I. PENDAHULUAN. Sains merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat erat hubungannya dengan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

I. PENDAHULUAN yang mengadopsi langkah-langkah ilmiah dalam memecahkan suatu

I. PENDAHULUAN. yaitu kimia sebagai proses, produk dan sikap. Kimia sebagai proses meliputi

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

I. PENDAHULUAN. Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut Ilmu Pengetahuan Alam (natural

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

I. PENDAHULUAN. gejala-gejala alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina potensi

I. PENDAHULUAN. dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh serta

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas,

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah kumpulan ilmu pengetahuan yang berkaitan

MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR LUWES PADA MATERI LAJU REAKSI

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

I. PENDAHULUAN. tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. yang kondusif bagi lahirnya pribadi yang kompetitif. (Tilaar, 2004)

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan komponen utama dalam membentuk generasi muda yang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran dengan memperkuat

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

MOMENTUM & IMPULS RENCANA PROGRAM PENGAJARAN. Kelas / Semester : XI /I KOMPETENSI INTI. : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

MOMENTUM & IMPULS RENCANA PROGRAM PENGAJARAN. Kelas / Semester : XI /I KOMPETENSI INTI. : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia

MOMENTUM & IMPULS RENCANA PROGRAM PENGAJARAN. Kelas / Semester : XI /I KOMPETENSI INTI. : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak

MOMENTUM & IMPULS RENCANA PROGRAM PENGAJARAN. Kelas / Semester : XI /I KOMPETENSI INTI. : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

MOMENTUM & IMPULS RENCANA PROGRAM PENGAJARAN. Kelas / Semester : XI /I KOMPETENSI INTI. : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang berkembang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini

I. PENDAHULUAN. dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun sains, ilmu yang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari fenomena dan hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

11. Mata Pelajaran Kimia Untuk Paket C Program IPA

melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat ini pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. pendidikan adalah agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan keterampilan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kebutuhan yang harus dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

I. PENDAHULUAN. proses aktualisasi siswa melalui berbagai pengalaman belajar yang mereka dapatkan.

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

I. PENDAHULUAN. dapat belajar. Dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru diharapkan mengupayakan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

1. PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas,

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang dipandang sebagai proses, produk, dan sikap. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

I. PENDAHULUAN. seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan. (Kusaeri dan Suprananto, 2012). Dalam Permendiknas Nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. (Hamid, 2009: 1). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah .

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan mutu pendidikan dapat diukur dengan melihat keberhasilan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sains adalah suatu wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri maupun alam sekitarnya, dengan pemberian pengalaman langsung pada siswa agar dapat mengembangkan sejumlah keterampilan berpikir. Pada masa yang akan datang, Indonesia sangat membutuhkan generasigenerasi penerus bangsa yang dapat menghasilkan gagasan-gagasan kreatif, inovatif dan produktif, sehingga bangsa Indonesia tidak hanya bergantung dengan kreativitas dari negara-negara lain. Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia demi tercapainya generasi emas Indonesia 2045. Di era globalisasi, dibutuhkan manusia yang tidak hanya memiliki pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural, namun juga dibutuhkan keterampilan berpikir kreatif. Di era globalisasi banyak tantangan dan persaingan yang akan dihadapi, salah satu tantangan dalam dunia pendidikan adalah mampu mengembangkan potensi siswa agar kreatif. Untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif siswa, diperlukan model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk membangun sendiri secara aktif pengetahuannya dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri siswa, salah satunya keterampilan berpikir dapat dikembangkan

2 dengan pembelajaran kimia di sekolah. Keterampilan berpikir kreatif sangat perlu ditanamkan dalam diri siswa agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang akan dihadapi dalam kehidupannya (Tim Penyusun, 2013). Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat perubahan, dinamika, dan energetika zat. Berdasarkan hal tersebut, mata pelajaran kimia bertujuan untuk menciptakan sikap ilmiah yang mencakup keterampilan berpikir kritis serta memahami konsep dan penerapannya dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia sebagai produk, kimia sebagai proses kerja ilmiah dan kimia sebagai sikap. Kimia sebagai produk menjelaskan pengetahuan kimia yang berupa fakta atau data, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Kimia sebagai proses berkaitan dengan bagaimana ditemukannya konsep tersebut, misalnya melalui eksperimen yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah pada siswa sehingga dapat melatihkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Pemikiran kreatif dapat membantu seseorang untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan pemecahan masalah dan hasil pengambilan keputusan yang dibuat. Dengan demikian, ilmu kimia bukan hanya berupa produk pengetahuan, melainkan juga berupa proses (Fadiawati, 2011). Pembelajaran kimia yang melibatkan kimia sebagai proses, produk dan sikap; diharapkan dapat melatih keterampilan berpikir kreatif siswa. Pembelajaran materi laju reaksi yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah dan dapat melatih siswa mengembangkan keterampilan berpikir kreatifnya. Materi laju reaksi dapat dihubungkan dengan

3 kehidupan sehari-hari, contohnya, meledaknya petasan, terbakarnya kertas, perkaratan besi,dan apel yang mulanya putih berubah menjadi warna cokelat. Melalui materi tersebut siswa dapat terlatih mengajukan berbagai pertanyaan dan mengungkapkan gagasan yang bervariasi. Dengan demikian dapat dilatihkan keterampilan berpikir luwes pada siswa. Kompetensi dalam kurikulum 2013 dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Berdasarkan kurikulum 2013, materi teori tumbukan dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi merupakan salah satu materi pembelajaran kimia di kelas XI MIA. Kompetensi dasar dari kompetensi inti 3 pada materi teori tumbukan dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan reaksi kimia (KD 3.6) dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil percobaan (KD 3.7). Kompetensi dasar dari kompetensi inti 4 adalah KD 4.6 menyajikan hasil pemahaman terhadap teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan reaksi kimia dan KD 4.7 merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi;orde reaksi (Tim Penyusun, 2013). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di SMA Negeri 5 Metro, diperoleh data bahwa pembelajaran kimia pada materi laju reaksi masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah, latihan soal yang dibimbing guru dan sesekali dengan diskusi kelompok, namun dalam diskusi kelompok hanya beberapa siswa saja yang aktif. Kegiatan praktikum dilakukan dengan demonstrasi hanya pada materi tertentu saja untuk membuktikan konsep kimia yang didapat. Akibatnya, tidak sedikit siswa menjadi pasif, tidak kreatif dan mandiri

4 dalam mencari sumber informasi. Guru berperan sebagai pusat dari segala informasi dan siswa hanya menerima informasi dari apa yang diberikan oleh guru tanpa berpikir untuk mencari informasi lainnya. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia cenderung hanya sebagai produk saja, sehingga keterampilan berpikir kreatif siswa masih tergolong rendah. Hal ini tidak sesuai dengan karateristik ilmu kimia dan standar kompetensi lulusan kurikulum 2013 yang mengharapkan siswa memiliki kemampuan berpikir dan tindakan yang efektif serta kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk memecahkan masalah tersebut, salah satunya dengan cara memperbaiki proses pembelajaran. Perbaikan proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara menerapkan pendekatan pembelajaran berfilosofi konstruktivisme yaitu dengan model pembelajaran penemuan (discovery learning). Discovery Learning adalah belajar menemukan konsep, menemukan informasi, menyelidiki sendiri dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Pada pembelajarannya, siswa dapat membuat perkiraan, merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif atau proses deduktif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi. Pembelajaran menggunakan model discovery learning bertujuan agar siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Melalui pembelajaran dengan model discovery learning, dapat membantu siswa membentuk cara bekerjasama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain untuk memecahkan suatu masalah (Bell, 1978). Kelebihan model pembelajaran discovery learning yaitu dapat mengembangkan pola pikir atau daya ingat siswa dalam proses pembelajaran, meningkatkan

5 kemampuan siswa untuk memecahkan masalah, menemukan informasi, dan melatih siswa belajar mandiri. Discovery learning memiliki enam tahap kegiatan yaitu: pemberian rangsangan, identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian dan menarik kesimpulan (Syah, 2004). Pada pembelajaran menggunakan model discovery Learning, contohnya siswa diberikan suatu wacana tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari yaitu pembakaran kayu yang dipotong kecil-kecil dengan kayu yang dipotong besar, dari wacana tersebut siswa akan menemukan permasalahan mengapa kayu yang dipotong kecil-kecil akan cepat habis bereaksi menjadi abu. Selanjutnya, siswa menyusun suatu prosedur percobaan yang dikembangkan dari wacana yang telah diberikan. Pada kegiatan ini, siswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan berpikir luwes. Kegiatan selanjutnya yaitu mencari data dan menyusun hipotesis yang dapat melatihkan keterampilan berpikir luwes siswa. Setelah siswa merumuskan hipotesis, hipotesis tersebut diuji kebenarannya melalui kegiatan eksperimen. Setelah diuji, siswa mengolah data yang telah didapatkan dari eksperimen yang dapat melatihkan keterampilan berpikir luwes siswa, contohnya ketika siswa mengamati pembakaran kayu tersebut, kemudian siswa diminta untuk membuktikan apakah hipotesisnya terbukti atau tidak. Selanjutnya yaitu menarik kesimpulan, siswa menyimpulkan jawaban dari permasalahan tersebut. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Mutoharoh pada tahun 2010 yang dilakukan pada siswa kelas XI SMA Negeri 72 Jakarta mendapatkan kesimpulan bahwa penggunaan model discovery learning terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian yang dilakukan

6 oleh Putri pada tahun 2014 yang dilakukan pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pagelaran mendapatkan kesimpulan bahwa penggunaan model discovery learning efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif luwes siswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Azzahra pada tahun 2014 yang dilakukan pada siswa kelas XI MA Negeri 1 Metro mendapatkan kesimpulan bahwa penggunaan model discovery learning efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif luwes siswa. Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul: Pembelajaran Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Luwes Siswa pada Materi Laju Reaksi. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana efektifitas penggunaan model discovery learning dalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa pada materi laju reaksi kelas XI MIA SMA Negeri 5 Metro? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran discovery learning pada materi laju reaksi dalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah:

7 1. Bagi siswa Dengan diterapkannya model discovery learning memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam memecahkan masalah kimia dan diharapkan meningkatkan keterampilan berpikir kreatif. 2. Bagi guru Melalui penerapan model discovery learning guru mendapat pengalaman baru dan dapat menerapkan model ini pada materi kimia yang lain. 3. Bagi Sekolah Menjdi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah. E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. a. Model discovery learning dikatakan efektif meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa apabila secara statistik hasil tes keterampilan berpikir luwes siswa menunjukkan perbedaan n-gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen (Nuraeni dkk., 2010). b. Perkembangan sikap siswa pada pembelajaran model discovery learning dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan sikap pada setiap pertemuan. c. Perkembangan kinerja siswa pada pembelajaran model discovery learning dikatakan meningkat apabila siswa mempunyai pengalaman dalam kegiatan praktikum.

8 2. Model discovery learning yang digunakan meliputi tahapan pemberian rangsangan, identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian dan menarik kesimpulan (Tim Penyusun, 2013). 3. Keterampilan berpikir luwes yang akan diteliti, meliputi keterampilan menghasilkan gagasan penyelesaian masalah atau jawaban pertanyaan yang bervariasi dan dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda (Munandar, 2012).