No. 39/07/72/Th. XX, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2017 RINGKASAN Perkembangan penduduk miskin di Sulawesi Tengah selama periode 2013 2017 meskipun secara absolut terlihat meningkat, namun secara persentase menunjukkan kecenderungan penurunan. Pada akhir-akhir periode tersebut angka kemiskinan terlihat berfluktuasi. Tahun 2013 pada bulan Maret jumlah penduduk miskin 406,97 ribu jiwa (14,67 persen), bulan September 2013 sebanyak 400,41 ribu jiwa (14,32 persen), bulan Maret 2014 sebanyak 392,65 ribu jiwa (13,93 persen), bulan September 2014 sebanyak 387,06 ribu jiwa (13,61 persen), bulan Maret 2015 sebanyak 421,63 ribu jiwa (14,66 persen), bulan September 2015 sebanyak 406,34 ribu jiwa (14,07 persen), bulan Maret 2016 sebanyak 420,52 ribu jiwa (14,45 persen), bulan September 2016 sebanyak 413,15 ribu jiwa (14,09 persen), dan bulan Maret 2017 sebanyak 417,87 ribu jiwa (14,14 persen). Selama periode September 2016 Maret 2017, penduduk miskin di Sulawesi Tengah naik sebanyak 4,72 ribu jiwa atau naik 0,05 persen point. Pada periode tersebut jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan bertambah masing-masing sebesar 2,08 ribu jiwa dan 2,63 ribu jiwa. Periode September 2016 Maret 2017, Garis Kemiskinan naik sebesar 2,35 persen, yaitu dari Rp. 382.775,- per kapita per bulan pada September 2016 menjadi Rp. 391.763,- per kapita per bulan pada Maret 2017. Periode September 2016 Maret 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) menunjukkan peningkatan dari 2,28 menjadi 2,55. Hal tersebut mengindikasikan ratarata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan semakin membesar artinya rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauh di bawah garis kemiskinan atau ke arah yang kurang baik. Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) menunjukkan kecenderungan naik dari 0,56 pada periode September 2016 menjadi 0,72 pada periode Maret 2017. Hal tersebut menunjukkan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin melebar. Berita Resmi Statistik No. 39/07/72/Th. XX, 17 Juli 2017 1
1. Perkembangan Penduduk Miskin di Sulawesi Tengah, 2013-2017 Tahun Selama 5 (lima) tahun terakhir, yaitu periode 2013-2017, meskipun secara absolut perkembangan penduduk miskin di Sulawesi Tengah terlihat meningkat, namun secara persentase cenderung mengalami penurunan, walaupun di penghujung periode mengalami fluktuasi, sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Pada bulan Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebanyak 406,97 ribu jiwa (14,67 persen), bulan September 2013 sebanyak 400,41 ribu jiwa (14,32 persen), bulan Maret 2014 sebanyak 392,65 ribu jiwa (13,93 persen), bulan September 2014 sebanyak 387,06 ribu jiwa (13,61 persen), bulan Maret 2015 sebanyak 421,63 ribu jiwa (14,66 persen), bulan September 2015 sebanyak 406,34 ribu jiwa (14,07 persen), bulan Maret 2016 sebanyak 420,52 ribu jiwa (14,45 persen), bulan September 2016 sebanyak 413,15 ribu jiwa (14,09 persen), dan bulan Maret 2017 sebanyak 417,87 ribu jiwa (14,14 persen). Pada periode September 2016 Maret 2017 terjadi peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin sebesar 4,72 ribu jiwa dengan perubahan 0,05 persen point. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Sulawesi Tengah 2013-2017 Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin (Ribu) Akselerasi Kota Desa Kota+Desa (persen) Kota Desa Kota+Desa Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Perubahan (persen point) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016 2017 60,02 346,95 406,97-0,98 8,90 16,53 14,67-0,27 64,37 336,04 400,41-1,61 9,45 15,89 14,32-0,35 67,08 325,57 392,65-1,94 9,77 15,27 13,93-0,39 71,65 315,41 387,06-1,42 10,35 14,66 13,61-0,32 77,97 343,66 421,63 8,93 10,93 15,90 14,66 1,05 79,25 327,09 406,34-3,63 11,06 15,07 14,07-0,59 75,45 345,07 420,52 3,49 10,18 15,91 14,45 0,38 75,90 337,25 413,15-1,75 10,07 15,48 14,09-0,36 77,98 339,88 417,87 1,14 10,16 15,54 14,14 0,05 2 Berita Resmi Statistik No. 39/07/72/Th. XX, 17 Juli 2017
2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin September 2016 Maret 2017 Jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada Maret 2017 sebesar 417,87 ribu jiwa (14,14 persen). Jika dibandingkan penduduk miskin pada September 2016 sebesar 413,15 ribu jiwa (14,09 persen), secara absolut jumlah penduduk miskin naik sebesar 4,72 ribu jiwa, sedangkan secara relatif juga mengalami kenaikan 0,05 persen point. Selama periode tersebut, penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan secara absolut bertambah masing-masing sebesar 2,08 ribu jiwa dan 2,63 ribu jiwa. Jika dilihat tingkat akselerasinya, peningkatan penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada periode September 2016 - Maret 2017 meningkat sebesar 1,14 persen. (Tabel 1). Beberapa faktor yang disinyalir menyebabkan kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin dalam periode tersebut antara lain laju inflasi pada periode September 2016-Maret 2017 sebesar 2,55 persen, lebih tinggi dibanding periode Maret-September 2016 sebesar 1,46 persen. Tingginya laju inflasi tersebut turut dipicu oleh naiknya hargaharga komoditi pangan pada Maret 2017 dibanding September 2016. Harga beras, cabe rawit, gula pasir, cakalang, dan rokok kretek filter naik masing-masing sebesar 5,26%, 40,87%, 9,56%, 20,43%, dan 0,69%. Komoditi-komoditi tersebut juga merupakan komoditi-komoditi yang memberi pengaruh besar terhadap Garis Kemiskinan Maret 2017. Selain pengaruh inflasi, faktor lain yang juga berpengaruh adalah tertundanya penyaluran raskin/rastra tahun 2017 hingga pertengahan Maret 2017 yang mengakibatkan mulai Januari 2017 hingga pertengahan Maret 2017 kelompok masyarakat miskin harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli beras, atau mengurangi konsumsi beras di rumah tangganya. Faktor lain yang juga turut memberikan andil adalah menurunnya produksi pangan, khususnya padi, yang ditandai dengan menurunnya luas panen yang cukup signifikan. Pada triwulan I (Januari-Maret) 2017 luas panen padi sebesar 38.333 ha, turun 23,95% dibanding triwulan III (Juli-Septemer) 2016 yang mencapai 50.407 ha. Penurunan luas panen ini selain berimplikasi terhadap menurunnya pendapatan petani, juga berpengaruh pada berkurangnya daya serap tenaga kerja buruh tani di pedesaan yang pada gilirannya akan memberikan dampak terhadap peningkatan jumlah penduduk miskin di pedesaan. Berita Resmi Statistik No. 39/07/72/Th. XX, 17 Juli 2017 3
3. Perubahan Garis Kemiskinan September 2016 - Maret 2017 Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Periode September 2016 - Maret 2017, akselerasi Garis Kemiskinan naik sebesar 2,35 persen, yaitu dari Rp.382.775,- pada bulan September 2016 menjadi Rp.391.763,- pada bulan Maret 2017. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan meskipun sedikit menurun namun masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada September 2016, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 76,16 persen, turun menjadi 75,91 persen pada Maret 2017 (tabel 2). Tabel 2. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Daerah, September 2016 - Maret 2017 Daerah/ Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan Bukan Makanan Total Jumlah penduduk miskin (ribu) Persentase penduduk miskin Perkotaan September 2016 281.450 117.962 399.413 75,90 10,07 Maret 2017 295.577 120.877 416.453 77,98 10,16 Perdesaan September 2016 294.686 81.972 376.658 337,25 15,48 Maret 2017 297.929 85.168 383.097 339,88 15,54 Kota+Desa September 2016 291.528 91.246 382.775 413,15 14,09 Maret 2017 297.376 94.388 391.763 417,87 14,14 Sumber: Diolah dari data Susenas 4 Berita Resmi Statistik No. 39/07/72/Th. XX, 17 Juli 2017
4. Indeks Kedalaman dan Indeks Keparahan Kemiskinan Dimensi lain yang perlu diperhatikan selain jumlah dan persentase penduduk miskin adalah tingkat kedalaman dan tingkat keparahan kemiskinan. Pada periode September 2016 - Maret 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) menunjukkan kenaikan dari 2,28 pada September 2016 menjadi 2,55 pada Maret 2017. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan atau ke arah yang kurang baik. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) untuk daerah perkotaan mengalami kenaikan dari 1,93 menjadi 2,05 sementara daerah pedesaan naik dari 2,40 menjadi 2,73 (tabel 3). Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) secara umum juga naik dari 0,56 menjadi 0,72 pada periode yang sama. Hal tersebut menunjukkan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin melebar. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) untuk perkotaan pada bulan September 2016 sebesar 0,56 naik menjadi 0,62 pada bulan Maret 2017. Sementara di daerah perdesaan pada periode yang sama angka indeks tersebut juga mengalami kenaikan dari 0,56 menjadi 0,76. Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) di Sulawesi Tengah menurut Daerah, Maret 2016 - Maret 2017 Tahun Kota Desa Kota + Desa (1) (2) (3) (4) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) Maret 2016 1,89 3,01 2,72 September 2016 1,93 2,40 2,28 Maret 2017 2,05 2,73 2,55 Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) Maret 2016 0,53 0,79 0,73 September 2016 0,56 0,56 0,56 Maret 2017 0,62 0,76 0,72 Sumber: Diolah dari data Susenas Berita Resmi Statistik No. 39/07/72/Th. XX, 17 Juli 2017 5