BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia (Kuswandi et al., 2001). Mikroorganisme meliputi semua organisme

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. daerah tropis, seperti Indonesia (Kuswandi et al., 2001). Kasus infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AKTIVITAS ANTI BAKTERI EKSTRAK METANOL DAUN CEREMAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa di negara-negara yang sedang berkembang urutan penyakit-penyakit utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditempati oleh berbagai penyakit infeksi (Nelwan, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP Propionibacterium acne DAN Staphylococcus aureus MULTIRESISTEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI RESIDU EKSTRAK ETANOL BUAH CEREMAI

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETIL ASETAT TANAMAN SERAI

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

5. Media Mekanisme kerja antimikroba Pengukuran aktivitas antibiotik Ekstraksi Kromatografi Lapis Tipis

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

OLEH Burhanuddin Taebe Andi Reski Amalia Sartini

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI MENGHASILKAN ANTIBIOTIK TERHADAP Escherichia coli MULTIRESISTEN SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BENALU JAMBU AIR (Dendrophthoe falcata (L.f.) Ettingsh) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi alam tropis Indonesia sangat menunjang pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Infeksi merupakan masalah penting yang banyak dijumpai pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Candida yang dapat menyebabkan infeksi kulit dan selaput lendir. C. albicans

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI TIDAK LARUT AIR DARI EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB I PENDAHULUAN. folikel rambut dan pori-pori kulit sehingga terjadi peradangan pada kulit.

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH CEREMAI

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN BIOAUTOGRAFI FRAKSI POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dimanfaatkan sebagai obat. Manfaat sirih merah telah banyak dibicarakan,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit infeksi masih sering dihadapi oleh para dokter, perawat, dan tenaga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan lembab sehingga mikroba dapat tumbuh subur. Keadaan tersebut ditunjang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bakteri coccobacilli golongan gram negatif, sering terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROFIL FITOKIMIA DAN UJI ANTIBAKTERI BIJI MANGGA ARUM MANIS (Mangifera indica. Linn)

KIMIA ORGANIK (Kode : E-07)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI BUAH JERUK PURUT (Citrus hystrix D.C) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

mencit dalam menurunkan jumlah rerata koloni Salmonella typhimurium (Murtini, 2006). Ekstrak metanol daun salam juga terbukti mampu menghambat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA (Carica papaya L) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus MULTIRESISTEN ANTIBIOTIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta pemulihan kesehatan. Hal ini disebabkan karena tanaman banyak

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi adalah proses masuknya parasit dan mengadakan hubungan dengan inang. Infeksi terjadi bila parasit itu sanggup mengadakan penetrasi atau melalui pertahanan inang dan hidup di dalamnya (Irianto, 2006). Infeksi juga merupakan penyebab utama penyakit di dunia terutama di daerah tropis, seperti Indonesia (Kuswandi et al., 2001). Mikroorganisme meliputi semua organisme yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti bakteri, jamur, ragi, dan virus (James et al., 2008). Diantara bakteri yang dapat menyebabkan infeksi adalah Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Jawetz et al., 2005). Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen utama pada manusia. Bakteri ini dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui selaput mukosa yang bertemu dengan kulit. Bakteri ini dapat menyebabkan endokarditis, osteomielitis akut hematogen, meningitis, ataupun infeksi paru-paru (Jawetz et al., 2005). Bakteri lain yang juga sering menyebabkan penyakit yaitu Eschericia coli. Bakteri ini merupakan bagian flora normal gastrointestinal manusia. Penyakit ini yang ditimbulkan adalah sepsis yang terjadi setelah infeksi sistem saluran kencing. Bakteri ini juga menyebabkan diare karena kontaminasi produk makanan dengan sampah yang mengandung bakteri tersebut (Jawetz et al., 2005). 1

2 Mikroorganisme dapat memperlihatkan resistensi terhadap obat-obatan melalui berbagai mekanisme. Sebagian besar mikroba yang resisten terhadap obat muncul akibat perubahan genetik dan proses seleksi yang kemudian terjadi oleh antimikroba (Jawetz et al., 2005). Zat atau substansi tersebut dalam jumlah yang sedikit pun masih mempunyai daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lainnya (Waluyo, 2004). Pengobatan infeksi dengan kombinasi berbagai antibiotik yang semula dipercaya sebagai obat yang mampu memusnahkan bakteri penyebab infeksi ternyata juga menimbulkan permasalahan baru, yaitu munculnya bakteri yang multiresisten (Maryati et al., 2007). Munculnya pertimbangan resistensi antibiotik merupakan pengurangan efikasi antibiotik yang serius dan dapat meningkatkan jumlah infeksi yang menjadi sulit untuk diobati. Pengembangan obat non antibiotik mulai dikembangkan untuk mengatasi adanya suatu masalah resisten terhadap antibiotik (Chusri et al., 2009). Setiap orang Indonesia pernah menggunakan tumbuhan obat untuk mengobati penyakit atau kelainan yang timbul pada tubuh selama hidupnya. Popularitas tanaman obat tetap besar di masyarakat karena manfaatnya secara langsung dapat dirasakan secara turun menurun, walaupun mekanismenya secara ilmiah masih belum banyak diketahui. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk memulai kegiatan penelitian terhadap tumbuhan yang berkhasiat terhadap penyakit tertentu (Zein, 2005). Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba adalah tanaman serai (Cymbopogon nardus (L.) Rendle). Pada penelitian sebelumnya minyak atsiri serai memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli, S. epidermidis,

3 S. aureus, dan S. agalactiae. Diameter zona hambat pertumbuhan bakteri E. coli rata-rata 5,1 mm, S. epidermidis rata-rata 14,4 mm, S. aureus rata-rata 13,26 mm, dan S. agalactiae rata-rata 11,96 mm dengan masing-masing perlakuan 5 kali (Poeloengan, 2009). Daun dan akar tanaman serai (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol. Daunnya juga mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri serai terdiri dari berbagai senyawa. Salah satu kandungan minyak tanaman serai meliputi geraniol dalam minyak sebesar 44,01%-51% dan sitronela sebesar 0,5-1,3% (Zulfitriany, 2004). Berdasarkan penelitian sebelumnya maka perlu dikembangkan untuk melanjutkan penelitian uji aktivitas antibakteri tanaman serai dengan menggunakan metode dilusi padat dan untuk mengetahui senyawa kimia ekstrak etanol tanaman serai yang berpotensi sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli multiresisten antibiotik. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah ekstrak etanol tanaman serai (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli multiresisten antibiotik, serta berapa Kadar Bunuh Minimal (KBM) nya? 2. Kandungan senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol tanaman serai (Cymbopogon nardus (L.) Rendle)?

4 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol tanaman serai (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli multiresisten dan nilai KBM (Kadar Bunuh Minimum). 2. Mengetahui kandungan senyawa kimia dalam ekstrak etanol tanaman serai (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) D. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman serai (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) a. Sistematika Kedudukan tanaman serai dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi Kelas Anak kelas Suku Marga Jenis : Magnoliophyta : Commelinidae : Cyperales : Poaceae : Cymbopogon : (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) Sinonim : Andropogon nardus L. (Cronquist, 1981)

5 b. Nama daerah Nama daerah dari tanaman serai sebagai berikut : Sumatra : sere mongthi (Aceh), sere (Gayo), sangge-sangge (Batak), serai-batawi (Minangkabau), sarae (Lampung). Jawa : sereh (Sunda), kedong witu (Sumba). Kalimantan : serai, belangkak, salai, segumau. Nusa Tenggara : segpalaha mpori, kendaung witu, nau sina, bumuke, tenian malai, rimanil. Sulawesi : tonti, limbuale, langilo, towombane, sare, sere. Maluku : tapis, pisa, hisa-hisa, isalo, bisa, bewuwu, gara ma husu (Anonim, 1980). c. Deskripsi Tanaman serai (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) merupakan tanaman tahunan yang termasuk suku poaceae dengan tinggi mencapai 2-3 m. Batang tidak berkayu, dapat juga disebut batang palsu karena terdiri dari gabungan atau kumpulan daun yang mempunyai pelepah yang tersusun sedemikian rupa seperti turunan batang pisang. Batang ini berada dalam tanah, daun bersifat tunggal, berwarna hijau atau hijau muda dan berpelepah yang memeluk batang. Helaian daun berbentuk garis atau pita, berujung runcing, bertepi panjang dengan panjang sampai 1 meter dan bila diremas berbau khas aromatik. Permukaan atas dan bawah daun didapati rambut-rambutan. Bunga majemuk berbentuk helai daun yang berdaun. Buah seperti padi bulat panjang dan pipih. Akar serabut berwarna putih kekuningan dan tumbuhan berakar tunggal (Haris, 1987).

6 d. Khasiat Daun tanaman serai berkhasiat sebagai peluruh angin (karminatif), pereda kejang (antispasmodik), penurun panas (antipiretik), dan penambah nafsu makan (stomakik) (Anonim, 1980). e. Kandungan kimia Daun dan akar tanaman serai mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol, disamping itu daunnya juga mengandung minyak atsiri. Serai mengandung senyawa berbentuk padat dan berbau khas. Minyak atsiri yang merupakan produksi serai terdiri dari berbagai senyawa (Purwanti, 2007). f. Sifat : Bau khas aromatik, rasa agak pedas aromatik (Anonim, 1980). 2. Metode Penyarian Ekstraksi adalah penarikan zat aktif yang diinginkan dari bahan mentah obat menggunakan pelarut yang dipilih sehingga zat yang diinginkan akan larut. Pemilihan sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan jumlah yang maksimal dari zat aktif dan seminimal mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan (Ansel, 1989). Ada beberapa metode dasar ekstraksi yang dipakai untuk penyarian yaitu : a. Maserasi Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dan banyak digunakan untuk mencari bahan obat yang berupa serbuk simplisia yang halus. Simplisia ini direndam dalam penyari sampai meresap dan melemahkan susunan sel sehingga zat-zat akan larut. Serbuk simplisia yang akan disari, diuapkan pada wadah bejana yang bermulut besar, ditutup rapat kemudian dikocok berulang-

7 ulang, sehingga memungkinkan pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia (Ansel, 1989). Lamanya waktu maserasi berbeda-beda tergantung pada sifat atau ciri campuran serbuk dan pelarut. Lamanya harus cukup supaya dapat memasuki semua rongga struktur serbuk dan melarutkan semua zat yang mudah larut. Lamanya maserasi bisa memerlukan waktu beberapa jam atau beberapa hari untuk ekstrak yang optimum. Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15 C-20 C dalam waktu selama 3 hari sampai bahan-bahan yang larut, melarut (Ansel, 1989) b. Perkolasi Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin per yang artinya melalui dan colare yang artinya merembes, secara umum dapat dinyatakan sebagai proses dimana serbuk simplisia yang sudah halus diekstraksi dalam pelarut yang cocok dengan cara melewatkan perlahan-lahan melalui serbuk simplisia dalam suatu kolom. Serbuk simplisia dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus disebut perkolator (Ansel, 1989) c. Sokhletasi Bahan yang akan disari berada dalam sebuah kantong ekstraksi (kertas, karton) di dalam alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu. Wadah gelas yang mengandung kantong diletakkan di antara labu suling dan suatu pendingin alir balik dan dihubungkan melalui pipet. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang menguap dan jika diberi pemanasan akan menguap mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui pipa pipet, pelarut itu berkondensasi di dalamnya, menetes ke bahan yang disari larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah mencapai

8 tinggi maksimum secara otomatis ditarik ke dalam labu dengan demikian zat yang tersari tertimbun di dalam labu tersebut (Voight, 1995). 3. Staphylococcus aureus Klasifikasi dari Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut: Divisio Kelas Ordo Famili Genus : Schizomycota : Schizomycetes : Eubacteriales : Micrococcaceae : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus aureus (Salle, 1961) Staphylococcus aureus adalah salah satu contoh dari bakteri Gram positif, tumbuh dalam kelompok menyerupai buah anggur (Gibson, 1996). Bakteri ini berdiameter 1 µm yang tersusun dalam rangkaian tak beraturan. Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa manusia (Jawetz, et al., 2005). Bakteri ini tumbuh paling cepat pada suhu 37º C, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu 20º C-25º C. S. aureus bersifat koagulase positif, yang membedakan dari tiga spesies lain genus stafilokokus patogen pada manusia. Bakteri ini menghasilkan katalase, menfermentasi karbohidrat, menghasilkan asam laktat dan tidak menghasilkan gas (Jawetz et al., 2005). Infeksi lokal stafilokokus tampak sebagai jerawat, infeksi folikel rambut, atau abses. Infeksi Staphylococcus aureus juga dapat disebabkan karena kontaminasi langsung pada luka seperti infeksi luka pascabedah, atau infeksi

9 setelah trauma. Jika Staphylococcus aureus menyebar dan terjadi bakteremia, dapat terjadi endokarditis, osteomielitis akut hematogen, meningitis, atau infeksi paru-paru (Jawetz et al., 2005). 4. Escherichia coli Klasifikasi dari Escherichia coli sebagai berikut : Kingdom Divisio Sub divisi Classis Ordo Famili Genus : Prokaryotae : Protophyta : Schizomycetea : Schizomycetes : Eubacterials : Enterobacteriaceae : Escherichia Spesies : Escherichia coli (Salle, 1961) Escherichia coli adalah bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek, berderet seperti rantai. Escherichia coli dapat menfermentasi glukosa dan laktosa membentuk asam dan gas. Escherichia coli dapat tumbuh baik pada media Mc. Conkey dan dapat memecah laktosa dengan cepat, juga dapat tumbuh pada media agar darah. Escherichia coli dapat merombak karbohidrat dan asam-asam lemak menjadi asam dan gas serta dapat menghasilkan gas karbondioksida dan heterogen (Pelczar dan Chan, 1988). Escherichia coli merupakan kuman oportunis yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak-anak dan

10 travelers diarrhea, seperti juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain di luar usus (Karsinah et al., 1994). Banyak jalur Escherichia coli di dalam usus menghasilkan kolkisin yang dapat melindungi saluran pencernaan dari bakteri-bakteri usus yang patogenik (Pelczar and Chan, 1988). Dalam keadaan dimana terjadi perubahan pada bagian tubuh yang lain bisa menimbulkan penyakit pada tiap jaringan tubuh manusia (Karsinah et al., 1994). 5. Antibakteri Antibakteri merupakan obat atau senyawa kimia pembasmi bakteri, khususnya bakteri yang merugikan pada manusia, dalam konsentrasi kecil mampu menghambat bahkan membunuh (Setiabudy, 2007). Umumnya antibakteri hanya efektif terhadap beberapa bakteri patogen. Antibakteri yang hanya menghentikan pertumbuhan disebut bakteriostatik, sedangkan yang dapat membunuh disebut bakterisidal. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba disebut Kadar Hambat Minimal (KHM). Sedangkan kadar minimal yang diperlukan untuk membunuh mikroba disebut Kadar Bunuh Minimal (KBM) (Batubara, 2008). Antimikroba yang ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Mempunyai kemampuan menghambat atau mematikan pertumbuhan mikroorganisme yang luas. b. Tidak menimbulkan resisten dari mikroorganisme patogen. c. Tidak menimbulkan efek samping yang buruk pada tubuh, seperti reaksi alergi, kerusakan saraf, dan iritasi lambung. d. Tidak mengganggu keseimbangan flora normal tubuh (Jawetz et al., 2005).

11 6. Uji Aktivitas Antibakteri Pengujian aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu a. Agar difusi Media yang dipakai adalah agar Mueller Hinton. Pada metode difusi ini ada beberapa cara, yaitu: 1) Cara Kirby Bauer Suspensi bakteri yang telah ditambah akuades hingga konsentrasi 10 8 CFU per ml dioleskan pada media agar hingga rata, kemudian kertas samir (disk) diletakkan di atasnya. Hasilnya dibaca: a) Radical zone yaitu suatu daerah di sekitar disk dimana sama sekali tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri. Potensi antibakteri diukur dengan mengukur diameter dari zona radikal. b) Irradical zone yaitu suatu daerah di sekitar disk dimana pertumbuhan bakteri dihambat oleh antibakteri, tetapi tidak dimatikan (Lorian, 1980). 2) Cara Sumuran Pada agar yang telah dicampur dengan suspensi mikroba dibuat sumuran dengan diameter tertentu dan ke dalam sumuran diberi larutan uji, diinkubasi pada 37 0 C selama 18-24 jam, dan hasilnya dibaca seperti cara Kirby Bauer (Lorian, 1980). 3) Cara Pour Plate Suspensi bakteri yang telah ditambahkan dengan akuades, dituang pada media agar Mueller Hinton diambil memadat, disk diletakkan di atas media. Hasilnya dibaca sesuai standar masing-masing antibakteri (Lorian, 1980).

12 b. Dilusi Cair/Dilusi Padat Metode dilusi cair adalah metode untuk menentukan konsentrasi minimal dari suatu antibakteri yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme. Pada prinsipnya antibakteri diencerkan sampai diperoleh beberapa konsentrasi. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi kuman dalam media. Sedangkan pada dilusi padat tiap konsentrasi obat dicampur dengan media agar, kemudian ditanami bakteri. Konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan dengan tidak adanya kekeruhan disebut Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC) (Anonim, 1994). 7. Resistensi Bakteri Resisten adalah kemampuan suatu bakteri untuk tidak terbunuh atau terhambat pertumbuhannya oleh suatu antibakteri (Batubara, 2008). Resisten ada tiga jenis, yaitu : a. Resistensi bawaan (primer), yaitu resisten yang secara alamiah sudah terdapat pada bakteri. b. Resisten yang diperoleh (sekunder), yaitu akibat kontak dari kuman dengan kemoterapeutik dan biasanya disebabkan oleh pembentukan jenis baru dengan ciri berlainan. c. Resisten episomal, yaitu resistensi (faktor R). Faktor R disebut sebagai episom atau plasmid yang dapat dimasuki oleh bakteri lain dengan penggabungan sel lain (Tjay dan Rahardja, 2007).

13 Secara garis besar bakteri dapat menjadi resisten terhadap suatu antimikroba melalui tiga mekanisme : a) Obat tidak dapat mencapai tempat kerjanya di dalam sel mikroba. b) Inaktivasi obat, yaitu mikroba mampu membuat enzim yang merusak antimikroba. c) Mikroba mengubah tempat ikatan antimikroba (Setiabudy, 2007). 8. Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa bercak atau pita (awal). Setelah pelat ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembang), selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan atau dideteksi (Stahl, 1985). a. Fase diam Fase diam dalam KLT merupakan suatu lapisan dibuat dari bahan berbulir halus yang ditempatkan pada suatu lempengan. Sifat yang penting dari fase diam adalah besar partikel dan homogenitas. Besar partikel yang umum digunakan adalah 1-25 µl. Partikel yang butirannya kasar tidak akan memberikan hasil yang memuaskan (Sastrohamidjojo, 2002). Fase diam yang umum digunakan adalah silika gel GF 254, aluminium oksida, kieselgur, selulosa, dan poliamida. Silika gel GF 254 merupakan fase diam yang paling sering digunakan (Stahl, 1985). Silika gel yang digunakan

14 kebanyakan diberi pengikat yang dimaksudkan untuk memberikan kekuatan pada lapisan dan menambah adesi pada gelas penyokong. Pengikat yang digunakan kebanyakan kalsium sulfat. Biasanya dalam perdagangan, silika gel telah diberi pengikat sehingga tidak perlu mencampur sendiri (Sastrohamidjojo, 2002). b. Fase gerak Pemilihan fase gerak sebaiknya menggunakan campuran pelarut organik yang mempunyai polaritas serendah mungkin. Salah satu alasannya adalah untuk mengurangi serapan setiap komponen dari campuran pelarut. Jika komponen mempunyai sifat polar tinggi (terutama air) dalam campuran akan merubah sistem menjadi sistem partisi. Campuran yang baik akan memberikan fase gerak yang mempunyai kekuatan bergerak sedang, tetapi sebaiknya dicegah sejauh mungkin mencampur lebih dua komponen, terutama karena campuran yang lebih kompleks cepat mengalami perubahan fase terhadap perubahan suhu (Sastrohamidjojo, 2002). c. Parameter Parameter pada kromatografi lapis tipis adalah faktor retensi (Rf), merupakan perbandingan jarak yang ditempuh solut dengan jarak yang ditempuh fase gerak. Adapun rumusnya sebagai berikut : Jarak pusat dari titik awal (cm) Rf (1) Jarak yang ditempuh fase gerak Angka Rf berjarak antara 0,00 sampai 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal. hrf adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai yang berjangka 0 sampai 100 (Stahl, 1985). Harga Rf dipengaruhi struktur kimia senyawa dari senyawa yang dipisahkan, sifat dari penyerap dan derajat

15 aktivitasnya, tebal dan kerataan dari lapisan penyerap, pelarut (derajat kemurniannya) fase bergerak, teknik percobaan, jumlah cuplikan yang ditotolkan, suhu yang dapat mempengaruhi perubahan komposisi pelarut, dan keseimbangan dalam bejana (Sastrohamidjojo, 2002). d. Pereaksi Kimia Beberapa pereaksi kimia yang dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan kimia yang terdapat dalam fraksi aktif, antara lain: 1) Pereaksi sitroborat, untuk mendeteksi senyawa flavonoid. Bercak berwarna kuning setelah pemanasan dibaca pada UV 366. 2) Pereaksi FeCl 3, untuk mendeteksi senyawa fenolik. Bercak berwarna hitam, abu-abu, hijau sampai biru setelah pemanasan. 3) Pereaksi Liebermann Burchard (LB), untuk mendeteksi saponin. Saponin steroid bercak berwarna biru atau hijau, untuk triterpenoid bercak berwarna merah, merah jambu, ungu, atau violet. 4) Pereaksi vanilin-asam sulfat, untuk mendeteksi minyak atsiri. Bercak berwarna biru, merah, atau coklat dilihat secara visual (Harborne, 1996). 9. Bioautografi Metode yang spesifik untuk mendeteksi bercak pada kromatogram hasil kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kertas yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri, antifungi, antibiotik, dan antiviral disebut bioautografi (Djide, 2003). Metode bioautografi merupakan metode alternatif untuk deteksi zat aktif karena cara kerja yang relatif mudah dan murah. Metode ini dapat digunakan

16 untuk mengetahui jumlah senyawa dan mengetahui aktivitas biologisnya, terutama aktivitas antibakteri, dan menganalisis antibiotik (Astuti, 2007). Bioautografi dibagi menjadi 2 metode, yaitu: a. Bioautografi langsung Bioautografi langsung dilakukan dengan cara menyemprotkan plate KLT dengan suspensi bakteri atau dengan menyentuh plate KLT pada permukaan media agar. Setelah inkubasi selama waktu tertentu maka letak zat aktif antimikrobia ditandai dengan adanya zona jernih pada media yang telah ditumbuhi bakteri. b. Bioautografi overlay Bioautografi overlay dilakukan dengan cara menuangkan media agar bakteri di atas permukaan plate KLT, setelah media padat kemudian diinkubasi. Penampakan zona hambatan dilakukan dengan penyemprotan menggunakan larutan tetrazolium klorida, maka letak zat aktif antimikroba ditandai dengan adanya zona jernih dengan latar belakang ungu (Rehalison, 1994). E. Keterangan Empiris Dari penelitian ini diharapkan didapat suatu data ilmiah mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol tanaman serai (Cymbopogon nardus(l.) Rendle) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli multiresisten antibiotik.

17