I. PENDAHULUAN. Besar. Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini masih monoton dan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab ini difokuskan pada beberapa subbab yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan

I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab I ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yaitu latar

1. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu berupa rumusan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

I. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, mampu memotivasi siswa agar

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

I. PENDAHULUAN. Pembahasan pada bab pendahuluan ini akan disampaikan beberapa hal pokok

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

I. PENDAHULUAN. yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Fokus dan Masalah Penelitian, Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, kegunaan penelitian, spesifikasi produk yang diharapkan. Untuk

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Guru mengajar hendaknya memiliki kemampuan yang cukup, ditunjukkan dengan

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. perilaku dari tidak tahu menjadi tahu yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, pemerintah maupun pihak yang berhubungan langsung dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

I. PENDAHULUAN. sekolah menengah atas adalah mata pelajaran Matematika. Mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembahasan pada bab pendahuluan ini akan disampaikan beberapa hal pokok

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

`BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting guna membangun manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. memungkinkan bagi kita untuk mengetahui tentang budaya yang berbeda

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

I. PENDAHULUAN. karena kemajuan suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. masing-masing kajian tersebut dikemukakan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan pada akhirnya hasil belajar siswa dapat meningkat.

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

I. PENDAHULUAN. hakekatnya pendidikan adalah suatu tindakan yang ada unsur kesengajaan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

I. PENDAHULUAN. manfaatnya bernilai lebih dibanding sebelumnya. Sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan karya bersama yang berlangsung dalam. suatu pola kehidupan insan tertentu serta pendidikan merupakan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penelitian. Untuk lebih jelasnya peneliti uraikan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

I. PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Guru juga sebagai pengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yang berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian. Untuk lebih jelasnya pembahasan tiap sub bab akan diuraikan sebagai berikut. 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Terbanggi Besar merupakan salah satu sekolah yang ada di daerah Poncowati, Bandar Jaya Utara Kecamatan Terbanggi Besar. Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini masih monoton dan didominasi guru dengan metode ceramah, sehingga hasil belajar siswa cenderung rendah. Berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran selama ini dan rendahnya hasil belajar siswa pada kelas X, maka guru dalam penelitian ini berinisiatif untuk menggunakan model pembelajaran Jigsaw dan STAD sebagai pembandingnya. Alasan peneliti menggunakan model pembelajaran Jigsaw dan STAD karena kedua model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan siswa untuk saling bekerja sama dalam kelompok. Sebab selama ini proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar belum memusatkan siswa pada kerja sama kelompok dalam proses pembelajaran. Selain itu dengan dilakukannya penelitian guru dapat menemukan satu model yang efektif yang dapat digunakan dalam

2 proses pembelajaran di kelas X SMA Negeri 1 terbanggi besar yang diharapkan dapat memperbaiki mutu proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Selain itu, permasalahan yang ada saat ini peserta didik seakan dieksploitasi untuk menjadi obyek atas terlaksananya skenario yang telah disusun oleh guru. Kondisi tersebut telah diinventarisir oleh Depdiknas dalam ciri-ciri pembelajaran tradisional. Ciri-ciri pembelajaran tradisional (Depdiknas 2003: 7): 1. Siswa adalah penerima informasi yang pasif 2. Siswa belajar secara individual 3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis 4. Perilaku dibangun atas kebiasaan 5. Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan 6. Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor 7. Seseorang tidak melakukan yang jelek karena takut hukuman 8. Bahasa diajarkan dengan pendekatan structural: rumus diterangkan sampai paham, kemudian dilatihkan (drill) 9. Rumus itu ada di luar siswa yang harus diterangkan, diterima, dihafalkan, dan dilatihkan 10. Rumus adalah kebenaran absolute (sama untuk semua orang). Hanya ada dua kemungkinan yaitu pemahaman rumus yang salah atau perumusan yang benar 11. Siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah (membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal), tanpa memberikan ide dalam proses pembelajaran 12. Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep atau hukum yang berada di luar diri manusia 13. Kebenaran bersifat absolute dan pengetahuan bersifat final 14. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran 15. Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa 16. Hasil belajar diukur hanya dengan tes 17. Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas 18. Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek 19. Perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik 20. Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menyenangkan. Hal-hal tersebut sebenarnya harus segera dikoreksi karena proses belajar yang seharusnya berlangsung adalah proses yang sebagaimana ditekankan oleh aliran konstruktivisme, yaitu lebih ditekankan pada keterlibatan aktif peserta

3 didik melalui pendekatan proses mental untuk mengkonstruk dan mentransformasikan pengetahuaanya (student centered). Suasana pembelajaran seperti ini menuntut seorang guru yang mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang tepat. Dengan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran diharapkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik menjadi lebih bermakna. Salah satu disiplin ilmu yang sangat perlu dikembangkan adalah ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan tindakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan kegiatan yang secara umum terdiri dari kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi. Mata pelajaran ekonomi termasuk ke dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mata pelajaran ekonomi mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang berkaitan dengan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan kehidupan manusia. Metode pembelajaran memegang peranan penting dalam proses pembelajaran di samping kemampuan siswa itu sendiri. Pembelajaran yang bersifat teacher centered kurang efektif karena kurang melibatkan kemampuan berpikir dan bertindak secara kritis, kurang termotivasi dan kurang bertanggungjawab terhadap proses belajar, kurang berkolaborasi dalam proses belajar, sehingga siswa menjadi pasif di dalam mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas. Berdasarkan data yang diperoleh dari guru ekonomi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar jumlah guru yang berjumlah 76 orang yang terdiri dari 48 perempuan dan 28 laki-laki dan rata-rata masih menggunakan metode konvensional, Untuk lebih jelasnya kita lihat tabel 1.1 berikut ini.

4 Tabel 1.1 Penggunaan metode/pendekatan/strategi/guru di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013. No Metode/pendekatan/strategi Jumlah guru Persentase (%) 1. Konvensional 27 35% 2. Diskusi 20 26% 3. Tanya Jawab 15 20% 4. Laboratorium 8 11% 5. Kooperatif 6 8% Jumlah 76 100% Sumber: Observasi guru terhadap penggunaan metode pembelajaran tahun pelajaran 2012/2013. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar guru dalam melakukan pembelajaran (35%) masih menggunakan metode konvensional. Apabila penerapan metode ini terjadi secara terus-menerus dapat menghambat kreatifitas siswa yang berdampak pada rendahnya hasil belajar. Pembelajaran yang optimal dapat terjadi bila siswa dapat berinteraksi dengan guru atau bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dari data yang diperoleh jumlah kelas X di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar yaitu sembilan kelas yang masing-masing kelas terdiri dari 30-32 siswa dengan total jumlah siswa dari sembilan kelas tersebut sebanyak 284 siswa. Dari jumlah siswa tersebut sebagian besar (60%) partisipasi siswa masih kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu metode mengajar yang digunakan oleh guru. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan wawancara dengan guru ekonomi di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar diketahui bahwa proses pembelajaran ekonomi yang digunakan oleh guru masih menggunakan metode ceramah atau metode langsung meskipun salah satu variasi yang diterapkan oleh guru adalah metode belajar kelompok tetapi penerapannya masih kurang baik. Siswa mengalami kesulitan bekerja dalam

5 kelompok karena siswa dibagi dalam kelompok yang ditentukan secara sembarang. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa belum dapat ditingkatkan. Selanjutnya hasil belajar ekonomi siswa dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini. Tabel 1.2 Hasil Mid Semester Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Terbanggi Besar TP 2012/2013 Interval Nilai Jumlah No. Kelas 73 73 Siswa 1. XA 30 2 32 2. XB 29 3 32 3. XC 29 3 32 4. XD 28 4 32 5. XE 29 3 32 6. XF 29 1 30 7. XG 25 5 30 8. XH 30 2 32 9. XI 29 3 30 Jumlah Siswa 258 26 284 Persentase 90,84% 9,16% 100% Sumber: Guru mata pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar Berdasarkan Tabel 1.2, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan hasil belajar ekonomi siswa masih tergolong rendah, siswa yang mencapai standar ketuntasan minimum (SKM) yang berlaku di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar sebesar 73 hanya 95 orang siswa dari jumlah siswa atau hanya 9,16%. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 121) tingkat keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Istimewa/maksimal Apabila seluruh bahan pelajaran yng diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. 2. Baik sekali/optimal Apabila sebagian besar (76 % s.d 99 %) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. 3. Baik/minimal Apabila bahan pelajaran yamg diajarkan hanya 60 % s.d 75 % saja dikuasai oleh siswa.

6 4. Kurang Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60 % dikuasai oleh siswa. Hasil belajar ekonomi yang rendah menunjukkan bahwa proses pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar masih kurang efektif. Hal ini salah satu penyebabnya karena kurang tepatnya guru memilih model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran ekonomi dapat disebabkan banyak faktor, berdasarkan pengamatan dan hasil belajar siswa peneliti mengidentifikasikan adanya minat dan motivasi belajar siswa masih rendah. Pembelajaran ekonomi kurang bervariasi, monoton dan masih menggunakan model pembelajaran konvensional, sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Hal ini dapat dilihat kurangnya aktivitas siswa saat belajar, siswa cenderung pasif, hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru, tanpa ada keterlibatan untuk bertanya atau mengemukakan pendapat. Bahkan banyak siswa pada saat proses pembelajaran menggunakan waktunya untuk berbicara dengan teman lainya, bukan untuk menguasai pelajaran, sehingga pembelajaran tidak efektif. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa salah satunya diperlukan guru yang kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai siswa, yaitu salah satu caranya dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan. Pembelajaran ekonomi tidak lagi mengutamakan melalui penyampaian informasi oleh guru, tetapi lebih mengutamakan pembelajaran yang mengikutsertakan siswa untuk aktif dan kreatif dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotornya. Berdasarkan pertimbangan di atas diperlukan metode pembelajaran yang mampu

7 melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh guru. Oleh karena itu, perlu diadakan inovasi dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu salah satunya dengan pembelajaran kooperatif. Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student centered), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli dengan orang lain (Lie, 2008: 20). Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar belum dikatakan selesai jika salah satu teman dalam kelompok tersebut belum menguasai bahan pelajaran. Model pembelajaran kooperatif merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang interaksi antara peserta didik dengan peserta didik, antara peserta didik dan guru. Kondisi seperti inilah yang sangat diharapkan agar interaksi berjalan dengan baik demi kelancaran pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif ada beberapa, diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan tipe STAD (Students teams achiement division). Mendasari dari uraian-uraian di atas dan

8 permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran, maka penulis mencoba mengadakan penelitian dengan melakukan pengembangan pembelajaran tipe jigsaw dan tipe STAD (Students teams achiement division). Kedua tipe pembelajaran ini dirasa cocok untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang peserta didiknya mempunyai latar belakang yang berbeda, sehingga terwujud tujuan pembelajaran demi terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Model pembelajaran tipe Jigsaw ini merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Keunggulan kooperatif Jigsaw meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain, siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi juga harus memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada orang lain yaitu anggota kelompoknya yang lain (Rusman, 2011: 34). Sedangkan model pembelajaran tipe STAD ini merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dengan cara memebentuk kelompok yang anggotanya 4 anak secara heterogen, setelah guru memberikan tugas kepada kelompok setiap anggota kelompok akan berusaha mempelajarinya dan yang sudah bisa memahami materi membantu anggota yang lain. Keunggulan pembelajaran tipe STAD ini adalah adanya kerjasama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu.

9 Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini mengambil judul Komparasi Hasil Belajar Ekonomi dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan student team achiement division (STAD) pada siswa kelas X di SMA Negeri I Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka terdapat masalah-masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1. Hasil belajar yang dicapai siswa pada mata pelajaran ekonomi masih tergolong rendah. 2. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas lebih banyak didominasi oleh guru. (Teacher centered). 3. Sebagian besar guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional dalam kegiatan belajar mengajar. 4. Proses kegiatan belajar mengajar yang monoton sehingga siswa mengalami kejenuhan belajar di kelas. 5. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman guru dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat. 6. Motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi rendah. 7. Partisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar masih rendah.

1.3 Pembatasan Masalah 10 Berdasarkan pembahasan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang sangat luas tersebut, maka perlu dilakukan pembatasan masalah yang akan diteliti. Pembatasan ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan diantaranya (1) karena keterbatasan waktu, tenaga maupun biaya dan (2) penelitian yang dilakukan menjadi lebih fokus, sehingga pengkajian menjadi lebih mendalam. Sesuai dengan pertimbangan tersebut maka penelitian ini akan difokuskan pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan STAD untuk mata pelajaran ekonomi dan mencari model mana yang lebih efektif untuk pembelajaran ekonomi. Dengan demikian jelas bahwa penelitian ini dilakukan dengan memfokuskan pada penggunaan kooperatif tipe jigsaw dan STAD dalam pembelajaran ekonomi. 1.4 Rumusan Masalah Sesuai dengan pembahasan sebelumnya, baik pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah ada perbedaan hasil belajar ekonomi antarmodel pembelajaran yang digunakan (kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD) dan antartingkat kemampuan awal (tinggi, sedang dan rendah) siswa kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar? 2. Apakah ada perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD tanpa memperhatikan tingkat kemampuan awal pada siswa kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar?

11 3. Apakah ada perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang berkemampuan awal tinggi, sedang dan rendah tanpa mempertimbangkan model pembelajaran yang digunakan pada siswa kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar? 4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dengan tingkat kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar? 5. Apakah ada perbedaan efektivitas hasil belajar antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD untuk pembelajaran ekonomi pada siswa kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar? 1. 5 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang ada, maka tujuan penelitian yang diharapkan melalui penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut. 1. Mengetahui perbedaan hasil belajar ekonomi antarmodel pembelajaran yang digunakan (kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD) dan antartingkat kemampuan awal (tinggi, sedang dan rendah) siswa kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar. 2. Mengetahui perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD tanpa memperhatikan tingkat kemampuan awal pada siswa kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar. 3. Mengetahui perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang berkemampuan awal tinggi, sedang dan rendah tanpa mempertimbangkan

12 model pembelajaran yang dgunakan pada siswa kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar. 4. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dengan tingkat kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar. 5. Mengetahui efektivitas hasil belajar antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD untuk pembelajaran ekonomi pada siswa kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar. 1.6 Kegunaan Penelitian Kegunaan hasil penelitian ini secara umum adalah untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran ekonomi di kelas X SMA Negeri 1 Terbanggi Besar. Secara khusus dapat diuraikan manfaat hasil penelitian ini sebagai berikut. 1.6.1 Kegunaan Teoritis Beberapa manfaat yang dapat diperoleh secara teoritis atas hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut. 1. Sebagai sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan, pembelajaran di SMA, khususnya pelajaran ekonomi. 2. Sebagai kajian program studi pendidikan IPS dalam peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD. 3. Memberikan peluang peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang hal yang sama dengan menggunakan teori-teori lain yang belum digunakan pada penelitian ini.

1.6.2 Kegunaan Praktis 13 Beberapa manfaat yang dapat diperoleh secara praktis atas hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut. 1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Terbanggi Besar. 2. Bagi siswa, sebagai tambahan wawasan untuk meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran yang melibatkan siswa secara optimal. 3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam menciptakan kualitas proses dan produk pembelajaran untuk meningkatkan mutu sekolah. 1.7 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini akan difokuskan pada ruang lingkup penelitian dan ruang lingkup ilmu. Untuk mengetahui kedudukan keilmuan cakupan pendidikan IPS, rincian lengkapnya sebagai berikut. 1.7.1 Ruang Lingkup Penelitian Fokus ruang lingkup penelitian yakni perbedaan hasil belajar siswa dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD. 1.7.2 Ruang Lingkup Ilmu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu soial seperti sosiologi, sejarah, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atas dasar realitas dan

14 fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, ekonomi, politik, hukum dan budaya). Menurut NCSS dalam Pargito (2010:34) Ada 10 konsep social studies yaitu (1) culture; (2) time, continuity and change; (3) people, places and environments; (4) individuals development and identity; (5) individuals, group, and institutions; (6) power, authority and govermance; (7) production, distribution and consumption; (8) science, technology and society; (9) global connections; (10) civic ideals and practices. Ruang lingkup kajian ilmu dalam penelitian ini adalah ekonomi sebagai salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Sosial yang membahas mengenai usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi demi kesejahteraan diri dan lingkungan sosialnya yang muncul karena konsep kelangkaan. Untuk mencapai kemakmuran dapat dilakukan dengan suatu kegiatan, yaitu kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi tidak dapat dilakukan perseorangan tanpa melibatkan orang lain. Apabila saling ketergantungan itu terjadi kesepakatan, barulah kegiatan ekonomi dapat berjalan. Apabila salah satu kelompok ekonomi tidak dapat berjalan dengan baik, pasti terjadi ketimpangan dalam perekonomian. Adapaun penyebabnya yaitu salah satu pelaku ekonomi tidak berfungsi dengan baik. Ekonomi termasuk dalam tema IPS yang ke 7 mengenai produksi, distribusi dan konsumsi yang merupakan bagian utama pada ekonomi, dan tema yang ke 5, yaitu individu, kelompok dan lembaga.