BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015

2014 PEMBELAJARAN COMBO TERPADU DI SLBN-A PAJAJARAN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. peneliti merumuskan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban dari

PROSES PEMBELAJARAN MUSIK BAGI KELOMPOK BAND JUST 4_U DI SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA

2015 PENGARUH LATIHAN ANGKLUNG TERHADAP PENGETAHUAN TANGGA NADA DIATONIS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga formal yang memiliki tugas,

BAB I PENDAHULUAN. untuk diikuti. Pendidikan musik kini menjadi sesuatu yang penting bagi manusia

2015 PEMBELAJARAN TARI TRANG-TRANG KOLENTRANG PADA KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DI SD GRIBA 5 ANTAPANI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. tentang fenomena-fenomena alam. Fenomena-fenomena alam dikemas berupa

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

BAB III METODE PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Ekspresi ini akan mengikuti perkembangan kemajuan ilmu

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yakni Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Kurikulum Berbasis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan yang cerdas

LAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik adalah salah satu hasil dari proses kebudayaan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan karya insan yang terbentuk dari bagian yang

DAFTAR ISI Ade Nia Anjelia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. maupun Internasional. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 40 tahun yang lalu, bangsa-bangsa di dunia, melalui Deklarasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang Pendidikan Keberbakatan Istimewa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

2015 PEMBELAJARAN GITAR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP AL-AZHAR SYIFA BUDI PARAHYANGAN PADALARANG

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Direktorat Jendral Managamen Pendidikan Dasar dan Menengah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB V PENUTUP. Akhir dari penulisan ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

LAMPIRAN. Lampiran 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya dunia pendidikan, pengajaran Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh sehingga anak lebih dewasa. Berbagai upaya telah dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pundi pokok untuk mencapai cita-cita suatu bangsa. Pendidikan

ARTIKEL SKRIPSI OLEH: SITI MUALIQOH SATTA NPM : P

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses dalam rangka

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsanganrangsangan yang berasal dari lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan dunia pendidikan pada abad ke-21 akan tergantung pada sejauh mana kita mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian tentang penerapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

2015 PEMBELAJARAN GERAK DAN LAGU MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DI TK SALMAN AL FARISI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

2015 KREATIVITAS ARANSEMEN MUSIK PADA LAGU DAERAH ACEH MELALUI PROJECT BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan generasi masa kini

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan siswa secara optimal baik secara kognitif, afektif dan. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan agar mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihanpelatihan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

PEMBELAJARAN ANSAMBEL MUSIK DI SMP 1 SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN AJARAN TUGAS AKHIR Program Studi S-1 Seni Musik.

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIFITAS ANAK MELALUI BERMAIN BALOK DI TK. PGRI 1 KANDANGSAPI, JENAR, SRAGEN TAHUN 2014 / 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran seni musik. Hal ini terlihat dari kurangnya aktivitas siswa secara

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan menggunakan metode yang lebih mengutamakan praktik daripada teori. (Instruksi Presiden No. 15 tahun 1974). Pelatihan bertujuan untuk mengembangkan keahlian, kreativitas, mengembangkan pengetahuan, dan mengembangkan sikap yang dapat menimbulkan kemauan untuk bekerjasama. Pencapaian tujuan pelatihan tidaklah semudah apa yang dibayangkan. Mengapa demikian? Karena hal ini terjadi di pengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal ialah faktor yang berasal dari seseorang yang melakukan kegiatan tersebut, dalam hal ini yaitu siswa dan guru. Begitu pula dengan siswa tunanetra, mereka memiliki kekurangan secara fisik yaitu tidak berfungsinya indera pengelihatan sehingga dapat mempengaruhi hasil pembelajaran. Selain siswa, gurupun memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pelatihan, terlebih lagi mengajarkan anak tunanetra guru harus memiliki kemampuan yang lebih dalam menyampaikan materi. Sedangkan salah satu faktor external yang berpengaruh terhadap hasil pelatihan adalah penggunaan metode atau model pembelajaran yang kurang tepat. Dalam pendidikan luar biasa anak yang memiliki gangguan pengelihatan lebih akrab disebut tunanetra. Pengertian tunanetra tidak hanya bagi mereka yang tidak dapat melihat, tapi juga mereka yang dapat melihat namun terbatas (Low Vision) sehingga tidak dapat dipergunakan dengan baik untuk kepentingan hidup sehari-hari, begitu juga untuk kepentingan belajar. Karena keterbatasan tunanetra dalam

2 pengelihatan atau visual, maka indera lainnya harus difungsikan dengan maksimal, salah satunya indera pendengaran. Dibutuhkan pendidikan atau pelatihan khusus untuk dapat mengembangkan kemampuan indera lainnya yang bisa jadi merupakan salah satu potensi istimewa yang dimiliki siswa tunanetra. Salah satu sekolah luar biasa khusus menangani siswa-siswa tunanetra yakni SLB N-A Pajajaran Bandung. Di SLB N-A Pajajaran Bandung memiliki tiga jenjang pendidikan, mulai dari SDLB, SMPLB, dan SMALB. Pada jenjang SMALB memiliki dua program study, yaitu: musik dan bahasa. Pembelajaran seni musik dinilai sangat penting untuk diberikan kepada anak-anak yang memiliki keterbatasan atau gangguan penglihatan, musik juga dinilai dapat bermanfaat untuk mengembangkan kreativitas pada siswa tunanetra, di samping itu siswa tunanetra memiliki kelebihan pada indera pendengaran yang mana mereka memiliki sensitifitas bunyi lebih terlatih dari orang pada umumnya. Selain itu musik juga dapat memperbaiki konsentrasi, meningkatkan kognitif, afektif, psikomotor, dan kecerdasan emosional. Oleh karena itu sekolah mengadakan suatu kegiatan ekstrakurikuler musik yang dapat diikuti oleh seluruh siswa, baik siswa dari SDLB, SMPLB, maupun SMALB, salah satunya kegiatan ekstrakurikuler angklung. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang ada yakni ekstrakulikuler angklung. Ekstrakurikuler angklung yang telah diselenggarakan pada awal tahun 2013 dipimpin oleh Bapak Agus Sumartono, S.Pd. Beliau merupakan salah satu guru mata pelajaran seni musik di SMPLB dan SMALB, dan guru ekstrakulikuler angklung, yang juga penyandang tunanetra (total blind) dari 3 guru tunanetra yang mengajar musik di SLBN A Pajajaran Bandung. Kegiatan ekstrakurikuler di SLBN A Pajajaran Bandung sangat beragam, ekstrakurikuler angklung adalah salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang banyak diminati siswa. Kegiatan ekstrakurikuler angklung di SLBN A Pajajaran Bandung merupakan salah satu tempat untuk mengembangkan minat, bakat dan menyalurkan kreativitas siswa pada bidang musik khususnya dalam permainan angklung. Ekstrakulikuler angklung di SLBN A Pajajaran Bandung ini sekarang beranggotakan 25 orang terdiri dari 18

3 siswa laki-laki yang diantaranya 5 siswa SDLB, 7 siswa SMPLB, dan 6 siswa SMALB. Anggota siswa perempuan berjumlah 11 siswa yang diantaranya 2 siswi SDLB, 1 SMPLB dan 8 SMALB, dengan jenis ketunaan yang berbeda baik Low Vision maupun Buta. Ekstrakulikuler angklung yang telah terselenggara selama satu tahun ini telah beberapa kali ikut serta tampil untuk mengisi dibeberapa acara, yaitu pada acara pembukaan OSN di Sabuga, kegiatan HIPENCA (Hari Internasional Penyandang Cacat), pembukaan lomba kreativitas guru di Cipanas, launching inklusi di Universitas Pendidikan Indonesia pada bulan Desember, dan acara pelepasan siswa siswi SLBN A Pajajaran Bandung pada tanggal 21 Juni 2014, ketika itu siswa dan siswi tunanetra anggota ekstrakulikuler angklung memperlihatkan permainan angklung yang dikolaborasikan dengan alat-alat combo (gitar elektrik, bass, keyboard, dan drum) memainkan sebuah karya medley Nusantara yang telah diaransemen oleh guru disajikan dengan baik. Selama ini dalam pelatihan angklung siswa hanya memainkan aransemen yang telah dibuat oleh guru, siswa tidak diberi kesempatan untuk dapat bebas berkreasi, dan pada karya yang guru aransemen tidak diterapkan unsur-unsur ekspresi musik. Selain itu, dalam menyampaikan materi guru masih menggunakan metode yang biasa diterapkan oleh sebagian besar guru di Indonesia yang mana metode ini dilihat sangat mendominasi melebihi metode lainnya yang dipakai pada proses pelatihan, yaitu metode ceramah, dimana kegiatan belajar mengajar hanya berjalan satu arah dan cenderung monoton. Selain itu terbatasnya pembendaharaan model pelatihan yang dikuasai guru, menyebabkan proses belajar mengajar menjadi pasif, dan menghambat siswa dalam mengeksplorasi bakat yang dimiliki. Guru hanya mengajarkan aransemen yang telah dibuat, lalu diikuti kembali oleh para siswa tanpa menerapkan unsur-unsur ekspresi musik. Hal ini belum mendorong siswa untuk menumbuhkan kreativitas dalam mengekpresikan musik, dan karya yang dimainkanpun terdengar monoton. Siswa tidak diberi ruang seluas-luasnya untuk mengeluarkan ide dan gagasanya dalam mengekspresikan musik. Hal ini sangat disayangkan karena siswa

4 tunanetra memiliki kemampuan dan bakat luar biasa pada bidang musik. Mereka juga memiliki sensitifitas bunyi lebih terlatih dari orang yang memiliki penglihatan awas pada umumnya. Oleh karena itu, diperlukan sebuah solusi dalam menciptakan suatu iklim pembelajaran yang memberikan ruang seluas luasnya kepada siswa dalam mengeluarkan ide ide kreatifnya, diharapkan siswa mampu mengekspresikan musik secara kreatif. Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar agar dapat mengembangkan kreativitas siswa. Oleh karena itu dibutuhkan model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran untuk anak-anak tunanetra pada dasarnya memiliki kesamaan dengan model pembelajaran untuk anak-anak yang memiliki penglihatan awas. Namun untuk pelaksanaannya diperlukan kreativitas guru dengan memodifikasi proses pembelajaran agar dapat disesuaikan dengan kondisi anak yang melakukan pembelajaran tersebut, sehingga pesan atau materi yang disampaikan dapat diterima atau dapat ditangkap dengan baik dan mudah. Mengingat begitu pentingnya pengajaran seni musik bagi anak-anak tunanetra maka diperlukan adanya metode atau model pembelajaran yang lebih kreatif agar pembelajaran seni musik lebih berkembang. Salah satu pengembangan model pembelajaran yang peneliti terapkan adalah model pembelajaran sinektik. Sinektik merupakan suatu pendekatan yang menarik guna mengembangkan kreatifitas siswa. Istilah sinektik berasal dari bahasa Yunani yang berarti penggabungan unsurunsur atau gagasan-gagasan yang berbeda-beda yang tampak tidak relavan. Menurut Gordon, sinektik berarti mempertemukan berbagai macam unsur dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh satu pandangan baru. Selanjutnya model sinektik yang ditemukan dan dirancang oleh Gordon dan Poze ini berorientasi meningkatkan kemampuan pemecahan masalah ekspresi kreatif, empati dan wawasan dalam hubungan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga dijelaskan sinektika adalah teori atau sistem tentang pernyataan persoalan dan pemecahannya

5 berdasarkan pemikiran kreatif, dengan menerapkan analogi dan majas dalam pertemuan atau diskusi tidak formal di antara sejumlah kecil peserta dari berbagai bidang dan keahlian. Mengacu pada kedua definisi tersebut, dalam pelatihan ini siswa diajak untuk mengeluarkan ide-ide dan gagasanya untuk dapat mengekspresikan musik melalui angklung sesuai dengan imajinasi dan kreatifitas yang dimiliki siswa secara berkelompok. Model sinektik pada penerapannya menggunakan metaphora dan analogi untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif dalam menciptakan unsur-unsur ekspresi yang kemudian diterapkan pada bagian-bagian lagu dan di aplikasikan menggunakan angklung. Pada penelitian ini analogi digunakan untuk menstimulus kemampuan berfikir, dan berkreasi seni secara kreatif. Dalam penelitian ini peneliti mencoba menerapkan model sinektik pada pelatihan mengekspresikan musik melalui angklung. Peneliti berasumsi penerapan model sinektik pada pelatihan mengekspresikan musik melalui angklung ini dianggap tepat khususnya bagi siswa tunanetra dalam menciptakan unsur-unsur ekspresi musik yang nantinya akan di terapkan dalam sebuah karya musik secara berkelompok. Dampak dari model sinektik ini adalah di samping siswa dapat berfikir kreatif, siswa juga belajar bekerjasama dan belajar keterampilan bermain angklung lebih baik lagi. Pada dasarnya model pembelajaran sinektik memiliki dua strategi pembelajaran, Joyce and Weil (2009, hlm. 257) mengatakan ada dua strategi dalam model pengajaran yang didasarkan pada prosedur-prosedur sinektik. Dua strategi tersebut yaitu: 1. Membuat sesuatu yang baru, dirancang untuk membuat hal-hal yang familiar menjadi asing untuk membantu siswa melihat masalah-masalah, gagasangagasan dan hasil-hasil yang lama dengan cara yang baru, pandangan yang lebih kreatif. 2. Membuat yang asing menjadi familiar, dirancang untuk membuat gagasangagasan yang baru dan tidak familiar menjadi lebih bermakna

6 Pada penelitian ini peneliti mengacu pada strategi model sinektik bentuk kedua. Sasaran strategi ini untuk membuat yang asing menjadi familiar dalam menciptakan berbagai unsur ekspresi musik untuk mengekspresikan musik, sehingga lebih merangsang siswa untuk lebih kreatif dalam belajar. Hal ini dilakukan, karena peneliti sebagai tenaga pengajar harus memiliki kreativitas dan inovasi dalam menentukan metode dan model yang tepat bagi siswa dalam proses pelatihan, pada akhirnya hasil yang diperoleh diharapkan akan maksimal dan dapat bermanfaat bagi siswa dalam meningkatkan bakat dan potensi yang dimiliki. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penelitian ini ingin mengetahui keberhasilan suatu program yang dirancang oleh peneliti yang kemudian diterapkan dalam pelatihan mengekspresikan musik melalui angklung di SLB N A Pajajaran Bandung, maka disusun dalam bentuk kalimat tanya, Bagaimana keberhasilan penerapan model sinektik dalam pelatihan mengekspresikan musik melalui angklung? Untuk menjawab dan mendeskripsikan rumusan masalah di atas, maka disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana rancangan model sinektik yang diterapkan dalam pelatihan mengekspresikan musik melalui angklung? 2. Bagaimana proses penerapan model sinektik dalam pelatihan mengekspresikan musik melalui angklung? 3. Bagaimana kemajuan siswa dalam mengekspresikan musik melalui angklung di SLB N A Pajajaran Bandung? C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan penerapan model sinektik dalam pelatihan mengekspresikan musik melalui angklung di SLB N

7 A Pajajaran Bandung. Adapun tujuan khusus dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu: 1. Mendeskripsikan rancangan model sinektik yang diterapkan dalam pelatihan mengekspresikan musik melalui angklung menggunakan model sinektik di SLB N A Pajajaran Bandung. 2. Mendeskripsikan proses penerapan rancangan model sinektik dalam pelatihan mengekspresikan musik melalui angklung. 3. Mengetahui kemajuan siswa dalam mengekspresikan musik melalui angklung. D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihakpihak yang terkait diantaranya: 1. Peneliti Peneliti dapat mengetahui efektivitas penggunaan model sinektik dalam pembelajaran seni musik, khususnya pada pelatihan mengekspresikan musik dan dapat dijadikan tolok ukur untuk mengadakan perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran selanjutnya. 2. Sekolah Dapat menjadi acuan mengenai model pelatihan dan pembelajaran yang dapat diterapkan pada pelatihan dan pembelajaran lainya. 3. Guru Penerapan model sinektik pada pelatihan mengekspresikan musik melalui angklung diharapkan dapat: a. Menambah pengetahuan guru mengenai model pembelajaran. b. Menambah kreatifitas guru melalui model pembelajaran yang lebih kreatif, inovatif dan menarik dalam mengembangkan suatu materi ajar. 4. Siswa

8 a. Pelatihan dengan model sinektik dapat mengembangkan kepekaan musikal siswa b. Mengembangkan kemampuan mengekspresikan diri c. Menumbuhkan kreativitas 5. Jurusan Pendidikan Seni Musik Menjadi bahan ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan, dan sebagai dokumentasi untuk menambah perbendaharaan data mengenai pelatihan mengekspresikan musik, dan pelatihan angklung. Selain itu agar dapat dijadikan referensi mahasiswa dalam menerapkan suatu model pelatihan dan pembelajaran di sekolah, khususnya di SLB N - A Pajajaran Bandung. E. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI DAFTAR FOTO DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR TABEL DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah B. Rumusan masalah C. Tujuan penelitian D. Manfaat penelitian

9 E. Struktur Organisasi Skripsi BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pelatihan B. Model pembelajaran C. Model pembelajaran sinektik D. Konsep Evaluasi E. Karakteristik siswa tunanetra F. Ekspresi musik G. Instrumen musik angklung H. Angklung Sebagai Media Ekspresi Musik I. Hasil penelitian terdahulu BAB III METODE PENELITIAN A. Disain penelitian B. Partisipan dan tempat penelitian C. Pengumpulan data D. Analisis data BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian B. Pembahasan Penelitian BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP