SEJARAH DAN FILSAFAT SAINS SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN FISIKA PADA KONSEP ARCHIMEDES

dokumen-dokumen yang mirip
Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

FILSAFAT ILMU. Drs. Dede Kosasih, M.Si.

Dr. Sri Anggraeni, MSi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB 4 FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU

TUJUAN. ilmiah. pendekatan atau metode penyelesaian masalah secara umum. setiap pendekatan. stefanus. (c)

MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

METODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi

Students misconception about archimedes law

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

Tugas Filsafat. Mohamad Kashuri M

KONSEPSI-KONSEPSI FILSAFAT KOMUNIKASI

ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AXIOLOGI ADMINISTRASI PENDIDIKAN Oleh: Pipin Piniman (Program Pasca Sarjana Universitas Galuh)

FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

Archimedes (Massa Jenis dan Gaya Angkat)

A. Filasafat Ilmu sebagai Akar Metodologi Penelitian

ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian

SOSIOLOGI POLITIK. oleh : Yesi Marince, M.Si. 4 October 2012 yesimarince-materi-01 1

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

FALSAFAH EKONOMI ISLAM DAN EKONOMI ISLAM SEBAGAI SISTEM ANALISIS (ILMU) Pertemuan ke-3 Filsafat & Pemikiran Ekonomi Islam PASCASARJANA STEI TAZKIA

Etika dan profesi humas

Pengantar Sosiologi. Yesi Marince.S.IP., M.Si

KETERAMPILAN DASAR KINERJA ILMIAH PADA MAHASISWA CALON GURU FISIKA

KAJIAN FILOSOFIS EDUKATIF PENDEKATAN PEMBELAJARAN RME (REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION) DI INDONESIA

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN BERBASIS KONSEP Pendekatan konstruktivisme. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada

BAB II LEVELS OF INQUIRY MODEL DAN KEMAMPUAN INKUIRI. guru dengan siswa dalam berinteraksi. Misalnya dalam model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB II PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM MATERI HUKUM ARCHIMEDES

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

PF-38: PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI HUKUM ARCHIMEDES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Dosen: Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) merumuskan 16

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1

BAB I PENDAHULUAN. Listrik-magnet memiliki peran sangat penting dalam kehidupan manusia.

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

TEORI PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU. Ismail Hasan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

Metode, Sikap, Proses, dan Implikasi Ilmiah. Sulistyani, M.Si.

Mata Kuliah ini menjadi landasan memahami dan materi ilmu pengetahuan, terutama yang terkait dengan dengan disiplin ilmu tertentu yang dipelajari

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Sudut pandang teori materialisme historis dalam filsafat sejarah

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains.

EPISTOMOLOGI, ONTOLOGI, AKSIOLOGI, PENGETAHUAN SAINS

PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBASIS KONSTRUKTIVITAS PADA MATERI DINAMIKA

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

METODE RISET (TMK602)

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karunia Eka Lestari, 2013

PENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan

IMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU DALAM PENDEKATAN ILMIAH

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MATA KULIAH TEORI AKUNTANSI JUMLAH SKS : 3 SKS MATA KULIAH PRASARAT AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II

M. Hamid Anwar, M. Phil.

Langkah langkah Metode Ilmiah. Jenny Bashiruddin Dept THT FKUI/RSCM

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING)

MAGISTER DEGREE IN BUSINESS MANAGEMENT PADJADJARAN UNIVERSITY Prof. Dr. Sucherly, SE., MS

BAB I PENDAHULUAN. yang kondusif bagi lahirnya pribadi yang kompetitif. (Tilaar, 2004)

Etika dan Filsafat. Komunikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

Transkripsi:

JIPFRI, Vol. 1 No. 1 Halaman: 23-28 Mei 2017 Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah SEJARAH DAN FILSAFAT SAINS SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN FISIKA PADA KONSEP ARCHIMEDES Arini Rosa Sinensis 1 * 1 Prodi Pendidikan Fisika STKIP Nurul Huda Jl.Kotabaru Sukaraja, Buay Madang, Kab. Oku Timur * E-mail: arini@stkipnurulhuda.ac.id Abstrak Artikel ini mengeksplorasi hubungan antara Sejarah dan Filsafat sains dalam menjelaskan konsep hukum archimedes dalam pengajaran fisika. Melalui pengajaran sejarah fisika seorang pendidik dapat memberikan informasi bagaimana suatu konsep fisika ditemukan, melalui sejarah fisika juga dapat menjadi pembelajaran untuk menjadi ilmuan, karena pengetahuan berdasarkan pengalaman ilmuan fisika. Sejarah fisika dan filsafat sains saling berkaitan yaitu filsafat dapat dipahami dengan sungguh-sungguh jika refleksi tentang sejarah ilmu pengetahuan telah dipahami sebelumya. Tinjauan filsafat sains berdasarkan pada ontologi, epistemologi dan aksiologi sebagai landasan pengembangan ilmu dalam pendidikan fisika dapat memberikan kontribusi yang positif dalam mengajarkan fisika. Selain itu dengan pemahaman filsafat sains dapat menumbuhkan interaksi sosial peserta didik untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Kata kunci: Sejarah fisika, Filsafat sains, Pengajaran Fisika PENDAHULUAN Filsafat ilmu pegetahuan memiliki perbedaan dengan sejarah ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, filsafat dapat dipahami dengan sungguh-sungguh jika refleksi tentang sejarah ilmu pengetahuan telah dipahami sebelumya. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk meilihat bagaimana proses perkembangan ilmu pengetahuan dalam konteks historisnya sehingga kita dapat memperoleh pemahaman yang umum dan menyeluruh tentang proses perkembangan ilmu pengetahua tersebut. Penting juga dalam memahami isu-isu utama filsafat dan ilmu pengetahuan. Khususnya, ada isu utama tentang filsafat alam dan bagaimana perkembangan serta perubahannya selama lebih dari 2500 tahun sejarahnya (Wattimena, 2009) Mengingat pedagogi kaitannya dengan disiplin epistemologi tampaknya mengundang harmonisasi belajar dan mengajar dalam fisika dengan sifat pengetahuan dan proses karakteristik penciptaan pengetahuan dengan tujuan untuk meningkatkan pembelajaran siswa (Sin, 2013). Sebuah survei di Amerika Serikat menemukan bahwa hanya sebagian kecil siswa terlibat dengan pembelajaran aktif atau pemecahan dalam pada masalah dunia nyata dalam sebagian besar kasus, praktek khas adalah dalam penyampaian informasi dari dosen (DeHaan, 2005). Pendekatan filosofis adalah cara pandang atau paradigma yang bertujuan untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek formalnya. Dengan kata lain, pendekatan filosofis adalah upaya sadar yang dilakukan untuk menjelaskan apa dibalik sesuatu yang nampak. Pendekatan filosofis untuk menjelaskan suatu masalah dapat diterapkan dalam aspek-aspek kehidupan manusia, termasuk dalarn pendidikan. Filsafat tidak hanya melahirkan pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan adalah filsafat terapan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi. John Dewey (1964) berpendapat bahwa filsafat merupakan teori umum tentang pendidikan. Filsafat sebagai suatu sistem berpikir akan menjawab persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofis dan memerlukan jawaban filosofis pula p-issn 2549-905X e-issn 2549-9076 STKIP Nurul Huda

Artikel ini membahas tentang sejarah dan filsafat sains sebagai pendekatan dalam pembelajaran dan pengajaran fisika. Filsafat sains yang dibahas ditinjau dari ontologi, epistemologi dan aksiologi pada konsep archimedes serta penerapannya dalam pengajaran fisika. PEMBAHASAN Menempatkan Konteks Mengajar Fisika Dalam hal ini, kajian komprehensif dari kemajuan dalam fisika (Thacker, 2003) mencatat bahwa kurikulum dan kursus telah didesain dengan peningkatan pemahaman konseptual dan keterampilan kognitif yang diperlukan untuk memahami dan menerapkan konsep-konsep fisika, lingkungan pengajaran yang menarik dan situasi (seperti kehidupan nyata ). Strategi keterlibatan Interaktif diklaim lebih efektif daripada metode tradisional dalam meningkatkan pemahamannya siswa pada konsep yang sulit (Hake, 2002). Peningkatan belajar siswa melalui partisipasi dalam demonstrasi kelas sebagai lawan dari pembelajaran pasif (Crouch et al, 2004). Membangun prinsip - prinsip konstruktivis, untuk memberikan peningkatan kesempatan bagi siswa untuk mendiskusikan sifat dan isi pengetahuan. Setelah pendidikan sains pada akhir abad kedua puluh, konstruktivisme diakui bahwa berarti selama interaksi siswa dengan lingkungan dan menganjurkan pengalaman aktif dengan dunia fisik (Matthews, 1997). Upaya reformasi dalam pedagogi fisika telah dikenal dengan penelitian pendidikan fisika didorong oleh kesenjangan yang diidentifikasi antara hasil belajar siswa dan pemahaman konseptual yang sebenarnya. Konten, transmisi pengetahuan dan akuisisi, pemahaman konseptual, pengembangan skill generik, penilaian, pelatihan penelitian, dan sebagainya. Integrasi pertimbangan epistemologis (Filsafat sains) pengajaran fisika, lebih lanjut untuk kesenjangan yang diamati antara proses ilmu pengetahuan dan praktekpraktek konstruktivis sosial. Untuk pemahaman pengembangan konseptual, dan perolehan keterampilan tidak hanya untuk karir ilmiah tetapi juga untuk pembangunan sebagai individu dan warga negara. (Sin,2013). Kajian Sejarah Fisika Tentang Archimedes Archimedes (287-213 BC) adalah salah satu filsuf yunani kuno yang dipandang sebagai ilmuan hebat sebelum munculnya ilmu pengetahuan modern melalui karya Issac Newton. Konon, pada waktu ia mandi menmukan rumus fisika yang telah lama ia pikirkan dan kemudian berteriak, Eureka, eureka. Archimedes telah menemukan sebuah prinsip, bahwa tingkat kemurnian substasi adalah sama di manapun substansi berada. Setiap penambahan kedalam substansi tersebut akan mengubah berat keseluruhan. Tumpahan air merupakan cara sederhana untuk mengetahui hal tersebut. Dengan mengetahui sejarah fisika maka sangat memudahkan pendidik dalam mengajar, dan akan membuat pengetahuan peserta didik bertambah bahkan memungkinkan bisa menemukan penemuan-penemuan baru yang bisa memperbaiki penemuan sebelumnya. Karena perkem-bangan konten fisika dari masa kemasa setelah mengikuti kegiatan sejarah fisika maka kita akan mengetahui bahwa konten masing-masing ilmu fisika sangan berkaitan dengan konten lainnya. Kajian Filsafat pada Konsep Archimedes Dasar Ontologi Ontologi adalah analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan, yaitu hal-hal atau benda-benda empiris. Ontologi membahas tentang hakikat apa yang ingin dikaji (Suriasumantri, 2010). Objek telaah dari hukum archimedes ada dua yaitu objek material dan objek formal. Obyek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti fluida, dan massa jenis adalah obyek material hukum archimedes. Adapun obyek formalnya merupakan metode untuk memahami obyek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Dalam perspektif ini bahwa hukum Archimedes pada prinsipnya memiliki dua obyek substantif (Fakta dan kebenaran) Objek kajian dalam hukum Archimedes merupakan fakta. Fakta adalah pengamatan yang telah diverifikasi secara empiris. Fakta dalam prosesnya kadang kala dapat menjadi 24

sebuah ilmu namun juga sebaliknya. Fakta tidak akan dapat menjadi sebuah ilmu manakala dihasilkan secara random saja. Namun bila dikumpulkan secara sistematis dengan beberapa system serta dilakukan secara sekuensial, maka fakta tersebut mampu melahirkan sebuah hukum atau bahkan ilmu. Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari sudut pandang filosofis yang melandasinya. Contoh fakta yang dikaji atau dibahas dalam hukum Archimedes adalah seperti tumpahnya air dalam baskom yang penuh ketika dimasukkan suatu benda. Kebenaran/keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh sebuah pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya/faktanya". Menurut teori ini dinyatakan bahwa, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian [corres-pondence] antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguhsungguh terjadi merupakan kenyataan atau faktanya. Kebenaran hukum Archimedes sudah terbukti secara korespondensi, koherensi, performatif, pragmatic, dan proposisi. Hukum Archimedes merupakan suatu kebenaran karena bunyi hukum tersebut/teori Archimedes telah tebukti secara ilmiah dan sesuai dengan keadaan alamiah sutau benda. (Lebe, 2015) Berikutnya keterhubungan antar objek kajian Archimedes dengan hukum Archimedes itu sendiri adalah : Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian di dalam zat cair, zat cair akan memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada benda, di mana besarnya gaya ke atas (gaya apung) sama dengan berat zat cair yang dipindahkan. Gambar 1. Penjelasan Hukum Archimedes F a gv (1) dengan: F a (gaya tekan), ρ (massa jenis air), V= Volume air, g= gravitasi bumi Dasar Epistemologi Epistemologi dalam Pengajaran fisika Pengajaran tentang epistemologi ilmu mendapatkan penekanan meningkat dalam kurikulum sekolah (AAAS, 1995; Matthews, 1994). Namun, penelitian berbasis kelas telah menunjukkan bahwa saat ini tidak ada secara luas didirikan pengetahuan profesional dan keahlian dalam pengajaran berkaitan dengan mengajar tentang epistemologi ilmu pengetahuan). Sangat mungkin bahwa guru sains menanggapi meningkatnya penekanan pada isu-isu epistemik dalam kurikulum akan sangat bergantung pada sumber daya. Epistemologi diperlukan dalam kurikulum pengajaran fisika antara lain dalam hubungannya Pengetahuan apa yang harus diberikan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan dan cara menyempaikannya seperti apa? Semua itu adalah epistemologinya pendidikan. Epistemologi ditandai dengan perilaku di mana siswa mencoba untuk mencari tahu fenomena tentang dunia fisik. Perilaku yang terkait dengan akal termasuk membuat koneksi ke dunia nyata atau pengalaman hidup, koordinasi beberapa representasi, mengingat solusi, dan menyelesaikan masalah sebagai salah satu yang masuk akal untuk memecahkan. Epistemologi konsep Archimedes Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengendalaian-pengendalian, dan dasardasarnya serta pengertian mengenai pengetahuan yang dimiliki mula-mula manusia percaya bahwa dengan kekuatan pengenalanya ia dapat mencapai realitas sebagaimana adanya (Endraswara, 2015). Epistemologi dapat didefenisikan juga sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitas) pengetahuan. Epistemologi sebagai subbidang filsafat yang bersangkutan dengan 25

pengetahuan, khususnya apa yang kita tahu dan bagaimana kita tahu itu. Hofer dan Pintrich (1997) menyebut ulasan ini dua dimensi sebagai sifat pengetahuan (Percaya apa pengetahuan) dan sifat atau proses mengetahui (bagaimana seseorang untuk tahu). Ulasan Dimensi ini mewakili referensi dalam megoreksi pengetahuan fisika dan metode untuk penciptaan dan validasi. Lebe (2015) Persoalan-persoalan dalam epistemologi hukum archimedes adalah: 1) Apakah hukum archimedes itu? 2) Bagaimanakah Archimedes dapat menemukan hukum Archimedes? 3) Bagaimanakah validitas Hukum Archimedes itu dapat dinilai? Langkah dalam epistemologi hukum Archimedes antara lain berpikir deduktif dan induktif. Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan inilah yang disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan. Berikut akan dijawab keempat pertanyaan diatas, sehingga dasar epistimologi hukum Archimedes dapat ditunjukkan secara jelas: 1) Hukum Archimedes adalah hukum yang membahas tentang perilaku suatu benda yang mengalami gaya ketas ketika berada dalam suatu fluida. Berdasarkan kisah yang diabadikan sejarah fisika. (Tugas archimedes pada waktu itu adalah menentukan apakah sebuah mahkota dibuat dari emas murni atau tidak. Berat mahkota tersebut sama dengan berat emas yang telah disediakan sebelumnya. Ia mau mengukur kandungan emas di dalam mahkota tersbut untuk mengukur kandungan emas di dalamnya. Dengan memperhatikan jumlah air yang keluar dari bak mandi setelah ia masuk kedalam bak tersebut, ia telah menemukan metode yang sederhana untuk megukur berat dirinya sendiri. Metode yang sama dapat digunakan untuk mengukur kandungan emas di dalam mahkota) 2) Untuk validitas hukum Archimedes dapat dilakukan dengan prinsip konfirmasi dengan penjelasan lengkap sebagai berikut: Fungsi Ilmu adalah untuk menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolute dengan menggunakan landasan : asumsi, postulat atau axioma yang sudah dipastikan benar. Pemaknaan juga dapat ditampilkan sebagai konfirmasi probabiliti dengan menggunakan metode induktif, deduktif, reflektif. Dalam Ontologi dikenal pembuktian priori dan posteriori. Untuk memastikan kebenaran penjelasan atau kebenaran prediksi Archimedes, dapat didasarkan pada dua aspek yaitu Aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Dalam hal konfirmasi, sampai saat ini dikenal ada tiga teori konfirmasi, yaitu : 1. Decision Theory Teori ini menerapkan kepastian berdasar keputusan apakah hubungan antara hipotesis dengan evidensi memang memiliki manfaat actual 2. Estimation Theory Menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar-salah dengan menggunakan konsep probabilitas. 3. Reliability Analysis Menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah karena kondisi atau karena hal lain) terhadap hipotesis. Hukum Archimedes telah melewati tahapan konfirmasi, dan terbukti bahwa hukum Archimedes merupakan suatu hukum yang valid dan merupakan hukum fisika dan bagian dari ilmu pengetahuan. Dasar Aksiologi Aksiologi merubapakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya (Endraswara, 2015). Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang 26

bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan seperti yang dijumpai dalam kehidupan, yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik ataupun fisik material. Aksiologi sebagai ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi menjawab, untuk apa hukum archimedes yang berupa ilmu itu digunakan, Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral? Ada banyak dasar aksiologi dari hukum archimedes yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, karena tujuan diciptakannya hukum archimedes ini adalah untuk memberikan manfaat dan kemudahan dalam kehidupan manusia. Beberapa diantara aplikasi hukum archimedes yang mempermudah manusia antara lain: pembuatan kapal selam dan kapal laut. Kesemuanya itu merupakan nilai aksiologi hukum archimedes. Hukum archimedes bukan hanya sebua teori kontekstual namun memiliki banyak nilai aplikatif yang menjadikan alasan yang kuat bahwa pernyataan archimedes merupakan suatu hukum dan bagian dari ilmu penegetahuan yang telah terbukti secara empiris. Archimedes, memiliki tiga tujuan mendasar: untuk lebih integrasi sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi dengan satu sama lain; untuk menyelidiki sejarah teknis, sosial dan praktis dari perkembangan tertentu dalam ilmu pengetahuan dan teknologi; dan akhirnya, membawa sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam filsafat ilmu. Secara keseluruhan, Archimedes akan menarik bagi sejarawan, filsuf, dan ilmuwan, serta orangorang dalam bisnis dan industri yang berusaha untuk memahami bagaimana ilmu pengetahuan dan industri. Implikasi dalam Pembelajaran Fisika Aliran filsafat yang mempengaruhi konsep Archimedes adalah aliran filsafat realisme dan empirisme. Karena itu dalam pelaksanaan pembelajaran fisika yang berkaitan dengan materi hukum Archimedes tentunya melalui pendekatan realistis dan pendektan empiris. Adapun implikasi dalam pembelajaran fisika adalah sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran yang sesuai adalah metode ekperimen atau demonstrasi. 2. Guru hanya sebagai pembimbing saat proses pembelajaran berlangsung 3. Sumber pengetahuan/informasi dalam mempelajari hukum Archimedes adalah pengalaman siswa serta dibuktikan melaui ekperimen secara langsung oleh mereka sendiri. 4. Buku sumber hanya sebagai pendukung dari hasil percobaan yang siswa buktikan, artinya ada pembuktian secara real oleh siswa. 5. Pembelajaran fisika berlangsung secara aktif oleh aktifitas siswa dan siswa diberikan keempatan seluas-luasnya. Manfaat pengajaran fisika dengan Filsafat Sains Terdapat keutungan atau manfaat dalam mengajarkan filsafat sains sebagai berikut: a. Menciptakan kebiasaan menganalisis segala sesuatu dalam hidup seperti yang diajarkan dalam metode berfilsafat, akan menjadikan seseorang cerdas, kritis, sistematis, dan objektif dalam melihat dan memecahkan masalah dalah kehidupan sehari-hari b. Melatih peserta didik untuk mampu meningkatkan kualitas berfikir secara mandiri, mampu membangun pribadi yang berkarakter. c. Memberikan dasar-dasar semua bidang kajian pengetahuan, memberikan pandangan yang sintesis atau pemahaman atas hakikat kesatuan semua pengetahuan dan kehidupan manusia lebih dipimpin oleh pengetahuan yang baik. d. Menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara serius. Belajar filsafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan memecahkan 27

masalah, menemukan akar persoalan yang terdalam, menemukan sebab dari suatu permasalah. PENUTUP Pengajaran fisika tidak hanya tentang peningkatan hasil belajar fisika akan tetapi lebih menenkankan pada bagaimana konsep pengetahuan fisika terbentuk, proses pengetahuan dialami oleh peserta didik dan aplikasi berdasarkan nilai moral sebagai pencapaian dalam pendidikan karakter. Melalui pengajaran fisika dengan memperkenalkan sejarah dan filsafat sains dapat menjembatani pengetahuan dan mengkonstruk pengetahuan tentang konsep fisika. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih ditujukan kepada bapak Dr. Harry Firman, M.Pd sebagai pembimbing dalam membantu mengoreksi dan memberikan saran perbaikn dalam menyelesaikan artikel filsafat ilmu. Diakses melalui http://eduarduslebe.blogspot.co.id/ Matthews, M. R. (1994). Science teaching: The role of history and philosophy of science. Psychology Press. Matthews, M. R. (1997). Philosophy and constructivism in science education (Special Issue). Sin, C. (2013). Epistemology, Sociology, and Learning and Teaching in Physics. Science Education: Wiley Online Library. Suriasumantri. S J. (2010). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Thacker, B.A. (2003). Recent advances in classroom physics. Reports on Progress in Physics, 66(10), 1833 1864. Wattimena A, AR. (2009). Filsafat sains (Sebuah pengantar). Grasindo: Jakarta. Diakses melalui https://books.google.co.id/books. DAFTAR PUSTAKA Crouch, C. H., Fagen, A. P., Callan, J. P., & Mazur, E. (2004). Classroom demonstrations: Learning tools or entertainment? American Journal of Physics, 72(6), 835 838. DeHaan, R. L. (2005). The impending revolution in undergraduate science education. Journal of Science Education and Technology, 14 (2), 253 269. Endraswara, S. (2015). Filsafat Ilmu (Edisi Revisi). CAPS : Yogyakarta. Hake, R. (2002). Lessons from the physics education reform effort. Conservation Ecology, 5(2), 28. Hofer, B. K., & Pintrich, P. R. (1997). The development of epistemological theories: Beliefs about knowledge and knowing and their relation to learning. Review of educational research, 67(1), 88-140. Lebe, E. (2015). Aliran Filsafat yang Mempengaruhi Konsep Fisika (Mekanika). 28