EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk) PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster

UJI EFEK ANTIDIARE FRAKSI LARUT AIR EKSTRAK ETANOL 50% DAUN SENDOK (Plantago mayor L.) TERHADAP MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI OLEUM RICINI

UJI EFEK ANTIDIARE INFUSA KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) TERHADAP MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI OLEUM RICINI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Setiap tahun, diperkirakan terdapat 2 miliar kasus diare di seluruh dunia. Pada tahun 2004, diare menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di

BAB I PENDAHULUAN. bijinya untuk asma, bronkitis, kusta, tuberkulosis, luka, sakit perut, diare, disentri,

UJI EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL 50% DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) TERHADAP MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI OLEUM RICINI SKRIPSI

Selain itu, pengobatan antidiare juga dapat menggunakan obat-obat kimia. Salah satu contohnya adalah loperamid. Loperamid HCL memiliki efek samping

disebabkan oleh bakteri misalnya bakteri Salmonella thypi, Shigella, Campylobacter dan jenis coli tertentu atau dapat juga disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarang semut ini tidak hanya terdapat di Papua, namun keragaman sarang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan tumbuhtumbuhan. Banyak sekali tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat telah digunakan secara

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK DAUN SEMBUNG (Blumea Balsamifera L.) TERHADAP MENCIT PUTIH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tempuyung (Sonchus arvensis L) adalah salah satu tanaman obat yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin meluas. Penggunaan obat tradisional mempunyai banyak keuntungan karena

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan penyakit yang umum dialami oleh masyarakat. Faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh (Sub Direktorat) Subdit Diare,

OBAT GASTROINTESTINAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. EFEK BUAH APEL (Pyrus malus Sylvestris Mill.) SEBAGAI ANTI DIARE PADA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN MINDI (Melia azedarach Linn) PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN ABSTRAK

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

diare di Indonesia sebanyak kasus rawat inap dan kasus rawat jalan. Kematian akibat diare di Indonesia pada tahun 2009 mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. akut atau gastroenteritis akut terjadi pada orang dewasa (Simadibrata &

Penelitian efek antidiare ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) dengan metode transit intestinal oleh Hardoyo (2005), membuktikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

PENDAHULUAN. akibat infeksi diantaranya adalah Rotavirus, E.coli, Salmonella, Campylobacter,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan penyebab yang banyak menimbulkan kesakitan

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

baik berkhasiat sebagai pengobatan maupun pemeliharaan kecantikan. Keuntungan dari penggunaan tanaman obat tradisional ini adalah murah dan mudah

Hasil Pengamatan Standarisasi Simplisia No Analisis Hasil Analisis Standarisasi 1 2 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra

JURNAL PERMATA INDONESIA Halaman Volume 8, Nomor 2, November 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Patah tulang (Euphorbia tirucalli L.) adalah salah satu jenis tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN. Disentri basiler yang berat pada umumnya disebabkan oleh Shigella

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB I PEMBUATAN SEDIAAN HERBAL

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

bubur Setengah bubur Setengah padat padat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil perhitungan frekuensi atau jumlah diare rata-rata terhadap. a. Kelompok I (kontrol normal) : 0 ± 0

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI EFFEKTIVITAS ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN BIDARA ( Ziziphus maurtiana Lam. ) PADA MENCIT JANTAN ( Mus musculus ) DENGAN INDUKSI OLEUM RICINI

xanthorrhiza Roxb atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah, 2005). Kandungan temulawak yang diduga bertanggung jawab dalam efek peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sawo yang disebut neesbery atau sapodilas adalah tanaman buah yang

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EFEK ANALGETIK EKSTRAK AIR TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) PADA MENCIT DENGAN METODE GELIAT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

I. PENDAHULUAN. alam. Sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah pantai terpanjang dan

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

Beluntas Ciri-Ciri Tanaman, Serta Khasiat dan Manfaatnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

badan berlebih (overweight dan obesitas) beserta komplikasinya. Selain itu, pengetahuan tentang pola makan juga harus mendapatkan perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster SKRIPSI Oleh : DIAN PANCA RINI K 100 040 001 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan sarana untuk tetap mempunyai kemampuan melakukan tugas fisiologi maupun psikologis secara penuh. Kebutuhan akan peningkatan taraf kesehatan ini menyebabkan orang berusaha memperbaiki kualitas kesehatannya. Usaha tersebut dilakukan dengan mencari pengobatan ketika sakit atau mempertahankan dan meningkat kualitas kesehatannya pada saat sehat (Ngastiyah, 1997). Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Diare pada umumnya terjadi akibat sanitasi lingkungan yang buruk. Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari tiga kali sehari disertai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja. Menurut lama waktu terjadinya, diare dibagi menjadi dua yaitu diare akut dan diare kronis. Diare akut timbul dengan tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari, sedangkan diare kronis berlangsung lebih dari tiga minggu. Sebagian besar diare akut akan sembuh dengan sendirinya tanpa perawatan khusus, namun apabila diare tidak segera sembuh dalam beberapa hari dan semakin bertambah parah maka diare ini harus diobati. Pengobatan bertujuan untuk mengeliminasi faktor penyebab diare (apabila diare disebabkan karena infeksi), mencegah dehidrasi dan menormalkan kerja usus (Cahya, 2007). Sebanyak 41 kabupaten dan kota yang tersebar di 16 provinsi di Indonesia melaporkan diare sepanjang tahun 2006 ke Departemen Kesehatan. Laporan ini 1

2 sangat dibutuhkan untuk menetapkan langkah pencegahan penyebaran diare secara nasional. Di Indonesia, tingkat kematian diare berdasarkan SKRT (Survey Kesehatan Rumah Tangga) tahun 2001 adalah 23 per 100.000 penduduk (semua umur) dan 75 per 100.000 penduduk (usia balita) (Anonim, 2007). Salah satu tanaman yang diperkirakan berkhasiat sebagai antidiare adalah tempuyung. Tempuyung mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan plifenol (minyak atsiri). Dalam penelitian ini dilakukan uji kualitatif untuk mengetahui ada atau tidaknya zat aktif dalam tempuyung yang dianggap memiliki efek antidiare. Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba melakukan penelitian efek antidiare dari ekstrak etanol daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) pada mencit jantan galur Swiss Webster dengan metode proteksi terhadap diare yang dipacu oleum ricini (Anonim, 1991). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka didapatkan permasalahan sebagai berikut : apakah ekstrak etanol daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) mempunyai efek antidiare terhadap mencit jantan galur Swiss Webster yang diinduksi dengan oleum ricini? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek antidiare ekstrak etanol daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) pada mencit jantan galur Swiss Webster yang diinduksi dengan oleum ricini.

3 D. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Diare Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya atau lebih dari 200 gram atau 2000 ml/24 jam. Frekuensi buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah (Marcellus dan Ari, 2004). Diare sebenarnya hanya proses fisiologi tubuh untuk mempertahankan diri dari serangan mikroorganisme (virus, bakteri, parasit, dan sebagainya) atau bahanbahan makanan yang dapat merusak usus agar tidak menyebabkan kerusakan mukosa saluran cerna (Sunoto, 1996). Diare terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang usus besar (Guyton, 1997). Diare ada dua yaitu diare akut dan diare kronik. Diare akut disebabkan oleh kuman, virus ataupun keracunan makanan. Bahaya utama dari diare akut adalah dehidrasi dan gangguan elektrolit tubuh. Diare kronik disebabkan oleh keadaan sekunder dari penyakit lain (iritasi kolon, hipertiroidisme, karsinoma lambung), setelah operasi saluran pencernaan, hormon atau cairan empedu yang berlebihan (Anwar, 2000). 2. Mekanisme Diare Diare dapat terjadi melalui beberapa mekanisme di bawah ini : a. Adanya peningkatan osmotik isi lumen usus, hal ini menyebabkan diare osmotik.

4 b. Adanya peningkatan sekresi cairan usus, hal ini menyebabkan terjadinya diare sekretorik. c. Malabsorbsi asam empedu dan malabsorbsi lemak akibat gangguan pembentukan micell empedu. d. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di eritrosit menyebabkan gangguan absorbsi Na + dan air. e. Motilitas dan waktu transit abdominal Terjadi motilitas yang lebih cepat dan tidak teratur sehingga isi usus tidak sempat diabsorbsi f. Gangguan permeabilitas usus Terjadi kelainan morfologi usus pada membran epitel spesifik sehingga permeabilitas mukosa usus halus dan usus besar terhadap air dan garam / elektrolit terganggu. g. Eksudasi cairan, elektrolit dan mukus berlebihan. Terjadi peradangan dan kerusakan mukosa usus (Abdoerahman dkk., 2002). 3. Etiologi Diare Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu: a. Faktor infeksi 1) Infeksi internal, yaitu infeksi saluran pencernaan, meliputi : Infeksi bakteri (Aeromonas hydrophili, Escherichia coli, Staphylococcus aereus), infeksi virus (Rotavirus, Adenovirus, Astrovirus), infeksi parasit (Cryptosporidium) (Sunoto, 1996).

5 2) Infeksi eksternal, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan. Misal penyakit pankreas : pankreatitis kronik, karsinoma pankreas, insufisiensi pankreas (defisiensi lipase) (Marcellus dan Ari, 2004). b. Faktor malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat : defisiensi disakarida (laktosa, sukrosa), bahan makanan yang tidak diabsorbsi. c. Faktor makanan Makanan basi, makanan beracun dan diare yang disebabkan oleh alergi makanan. d. Faktor psikologis Rasa takut dan cemas (Abdoerrahman dkk., 2002). 4. Oleum Ricini Oleum ricini (minyak jarak) merupakan trigliserida yang berkhasiat sebagai laksansia. Minyak jarak diperas dari biji pohon jarak (Ricinus communis) dan mengandung trigliserida dari asam risinoleat, suatu asam lemak tak jenuh (Tjay dan Raharja, 2002). Di usus halus, minyak ini mengalami hidrolisis dan menghasilkan asam risinoleat yang merangsang mukosa usus, sehingga mempercepat gerak peristaltiknya dan mengakibatkan pengeluaran isi usus dengan cepat. Dosis oleum ricini adalah 2 sampai 3 sendok makan (15-30 ml), diberikan sewaktu perut kosong. Efeknya timbul 1 sampai 6 jam setelah pemberian, berupa pengeluaran buang air besar berbentuk encer (Anwar, 2000).

6 5. Loperamid Loperamid merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi yang dua sampai tiga kali lebih kuat tetapi tanpa khasiat terhadap susunan syaraf pusat (SSP) (Tjay dan Raharja, 2002). Loperamid memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi sirkuler dan longitudinal usus. Loperamid mampu menormalkan keseimbangan resorbsi sekresi dari sel-sel mukosa yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam kondisi hipersekresi kepada keadaan resorbsi normal (Tjay dan Raharja, 2002). Loperamid HCl memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkulasi dan longitudinal usus (Sardjono, 2004). Loperamid hidroklorida merupakan nama generik dari salah satu obat antimotilitas yang sering digunakan untuk terapi diare. Terapi dengan menggunakan obat, disebut juga sebagai terapi farmakologi. Terapi farmakologi ini tidak serta merta menyembuhkan diare namun hanya akan meredakan diare. Obat antimotilitas bekerja dengan mengurangi gerakan peristaltik usus sehingga diharapkan akan memperpanjang waktu kontak dan penyerapan di usus. Obat antimotilitas digunakan apabila diare berlangsung terus menerus selama 48 jam. Pada pasien yang mengalami demam dan di dalam tinjanya terdapat darah, maka sangat mungkin sekali diare yang terjadi disebabkan karena adanya infeksi bakteri. Perlu diingat, bahwa diare sendiri merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan kontaminasi (termasuk bakteri) dari dalam tubuh. Pada kasus ini, antimotilitas tidak boleh digunakan karena hanya akan memperlama keberadaan bakteri di dalam tubuh (Cahya, 2007).

7 Kelompok obat yang sering digunakan pada diare adalah sebagai berikut : a. Kemoterapeutika untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare, seperti antibiotik, sulfonamid, kuinolon, dan prozolidan. b. Obstipansia untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara, yakni : 1) Zat-zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus. Candu dan alkaloidnya, derivatderivat petidin (difenoksilat dan loperamida) dan antikolinergika (atropin, ekstrak belladon). 2) Adstringen, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tanin dan tanalbumin), garam-garam bismut dan aluminium. 3) Adsorbens, misalnya karbo adsorben yang pada permukaannya dapat menyerap zat-zat beracun (toksik) yang dihasilkan oleh bakteri. c. Spasmolitika, yaitu obat-obat yang dapat mengurangi kejang-kejang otot yang sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare. Misalnya papaverin dan oksilasifenonium (Tjay dan Raharja, 2002). 6. Tanaman Daun Tempuyung a. Sinonim : 1) Nama daerah yaitu : Lalakina, galibag, lempung, jombang, rayana (Sunda), tempuyung (Jawa) 2) Nama asing yaitu : Niu she tou (Cina); laitron des champs (Perancis); sow thistie (India). (Sulaksana, 2004)

8 b. Sistematika Tanaman Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Divisio Sub Divisio Classis Sub Classis Ordo Familia Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Asteridae : Asterales : Asteraceae : Sonchus Spesies : Sonchus arvensis L. (Backer dan Van den Brink, 1968) c. Deskripsi Tanaman tempuyung adalah terna tahunan dan tingginya dapat mencapai 2 m. Daun tunggal, daun bagian bawah terpusat membentuk roset, bentuk lonjong atau lanset tepi berlekuk menjari atau berlekuk tak teratur, pangkal berbentuk panah atau jantung, ujung meruncing, panjang daun 6-48 cm dan lebar 10 cm. Bunga majemuk, berbentuk bonggol yang tergabung dalam malai, mahkota merah kecoklatan, bonggol bunga berukuran 2 cm batang berusuk dan bergetah putih, akar tunggang, kokoh (Winarto, 2004). d. Khasiat Tempuyung berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Banyak pengalaman yang menunjukkan khasiat dari tempuyung untuk menyembuhkan penyakit, seperti batu ginjal, asam urat, bisul, abses, kolesterol, diare, dan radang payudara (Sulaksana, 2004).

9 e. Ekologi dan penyebaran Tumbuh liar di Jawa, di daerah yang banyak hujan pada ketinggian 50 m sampai 1650 m di atas permukaan laut tumbuh di tempat terbuka, di tempat yang bertebing, di pematang, di pinggir saluran air yang baik tata airnya (Anonim, 1977). f. Kandungan kimia Tempuyung mengandung senyawa lipida (diacyl galactosylycerol, monoacylgalactosyl glycerol, dan diacyl digalactosyl glycerol), golongan flavonoid flavon (Apigenin-7-glicosid, luteolin-7 glycoside, luteolin-7-rutinnoside)silica, kalium, flavonoid dan inositol. Selain flavonoid juga mengandung senyawa kimia organik seperti alkaloid, saponin, antrakinon, tannin, dan polifenol (minyak atsiri). (Sudarsono dkk, 1996). 7. Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Anonim, 2000). Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Sebagai cairan penyari digunakan air, eter, campuran etanol dan air. Penyarian simplisia dengan air mendidih. Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan dengan cara perlokasi (Anonim, 1979). Pemilihan penyari yang baik mempunyai kriteria murah dan mudah diperoleh, stabil secara físika kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif dan tidak mempengaruhi zat berkhasiat (Anonim, 1986).

10 Pembuatan sedíaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat dalam simplisia dalam bentuk yang mempunyai kadar yang tinggi dan hal ini memudahkan zat berkhasiat dapat diatur dosisnya. Dalam sediaan ekstrak dapat distandarisasi kadar zat berkhasiat dalam simplisia sukar didapat yang sama (Anief, 2000). Metode penyarian dengan Soxhlet merupakan cara yang sering dipakai dalam laboratorium penelitian untuk mengekstraksi tumbuhan. Soxhlet membutuhkan pelarut dalam jumlah sedikit dan karena penyarian terjadi berulang, maka zat tersari di dalam pelarut lebih banyak (Voigt, 1984). Bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam suatu kantong ekstraksi di dalam alat ekstraksi dari gelas yang bekerja secara kontinyu. Wadah gelas yang mengandung kantong ekstraksi tadi diletakkan di antara labu penyulingan dan suatu pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan labu melalui pipa pipet. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang menguap dan mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui pipa pipet, berkondensasi di dalamnya, dan membawa bahan keluar yang diekstraksi. Larutan berkumpul di wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimal, secara otomatis ditarik ke dalam labu. Dengan demikian, zat yang terekstraksi tertimbun melalui penguapan kontinyu dari bahan pelarut murni (Voigt, 1984). E. Keterangan Empiris Dari penelitian ini diharapkan didapatkan suatu data ilmiah tentang pengaruh ekstrak etanol daun tempuyung terhadap waktu pertama kali terjadi diare, frekuensi buang air besar yang encer, jangka waktu berlangsungnya diare, frekuensi buang air besar yang normal pada mencit jantan galur Swiss Webster yang diinduksi oleum ricini.