BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan selama siklus hidup manusia. Gangguan gizi pada awal kehidupan akan mempengaruhi kualitas kehidupan berikutnya. Berat lahir bayi merupakan prediktor penting kelangsungan hidup perinatal dan neonatal. Berat lahir bayi digunakan sebagai salah satu indikator untuk memprediksi pertumbuhan dan ketahanan hidup bayi di samping status gizi dan kesehatan bayi (Depkes RI, 2002). Bayi berat lahir rendah (BBLR) masih tetap menjadi masalah dunia khususnya di negara-negara berkembang. Lebih dari 20 juta bayi di dunia (15,5% dari semua kelahiran) mengalami BBLR dan 95 % di antaranya terjadi di negara-negara berkembang (Kawai, et al., 2011). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 di seluruh Indonesia menunjukkan angka kejadian BBLR sebesar 11,1%, sedangkan angka BBLR di Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 adalah 16,6%. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 yang dipublikasikan tahun 2014 angka BBLR di Indonesia adalah 10,2%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) mengalami penurunan selama kurun waktu 3 tahun, tetapi angka tersebut masih menjadi masalah kesehatan. Berdasarkan Depkes RI (2009) bayi berat lahir rendah (BBLR) menjadi masalah kesehatan masyarakat apabila prevalensinya 5%. Bayi berat lahir rendah (BBLR) disebabkan oleh banyak faktor antara lain faktor genetika, karakteristik ibu, faktor gizi, komplikasi kehamilan, gaya hidup ibu dan faktor lingkungan (WHO, 2006). Hasil penelitian Dickute et al. (2004) menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi dan faktor ibu meningkatkan risiko BBLR di Lithuania. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayati et al. (2005) menyebutkan bahwa ibu hamil yang terpapar kurang energi kronis (KEK) dan anemia memiliki probabilitas lebih tinggi untuk melahirkan BBLR dibandingkan yang tidak terpapar KEK dan anemia. 1
2 Kejadian BBLR kemungkinan besar diawali dari ibu hamil dengan kondisi kurang energi kronis (KEK). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang dipublikasikan tahun 2014, prevalensi risiko KEK ibu hamil umur 15-49 tahun adalah 24,2%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa prevalensi risiko KEK pada ibu hamil masih tinggi. Ibu hamil KEK dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat bila prevalensinya 10% (Depkes RI, 2009). Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil di samping berpengaruh terhadap kualitas bayi yang dilahirkan juga berdampak terhadap kematian anak dan ibu (Kemenkes RI, 2010). Angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 dalam Peta Kesehatan Indonesia 2007, angka kematian bayi (AKB) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu (AKI) adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup. Bayi dengan berat lahir rendah mempunyai daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah terkena infeksi. Risiko meninggal sebelum usia 1 tahun 17 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi normal. Bayi berat lahir rendah juga cenderung mempunyai pertumbuhan fisik yang terhambat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa risiko untuk menjadi gizi kurang 8-10 kali lebih besar dari pada anak normal. Tingkat kecerdasan rendah karena adanya gangguan pada tumbuh kembang otak sejak dalam kandungan (Dekes RI, 2002). Menurut Laporan Tahunan Seksi Bina Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar tahun 2012 jumlah kasus ibu hamil kurang energi kronis (KEK) baru adalah 1321 dari jumlah sasaran ibu hamil 12229 (10,8%). Hasil tersebut sudah mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu jumlah kasus ibu hamil KEK baru sebanyak 1611 dari jumlah sasaran ibu hamil 11946 (13,48%). Penurunan proporsi ibu hamil KEK dalam 2 tahun terakhir di Kabupaten Banjar tidak diikuti penurunan kasus BBLR. Dari Laporan Tahunan Seksi Kesehatan Ibu dan Anak Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar tahun 2012, kasus BBLR mempunyai kecenderungan naik yaitu pada tahun 2011 dilaporkan sebanyak 275 kasus dari 9.986 kelahiran hidup (2,75%) dan pada tahun 2012 kasus BBLR yang dilaporkan adalah 335 kasus dari 10.246 kelahiran hidup
3 (3,27%). Jumlah kasus kematian bayi di Kabupaten Banjar pada tahun 2012 berjumlah 83 kasus, 43 kasus di antaranya disebabkan oleh BBLR (51,8%) dan sisanya disebabkan oleh asfiksia sebesar 30%, tetanus neonatorum 1,2% dan penyebab lain sebesar 17 %. Dari angka tersebut diketahui bahwa BBLR merupakan penyebab terbesar kematian bayi di Kabupaten Banjar. Berdasarkan data tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan analisis risiko bayi berat lahir rendah pada ibu hamil kurang energi kronis di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. adalah : B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini Bagaimana risiko bayi berat lahir rendah pada ibu hamil kurang energi kronis di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan? 1. Tujuan umum C. Tujuan Penelitian Menganalisis risiko bayi berat lahir rendah (BBLR) pada ibu hamil kurang energi kronis (KEK) dan menganalisis beberapa confounding factor. 2. Tujuan khusus a. Menganalisis kurang energi kronis pada ibu hamil sebagai faktor risiko bayi berat lahir rendah b. Menganalisis variabel asupan energi ibu, umur ibu, paritas, tinggi badan ibu, status anemia ibu hamil, pertambahan berat badan ibu hamil, pendidikan ibu dan pendapatan keluarga sebagai confounding factor pada hubungan antara kurang energi kronis pada ibu hamil dengan bayi berat lahir rendah. D. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya di antaranya adalah : 1. Kurang Energi Kronis dan Anemia Ibu Hamil sebagai Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Kota Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat (Hidayati et al., 2005). Merupakan penelitian dengan
4 rancangan nested case control yang bertujuan mengukur risiko KEK dan anemia pada ibu hamil terhadap kejadian BBLR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara multivariat ada hubungan yang signifikan antara umur, paritas, tinggi badan, jarak kelahiran, terutama KEK, status anemia dan frekuensi kunjungan pemeriksaan kehamilan dengan kejadian BBLR. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah variabel terikatnya adalah BBLR. Perbedaannya rancangan penelitian pada penelitian ini menggunakan nested case control, sedangkan penelitian yang akan dilakukan case control. 2. Hubungan antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Imanuel Bandung Tahun 2008 (Kasim et al., 2011). Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui hubungan antara karakteristik ibu hamil dengan kejadian BBLR yang dilakukan secara deskriptif analitik observasional dengan pendekatan kasus kontrol. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara karakteristik ibu hamil berdasarkan umur 35 tahun, paritas 1 dan 5, jarak kehamilan > 2 tahun dan ANC < 4 kali dengan kejadian BBLR. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah rancangan penelitian yang digunakan yaitu kasus kontrol dan variabel terikat. Perbedaannya pada penelitian ini variabel bebasnya adalah karakteristik ibu hamil. Pada penelitian yang dilakukan variabel bebasnya adalah kurang energi kronis. Pada penelitian tersebut pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan populasi ibu hamil yang melahirkan di rumah sakit, sedangkan pada penelitian yang dilakukan pengambilan sampel dengan simple random sampling dengan populasi ibu hamil yang melahirkan di satu wilayah kerja kabupaten. 3. Faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Kabupaten Kotawaringin Timur (Ruji, 2009). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah dengan rancangan case control. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara status gizi, paritas dan
5 umur dengan kejadian BBLR. Faktor umur merupakan faktor yang paling dominan dalam penelitian ini. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah rancangan penelitian yang digunakan yaitu case control dan variabel yang digunakan dan variabel terikat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah cara pengambilan sampel, pada penelitian tersebut menggunakan incidense case, sedangkan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan simple random sampling. 4. Social factors and pregnancy weigh gain in relation to infant birth weight: a study in public health centers in Rasht, Iran (Maddah et al., 2005). Penelitian ini adalah penelitian kohort prospektif, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara total kenaikan berat badan ibu hamil, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu dengan berat lahir bayi di daerah perkotaan Rasht, Iran. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu yang rendah dan kenaikan berat badan selama kehamilan yang tidah memadai merupakan prediktor bayi berat lahir rendah. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah variabel terikat yang digunakan, sedangkan perbedaannya adalah rancangan penelitian yang digunakan yaitu pada penelitian tersebut menggunakan rancangan kohort prospektif, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan rancangan kasus kontrol. 5. Maternal socio economic factors and the risk of low birth weight in Lithuania (Dickute et al., 2004 ). Rancangan penelitian ini adalah case control dengan tujuan mengevaluasi pentingnya faktor sosial ekonomi ibu terhadap resiko berat badan lahir rendah di Lithuania. Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor sosial ekonomi (pendapatan, status pekerjaan ibu, pendidikan dan status perkawinan) akan meningkatkan resiko berat bayi lahir rendah. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah variabel terikat dan rancangan penelitian yang digunakan yaitu case control, sedangkan perbedaannya adalah variabel bebas yang digunakan, pada penelitian tersebut variabel bebas adalah faktor sosial ekonomi, sedangkan pada penelitian yang dilakukan adalah kurang energi kronis ibu hamil.
6 Perbedaan mendasar antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa pada penelitian yang dilakukan di samping menganalisis kurang energi kronis sebagai faktor risiko bayi berat lahir rendah juga bertujuan menganalisis beberapa variabel yang diduga sebagai confounding factor, yaitu variabel asupan energi ibu, umur ibu, paritas, tinggi badan ibu, status anemia ibu hamil, pertambahan berat badan ibu hamil, pendidikan ibu dan pendapatan keluarga. E. Manfaat Penelitian 1. Menambah pengetahuan tentang faktor risiko berat bayi lahir rendah (BBLR) dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya 2. Memberikan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar dalam menentukan langkah kebijakan penanggulangan BBLR.