II. TINJAUAN PUSTAKA. Buah naga termasuk kelompok tanaman kaktus atau famili Cacteceae dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja kegiatan seksual jantan; dan (3) pengaturan fungsi reproduksi jantan. pria dengan berbagai hormonal (Guyton, 2000)


BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB I PENDAHULUAN. bagi konsumennya sehingga tercipta persaingan yang cukup ketat. Produk

1. Buah Naga Merah. Buah Pembawa Berkah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Blustru/Mentimun Aceh (Luffa aegyptica Roxb.)

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

PELUANG BISNIS BUAH NAGA DI INDONESIA TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

TINJAUAN PUSTAKA. enak, manis, dan menyegarkan. Salah satunya dari subfamili Hylocerenae

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

FISIOLOGI FUNGSI ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI. Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO

BAB I BUAH NAGA. (Hylocereus undatus) Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Alkohol terutama dalam bentuk ethyl alcohol (etanol), telah mengambil tempat

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HORMONAL PRIA. dr. Yandri Naldi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Buah naga merupakan tanaman kaktus dari famili Cactaceae dengan subfamily

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

HORMON REPRODUKSI JANTAN

Function of the reproductive system is to produce off-springs.

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kucing Domestik

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

I. PENDAHULUAN. Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia

Tubulus Rektus Rete Testis Vas Eferens

Sohibul Himam ( ) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

Infertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amerika Tengah yang sering disebut pita haya. Buah ini dikenal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sistem reproduksi pria yang pada penelitian ini menggunakan mencit terdiri

BAB I PENDAHULUAN. 2001) dan menurut infomasi tahun 2007 laju pertumbuhan penduduk sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Buah naga atau dragon fruit dikenal juga dengan sebuatan pitaya

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut batasan WHO (dalam Bell, 2005), kebisingan adalah suara-suara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang terpapar (WHS, 1993). Bunyi atau suara didefinisikan sebagai

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

Karenanya labu kuning yang bisa mencapai ukuran besar ini juga membawa beragam manfaat hebat untuk mencegah beragam penyakit, di antaranya:

kontrasepsi untuk kaum pria supaya kaum pria memiliki alternatif penggunaan alat kontrasepsi sesuai dengan pilihannya. Berdasarkan fakta di atas,

BAB I PENDAHULUAN. kadar hormon seseorang. Aging proses pada pria disebabkan oleh menurunnya sistem

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Buah Naga

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. kerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP. merupakan alkohol yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OH.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

BAB I PENDAHULUAN. Buah ini memiliki ciri-ciri yang unik yaitu memiliki kulit seperti kulit naga. Buah naga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

Anatomi/organ reproduksi wanita

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB XIV. Kelenjar Hipofisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

repository.unimus.ac.id

I. PENDAHULUAN. makanan tersebut menghasilkan rasa yang lezat dan membuat orang yang

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Ekskresi Manusia

Tanaman sambiloto telah lama terkenal digunakan sebagai obat, menurut Widyawati (2007) sambil oto dapat memberikan efek hepatoprotektif, efek

Jaringan Hewan. Compiled by Hari Prasetyo

BAB I PENDAHULUAN. tarik sendiri, seperti rasa yang lezat, aroma yang khas, serta warna dan bentuk

TINJAUAN PUSTAKA. Kurang lebih 1500 tahun lalu, beberapa kesukuan di Amerika

TINJAUAN PUSTAKA Tauge

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok

PENGARUH PROTEKTIF DAN KURATIF PEMBERIAN SUPLEMEN JUS BUAH NAGA PUTIH

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Buah Naga Buah naga termasuk kelompok tanaman kaktus atau famili Cacteceae dan subfamili Hylocereanea, genus Hylocereus. Genus ini pun terdiri atas sekitar 16 spesies. Dua diantaranya memiliki buah yang komersial, yaitu H. undatus (berdaging putih) dan H. costaricensis (daging merah). Klasifikasi buah naga tersebut sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua) Ordo : Cactales Famili : Cactaceae Subfamili : Hylocereanea Genus : Hylocereus Spesies : - Hylocereus undatus ( buah naga daging putih)

7 - Hylocereus polyrhizus ( buah naga daging merah) - Hylocereus costaricensis (buah naga daging super merah) - Selenicereus megalanthus (buah naga kulit kuning daging putih) (Mello et al., 2015) Gambar 1. Buah Naga (Hernandez & Salazar, 2012) Tanaman kaktus pemanjat penghasil buah naga ditemukan pertama kali di tempat tumbuhnya yang asli di lingkungan hutan belantara. Tempat asalnya adalah Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan bagian utara. Di Meksiko, buah naga disebut pita haya. Sedangkan di Amerika Selatan disebut pitaya roja (pitaya merah). Di tiap-tiap negara, buah ini memiliki nama yang berbeda-beda. Buah naga di Cina disebut feuy long kwa; dalam bahasa Mandarin disebut lung kuo; di Vietnam selain disebut thang loy, juga disebut

8 clever dragon; di Thailand dinamakan kaew mangkorn; di Taiwan dinamakan shien mie kuo; di Israel disebut pitahaya; di Hawaii disebut melano; di Australia disebut rhino fruit. Nama lainnya adalah pir strawberri, buah kaktus, pitaya, atau kaktus orkid. Secara internasional, buah naga dikenal dengan nama dragon fruit (Winarsih, 2007). 1. Jenis Buah Naga Jenis buah naga yang telah dibudidayakan ada empat, yaitu buah naga berdaging putih ( Hylocereus undatus), buah naga berdaging merah ( H. polyrhizus), buah naga berdaging super merah ( H. costaricensis), dan buah naga berkulit kuning dengan daging putih ( Selenicereus megalanthus) (Winarsih, 2007). Buah naga mempunyai sulur batang yang tumbuh menjalar. Batangnya berwarna hijau dengan bentuk segi tiga. Bunganya besar, berwarna putih, harum, dan mekar di malam hari. Setelah bunga layu akan terbentuk bakal buah yang menggelantung di setiap batangnya. Kultivar asli tanaman ini berasal dari hutan teduh. Tanaman diperbanyak dengan cara stek atau menyemai biji. Tanaman akan tumbuh subur jika media tanam porous (tidak becek), kaya unsur hara, berpasir, cukup sinar matahari dan bersuhu antara 38-400 C. Tanaman akan mulai berbuah pada umur 11-17 bulan. Sekilas rasa buah naga seperti buah kiwi, kombinasi antara manis, asam, dan segar. Buah naga bias disantap sebagai buah meja, diolah menjadi puding, isi pai, campuran salad atau es buah. Dibalik rasanya yang manis menyegarkan, buah naga kaya akan manfaat seperti menurunkan kolesterol dan penyeimbang gula darah, pengikat zat karsinogen penyebab kanker dan memperlancar

9 proses pencernaan. Belum ada penelitian pasti tentang manfaat buah ini. Namun, banyak orang percaya buah naga mengandung vitamin C, beta karoten, kalsium, karbohidrat, dan tinggi serat (Winarsih, 2007). 2. Kandungan Buah Naga Secara keseluruhan, buah ini baik untuk kesehatan dan dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi sehari-hari. Buah naga putih sebagai salah satu tanaman tropis memiliki kandungan antioksidan yang cukup tinggi, diantaranya yaitu carotenoid, phenolic dan betalain. Ketiga zat aktif tersebut berperan dalam proses regenerasi sel yang kemudian juga dapat meningkatkan kesuburan pada pria (Nurliyana et al., 2010). Hasil analisis laboratorium Taiwan Food Industry Develop and Research Authoritis

10 Tabel 1. Kandungan Nilai Gizi per 100 gr Buah Naga Putih Zat Air Protein Lemak Serat kasar Kalsium Fosfor Iron Vitamin B3 Vitamin C Niacin Abu Kandungan Gizi 89,4 g 0,5 g 0,1 g 0,3 g 6,0 mg 19,0 mg 0,4 mg 0,2 g 25 mg 0,2 mg 0,5 g Lain-lain 0,54 0,68 Sumber : Taiwan Food Industry Develop & Research Authoritis Zat-zat di atas mempunyai fungsi sebagai berikut : (1) Protein dari buah naga merah mampu melancarkan metabolisme tubuh dan menjaga kesehatan jantung; (2) Serat berfungsi mencegah kanker usus, penyakit kencing manis dan baik untuk diet; (3) Karoten berfung si menjaga kesehatan mata, menguatkan otak dan mencegah penyakit; (4) Kalsium untuk menguatkan tulang; (5) Fosfor untuk pertumbuhan jaringan tubuh; (6) Zat besi untuk menambah darah; (7) Vitamin B1 untuk kestabilan suhu tubuh; Vitamin B2 untuk meningkatkan nafsu makan; Vitamin B3 untuk menurunkan kadar

11 kolesterol; Vitamin C untuk menjaga kesehatan dan kehalusan kulit (8) Kandungan phenolic sebagai antioksidan yang dapat meningkatkan fertilitas pada pria (Nurliyana et al., 2010) Bagian-bagian lain (selain buah yang matang) dari tanaman buah naga juga dimanfaatkan untuk konsumsi manusia dan hewan. Buah naga yang belum masak dapat dibuat sup. Bunga buah naga dapat juga dikonsumsi sebagai sayur urap, digoreng, atau dapat dikeringkan untuk dijadikan minuman semacam teh. Dahan atau cabang buah naga juga dapat dimakan dijadikan salad, urap, digoreng, dan dijadikan sup. Masakan dari dahan tumbuhan buah naga dipercaya dapat membuang racun dalam tubuh dan membersihkan pencernaan. Di Amerika Selatan, dahan buah naga dihancurkan untuk dijadikan makanan ternak kambing atau sapi. Pakan ternak dari dahan tersebut terbukti dapat meningkatkan kadar susu dan kualitas daging ternak (Winarsih, 2007). B. Sistem Reproduksi Jantan 1. Organ Reproduksi Jantan Organ reproduksi jantan meliputi: a. Testis Testis merupakan organ kelamin jantan yang berfungsi sebagai tempat sintesis hormon androgen (terutama testosteron) dan tempat berlangsungnya proses spermatogenesis. Kedua fungsi testis ini menempati lokasi terpisah di dalam testis. Biosintesis androgen

12 berlangsung dalam sel Leydig di dalam jaringan interlobular, sedangkan proses spermatogenesis berlangsung dalam epitel tubulus seminiferus (Junqueira, 2007). Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval, agak gepeng, dengan panjang sekitar 4 cm dan diameter sekitar 2,5 cm, bersama epididimis, testis berada di dalam skrotum yang merupakan sebuah kantung ekstra abdomen tepat di bawah penis (Sheerwood, 2009). Dinding pada rongga yang memisahkan testis dengan epididimis disebut tunika vaginalis. Tunika vaginalis dibentuk dari peritoneum intra abdomen yang bermigrasi ke dalam skrotum primitif selama perkembangan genitalia interna pria. Setelah migrasi ke dalam skrotum, saluran tempat turunnya testis (prosesus vaginalis) akan menutup (Fior, 2007). Testis banyak mengandung tubulus seminiferus. Tubulus seminiferus tersebut terdiri atas deretan sel epitel yang akan mengadakan pembelahan mitosis dan meiosis sehingga menjadi sperma. Sel-sel yang terdapat di antara tubulus seminiferus disebut inerstisial (Leydig). Sel ini menghasilkan hormon seks pria yang disebut testosteron (Junqueira, 2007). Testis melaksanakan dua fungsinya yaitu menghasilkan sperma dan mengeluarkan testosteron. Sekitar 80% massa testis terdiri dari tubulus seminiferosa yang didalamnya berlangsung proses spermatogenensis. Sel Leydig atau sel interstitium yang terletak di jaringan ikat antara tubulus-

13 tubulus seminiferus inilah yang mengeluarkan testosteron (Sherwood, 2004). Setelah disekresikan oleh testis, kurang lebih 97% dari testosteron berikatan lemah dengan plasma albumin atau berikatan kuat dengan beta globulin yang disebut hormon sex binding globulin dan akan bersirkulasi di dalam darah selama 30 menit sampai satu jam. Pada saat itu testosteron ditransfer ke jaringan atau didegredasikan menjadi produk yang tidak aktif yang kemudian diekskresikan (Sheerwood, 2009). b. Epididimis Epididimis merupakan suatu struktur berbentuk koma yang menahan batas posterolateral testis. Epididimis dibentuk oleh saluran yang berlekuk-lekuk secara tidak teratur yang disebut duktus epididimis. Duktus epididimis memiliki panjang sekitar 600 cm. Duktus ini berawal pada puncak testis yang merupakan kepala epididimis. Setelah melewati jalan yang berlikuliku, duktus ini berakhir pada ekor epididimis yang kemudian menjadi vas deferens. Epididimis terletak pada bagian dorsal testis, merupakan suatu struktur memanjang dari bagian atas sampai bagian bawah testis. Organ ini terdiri dari kaput, korpus, dan kauda epididmis (Junqueira, 2007). Epitel epididimis memiliki dua fungsi. Pertama, menskresikan plasma epididimis yang bersifat kompleks tempat sperma tersuspensi dan mengalami pematangan. Kedua, mengabsorbsi kembali cairan testikuler yang mengangkut sperma dari tubulus seminiferus dan sperma yang sudah rusak (Sheerwood, 2009).

14 c. Vas Deferens Vas deferens merupakan saluran yang menghubungkan epididimis dan uretra. Letak vas deferens dimulai dari ujung kauda epididimis yang ada di dalam kantung skrotum, lalu naik ke bagian atas lipat paha.pada bagian ujungnya, vas deferens dikelilingi oleh suatu pembesaran kelenjar-kelenjar yang disebut ampula.sebelum masuk ke uretra, vas deferens in bergabung terlebih dahulu dengan saluran ekskresi vesika seminalis membentuk duktus ejakulatorius. Pada saat ejakulasi sprema dari epididimis diangkut melalui vas deferens dengan suatu seri kontraksi yang dikontrol oleh saraf (Sheerwood, 2009). Vas deferens akan melalui kanalis inguinalis masuk ke dalam rongga tubuh dan akhirnya menuju uretra penis. Uretra penis dilalui oleh sperma dan urin. Sperma akan melalui vas deferens oleh kontraksi peristaltik dindingnya. Sepanjang saluran sperma terdapat beberapa kelenjar yang menghasilkan cairan semen. Sebelum akhir vas deferens terdapat kelenjar vesika seminalis. Bagian dorsal buli-buli, uretra dikelilingi oleh kelenjar prostat.selain itu terdapat kelenjar ketiga yaitu kelenjar Cowper. Keluar dari saluran repreduksi pria berupa semen yang terdiri dari sperma dan sekresi kelenjar-kelenjar tersebut (semen plasma). Semen plasma berfungsi sebagai medium sperma dan dipergunakan sebagai buffer dalam melindungi sperma dari lingkungan asam saluran reproduksi wanita (Ganong, 2008).

15 d. Kelenjar-kelenjar aksesoris Kelenjar-kelenjar aksesoris menghasilkan plasma semen yang memungkinkan sperma dapat bergerak aktif dan hidup untuk waktu tertentu. Kelenjar-kelenjar aksesoris tersebut adalah kelenjar bulbouretra, kelenjar prortat, dan vesikula seminalis (Ganong, 2008). 2. Gambaran Histologi Sistem Reproduksi Jantan a. Tubulus seminiferus Epitel tubulus seminiferus berada tepat di bawah membran basalis yang dikelilingi oleh jaringan ikat fibrosa yang disebut jaringan peritubuler yang mengandung serat-serat jaringan ikat, sel-sel fibroblast dan sel otot polos yang disebut dengan sel mioid. Diduga kontraksi sel mioid ini dapat mengubah diameter tubulus seminiferus dan membantu pergerakan spermatozoa (Junqueira, 2007). Setiap tubulus ini dilapisi oleh epitel berlapis majemuk. Garis tengahnya lebih kurang 150-250 µm dan panjangnya 30-70 cm. Panjang seluruh tubulus satu testis mencapai 250m. Tubulus kontortus ini membentuk jalinan yang tepat masing-masing tubulus berakhir buntu atau dapat bercabang. Pada ujung setiap lobulus, lumennya menyempit dan berlanjut ke dalam ruas pendek yang dikenal sebagai tubulus rektus, atau tubulus lurus, yang menghubungkan tubulus seminiferus dengan labirin saluransaluran berlapis epitel yang berkesinambungan yaitu rete testis. Rete ini

16 terdapat dalam jaringan ikat mediastinum yang dihubungkan dengan bagian kepala epididimis oleh 10-20 duktulus eferens (Junqueira, 2007). Tubulus seminiferus terdiri dari sel-sel spermatogenik dan sel-sel sertoli yang mengatur dan menyokong nutrisi spermatozoa yang berkembang, hal ini tidak dijumpai pada sel tubuh lain. Sel-sel spermatogenik membentuk sebagian terbasar dari lapisan epitel dan melalui proliferasi yang kompleks akan menghasilkan spermatozoa (Junqueira, 2007). b. Sel-sel spermatogenik Spermatogonium adalah sel spermatif yang terletak di samping lamina basalis.sel spermatogonium relatif kecil, bergaris tengah sekitar 12 µm dan intinya mengandung kromatin pucat. Pada keadaan kematangan kelamin, sel ini mengalami sederetan mitosis lalu terbentuklah sel induk atau spermatogonuim tipe A, dan mereka berdiferensiasi selama siklus mitotik yang progresif menjadi spermatogonium tipe A. Spermatogonium tipe A adalah sel induk untuk garis keturunan spermatogenik, sementara spermatogonium tipe B merupakan sel progenitor yang berdiferensiasi menjadi spermatosit primer (Junqueira, 2007).

17 Gambar 2. Morfologi Spermatozoa Manusia (Junqueira, 2007) Spermatosit primer adalah sel-sel terbesar dalam garis keturunan spermatogenik ini dan ditandai adanya kromosom dalam tahap proses penggelungan yang berbeda di dalam intinya. Spermatosit primer memiliki 46 (44+XY) kromosom dan 4N DNA (Junqueira, 2007). Spermatosit sekunder sulit diamati dalam sediaan testis karena merupakan sel berumur pendek yang berada dalam fase interfase yang sangat singkat dan dengan cepat memasuki pembelahan kedua. Spermatosit sekunder memiliki 23 kromosom (22+X atau 22+Y) dengan pengurangan DNA per sel (dari 4N menjadi 2N). Pembelahan spermatosit sekunder menghasilkan spermatid. Spermatid memiliki ukuran yang kecil, garis tengahnya 7-8 µm, inti dengan daerah-daerah kromatin padat dan lokasi jukstaluminal di dalam tubulus seminiferus.spermatid mengandung 23 kromosom. Karena tidak ada fase S (sintesis DNA) yang terjadi antara pembelahan meiosis pertama dan kedua dari spermatosit, maka jumlah DNA per sel dikurangi

18 setengahnya selama pembelahan kedua ini menghasilkan sel-sel haploid (1N) (Junqueira, 2007). c. Sel Sertoli Sel Sertoli adalah sel pyramid memanjang yang dikelilingi oleh sel-sel spermatogenik (Junqueira, 2007). Sel Sertoli berbentuk panjang, berdasar luas, melekat pada membran basal, berfungsi sebagai perawat sel-sel spermatozoa yang baru saja terbentuk (Junqueira, 2007). Jumlah sel Sertoli akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah sel-sel spermatogenik, hal ini berkaitan dengan fungsi sel sertoli terhadap sel-sel spermatogenik. Menurut Junqueira (2007) sel Sertoli memiliki empat fungsi utama, yaitu: 1. Menunjang, melindungi, dan mengatur nutrisi spermatozoa yang berkembang. Sel sertoli mengatur pertukaran bahan makanan dan metabolit, serta sawar sel sertoli melindungi sel sperma dari serangan imunologis. 2. Merombak dan memfagositosis keeping sitoplasma yang berlebihan dan melepaskannya sebagai residu. 3. Sel Sertoli mensekresi suatu cairan untuk transportasi sperma ke dalam tubulus seminiferus secara terus menerus 4. Produksi hormon anti-mullerian yang bekerja selama masa embrional untuk memudahkan regresi saluran Muller pada fetus jantan.

19 d. Sel Leydig Sel interstisial (sel Leydig) merupakan sel yang memberikan gambaran mencolok untuk jaringan tersebut. Sel-sel Leydig letaknya berkelompok memadat pada daerah segitiga yang terbentuk oleh susunan-susunan tubulus seminiferus (Ganong, 2008). Sel-sel tersebut besar dengan sitoplasma sering bervakuol pada sajian mikroskop cahaya.inti selnya mengandung butir-butir kromatin kasar dan anak inti yang jelas. Umumnya pula dijumpai sel yang memiliki dua inti. Sitoplasma sel kaya dengan benda-benda inklusi seperti titik lipid, dan pada manusia juga mengandung kristaloid terbentuk batang. Celah di antara tubulus seminiferus dalam testis diisi kumpulan jaringan ikat, saraf, pembuluh darah dan limfe (Junqueira, 2007). 3. Tahap-tahap spermatogenesis Spermatogenesis terjadi di dalam semua tubulus seminiferus selama kehidupan seksual aktif dari rangsangan oleh hormon gonadotropin hipofisis anterior, dimulai rata-rata pada usia 13 tahun dan berlanjut sepanjang hidup (Ganong, 2008). Adapun tahap-tahap spermatogenesis yaitu: 1. Spermatogonia primitif berkumpul tepat di tepi membran basal dari epitel germinativum, disebut spermatogonia tipe A, membelah empat kali untuk membentuk 16 sel yang sedikit lebih berdiferensiasi, yaitu spermatogonia

20 tipe B. Spermatogonia bersandar pada bagian dalam lamina basalis tubulus seminiferus, berukuran diameter sekitar 12 µm. 2. Spermatosit primer merupakan benih yang terbesar di dalam tubulus seminiferus dengan diameter 17-19 µm, menempati daerah bagian tengah dari epithelium (Fior, 2007). 3. Spermatosit sekunder terletak lebih ke arah lumen, besarnya lebih kurang setengah dari spermatosit primer (Junqueira, 2007). 4. Spermatid merupakan sel-sel yang ukurannya jauh lebih kecil, dengan nucleus yang mengandung granula kromatin halus dan besar, umumnya terletak dalam kelompok-kelompok dekat lumen dan sel sertoli (Fior, 2007). 5. Spermatozoa mempunyai bentuk ramping, ukuran panjang sekitar 55-56 µm, kepala spermatozoa yang kecil tertanam dalam sitoplasma sel-sel sertoli, ekornya menjalur ke dalam lumen tubulus seminiferus (Fior, 2007). 4. Hormon yang berperan pada spermatogenesis Hormon yang berperan dalam proses spermatogenesis adalah sebagai berikut: a. Testosteron, diekskresi oleh sel leydig yang terletak di interstisium testis. Hormon ini penting untuk pertumbuhan dan pembagian sel-sel germinativum dalam membentuk sperma (Sheerwood, 2009) b. Hormon lutein (LH), diek skresi oleh kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel-sel leydig untuk mensekresikan testosteron (Ganong, 2008)

21 c. Hormon perangsang folikel (FSH), juga diekskresi oleh sel -sel kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel-sel sertoli, tanpa rangsangan ini perubahan spermatid menjadi sperma (proses spermatogenesis) tidak akan terjadi (Ganong, 2008) d. Estrogen, dibentuk dari testosteron oleh sel-sel sertoli ketika sel sertoli sedang dirangsang oleh hormon perangsang folikel, yang mungkin juga penting untuk spermatogenesis. Sel-sel sertoli juga menyekresikan suatu protein pengikat androgen yang mengikat testosteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan dalam lumen tubulus seminiferus, membuat kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma (Ganong, 2008) e. Hormon pertumbuhan (seperti juga pada sebagia besar hormon yang lain) diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi metabolisme testis. Secara khusus hormon tersebut meningkatkan pembelahan awal spermatogenesis sendiri. Bila tidak terdapat hormon pertumbuhan, seperti ada dwarfisme hipofisis, spermatogenesis sangat berkurang atau tidak ada sama sekali (Ganong, 2008). C. Tikus Jantan Tikus putih merupakan salah satu hewan percobaan yang paling banyak digunakan dalam penelitian. Berikut ini adalah klasifikasi taksonomi tikus putih (Rattus norvegicus) menurut Suckow et al., (2006): Kingdom Filum : Animalia : Chordata

22 Subfilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Vertebrata : Mamalia : Rodentia : Muridae : Rattus : Rattus norvegicus Tikus merupakan hewan yang mempunyai kemampuan reproduksi yang sangat tinggi terutama bila dibandingkan dengan hewan menyusui lainnya. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor (Priyambodo 2003 dalam Singgih, 2006) 1. Matang seksual yang cepat yaitu antara 2-3 bulan 2. Masa bunting yang singkat yaitu antara 21-23 hari 3. Masa menyusui yang singkat yaitu selama 28 hari 4. Terjadinya postpartum oestrus yaitu timbulnya birahi kembali segera (24-48 jam) setelah melahirkan 5. Dapat melahirkan anak sepanjang tahun tanpa mengenal musim yang dikenal sebagai hewan poliesterus. Selama setahun seekor induk mampu melahirkan 3-6 dan maksimal 12 kali 6. Melahirkan keturunan dalam jumlah yang banyak yaitu 2-6 ekor Menurut Malole dan Pramono (1989) terdapat tiga galur atau varietas tikus yang biasa digunakan sebagai hewan percobaan yaitu: 1. Galur Sparague dawley yang memiliki kepala kecil, berwarna albino putih dan ekornya lebih panjang dari badannya

23 2. Galur Wistar memiliki telinga yang panajng, kepala yang lebar, dan ekor yang tidak sama panjang seperti tubuhnya 3. Galur Long evans yang lebih kecil dari tikus putih dan memiliki warna hitam pada kepala dan tubuh bagian depan Tikus memasuki masa pubertas pada 50-60 hari setelah kelahiran. Pada tikus putih jantan ditandai dengan adanya penurunan testis dari abdominal ke skrotum (Smith & Mangkoewidjojo, 1988). D. Siproteron Asetat Di Inggris, Schering Kesehatan Ltd pertama memperoleh izin edar untuk 50 mg Sirpoteron Asetat tablet pada tahun 1974 di bawah nama merek Androcur (PL 00053/0023) untuk kontrol libido di hypersexuality parah dan penyimpangan seksual pada orang dewasa. Selanjutnya, izin edar dengan nama Cyprostat (PL 00053/0133) diberikan kepada Schering untuk 50 mg tablet sirpoteron asetat pada tahun 1982 untuk pengobatan pasien dengan kanker prostat. Kedua produk obat dianggap identik. Dalam anggota lainnya menyatakan Schering-satunya pasar cyproterone asetat 50 mg tablet dengan nama tunggal Androcur dengan kedua hypersexuality parah dan penyimpangan seksual dan kanker prostat sebagai indikasi dianjurkan (Medicine and Healthcare products Regulatory Agency, 2001). Karsinoma prostat umumnya tergantung pada androgen. Cyproterone asetat adalah steroid dengan aktivitas anti-androgen yang kuat, dan di samping itu

24 cyproterone asetat memberikan sebuah umpan balik negatif pada reseptor hipotalamus. Sebuah studi yang membandingkan Sirpoteron Asetat/EE (2mg / 0.035mg) dan drospirenone / EE, dan desogestrel / EE menunjukkan bahwa setelah 6 bulan ini produk obat yang sama berkhasiat tapi setelah 12 bulan Sirpoteron Asetat/EE (2mg/ 0.035mg) menunjukkan terkuat efek androgenik anti, diikuti oleh drospirenone/ee, dan desogestrel/ee sebagai terlemah. Ini diharapkan mengingat perbedaan sifat anti-androgenik dari cyproterone, drospirenone dan desogestrel. Cyproterone memiliki aktivitas anti-androgen terkuat (European Medicine Agency, 2013). Dalam pengobatan paliatif jangka panjang di mana analog LHRH atau operasi merupakan kontraindikasi, tidak ditoleransi, atau ketika terapi oral lebih disukai: 200-300 mg / hari. Untuk di atas dua indikasi dosis harus dibagi menjadi 2-3 dosis per hari dan diminum setelah makan (Medicine and Healthcare products Regulatory Agency, 2001).

25 E. Kerangka Teori Buah naga putih Air Antioksidan (Asam galat, flavonoid, Vitamin C) Mineral (Kalsium, Fosfor, Zat besi) Peningkatan Regenerasi Sel Peningkatan Aktivitas Androgenik Menurunkan MDA testis Peningkatan Sekresi GnRH Peningkatan Sekresi FSH dan LH Peningkatan motilitas dan jumlah spermatozoa Gambar 3. Kerangka Teori (Dona, 2013)

26 F. Kerangka Konsep Suplemen Jus Buah Naga Putih Siproteron Asetat Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dewasa galur Sprague dawley Motilitas dan jumlah spermatozoa Gambar 4. Kerangka Konsep G. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pemberian suplemen jus buah naga putih ( Hylecereus undatus) yang diinduksi siproteron asetat dapat meningkatkan motilitas spermatozoa tikus putih (Rattus novergicus) jantan dewasa galur Sprague dawley; 2. Pemberian suplemen jus buah naga putih ( Hylecereus undatus) yang diinduksi siproteron asetat dapat meningkatkan jumlah spermatozoa tikus putih (Rattus novergicus) jantan dewasa galur Sprague dawley.