BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Hafid dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 56.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, Jakarta, 2003, Hlm. 5

BAB 1 PENDAHULUAN. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.1. 2 Tatang S, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.14.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Rajawali Pres, Jakarta, 2011, hlm. 266.

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. Ibid., 4. Ibid., hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, Indeks, Jakarta, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2.

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, Cet. 2, hlm. 132.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, Jakarta, 2010, hlm Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada

BAB I PENDAHULUAN. mengajar mencerminkan dua arah, bukan semata-mata memberikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. hlm M. Uzer Ustman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1995,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Sejumlah pengalaman yang. dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

Departemen Agama Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008, hlm.5.

BAB I PENDAHULUAN. Zulkarnain, Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2008, hal.14 2

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya,Bandung, 2003, hlm 3-4 2

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Demikian juga piranti pendidikan yang semakin canggih, oleh

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, Hlm: 28 2

BAB I PENDAHULUAN. menyeru kepada yang ma ruf dan mencegah kepada yang mungkar. menempati alam semesta ini. Hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2014, hlm.13.

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. Sang Kholiq untuk beribadah.manusia sebagai makhluk yang diberikan kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan di segala bidang kehidupan. Perubahan dan perbaikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2013, hlm Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm. 1 Faturrahman, Ibid, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. Mata Padi Presindo, Yogyakarta, 2015, Hlm Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi, PT.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2005 tentang guru dan dosen serta UU RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat merubah pola pikir yang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus sebagai tujuan. Dalam Undang-Undang RI No. 20 pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan,

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm.4. dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm. 317

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan di dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup dalam hidup dan penghidupan manusia yang mengemban tugas dari Sang Khalik untuk beribadah. Manusia sebagai makhluk yang diberikan kelebihan oleh Allah SWT dengan suatu bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki makhluk Allah yang lain dalam kehidupannya, bahwa untuk mengolah akal pikirnya diperlukan suatu pola pendidikan melalui suatu proses pembelajaran. Berdasarkan Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan harus dilihat di dalam cakupan pengertian yang luas. Pendidikan juga bukan merupakan suatu proses yang netral sehingga terbebas dari nilai-nilai dan ideologi. Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, terencana dan berlangsung kontinyu (terus menerus sepanjang hayat) kearah membina manusia/anak didik menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya (civilized). Dari pandangan tersebut pendidikan merupakan upaya yang terorganisir memiliki makna bahwa pendidikan tersebut dilakukan atas usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas, ada tahapan dan komitmen bersama dalam proses pendidikan itu. Terencana mengandung arti bahwa pendidikan itu direncanakan sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan yang matang dan berbagai sistem pendukung yang disiapkan. Berlangsung 1

2 kontinyu artinya pendidikan itu terus menerus sepanjang hayat, selama manusia hidup proses pendidikan itu akan tetap dibutuhkan, kecuali apabila manusia sudah mati, tidak memerlukan lagi suatu proses pendidikan. 1 Pendidikan juga merupakan interaksi antara pendidik dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan pendidikan. 2 Proses pendidikan berlangsung dalam lingkungan pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Orang tua, guru para pimpinan, dan orang dewasa lainnya dalam masyarakat, merupakan para pendidik, karena mereka berperan memberi contoh atau teladan kepada anak-anak dan remaja. Guru merupakan pendidik formal, karena latar belakang pendidikan, kepercayaan masyarakat kepadanya serta pengangkatannya sebagai pendidik, sedangkan pendidik lainnya merupakan pendidik informal. Meskipun demikian peranan para pendidik informal ini tidak kalah pentingnya dengan pendidik formal. 3 Seorang guru dalam suatu pembelajaran berperan sebagai seorang yang memberdayakan seluruh potensi siswa agar siswa mampu melaksanakan proses pembelajaran. Guru bertugas tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan berusaha memberdayakan seluruh potensi dan sarana yang dapat membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Dalam konteks ini, seorang guru dituntut memiliki kemampuan memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak diperbolehkan mengklaim atau menyatakan bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan keinginannya, sehingga siswa harus selalu mengikuti kehendaknya. Tetapi siswa dalam suatu pembelajaran juga dituntut aktif untuk melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberikan makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Paradigma konstruktivitik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Siswa dipahami pribadi yang memiliki kebebasan untuk 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 56-57. 2 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Remaja Rosda Karya: Bandung, 2009, hlm. 3. 3 Ibid, hlm. 10.

3 membangun ide-ide atau gagasan tanpa harus diintervensi oleh siapapun, siswa diposisikan manusia dewasa yang sudah memiliki modal awal pengetahuan. 4 Mendapatkan pengajaran yang efektif tidak dapat terlepas dari kemahiran guru dalam menghadapi permasalahan di dalam kelas. Guru selalu menerapkan berbagai macam strategi agar mampu menghilangkan ketidaknyamanan dalam kelas yang tak jarang dihadapi oleh setiap guru. Karena strategi dapat diartikan sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan tenaga, waktu, serta kemudahan secara optimal. Apabila dihubungkan dengan proses belajar-mengajar, strategi adalah cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Sehingga setiap guru yang berada di dalam kelas dan mempunyai tugas dalam mengelola kelas yang baik harus juga berhati-hati dalam memilih strategi yang baik pula. Dewasa ini masih banyak guru mengajar dengan metode pembelajaran yang masih monoton yang berkesan tidak menarik, kurang bermakna perhatian peserta didik tidak berpusat, banyak yang bicara dengan teman bahkan tidak ketinggalan siswa mengantuk dalam waktu pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga banyak peserta didik yang tidak semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa tidak sesuai dengan apa yang sudah diharapkan oleh guru. Guru seharusnya bisa menguasai kelas, menguasai materi, dan bisa menerapkan berbagai macam strategi pembelajaran yang bisa membuat peserta didik aktif, kreatif, dan tepat dalam kondisi apapun. Guru juga seharusnya mengetahui bagaimana cara menyampaikan materi pembelajaran dalam kondisi apapun, misalnya dalam keadaan peserta didik sedang merasa semangat belajar maupun tidak semangat belajar, sehinga terjadi suasana belajar yang tidak membosankan dan siswa juga bisa belajar dengan serius hlm. 74. 4 M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, Rasail Media Group: Semarang, 2008,

4 tidak sesuka hati, sehingga guru bisa mentransfer materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh guru. Strategi pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus diperhatikan oleh guru sebelum memulai kegiatan pembelajaran, karena strategi pembelajaran merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran agar dapat diserap oleh siswa sehingga bisa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Maka dari itu perlu diterapkan strategi pembelajaran yang bernilai edukatif, kreatif, dan inovatif untuk bisa menstimulus siswa berpikir secara komprehensif terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu strategi pembelajaran mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar. Dari berbagai macam strategi pembelajaran, salah satu strategi pembelajaran yang bisa mengaktifkan siswa yang tepat adalah strategi Question Student Have. Strategi Question Student Have merupakan strategi pembelajaran aktif yang tidak membuat siswa takut untuk mempelajari materi yang diharapkan dan dibutuhkan siswa. 5 Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi Question Student Have sangat penting dalam proses pembelajaran, karena dengan adanya strategi Question Student Have maka proses belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien serta membuat siswa merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran, serta merasa nyaman, dan tidak cepat merasa bosan dengan materi yang diajarkan. Salah satu pelajaran yang diajarkan disetiap lembaga pendidikan Islam Fadalah mata pelajaran Fiqih yang memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, menghayati, nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran Fiqih, yang mengandung nilai-nilai syariat agama Islam yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap dan kepribadian peserta didik sesuai syariat Islam. 5 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Secara Aktif, Nuansa Cendekia, Bandung, 2016, hlm. 91.

5 Pembelajaran Fiqih yang disampaikan oleh pendidik masih banyak yang kurang berhasil dalam memaksimalkan pengetahuan peserta didik untuk menghayati nilai-nilai syariat agama Islam secara mendalam, dengan frekuensi jam pelajaran yang tidak banyak dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Mata pelajaran Fiqih sering kali dianggap siswa sebagai mata pelajaran yang sulit, menjenuhkan dan membosankan. Secara keseluruhan rata-rata banyak peserta didik yang kurang tertarik dan kurang memperhatikan dalam mengikuti pembelajaran Fiqih, sehingga menimbulkan suasana belajar yang selalu monoton. Cara penyampaian materi oleh guru juga berpengaruh pada peserta didik dalam proses pembelajaran, mengenai strategi pembelajaran yang kurang menarik perhatian siswa, sehingga kegiatan pembelajaran terkesan selalu monoton dan mengakibatkan siswa tidak bisa berpikir kreatif. Kreatifitas siswa akan terlihat apabila guru memberikan kesempatan kepada peserta didik agar mau mengembangkan pola pikirnya, mau mengemukakan ide, melalui kreatifitas siswa dalam membuat pertanyaan. Hal ini bertujuan untuk menggali kemampuan siswa bagi siswa yang selama ini takut untuk bertanya dan mempunyai pertanyaan yang selalu dipendam dan tidak berani menanyakan, sehingga kemampuan siswa bisa tergali secara maksimal. Sebagaimana yang terjadi di MA Salafiyah Ahmad Said Kirig Mejobo Kudus banyak peserta didik yang kurang tertarik pada mata pelajaran Fiqih, banyak peserta didik masih kurang memahami isi materi yang dijelaskan oleh guru dan masih menganggap Fiqih sebagai pelajaran yang sulit untuk dipahami, sehingga guru memerlukan strategi belajar yang sesuai dan bisa menjadikan siswa aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Alasan peneliti memilih MA Salafiyah Ahmad Said Kirig Mejobo Kudus sebagai tempat penelitian, karena lokasi penelitian dekat dengan tempat peneliti dan Madrasah tersebut menggunakan strategi Question Student Have dalam pembelajaran Fiqih, supaya peneliti mengetahui secara dekat mengenai implementasi strategi pembelajaran Question Student Have yang diterapkan oleh guru mata pelajaran Fiqih, supaya peneliti mudah melakukan penelitian

6 dan pengamatan disebabkan peneliti ingin mengetahui hasil dari strategi pembelajaran Question Student Have yang digunakan oleh guru Fiqih. Sebab pada mata pelajaran Fiqih masih banyak peserta didik yang kurang memahami keterangan atau penjelasan materi yang dijelaskan oleh guru dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Fiqih, sehingga perlu adanya strategi pembelajaran yang menyenangkan dan membuat peserta didik berpikir kreatif yaitu dengan menerapkan dan mengembangkan strategi pembelajaran Question Student Have. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana penerapan Strategi Question Student Have Untuk Meningkatkan Kreatifitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih MA Salafiyah Ahmad Said Kirig Mejobo Kudus, sehingga peneliti mengambil judul Implementasi Strategi Question Student Have Untuk Meningkatkan Kreatifitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih MA Salafiyah Ahmad Said Kirig Mejobo Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017. B. Fokus Penelitian Fokus penelitian adalah batasan masalah yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum. Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala itu bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosialyang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial ini di dalam kelas adalah ruang kelas, guru-murid, serta aktifitas proses belajar mengajar. 6 Maka untuk memudahkan dalam penelitian, peneliti perlu membatasi masalah yang akan diteliti sehingga penelitian difokuskan pada permasalahan penerapan Strategi Question Student Have Untuk Meningkatkan Kreatifitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih MA Salafiyah Ahmad Said Kirig 6 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D, Alfabeta, Bandung, 2014, hlm.285.

7 Mejobo Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017, yang menjadi inti dari penelitian ini. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang dapat memandu peneliti untuk mengumpulkan data di lapangan. 7 Dari latar belakang masalah di atas ada beberapa permasalahan yang perlu dikaji. Di antaranya adalah : 1. Bagaimana Implementasi Strategi Question Student Have Untuk Meningkatkan Kreatifitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih MA Salafiyah Ahmad Said Kirig Mejobo Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat Strategi Implementasi Question Student Have Untuk Meningkatkan Kreatifitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih MA Salafiyah Ahmad Said Kirig Mejobo Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan, mengembangkan dan membuktikan pengetahuan. 8 Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui Impelementasi Strategi Question Student Have Untuk Meningkatkan Kreatifitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih MA Salafiyah Ahmad Said Kirig Mejobo Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Implementasi Strategi Question Student Have untuk Meningkatkan Kreatifitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih MA Salafiyah Ahmad Said Kirig Mejobo Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017. 7 Sugiyono, Ibid.,hlm. 288. 8 Sugiyono, Ibid.,hlm. 397.

8 E. Manfaat Penelitian Setiap penelitian diharapkan mempunyai manfaat, baik secara teoritis maupun praktis.untuk penelitian dengan pendekatan kualitatif, manfaat penelitian lebih bersifat teoritis, secara umum yaitu untuk pengembangan ilmu pengetahuan namun tidak menolak kemungkinan mempunyai manfaat secara praktis, yaitu sebagai alternatif pemecahan masalah. 9 Fokus dalam penelitian kali ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis dapat menambah khasanah keilmuan pada pembelajaran guru dalam menerapkanstrategi Question Student Have Untuk Meningkatkan Kreatifitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih. Selain itu penelitian ini juga sebagai wadah untuk mengimplementasikan ilmu tentang penelitian. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang bisa diambil dari penelitian ini yakni : a. Bagi lembaga pendidikan Hasil studi ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan dokumentasi historis dan bahan dan bahan pertimbangan untuk mengambil langkahlangkah guna meningkatkan kualitas pembelajaran PAI. b. Bagi pendidik Hasil penilitian ini diharapakan dapat bermanfaat dan sebagai masukan dalam menerapkanstrategi Question Student Have Untuk Meningkatkan Kreatifitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih. c. Bagi kalangan akademis Khususnya yang aktif dalam dunia pendidikan agama Islam, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai tambahan informasi untuk bersama-sama memikirkan masa depan Pendidikan Agama Islam pada umumnya. 9 Sugiyono, Ibid., hlm. 397-398.