat dari desain arsitektural selama ini antara lain: Tidak adanya petunjuk arah atau ciriciri yang dapat didengar atau dilihat dengan penglihatan terbatas yang menunjukkan nomor lantai pada gedung-gedung bertingkat. Rintangan-rintangan kecil seperti jendela yang membuka ke luar atau papan reklame yang dipasang di tempat pejalan kaki. Cahaya yang menyilaukan atau terlalu redup. Lift tanpa petunjuk taktual (dapat diraba) untuk membedakan bermacam-macam tombol, atau petunjuk suara untuk menunjukkan nomor lantai. Masalah yang Dihadapi Orang Tunarungu Para tunarungu tidak mungkin dapat memahami pengumuman melalui pengeras suara di bandara atau terminal angkutan umum. Mereka juga mengalami kesulitan membaca bibir di auditorium dengan pencahayaan yang buruk, dan mereka mungkin tidak dapat mendengar bunyi tanda bahaya. Kesulitan Orang Tunagrahita Para penyandang disabilitas intelektual akan mengalami kesulitan mencari jalan di dalam lingkungan baru jika di sana tidak terdapat petunjuk jalan yang jelas dan baku. Oleh karena itu, penambahan rambu-rambu atau petunjuk lingkungan lainnya seyogyanya menggunakan format yang sudah dibakukan. Konflik Kepentingan Antar Berbagai Kategori Disabilitas Sebagaimana dapat dilihat dari bagian-bagian terdahulu, satu Kategori disabilitas mungkin mempunyai kebutuhan Aksesibilitas yang berbeda dari Kategori disabilitas lainnya. Di samping itu, terdapat variasi individual di dalam setiap Kategori disabilitas dan terdapat sejumlah besar orang yang menyandang disabilitas ganda. Oleh karena itu, sulit UNTUK menentukan JAfJi_Anakku» Volume 10: Nomor 2 Tohun 2011 203

Telaah» Kendala Umum yangdihadapi Penyandang Disabilitas DidiTarsidi suatu kriteria DESAIN arsitektural yang dapat memuaskan semua PENYANDANG disabilitas. Karena keterbatasan-keterbatasan yang ada pada kursi roda serta terbatasnya kapabilitas FISIK Pengguna kursi roda, Maka sering terdapat situasi di mana Tuntutan orang non-disabilitas dan semiambulant berbeda dari Tuntutan para Pengguna kursi roda Sehubungan Dengan sirkulasi vertikal (turun/naiknya permukaan lahan), licin/kasarnya permukaan lantai, keluasan ruangan, aktivitas sanitasi, lokasi tombol lampu dan lift. Misalnya, BAGI PENYANDANG semi-ambulant, tanggatangga yang dirancang secara teliti akan lebih memudahkan daripada permukaan landai. Permukaan lantai yang rata dan licin akan sangat baik BAGI Pengguna kursi roda tetapi berbahaya BAGI orang semi-ambulant jika basah. Meskipun Pengguna kursi roda jumlahnya kecil dibandingkan Dengan kelompok penyandang disabilitas lainnya, namun implikasinya BAGI perancang bangunan dalam banyak hal paling besar. Contoh Konflik kepentingan lainnya adalah Sehubungan Dengan DESAIN trotoar. Pertautan yang landai antara badan jalan raya dan trotoar memberi akses BAGI para pengguna kursi roda tetapi dapat mengakibatkan para pejalan kaki tunanetra yang menggunakan tongkat sulit mendeteksi batas antara trotoar dan badan jalan. Bagi pengguna kursi roda, pintu kamar mandi yang membuka ke arah luar akan lebih memudahkan untuk membuka/menutup pintu. Sebaliknya, pintu yang membuka ke arah luar justru dapat menjadi sandungan bagi para tunanetra. Hambatan Informasi dan Komunikasi Tidak tersedianya informasi dalam format yang aksesibel di tempat-tempat penyelenggaraan pelayanan publik akan merupakan hambatan tambahan bagi para penyandang disabilitas tertenru. Bagi orang- orang tunanetra, format yang aksesibel untuk informasi tertulis adalah Braille, rekaman audio, tulisan besar (bagi low vision), format elektronik atau bantuan pembaca. Orang tunarungu akan mengalami kesulitan bila dihadapkan pada informasi auditer. Informasi itu dapat menjadi aksesibel apabila disertai dengan informasi tertulis atau penyelenggara pelayanan publik dapat menyediakan petugas yang terampil bahasa isyarat. Bagi orang tunagrahita, informasi itu akan menjadi lebih aksesibel apabila disajikan dalam bahasa yang sederhana dan menggunakan bahasa baku. Hambatan Internal Sejauh ini kita telah memfokuskan perhatian pada hambatanakses yang berasal dari luar individu penyandang disabilitas (hambatan eksternal). Hambatan lainnya adalah hambatan internal yang dapat berupa: Kurang rasa percaya diri; Tidak memiliki keterampilan komunikasi yang cukup baik; Kurangnya penguasaan teknik-teknik alternatif untuk mengatasi keterbatasan akibat ketunaan; (Bagi tunanetra, teknik alternatifadalah cara khusus (baik dengan ataupun tanpa alat bantu khusus) yang memanfaatkan indera-indera nonvisual atau sisa indera penglihatan untuk melakukan suatu kegiatan yang normalnya dilakukan dengan indera penglihatan). Tidak mampu menampilkan diri secara pantas (poor grooming and dressing); Penguasaan pengetahuan umum yang tidak memadai. Hambatan-hambatan di atas, ditambah dengan kurangnya pemahaman 204 JAfSl_Anakku» Volume 10: Nomor 2 Tahun 2011

. Telaah» Kendala Umum yang dihadapi Penyandang Disabilitas» Didi Tarsidi masyarakat pada umumnya akan kebutuhan khusus para penyandang disabilitas, dapat sangat mengurangi penghargaan orang terhadap penyandang disabilitas sehingga perhatian yang diberikan pun menjadi sangat berkurang. KESIMPULAN Andaikata tempat-tempat penyelenggaraan pelayanan publik dibangun dengan memperhatikan aksesibilitas, baik aksesibilitas lingkungan fisik maupun aksesibilitas informasi dan komunikasi, dan para penyandang disabilitas dapat menerima dirinya dan berusaha untuk mengembangkan dirinya, dan masyarakat memberi dukungan yang tepat untuk itu, maka akan jauh lebih besar kemungkinannya para penyandang disabilitas dapat berpatisipasi atas dasar kesamaan dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Davenport, F.C.B. (1994). Physical Accessibility: A Step by Step Guide to Eliminate Architectural Barriers. Victoria: Access and Mobility Sub-Committee. Goldsmith, S. (1976). Designing for the Disabled. London: Royal Institute of Architects Publications Ltd. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Undang-undang RI No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat Undang-undang RI nomor 25/2009 tentang Pelayanan Publik. JAM_Anakku» Volume 10: Nomor 2 Tahun 2011 205