BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu ibadah yang paling penting. Dalam Al-Qur an kerap kali

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA SERANG,

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang menjadi salah satu fondasi penting dalam

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

2014, No.38 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pela

NOMOR 23 TAHUN Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 29, dan Pasal 34 ayat (1) Tahun 1945;

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA UNIT PENGUMPUL ZAKAT. BAB I KETENTUAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (ZIS)

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. disebut didalam Al-Quran, salah satunya pada surah Al-Baqarah ayat 43 : yang rukuk. (QS. Al-Baqarah Ayat 43)

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

No (BAZNAS) yang secara kelembagaan mempunyai kewenangan untuk melakukan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat secara nasional

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. dukungan penuh agama untuk membantu orang-orang miskin yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BAB IV PENYAJIAN DATA. yang lebih baik dan akurat, serta sarat akan pengetahuan dan fakta-fakta yang

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

BAB I PENDAHULUAN. pengabdian badan, seperti shalat, puasa atau juga melalui bentuk pengabdian berupa

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB I PENDAHULUAN. untuk kesejahteraan masyarakat, selain itu juga dapat berupa shodaqoh

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN BUOL

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ZAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi saat ini berkembang pesat begitu juga dengan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan.menjaga keserasian dan keseimbangan aspek jasmaniah dan rohaniah,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN. negara membuat peraturan yang dicantumkan dalam undang-undang. Hal

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

2016, No menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasiona

MANAJEMEN DANA ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memegang peran penting dan strategis dalam kaitannya penyediaan modal.

BAB I PENDAHULUAN. membayar zakat pulalah baru diakui komitmen ke-islaman seseorang. Hal ini

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang lima, keberadaan zakat disejajarkan dengan ibadah-ibadah yang

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Potensi Zakat Nasional: Peluang dan Tantangan Pengelolaan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB I PENDAHULUAN. salah satu ibadah wajib. Selain zakat fitrah yang menjadi kewajiban setiap

P E R A T U R A N D A E R A H

BAB V PENUTUP. akhirnya pada bab ini penulis dapat suatu kesimpulan. Adapun benang merah. 1. Pendapat Ulma Tentang Zakat Atas Tambak Garam.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima dan merupakan suatu ibadah yang paling penting. Dalam Al-Qur an kerap kali disebutkan zakat beriringan dengan ṣhalat. Ada 82 ayat yang menyandingkan kata zakat dengan kata ṣhalat 1, hal ini jelas menunjukan bahwa zakat dan shalat mempunyai hubungan yang erat sekali dalam hal keutamaannya, shalat dipandang seutama-utama ibadah badaniyah dan zakat dipandang seutama utama ibadah māliyah. 2 Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, Dan orang-orang yang menunaikan zakat. 3 Zakat juga merupakan ibadah māliyah yang memiliki posisi sangat penting, strategis dan menentukan, baik dilihat dan dicermati berdasarkan ajaran hukum Islam maupun ditinjau dari sisi pembangunan dan kesejahteraan umat. Hal ini telah dibuktikan oleh sejarah perkembangan Islam, di mana pada waktu itu zakat merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara dan 1 Muhammad Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, diterjemahkan oleh Ahmad Shiddiq Thabrani, Abdul Amin, Moh Abidun, Jakarta Pusat : Pena Pundi Aksara, 2009, h. 597. 2 QS. Al-Mu minun [23]:1-4. 3 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur an Terjemah, h. 526 1

2 berperan penting dalam sarana syiar agama Islam, pengembangan dunia pendidikan, dan kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan, pembangunan infrastruktur, dan penyediaan layanan kesejahteraan sosial, seperti santunan fakir miskin serta layanan sosial lainnya. Dalam hal zakat Indonesia dengan mayoritas penduduknya yang beragama Islam, adalah negara yang memiliki potensi zakat sangat besar. Potensi ini merupakan sumber pendanaan yang dapat dijadikan kekuatan pemberdayaan ekonomi, pemerataan pendapatan dan bahkan akan dapat meningkatan perekonomian bangsa. Potensi ini sebelumnya hanya dikelola oleh individu-individu, secara tradisional dan bersifat konsumtif, sehingga pemanfaatannya kurang optimal. Berbicara tentang zakat, pada dasarnya memang tidak pernah lepas dengan yang namanya panitia amil zakat masjid dan musola. Setiap tahunnya pada saat bulan Ramadhan tiba, marak bermunculan panitia amil zakat pada masjid dan musola yang melakukan penerimaan, pengumpulan, dan pendistribusian harta zakat. Hal itu juga penulis jumpai berdasarkan observasi awal di kawasan pinggiran kota Palangka Raya dan tempat tinggal penulis, yaitu komplek Pasar Kahayan Jl. Cilik Riwut KM. 1,5 Palangka Raya. sebagian besar dari pengelolaan zakat yang ada pada masjid dan musola tersebut tidak memiliki izin dari pihak yang berwenang. Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999, jo UU. RI Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, pelaksanaan pengelolaan

3 zakat di Indonesia dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat yaitu Badan Amil Zakat yang dibentuk Pemerintah di tingkat Nasional, propinsi, kabupaten/kota dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk dan dikelola oleh masyarakat. Namun yang menjadi permasalahan adalah dari sekian banyak swadaya masyarakat yang ada, seperti halnya lembaga masjid dan musola yang mengurus zakat lebih menarik minat masyarakat untuk mengeluarkan zakat. Apabila di masjid dan musola dibentuk panitia amil zakat tanpa izin dari pihak yang berwenang sebenarnya bertentangan PP. RI. Nomor 14 Tahun 2014 pada Pasal 46 Tentang Pelaksanaan UU. RI Nomor 23 Tahun 2011: menyebutkan : Peraturan Pemerintah RI. Nomor 14 Tahun 2014 pada Pasal 46 (1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota dapat membentuk UPZ. (2) UPZ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas membantu pengumpulan zakat. (3) Hasil pengumpulan zakat oleh UPZ sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib disetorkan ke BAZNAS, BAZNAS provinsi, atau BAZNAS kabupaten/kota. (4) Ketentuan mengenai pembentukan dan tata kerja UPZ diatur dengan Peraturan Ketua BAZNAS. 4 UU. RI Nomor 23 Tahun 2011pada Pasal 16 (1) BAZNAS, BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota dapat membentuk UPZ pada instansi pemerintah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, perusahaan swasta, dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan atau nama lainnya, dan tempat lainnya. 5 4 http://sumbar.kemenag.go.id/file/file/peraturan/zsdo1415604596.pdf, diunduh Sabtu 10-01-2015, 19:30 WIB. 5 Surya Sukti, Hukum Zakat dan Wakaf di Indonesia, Yogyakarta : Kanwa Publisher, 2013, h. 140.

4 Pada Pasal 55 Peraturan Pemerintah RI. Nomor 14 Tahun 2014 juga menjelaskan tentang lingkup kewenangan BAZ kabupaten/kota melakukan pengumpulan zakat melalui UPZ dan/atau secara langsung, yang berbunyi : (1)BAZNAS kabupaten/kota berwenang melakukan pengumpulan zakat melalui UPZ dan/atau secara langsung. (2) Pengumpulan zakat melalui UPZ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara membentuk UPZ pada: a. kantor satuan kerja pemerintah daerah/lembaga daerah kabupaten/kota; b. kantor instansi vertikal tingkat kabupaten/kota; c. badan usaha milik daerah kabupaten/kota; d. perusahaan swasta skala kabupaten/kota; e. masjid, musola, langgar, surau atau nama lainnya; f. sekolah/madrasah dan lembaga pendidikan lain; g. kecamatan atau nama lainnya; dan h. desa/kelurahan atau nama lainnya. 6 Tindakan melakukan pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin dari pihak yang berwenang merupakan salah satu pelanggaran yang bisa terjerat tindak pidana. Sebagimana hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 pada Pasal 38 dan pada Pasal 41 yang berbunyi : UU. RI Nomor 23 Tahun 2011 pada Pasal 38 Setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat melakukan pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat yang berwenang 7 UU. RI Nomor 23 Tahun 2011 pada Pasal 41 Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 38 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). 8 6 http://sumbar.kemenag.go.id/file/file/peraturan/zsdo1415604596.pdf, diunduh Sabtu 10-01-2015, 19:33 WIB. 7 Surya Sukti, Hukum Zakat dan Wakaf, h. 147. 8 Ibid., h. 148.

5 Namun fakta yang terjadi di lapangan tidaklah dapat kita pungkiri dari segala praktik kegiatan pengelolaan zakat tanpa izin, sebagaimana yang terjadi di masjid-masjid dan musola. Selama hal ini tidak ada tindak lanjut dari pemerintah dan Badan Amil Zakat, maka tidak menutup kemungkinan bagi semua pengelola dan amil zakat yang dilakukan oleh panitia maupun Ta mir masjid dan musola dapat terancam tindak pidana berdasarkan pasal 38 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Bertolak dari permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi permasalahan tersebut dan mengangkatnya dalam sebuah judul UPAYA PENGURUS BAZNAS KOTA PALANGKA RAYA DALAM MENATA PANITIA AMIL ZAKAT MASJID DAN MUSOLA DI KECAMATAN PAHANDUT DAN KECAMATAN JEKAN RAYA. B. Rumusan Masalah 1. Apa saja upaya dan langkah-langkah BAZNAS kota Palangka Raya dalam melaksanakan Undang-Undang RI. Nomor 23 Tahun 2011 pasal 16 Tentang pembentukan UPZ? 2. Bagaimana panitia amil zakat masjid dan musola kota Palangka Raya mensikapi pengelolaan zakat berdasarkan Undang-Undang RI. Nomor 23 Tahun 2011 pasal 16 Tentang pembentukan UPZ? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan tentang :

6 1. Upaya dan langkah-langkah BAZNAS kota Palangka Raya dalam merealisasikan dan melaksanakan UU. RI. Nomor 23 Tahun 2011pasal 16 Tentang pembentukan UPZ (Unit Pengumpul Zakat). 2. Sikap panitia amil zakat masjid dan musola kota Palangka Raya berdasarkan UU. RI. Nomor 23 Tahun 2011pasal 16 Tentang pembentukan UPZ. D. Manfaat penelitian Kegunaan dari penelitian ini antara lain : 1. Secara teoritis manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu, untuk memperkaya keilmuan akademik di lingkungan Institut Agama Islam (IAIN) Palangka Raya, dan wabil khusus untuk jurusan Syari ah. sebagai salah satu kontribusi keilmuan bagi mahasiswa serta masyarakat sekitarnya. Hal ini juga menjadi sebuah pertimbangan dalam rangka mengoptimalkan fungsi masjid pada umumnya dan dalam rangka meningkatkan kinerja bagi Ta mir masjid untuk pengelolaan zakat pada khususnya. 2. Secara praktis penelitian ini merupakan salah satu pedoman bagi masyarakat maupun lembaga pemerintahan yang berkecimpung dalam pengelolaan harta zakat. Khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan zakat oleh panitia amil zakat masjid dan musola. E. Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab atau bagian yaitu, sebagai berikut :

7 BAB I : Pendahuluan, bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan kegunaan penelitian. BAB II: Telaah Pustaka, bab ini menjelaskan teori-teori serta telaah pustaka yang berhubungan dengan permasalahan. BAB III: Metode Penelitian, pada bab metode penelitian akan dibahas Mengenai waktu dan tempat penelitian, pendekatan penelitian, objek dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan pengabsahan data serta teknik analisis data. BAB IV: Penyajian Data, pada bab ini akan dipaparkan gambaran umum lokasi dan deskripsi hasil penelitian. BAB V : Pembahasan, pada bab ini akan dibahas terkait permasalahan yang penulis teliti berdasarkan penyajian data. BAB VI: Penutup, dalam bagian penutup akan disajikan kesimpulan serta saran untuk penelitian lebih lanjut.