PENENTUAN CEMARAN MIKROBA PADA JAMU PELANGSING YANG BEREDAR DI PASAR TARANDAM PADANG ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
Pemeriksaan Mutu Jamu Obat Mencret yang Beredar di Apotik Kota Padang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

PENGAMBILAN SAMPEL MAKANAN UNTUK PARAMETER MIKROBIOLOGI, PENGIRIMAN, PEMERIKSAAN DAN INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN SAKRIANI

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan kesehatan. Gaya hidup yang kembali ke alam (Back to nature)

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara semi terstruktur (semi-structured interview) disertai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

UJI MUTU MIKROBIOLOGIS PADA MADU KEMASAN YANG BEREDAR DI KECAMATAN CAKRANEGARA. Rohmi, Haerul Anam, Mohamad Rovan Andrianto 1

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 Maret 2014

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

Teknik Isolasi Bakteri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

METODE Lokasi dan Waktu Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

DETEKSI CEMARAN BAKTERI PADA JAMU TRADISIONAL YANG DIJAJAKAN DI KELURAHAN BANTA-BANTAENG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler. Penelitian ini di lakukan pada Agustus 2011.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik yang dilakukan secara in vitro.

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Pembinaan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Mei 2011 di Laboratorium Mikrobiologi dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota

BAB III METODE PENELITIAN. dan dilanjutkan dengan identifikasi jenis bakteri Escherichia coli, Salmonella sp,

III. METODE PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

BAB III MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler

III. MATERI DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013.

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAB III METODE PENELITIAN. metode observasi dan wawancara semi terstruktur (semi-structured interview).

III. METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERIA MEDIKA HERBAL

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

LAPORAN HASIL PENELITIAN PENENTUAN POTENSI JAMU ANTI TYPHOSA SERBUK HERBAL CAP BUNGA SIANTAN

Teknik Isolasi Bakteri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic

BAB III METODE PENELITIAN. C), 6 gerobak pangsit (gerobak pangsit D, E, F, G,H dan I). Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan di Kabupaten

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mikrobiologi, dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2016.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. energi untuk kepentingan berbagai kegiatan dalam kehidupan. Bahan makanan terdiri

BAB III. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini termasuk ke dalam metoda penelitian eksperimental dimana

Molekul, Vol. 10. No. 1. Mei, 2015: 27-32

BAB III MATERI DAN METODE. Penilitian dilaksanakan selama bulan Mei sampai Juli 2017 di Laboratorium

PENGERTIAN ISOLASI MIKROORGANISME

UJI CEMARAN MIKROBA PADA SERBUK SIMPLISIA OBAT TRADISIONAL TUGAS AKHIR OLEH: SELVI RAMADANI NIM

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah penelitian

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2013 di Laboratorium

Analisis Mikrobiologi Stik Kentang Goreng di Cafe Lesehan Talise Palu

HYGIENE SANITASI DAN KANDUNGAN MIKROBA PADA KECAP MANIS YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012

UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAB III METODE PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Agustus 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

Transkripsi:

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 2, 2013 PENENTUAN CEMARAN MIKROBA PADA JAMU PELANGSING YANG BEREDAR DI PASAR TARANDAM PADANG Rina Wahyuni 2), Vonda Perdana Lase 2) dan HarrizulRivai 1) 1) Fakultas Farmasi UniversitasAndalas Padang, 2) Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang ABSTRACT Research about microbial countamination on slimming herbals powders, pills, capsules and caplets circulating in Tarandam market, Padang, has been evaluated. Powders had total plate count 0 x 10 6 CFU/g for PP (standard quality of powder was 1 x 10 6 CFU/g for total plate count). Pills had total plate count 0.5 x 10 5 CFU/g for MR (standard quality of pill was 1 x 10 5 CFU/g for total plate count). Capsules had total plate count 1.1 x 10 5 CFU/g for LM and 1.6 x 10 5 CFU/g for SA (standard quality of capsule was 1 x 10 4 CFU/g for total plate count) and Caples had total plate count 0.2 x 10 5 CFU/g for SC (standard quality of caplet was 1 x 10 4 CFU/g for total plate count). The total plate count calculation showed that only powders and pills were observed the BPOM standard quality of herbal drugs.the fungal count from all of samples were not observed the standard quality of herbal drugs. Powders had total fungal count 9 x 10 4 CFU/g for PP (standard quality of powder was 1 x 10 4 CFU/g for total fungal count). Pills had total fungal count 3.1 x 10 4 CFU/g for MR (standard quality of pill was 1 x 10 3 CFU/g for total fungal count). Capsules had total fungal count 2,3 x 10 4 CFU/g for LM and 2.6 x 10 4 CFU/g for SA (standard quality of capsule was 1 x 10 3 CFU/g for total fungal count) and caplets had total fungal count 2.1 x 10 4 CFU/g for SC (standard quality of caplet was 1 x 10 3 CFU/g for total fungal count). Keywords : Slimming herbals powders, total plate count, fungal count ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang cemaran mikroba terhadap jamu pelangsing serbuk (PP), pil (MR), kapsul (LM dan SA) dan kaplet (SC) yang beredar di pasar Tarandam Padang. Perhitungan Angka Lempeng Total (ALT) memberikan hasil bahwa sediaan jamu SA menghasilkan ALT sebesar1,6 x 10 5 CFU/g sedangkan untuk sediaan LM sebesar1,1 x 10 5 CFU/g (syarat mutu obat tradisional BPOM kapsul : 1 x 10 4 ) dan SC ALT nya sebesar 0,2 x 10 5 CFU/g (syarat mutu obat tradisional BPOM kapsul : 1 x 10 4 ). Berdasarkan perhitungan ALT hanya sediaan PP dan MR (0,5 x 10 5 CFU/g) yang memenuhi syarat mutu obat tradisional menurut BPOM. Pengujian Angka Kapang dan Khamir tidak ada satu pun sampel yang memenuhi syarat mutu obat tradisional yang telah ditetapkan oleh BPOM. Hasil yang didapat untuk sediaan serbuk (PP) adalah 9 x 10 4 CFU/g (syarat mutu obat tradisional BPOM serbuk : 1 x 10 4 ), pil (MR) adalah 3,1 x 10 4 CFU/g (syarat mutu obat tradisional BPOM : 1 x 10 3 ), kapsul (LM dan SA) 2,3 x 10 4 CFU/g dan 2,6 x 10 4 CFU/g berturut-turut (syarat mutu obat tradisional BPOM : 1 x 10 3 ) dan untuk sediaan kaplet (SC) adalah 2,1 x 10 4 CFU/g (syarat mutu obat tradisional BPOM : 1 x 10 3 ) Kata kunci : Jamu Pelangsing, Angka Lempeng Total (ALT), Angka Kapang Khamir (AKK) PENDAHULUAN Sejak zaman dahulu penggunaan jamu mempunyai peranan penting dalam system pengobatan sehari-hari. Jauh sebelum dikenalnya dokter dan obatobatan modern, manfaat jamu telah dirasakan.bahkan sampai saat ini jamu tidak hanya dipergunakan oleh mereka yang belum tersentuh oleh obat-obatan modern, tetapi telah dijadikan sebagai obat alternative oleh mereka yang 144

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 2, 2013 menggunakan obat modern (Rustian, 1996). Pada akhir-akhir ini produk obat tradisional semakin meningkat. Obat ramuan tradisional yang sering disebut jamu merupakan salah satu unsure budaya bangsa. Obat tradisional tidak hanya dikonsumsi masyarakat di dalam negeri, tetapi juga konsumen luar negeri (Siswanto, 2004). Pemanfaatan obat tradisional umumnya lebih diutamakan sebagai preventif untuk menjaga kesehatan. Namun demikian ada juga yang dimanfaatkan sebagai pengobatan suatu penyakit. Dengan semakin berkembangnya obat tradisional, dan ditambahnya himbauan kepada masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature) telah meningkatkan popularitas obat tradisional (Pratiwi, 2005). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahanbahan tersebut yang secara tradisional digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004). Salah satu persyaratan obat tradisonal yang baik adalah harus bebas dari cemaran mikroba yaitu angka kapang dan khamir. Kapang dan khamir akan berkembang biak bila tempat tumbuhnya cocok untuk pertumbuhan. Di samping itu kapang tertentu ada yang menghasilkan zat racun (toksin) seperti jamur Aspergilusflavus yang dapat menghasilkan aflatoksin. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi obat tradisional, khususnya jamu pelangsing dan mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh tercemarnya jamu tersebut oleh mikroba serta mengacu kepada keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor: 661/MENKES/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat Tradisional yang menyatakan bahwa untuk melindungi masyarakat terhadap hal-hal yang dapat mengganggu dan merugikan kesehatan perlu dicegah beredarnya obat tradisional yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, kemanfaatan dan mutu. Maka pada penelitian ini dilakukan penentuan cemaran mikroba pada jamu pelangsing yang beredar di Pasar Tarandam Padang. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui jumlah cemaran mikrobiologis pada jamu pelangsing yang beredar di pasar Tarandam Padang. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah Autoklaf, aluminium foil, cawan petri, erlenmeyer, lampuspiritus, gelasukur, inkubator, pipet ukur, kapas, tabung reaksi, rak tabung reaksi, timbangan analitik, kain kasa, kaca arloji, lumpang, stamfer, kaca objek, objek glass, mikroskop trinokuler, coloni counter (Stuart Scientific). Bahan-bahannya adalah Jamu pelangsing dalam bentuk sediaan yang berbeda-beda, Plate Count Agar (PCA), Nutrien Broth (NB), Potato Dextrose Agar (PDA), Aqua Destilata dan Chloral hydras. Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan berupa jamu pelangsing yang diperoleh dari tiap Apotek dan toko obat di pasar Tarandam Padang dan diperoleh 5 sampel jamu pelangsing yang berbeda. Semua sampel dicatat nama, bentuk sediaan, nama pabrik, komposisi, nomor batch, tanggal kadaluwarsa, nomor registrasi dan tanda lainnya. Pemeriksaan Mikroskopik Sampel Jamu pelangsing digerus sampai halus dan homogen, kemudian sampel tersebut ditetesi dengan kloral hidras lalu diletakkan diatas kaca objek dan permukaan sampel tadi ditutup dengan objek glass kemudian setelah itu 145

JUMLAH TOTAL CEMARAN BAKTERI (10 5 CFU/g) Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 2, 2013 diamati dibawah mikroskop (Word Health Organizatoin, 1998). Petapan Angka Lempeng Total Sebanyak 2 gram sampel dicampur dengan 18 ml larutan Nutrien Broth kocok homogen (pengenceran 10-1 ) kemudian disiapkan 5 buah tabung yang masingmasingtelahdiisidengan 9 ml larutan Nutrien Broth. Dari pengenceran 10-1 dipipet sebanyak 1 ml ke dalam tabung yang berisi pengencer Nutrien Broth pertama hingga diperoleh pengenceran 10-2 dan dikocok hingga homogen. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-6 atau sesuai yang diperlukan. Dari setiap pengenceran dipipet 1 ml ke dalam cawan petri dan dibuat duplo. Ke dalam cawan petri dituangkan 15mL media Plate Count Agar (45±1 0 C). Segera digoyang dan diputar sedemikian rupa sehingga suspensi tersebar merata. Untuk mengetahui sterilitas media dibuat uji kontrol (blangko) yang berisi media Plate Count Agar. Setelah media memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 35-37 0 C selama 24-48 jam dengan posisi terbalik. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2006). Penetapan Angka Kapang dan Khamir Sebanyak 2 gram sampel dicampur dengan 18 ml Aqua Destilata, kemudian kocok sampai homogen (pengenceran 10-1 ), lalu siapkan 3 buah tabung yang masing-masing berisi 9 ml Aqua Destilata. Dari hasil homogenisasi pada penyiapan contoh dipipet 1 ml pengenceran 10-1 ke dalam tabung Aqua Destilata pertama hingga diperoleh pengenceran 10-2 dan dikocok hingga homogen. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-4. Dari masing-masing pengenceran dipipet 0,5 ml, dituangkan pada permukaan media Potato Dekstrose Agar, segera digoyang sambil diputar agar suspensi tersebar merata dan dibuat duplo. Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer, dilakukan uji blangko yang berisi media saja dan dibiarkan memadat. Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu 20-25 0 C selama 5-7 hari. Sesudah 5 hari inkubasi, dicatat jumlah koloni jamur, pengamatan terakhir yaitu setelah diinkubasi selama 7 hari (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2006). HASIL DAN PEMBAHASAN a) Sampel yang digunakan berupa jamu pelangsing yang diperoleh dari tiap Apotek dan toko obat di Pasar Tarandam Padang dan diperoleh 5 sampel jamu pelangsing yang berbeda (PP, MR, LM, SA, SC) b) Hasil pemeriksaan Angka Lempeng Total 2 1.5 1 0.5 0 1.6 1.1 0.5 0 0.2 Serbuk (PP) Pil (MR) Kapsul (LM) Kapsul (SA) Kaplet (SC) SAMPEL UJI Gambar 1. Diagram Jumlah Angka Lempeng Total 146

JAMUR (10 4 CFU/g) Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 2, 2013 c) Hasil pemeriksaan Angka Kapang dan Khamir JUMLAH TOTAL CEMARAN 10 5 0 9 3.1 2.3 2.6 2.1 Serbuk (PP) Pil (MR) Kapsul (LM) Kapsul (SA) Kaplet (SC) SAMPEL UJI Gambar 2.Diagram Jumlah Angka Kapang dan Khamir KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan pada 5 sampel jamu pelangsing dengan bentuk sediaan yang berbeda yang diambil dari survey tiap apotik dan toko obat di Pasar Tarandam Padang diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari pemeriksaan mikroskopik semua sampel menunjukkan bahwa tidak semua simplisia mengandung daun jati belanda yang berkhasiat sebagai pelangsing. 2. Jumlah Angka Lempeng Total Sediaan serbuk (PP) tidak didapatkannya koloni bakteri, untuk pil (MR) adalah 0,5 x 10 5 CFU/g. Pada sediaan kapsul (LM dan SA) adalah 1,1 x 10 5 CFU/g dan 1,6 x 10 5 CFU/g berturut-turut, untuk sediaan kaplet (SC) adalah 0,2 x 10 5 CFU/g. Dari jumlah ini hanya sampel yang berupa serbuk dan pil saja yang memenuhi persyaratan mutu obat tradisional. 3. Jumlah total Angka Kapang dan Khamir sediaan berupa serbuk (PP) adalah 9 x 10 4 CFU/g, sediaan yang berupa pil (MR) adalah 3,1 x 10 4 CFU/g untuk sediaan kapsul (LM dan SA) adalah 2,3 x 10 4 CFU/g dan 2,6 x 10 4 CFU/g berturut-turut dan pada sediaan kaplet (SC) didapat hasil 2,1 x 10 4 CFU/g. Dari hasil ini tidak ada satupun sampel yang memenuhi persyaratan mutu obat tradisional DAFTAR PUSTAKA Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, (2005). Lampiran Cara Produksi Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, (2006). Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Pratiwi, S.T, (2005). Pengujian Cemaran Bakteri dan Cemaran Kapang/Khamir pada Produk Jamu Gendong Di Daerah Istimewa Yogyakarta. (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. Pratiwi, S. T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga. Rustian, 1996. Pemeriksaan Jumlah Total Cemaran Bakteri dan Kapang serta Identifikasi Aspergillus flavus Pada 147

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 2, 2013 Sediaan Jamu Bubuk Dibeberapa Tempat Penjualan Di Kota Padang.(Skripsi). Padang: Universitas Andalas. Siswanto, Y. W. (2004). Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya. Word Health Organization, 1998. Quality Control Methods for Medicinal Plant Materials. England: Geneva. 148

149 Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 2, 2013